Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

Disusun Oleh
Nama : Agus Dwi Cahyo
NIM : 18/20232/BP
Kelas : Antan B
Kelompok : 2 (Dua)
Co.Ass : Kelvin Raj Singh

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2019
ACARA VI. PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT
PENGENDALIANNYA
I. TUJUAN:
1. Mengetahui berbagai jenis herbisida dengan spesifikasinya
2. Mengetahui berbagai macam fungisida dengan spesifikasinya

II. DASAR TEORI


Herbisida adalah bahan kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan atau bahkan mematikan tumbuh-tumbuhan yang dikenainya.
Mengapa pestisida untuk membunuh gulma disebut herbisida? Hal ini
karena dahulu pengertian gulma hanya terbatas pada herba, yaitu
tumbuhan kecil yang tidak berkayu. Pengertian demikian sebetulnya tidak
tepat, karena herba adalah sebagian kecil saja dari gulma.
Pada permulaan penggunaan herbisida, yaitu dengan NaCl,
H2SO4, bila di semprotkan pada tumbuhan pada tumbuhan maka
tumbuhan yang dikenainya tersebut akan mati. Oleh karena itu keadaan
yang demikian ini, maka penggunaan herbisida menjadi kurang
berkembang karena selain tumbuhan/gulma mati, tanaman budidaya juga
mati.
Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama sedangkan cide
berarti membunuh. Pestisida mencakup bahan – bahan kimia yang
digunakan untuk mengendalikan populasi jasad hidup yang merugikan
manusia, tumbuhan, serta ternak yang diusahakan manusia untuk
kesejahteraan hidupnya agar kerugian dan gangguan dapat ditekan seminim
mungkin.
Berbagai pestisida yang dikenal terutama di bidang pertanian,
kesejahteraan masyarakat, dan kesehatan veteriner adalah insektisida (racun
serangga), fungisida (racun cendawan/ jamur), herbisida (racun
gulma/tumbuhan pengganggu), akarisida (racun tungau dan caplak),
rodentisida (racun binatang pengerat), nematisida (racun nemamtoda),
termitisida (racun rayap), helmitisida (racun cacing), dll.
Penamaan pestisida atau nomenklatur sering digunakan sebagai nama
generik atau nama umum seperti malathion, chlordane, carbophenothion.
Disamping nama generik ada juga nama dangang yang tak kalah oenting
karena kita kadang hanya mengenal nama dangang sesuai yang diberikan
perusahaan. Misalnya insektisida fenthion diperdagangkan dengan berbagai
nama dagang dari perusahaan Bayer AG (Lebaycid, Entex, dan Tiguvon).
III. PROSEDUR KERJA
A. ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Alat tulis
2. Lembar pengamatan
Bahan:
1. DMA 6
2. Roundup
3. Gramoxon
4. Lindomin
5. Trichoderma Harsianum Topsin
6. Corrin
7. Antracol
8. Dupont Lannate 25 wp
9. Pestona
10. Beauveria bassiana
11. Natural Glio WP
B. CARA KERJA
1. Mencatat nama dagang, nama bahan aktif, cara kerja, dan formulasi
fungisida
2. Mencatat patogen sasaran dan jenis tanaman
3. Mengetahui toksisitas masing-masing bahan aktif
IV.
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum pengelolaan hama dan penyakit tanaman acara VI
praktikan diperkenalkan berbagai macam pestisida dan fungisida serta
penggolongan pestisida baik jenisnya, sasarannya, formulasinya, dan
organisme targetnya. Kegiatan praktikum ini bertujuan agar mahasiswa
mengetahui spesifikasi dari masing-masing pestisida dan herbisida yang
diamati. Dalam pengelolaan tanaman pertanian terutama tanaman
perkebunan tidak akan terhindar dari gulma, hama ataupun penyakit
tanaman.Hal ini dikarenakan semua organisme pengganggu tersebut
sangat berpengaruh terhadap produksi dan juga produktifitas tanaman
yang berjangka pendek dan juga jangka panjang.
Herbisida dan fungisida yang diamati adalah DMA 6, Roundup,
Gramoxon, Lindomin, Trichoderma Harsianum Topsin, Corrin, Antracol,
Dupont Lannate 25 wp, Pestona, Beauveria bassiana, Natural Glio WP.
DMA 6 memiliki merek dagang DMA6 82S S1, gulma sasarannya adalah
gulma daun lebar dan tekian dengan formulasinya adalah larutan, cara
penggunaannya foiller application, daya bunuhnya sistemik dan selektif,
daya kerjanya adalah sistemik, waktu aplikasinya adalah post emergence.
BVR WP memiliki merek dagang Natural BVR WP, gulma sasarannya
adalah walang sangit dengan formulasinya adalah WDG, cara
penggunaannya soil application, daya bunuhny selektif, daya kerjanya
adalah sistemik, waktu aplikasinya adalah post emergence.
Terdapat tiga cara karja dari pestisida diantaranya adalah sebagai
berikut : Pestisida kontak, berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh
jasad terkena sasaran. Pestisida fumigan, berarti mempunyai daya bunuh
setelah jasad sasaran terkena uap atau gas. Pestisida sistemik, berarti dapat
ditranslokasikan ke berbagai bagian tanaman melalui jaringan. Hama akan
mati kalau mengisap cairan tanaman. Pestisida lambung, berarti mempunyai
daya bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida.
Dalam penggunaan pestisida dikenal dua waktu yaitu pre emergence
dan post emergence. Pre emergence yaitu pemberian pestisida dilakukan
pada saat tanaman belum mengalami serangan. Dan post emergence yaitu
pemberian pestisida dilakukan pada saat tanaman telah mengalami serangan.
Dari berbagai macam pestisida tersebut dikenal dua macam daya bunuhnya
yaitu selektif dan non selektif. Untuk membedakan antara pestisida selektif
dan non selektif adalah jika pestisida tersebut memiliki daya kerja kontak
maka daya bunuhnya adalah non selektif, namun jika daya kerjanya sistemik
maka daya bunuh nya adalah selektif. Hal ini dikarenakan pestisida kontak
akan langsung mengalami reaksi pada setiap hama ataupun penyakit yang
disemprot, sedangkan pada sistemik lebih pada penyerangan pada sistem
mikroorganismenya.
VI. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dalam praktikum ini
dapat dismpulkan bahwa
1. Pestisida digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu
tanaman.
2. Berdasarkan waktu aplikasi pestisida dibagi menjadi pre emergence dan
post emergence.
3. Herbisida yang termasuk dalam post-emergence yaitu DMA 6,
Roundup, Gromoxone, dan Lindomin
4. Alat yang digunakan untuk mengaplikasikan herbisida adalah alat
semprot atau knapsack sprayer.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2019. Petunjuk Praktikum Pengelolaan Hama & penyakit. Institut


Pertanian STIPER Yogyakarta.
Dropkin Viktor. H, 1988. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.
Kamandali, W. 1997. Pengelolaan Serangga Secara Berkelanjutan. Bandung.

Yogyakarta, 8 Oktober 2019


Mengetahui,
Co. Asisten Praktikan

(Kelvin Raj Singh) (Agus Dwi Cahyo)

Anda mungkin juga menyukai