Anda di halaman 1dari 40

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan gurami sangat potensial dibudidayakan di Indonesia. Banyak faktor yang menjadikan
prospek budidaya gurami menjadi sangat menjanjikan. Faktor pendukung tersebut diantaranya
adalah lahan untuk budidaya gurami masih sangat banyak tersedia, benih dan pakannya mudah
didapat, serta data tentang cara budidayanya cukup memadai (Agromedia, 2007).
Menurut Sitanggang (1990) Gurami adalah salah satu jenis ikan kultur air tawar yang
sudah lama dikenal orang dan telah banyak dibudidayakan. Gurami yang rasa dagingnya amat
lezat ini diketahui masyarakat sebagai makhluk yang lamban pertumbuhannya. dibandingkan
dengan ikan air tawar lainnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Balai Penelitian
Perikanan Air Tawar Bogor, pada ukuran tertentu gurami dapat tumbuh dengan cepat bila
diberikan makanan yang cukup jumlah dan mutunya.
Selain dipasarkan di dalam negeri, Gurami juga berpotensi dipasarkan keluar negeri.
Selama ini, untuk memenuhi permintaan kebutuhan di dalam negeri, gurami masih dipasok dari
sentra penghasil gurami seperti jawa barat. Namun, Kebutuhan gurami seperti Jawa Barat, Jawa
Tengah, Sumatera Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat. namun hingga saat ini untuk
kebutuhan gurami di dalam negeri masih saja belum terpenuhi seluruhnya (Agromedia, 2007).
Usaha ikan gurami sangat menguntungkan karena perdagangan ikan gurami sudah bisa dimulai
sejak dari telur di dalam sarang, benih yang berukuran kecil ataupun besar, sebagai indukan atau
sebagai ikan gurami konsumsi. Bahkan sekarang telah dijual jenis ikan gurami untuk ikan hias di
taman atau di akuarium.
Dari berbagai keunggulan-keunggulan tersebut di atas, maka dalam Praktek Kerja Lapang
penulis tertarik untuk mengambil praktek tentang pembenihan ikan gurami di Balai Benih dan
Budidaya Ikan (BBI) Kota Medan.

1
1.2  Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Adapun maksud yang ingin dicapai setelah mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang tentang
Teknik Pemijahan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) adalah:
a.    Mengikuti secara langsung kegiatan pemijahan ikan gurami.
b.    Mengamati gejala-gejala penyakit yang menyerang larva ikan serta dapat mengetahui
penyebab/sumber penyakit dan mengetahui dan cara penanggulangannya.
1.2.2      Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Lapang adalah :
a.    Untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan, terutama pada teknik pemijahan ikan
gurami (Osphronemus gouramy).
b.    Mengetahui biaya-biaya dan hasil dari pemijahan ikan gurami.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biologi Ikan Gurami


Gurami merupakan ikan asli perairan Indonesia yang diperkirakan sudah dipelihara sejak
zaman Raja Galuh di Priangan Timur, yang sekarang menjadi Kabupaten Ciamis. Pada saat itu
gurami hanya dinikmati oleh kalangan kerajaan. Pemeliharaan gurami lalu menyebar ke berbagai
daerah di Ciamis seperti Cikoneng, Cijeunjing, Purbaratu, Sadanaya, Bojongnangka, Sikamenak,
Cibodas, Galunggung, Kawalu, lalu ke Singaparna di Tasikmalaya (Agromedia, 2007).
Gurami (Osphronemus goramy) adalah sejenis ikan air tawar yang populer dan disukai
sebagai ikan konsumsi di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Di samping itu, di negara-negara
lainnya gurami juga sering dipelihara dalam akuarium. Umumnya dikenal dengan nama gurami,
ikan ini juga memiliki beberapa sebutan lokal seperti gurame (Sunda.), grameh (Jawa.), kalui
(Jawa Barat.), ikan kali (Palembang.), dan lain-lain.

2.1.1. Klasifikasi
Menurut Saanin (1968), penggolongan ikan gurami berdasarkan ilmu taksonomi hewan
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Pisces
Ordo : Labyrinthici
Famili : Anabantidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemus gouramy, Lyc.

