Anda di halaman 1dari 4

Komplikasi1

1. Kontraktur Kontraksi adalah proses penyembuhan fisiologis normal yang terjadi pada
margin luka dan mengurangi ukuran akhir dari luka. Sementara kontraktur merupakan efek
patologis jaringan parut yang mungkin timbul dari proses penyembuhan luka. Luka Bakar
menyebabkan kehilangan jaringan, menyembuhkan luka dengan kontraksi dan dapat
menghasilkan kontraktur. Kontraktur dapat berupa intrinsik atau ekstrinsik. Pada kondisi
lanjut, kontraktur dapat menyebabkan deformitas yang memerlukan pembebasan kulit
dengan graft atau flap. Kontraktur menyebabkan disabilitas dan gangguan fungsional.
Kontraktur yang terjadi pada daerah ekstremitas atas dapat mempengaruhi Aktivitas
Kehidupan Sehari-hari. Deformitas kontraktur harus ditangani dengan kehati-hatian, dan
diperlukan asesmen yang komprehensif serta uji fungsi, termasuk pemeriksaan penunjang
medik sehingga diagnosis fungsional dapat ditegakkan berdasarkan ICF.
2. Jaringan parut, parut hipertrofik, dan keloid jaringan parut area predileksi terjadinya
jaringan parut yaitu leher, sternal dan dada. Pembentukan jaringan parut akan meningkat
apabila proses penyembuhan lebih dari 2 minggu sejak terjadinya luka bakar. Jaringan
parut muncul dalam beberapa bulan pertama setelah luka bakar, setelah itu
perkembangannya mengalami akselerasi dengan puncaknya sekitar 6 bulan dan akan stabil
atau berkurang atau “matur” sekitar 12-18 bulan setelah terjadinya luka bakar. Jaringan
parut yang aktif tampak kemerahan, menonjol (lebih tinggi dari area sekitarnya), kaku,
nyeri seiring dengan adanya neovaskularisasi.
Parut hipertrofi adalah pertumbuhan jaringan parut yang berlebihan yang tidak melebihi
batas luka aslinya. Etiologinya dikaitkan dengan penyembuhan luka yang tidak normal dan
epitelisasi yang lama sebagai akibat penanganan yang tidak memadai sejak awal. Tanda
yang terlihat adalah tampak parut yang menebal, tidak rata, lebih gelap dan dapat
menimbulkan gangguan kepercayaan diri pada pasien. Keloid adalah jaringan parut yang
tumbuh melebihi area luka pada kulit yang menyembuh dengan predileksi pada area
deltoid, sternum, punggung dan telinga. Parut hipertrofik dan keloid pasca luka bakar
merupakan masalah mayor yang masih sulit untuk diatasi pada kasus luka bakar. Biasanya
luka yang hiperemis mulai kembali normal sekitar 9 minggu setelah terjadinya cedera.
Pada luka yang memiliki kecenderungan menjadi hipertrofik, pembentukan pembuluh
darah baru akan meningkat yang menyebabkan eritema dan kontraksi sehingga terbentuk
hipertrofi. Perbedaan parut hipertrofik dan keloid dapat dilihat dari Tabel di bawah ini.
Tabel 1. Perbedaan Parut Hipertrofik dan Keloid

Prognosis1
Oleh karena begitu lama dan panjangnya perawatan pada pasien luka bakar di seluruh unit
luka bakar, penentuan prognosis mortalitas pada pasien luka bakar sangatlah penting untuk
memprediksi hasil dari perawatan luka bakar tersebut. Terdapat hingga 45 macam model yang
dapat digunakan untuk memprediksi mortalitas dari pasien luka bakar. Salah satu model yang
paling sering di gunakan adalah ABSI (Abbreviated Burn Severity Index).
ABSI (Abbreviated Burn Severity Index) score.
Skoring ABSI pertama kali ditemukan pada tahun 1982, dan telah digunakan sebagai salah
satu metode untuk memprediksi mortalitas pada pasien luka bakar. Terdapat lima variable yang
dibutuhkan untuk menentukan mortalitas dari pasien luka bakar. Lima variable tersebut adalah
jenis kelamin, usia, terdapatnya trauma inhalasi, terdap atnya luka bakar full-thickness dan
presentasi TBSA yang terkena luka bakar, dapat dilihat pada tabel. Perhitungan TBSA dilakukan
berdasarkan formula “Rule of Nine”. Jika skor ABSI lebih dari 6, riwayat luka bakar karena
listrik, luka bakar disebakan karena trauma yang major dan luka bakar full-thickness terdapat
pada area wajah, aksila, sendi, tangan, kaki dan genital pasien disarankan untuk dirujuk ke unit
khusus luka bakar.
Tabel 2. ABSI (Abbreviated Burn Severity Index)
Referensi :
1. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Tata Laksana Luka
Bakar [Internet]. Indonesia; 2019. Available from:
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/KMK_No__HK_01_07-MENKES-555-
2019_ttg_Pedoman_Nasional_Pelayanan_Kedokteran_Tata_Laksana_Luka_Bakar.pdf

Anda mungkin juga menyukai