3
2.1.2. Morfologi
Menurut Khairuman dan Khairul Amri (2003), morfologi ikan gurami adalah sebagai
berikut:
a. Bentuk tubuh gurami agak panjang, tinggi, dan pipih kesamping. Panjang maksimum
mencapai 65 cm dengan tinggi badan 2 – 2,1 kali dari panjang tubuh gurami pada
umumnya.
b. Gurami memiliki garis lateral (garis gurat sisi) tunggal, lengkap, dan tidak terputus.
Dengan bentuk sisik stenoid (tidak membulat secara penuh) dan berukuran besar.
c. Ikan ini memiliki gigi pada rahang bawah.
d. Di daerah pangkal ekor terdapat titik hitam bulat. Sirip ekornya membulat dan
mempunyai sepasang sirip perut yang telah mengalami modifikasi menjadi sepasang
benang yang panjang dan berfungsi sebagai alat peraba.
e. Gurami muda memiliki dahi berbentuk normal atau rata. Semakin dewasa, ukuran dahi
menjadi semakin tebal dan tampak menonjol. Pada tubuh gurami muda terlihat jelas 8 –
10 buah garis tegak atau vertikal. Garis ini akan hilang setelah ikan menginjak dewasa.
Lebih jelasnya morfologi Gurami bisa dilihat pada Gambar 1.

2.1.3. Habitat
Di alam, gurami mendiami perairan yang tenang dan tergenang seperti rawa-rawa, situ
dan danau. Kehidupannya yang menyukai perairan bebas arus itu terbukti, ketika gurami Sangat
mudah dipelihara di kolam-kolam tergenang (Sitanggang dan Sarwono, 2006).
Perairan yang paling optimal untuk budidaya gurami adalah dataran yang terletak pada
ketinggian antara 50 – 400 meter Diatas Permukaan Laut (DPL). Ikan ini masih bertoleransi
sampai pada ketinggian 600 meter DPL. Yang menjadi patokan utama adalah suhu air di
lingkungan atau habitat hidupnya, suhu yang ideal berada pada kisaran 24 – 28 0 C. ikan gurami
sangat peka terhadap suhu rendah.

2.2. Sarana dan Prasarana Produksi


Persiapan kolam pada kegiatan pembenihan ikan gurami memerlukan sarana dan
prasarana untuk mendukung dalam kegiatan pembenihan ikan gurami.
2.2.1. Sarana

4
Menurut Tirta dan Riski (2002), wadah yang dibutuhkan dalam usaha pembenihan
gurami ini bermacam-macam bentuk dan jumlahnya, sesuai dengan fungsi dari masing-masing
wadah tersebut. Wadah yang biasa digunakan dalam kegiatan usaha pembenihan ikan gurami
yaitu sebagai berikut :
a. Akuarium
Akuarium yang digunakan dalam usaha pembenihan gurami dapat berfungsi sebagai
tempat penetasan telur dan tempat pembesaran larva (pendederan) menjadi benih
ukuran tertentu.
b. Ember atau Baskom
Ember atau baskom yang digunakan dapat berfungsi sebagai tempat pemindahan telur
dari kolam pemijahan ke kolam penetasan.
c. Bak Pemeliharaan Cacing
Cacing sutera (Tubifex sp.) merupakan pakan larva dan juga pakan benih gurami. Bak
ini dibuat dengan sistem air mengalir.
d. Bak Fiber
Bak fiber biasa digunakan untuk menampung air yang akan diisikan ke akuarium.
Bentuk bak fiber disesuaikan dengan kebutuhan penggunaanya.
2.2.2. Prasarana
Menurut Tirta dan Riski (2002), disamping wadah, ada beberapa peralatan pendukung
yang sangat penting dibutuhkan dalam usaha pembenihan gurami, diantaranya :
a. Aerator atau Blower
Sistem pembenihan gurami yang menggunakan akuarium dipastikan membutuhkan
suplai oksigen yang cukup. Oleh karena itu, suplai oksigen dengan alat bantu sangat
diperlukan agar kebutuhan oksigen larva dan benih dalam akuarium terpenuhi.
b. Instalasi Pipa dan Selang Plastik
Pembenihan gurami yang dilakukan di akuarium memerlukan berbagai alat
pendukung, berikut segala perlengkapannya.

1)   instalasi pipa

5
2)   instalasi selang plastik
3)   batu aerasi atau batu apung
4)   cabang pengatur selang dan pengatur oksigen
5)   pemanas air (water heater)
6)   kain pembersih
7)   pompa air
8)   bahan pembentuk sarang
9)   rangka sarang
10)   jaring kecil
11)   kain happa
12)   lampu

2.3. Pembenihan
2.3.1. Konstruksi Kolam Induk
Menurut Sitanggang dan Sarwono (2006), kolam penyimpanan induk paling strategis
terletak dekat rumah sehingga ikan terkontrol perkembangannya. Kedalaman kolam
penyimpanan induk sekitar 50 cm. Jika luasnya sekitar 10 m 2, kolam induk itu dapat diisi 10 ekor
jantan dan 20 ekor betina. Agar ikan tidak melompat keluar, maka dibagian pemasukan air
ditutup anyaman bambu yang agak renggang. Untuk menjaga kesehatan induk, sesekali dasar
tebar harus dibersihkan jika lumpur sudah terlalu tebal.
2.3.2. Persiapan Kolam
Menurut Jangkaru (2007), kolam harus dikeringkan terlebih dahulu, selain untuk
mematikan bibit hama dan penyakit, juga untuk memberikan rangsangan bau sangit pada induk-
induk gurami.
Pada saat pengeringan, pematang kolam diperbaiki dengan membabat rumput yang
masuk ke kolam agar diketahui kebocoran pematang. Kebocoran pematang bisa menyebabkan
benih ikan berenang dan akan hanyut terbawa aliran air.
Kolam pemijahan setelah dikeringkan siap diisi air dengan kualitas yang baik yaitu
jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan terbebas dari hama serta bibit penyakit. Ketinggian air
kolam kurang lebih 0,75-1 meter.

6
Kolam pemijahan yang telah terisi air kemudian dibiarkan minimum 4 hari. Selama itu,
dilakukan pemasangan kerangka sarang sebagai tempat untuk meletakan bahan pembentuk
sarang. Kerangka ini dapat berupa ”sosog”, ranting-ranting pohon atau kayu dan bambu yang
cukup ditancapkan. Sebagai tempat sarang dapat pula dilakukan pembuatan lubang-lubang di
dinding pematang kolam. Kerangka sarang ini diletakan dipinggir dan ditengah kolam.
Bahan pembentuk sarang diletakan dikolam sebelum induk dimasukkan. Semakin
banyak bahan sarang yang disediakan akan semakin baik. Bahan sarang yang diberika dapat
berupa ijuk, tali rapia dan rumput kering. Bahan sarang diletakkan ditempat khusus atau
diletakkan begitu saja, ditengah atau dipinggir kolam (Tirta dan Riski, 2002 ).
2.3.3. Persyaratan Induk
Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan untuk menghasilkan induk gurami yang
berkualitas prima. Syarat-syarat tersebut meliputi umur dan keadaan fisik ikan. Umur induk
betina yang baik antara 3 – 7 tahun. Untuk induk jantan, umurnya antara 2 – 3 tahun. Semakin
tua dari umur yang telah ditetapkan tersebut, Semakin sedikit produksi telur dan sperma yang
dihasilkan oleh gurami. Perbedaan induk jantan dan betina tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan Induk Jantan dan Betina
Induk Jantan Induk Betina
- Dahi menonjol - Dahi datar
- Dagu tebal ( lebih menonjol ) - Dagu tidak menebal
- Perut meruncing - Perut membundar
- Susunan sisik normal (rebah) - susunan sisik agak membuka
- Gerakan lincah - Gerakan agak lamban
Sumber: Tirta dan Riski, (2002)
Adapun persyaratan induk ikan gurami sesuai Standar Nasional Indonesia harus
memenuhi kriteria kualitatif dan kuantitatif sebagai berikut :

a. Kriteria kualitatif

·       Warna badan kecoklatan dan bagian perut berwarna putih keperakan atau kekuning-kuningan.
·       Bentuk tubuh pipih vertikal.
·       Kesehatan anggota atau tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan tidak ada kelainan bentuk, alat
kelamin tidak cacat (rusak), tubuh bebas dari jasad pathogen, insang bersih, tubuh tidak
bengkak/memar, dan tidak berlumut, tutup insang normal dan tubuh berlendir.

7
b. Kriteria kuantitatif sifat reproduksi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria kuantitatif induk siap dipijahkan.


Jenis Kelamin
No. Kriteria Satuan
Jantan Betina
1 Umur Bulan 24- -
2 Panjang Standar Cm 30 – 35 31 – 35
3 Bobot badan Kg/ekor 1.5 - 2.0 2.0 - 2.5
4 Fekuinditas Butir/kg - 1.500 - 2.500
5 Diameter telur Mm - 1.4 - 1.9
Sumber : Badan Standarisasi Nasional, (2000)
Namun demikian, dalam pemijahan sebaiknya menggunakan induk yang sudah mencapai
berat sekitar 3 kg (betina) dan 4-5 kg (jantan). Induk betina dapat menghasilkan telur sebanyak
1.500 – 2.500 butir/kg induk.
2.3.4. Perawatan Induk
Hal-hal yang paling utama dilakukan dalam upaya perawatan induk yakni pemberian
pakan. Pakan untuk induk berupa daun talas, seekor induk rata-rata menghabiskan sehelai daun
talas tiap harinya. Air kolam harus dijaga kebersihannya agar tidak mengganggu kesehatan induk
ikan gurami tetap terjaga. Suasana disekitar kolam diusahakan jangan terlalu ramai agar induk
tidak terganggu dan merasa nyaman saat ada dikolam pemeliharaan induk, serta kolam persiapan
induk juga diusahakan harus terbebas dari hama pengganggu (Tirta dan Riski, 2002).
2.3.5. Pemijahan
Menurut Tirta dan Riski (2002), induk yang akan memijah biasanya akan saling berkejar-
kejaran terlebih dahulu. Selanjutnya kedua induk akan berdampingan. Apabila pasangannya
sudah siap melangsungkan pemijahan maka induk jantan akan membuat sarang. Setelah sarang
terbentuk maka proses pemijahan akan berlangsung. Kedua induk akan melekukkan badannya
lalu saling melilit. Selanjutnya induk betina akan mengeluarkan telur. Telur akan berhamburan
dan melayang-melayang di air. Induk jantan akan memunguti telur-telur itu dengan mulutnya
dan memasukkanya kedalam sarang. Dalam satu kali peneluran, tergantung kondisinya, seekor
induk betina akan menghasilkan 2.000 – 40.000 butir telur dan dalam satu tahun seekor induk
betina akan bertelur 2 – 3 kali. Telur didalam sarang akan dibuahi oleh induk jantan dengan cara
menyemprotkan spermanya ke telur-telur tersebut.

8
Menurut Khairuman dan Khairul (2003), keberhasilan proses pemijahan dapat diamati,
yakni dengan memperhatikan keadaan kolam sekitar sarang. Jika didaerah tersebut tercium bau
amis disertai dengan munculnya bintik-bintik minyak dipermukaan air berarti telah terjadi proses
pemijahan. Proses pemijahan akan berlangsung terus-menerus hingga telur induk betina habis.
Biasanya, proses ini membutuhkan waktu 2 – 3 hari. Jika pemijahan telah selesai, sarang yang
semula terbuka akan ditutup oleh induk jantan sehingga bentuknya menjadi bulat.
2.3.6. Penetasan Telur
Dalam kondisi alamiah, telur-telur dalam sarang akan menetas dalam waktu 30 – 36 jam.
Setelah menetas anak ikan (larva ikan) masih tetap tersimpan dalam sarang. Menurut Jangkaru
(2007), penetasan telur gurami dapat dilakukan dalam kolam pemijahan, kolam penetasan,
sawah, paso, maupun baskom (bak plastik). Macam-macam tempat penetasan telur yang pada
umum dilakukan antara lain :
a.   Penetasan Telur di Kolam Pemijahan
Penetasan telur dalam kolam pemijahan dilakukan tanpa mengangkat atau memindahkan
sarang atau induknya dari dalam kolam. Induk tetap berada didalam sarangnya karena diperlukan
untuk merawat dan menjaga telur serta larva.
b.   Penetasan Telur di Kolam Penetasan
Persiapan yang dilakukan sebelum mulai menetaskan telur di dalam kolam penetasan
adalah membersihkan dan menjemur kolam serta melappisi dasar kolam dengan kerikil-kerikil
halus. Gunanya supaya telur, larva, dan benih tidak terbungkus lumpur.
Setelah persiapan kolam penetasan selesai, sarang buatan yang telah berisi telur, dapat
diangkat secara perlahan-lahan. Idealnya sarang diangkat setelah 2 – 4 hari dari proses
pemijahan. Telur-telur tersebut akan menetas setelah tiga hari kemudian.
c.   Penetasan Telur di dalam Akuarium
Penetasan dalam akuarim merupakan cara yang dianggap paling efektif karena
pengontrolannya lebih ketat dan sarana pendukungnya amat memadai, sehingga tingkat
keberhasilanya lebih tinggi.
d.   Penetasan Telur dalam Baskom
Baskom yang digunakan dapat berbahan dari plastik, fiber, karet maupun papan. Untuk
skala industri, baskom-baskom untuk penetasan ini sebaiknya diberi naungan. Jenis naungan
yang digunakan dapat berupa rumbia, plastik, genting, atau jenis atap lainnya.

9
2.3.7. Pemeliharaan Larva
Menurut Jangkaru (2007), fase larva merupakan masa kritis dalam daur hidup ikan
sehingga tingkat kematian atau mortalitas pada fase ini sangat tinggi. Banyak faktor yang
menyebabkan tingkat mortalitas pada fase larva menjadi tinggi. Faktor penyebab tersebut dapat
digolongkan dalam faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari proses
perkembangan biologi larva itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal antara lain penyakit, hama,
kualitas air, cuaca dan pakan.

2.4.  Pemberian Pakan Alami dan Pakan Buatan


Pakan alami merupakan menu utama selama tahap awal benih ikan, termasuk gurami.
Jenis pakan alami yang mudah diperoleh dan umum dipakai antara lain daphnia, moina, cacing
sutera. Pakan alami dapat ditambahkan sebagai makanan ekstra atau menggantikan sebagai
makan buatan. Jika pakan alami berfungsi sebagai pengganti ransum pakan buatan maka
perbandingan yang disarankan adalah 50 – 75% pakan alami dan 25 – 50% pakan buatan.
Pemberian pakan alami yang efektif pada hari ke-sepuluh setelah telur menetas. Pakan buatan
dan pakan alami dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Pakan buatan dan pakan alami
No Pakan Alami Pakan Buatan
1 Daphnia dilakukan pemupukan Pelet mengandung 25-30%protein
selama 7 – 8 hari dengan dengan dosis 3% dari total botol benih
setengah dosis awal. pemberian pakan dilakukan saat
pagi,siang dan sore
2 Moina dilakukan pemupukan 4- Pellet remah atau pellet kecil.
5 hari dengan dosis seperempat
dosis awal.
3 Cacing sutera dilakukan
pemupukan seminggu sekali
dengan dosis 10% dari jumlah
pemupukan awal
Sumber : Halim (2011).

2.5.  Pengelolaan Kualitas Air

10
Hama yang akan menyerang diantisipasi dan ditanggulangi dengan penggunaan sumber
air, seperti mata air, sumur bor, atau air hujan yang relatif bebas hama. Kualitas air untuk
pemeliharaan larva atau benih gurami harus memenuhi beberapa persyaratan karena air yang
kurang baik dapat menyebabkan ikan mudah terserang penyakit. Kualitas air yang optimum
untuk pemeliharaan benih gurami.
a.    Kandungan oksigen dan karbondioksida, pada usaha intensif, kandungan oksigen yang baik
antara 4 – 6 mg/liter, sedangkan kandungan karbondioksida kurang dari 5 mg/liter.
b.    Derajat keasaman (pH), pH yang baik untuk budidaya gurami adalah dikisaran 5 – 9.
c.    Suhu, gurami akan tumbuh optimal pada kisaran suhu 25° – 28°C.
d.    Senyawa beracun, senyawa beracun yang berbahaya bagi kehidupan gurami adalah amoniak.
Pada kisaran 0,1 – 0,3 mg/liter konsentrasi kandungan amoniak dapat menyebabkan kematian
pada gurami.
e.    Kekeruhan atau kecerahan, tingkat kekeruhan air pada suatu perairan dapat diamati
menggunakan secchi disk (pengukur kecerahan air).
2.5.1. Pemasangan Aerasi
Larva dan anak ikan sangat peka terhadap kekurangan oksigen. Kondisi tersebut
disebabkan oleh alat pernafasan yang belum terbentuk secara sempurna. Untuk memasukkan
oksigen kedalam air dapat dilakukan dengan menggunakan aerator, blower, atau injection.

2.5.2.  Penyiponan dan Penggantian air


Menurut Tirta dan Riski (2002), air dalam akuarium harus selalu diganti. Frekwensi
penggantian air dilakukan 2 kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Untuk anak gurami yang
mulai besar dengan ukuran diatas 1,5 cm, penggantian air dilakukan pada sore dan malam hari.
Penggantian air ini dilakukan untuk mengganti air yang telah kotor karena sisa pakan dan
kotoran dari benih ikan. Volume air yang diganti sebanyak ¼ bagian dari volume air dalam
Akuarium. Pada saat penggantian air, kotoran yang berada didasar akuarium dibersihkan dengan
cara disipon menggunakan selang plastik kecil yang berdiameter 5 – 10 mm. Pada ujung selang
diberi kain kasa agar ikan tidak tersedot keluar.

11
Penyiponan dilakukan sampai air berkurang kurang lebih ¼ bagian dari volume air dalam
akuarium. Pengurangian air dengan proses penyiponan yang hanya sebanyak ¼ bagian air dari
dalam akuarium adlah untuk mencegah terjadinya perubahan faktor fisik dan kimiawi air dalam
akuarium. Apabila air yang diganti terlalu banyak maka dikhwatirkan ikan akan stres karena sifat
fisik dan kimia air baru belum tentu cocok untuk ikan tersebut.
2.5.3.    Pengontrolan Air
Salah satu faktor penting yang berperan dalam keberhasilan pembenihan gurami adalah
kualitas air. Beberapa parameter yang berkaitan dengan kualitas air yang harus diperhatikan
diantaranya pH, suhu, kekeruhan air.
Keasaman (pH) air yang sesuai untuk benih gurami berkisar pada angka 6,5 – 7,5.
Apabila air yang akan digunakan belum sesuai dengan pH yang diinginkan maka pH air tersebut
dapat diatur dengan menambahkan larutan asam atau basa. Untuk mengubah pH air ke nilai yang
paling rendah maka gunakan asam fosfor, sementara untuk meningkatkan pH air maka gunakan
soda atau sodium bikarbonat.
Suhu air yang sesuai sangat mendukung kehidupan benih secara optimal. Untuk benih
gurami, suhu air yang ideal adalah 28° C. Apabila suhu air rendah maka bakteri-bakteri yang
tidak dikehendaki akan mudah berkembang biak. Pada air yang memiliki suhu yang hangat,
bakteri akan mati dan tidak akan berkembang biak. Selain itu, air yang bersuhu hangat akan
merangsang ikan tersebut untuk meningkatkan frekuensi makannya karena proses metabolisme
ikan menjadi lebih cepat.
Untuk menaikkan suhu air agar tetap hangat dapat dilakukan dengan menempatkan
akuarium diruang yang tertutup dan atapnya terbuat dari fiberglass sehingga dapat menyerap
panas. Dan juga dapat ditingkatkan suhunya dengan water heater. Dengan alat suhu dapat diatur
sesuai keinginan.
Air untuk media hidup benih sebaiknya jangan keruh. Pada air yang keruh, partikel-
partikel kecil yang terkandung didalamnya dapat mempengaruhi proses kerja insang benih
gurami.
Kekeruhan air dapat dihilangkan dengan cara filterisasi atau pengendapan. Air yang akan
digunakan dimasukan ke bak penampungan selama sehari semalam agar partikel-partikel
mengendap. Jika air dalam penampungan langsung akan digunakan maka air tersebut perlu

12
diaerasi terlebih dulu. Selain diendapkan, air yang mengandung partikel-partikel juga dapat
disaring dengan saringan mikron yang berdiameter sangat kecil. (Tirta dan Riski, 2002).

2.6. Monitoring Pertumbuhan


Agromedia (2007), berpendapat setelah telur menetas, larva dapat dipelihara dicorong
penetasan sampai umur enam hari. Jika penetasan dilakukan di akuarium perlu dilakukan
pergantian air selama pemeliharaan, dengan kualitas air pada suhu 29 – 300c dan pH 6,5 – 8,0.
Pakan mulai diberikan saat larva berumur 5 – 6 hari, pakan yang diberikan berupa cacing sutra
kering, artemia, dan kutu air berupa miona atau daphnia, dengan frekuensi pakan 4 – 5 kali
sehari, sebanyak 2 sendok makan untuk 100 ekor larva setiap pemberian. Larva ini selanjutnya
dipelihara hingga menjadi benih. Daur hidupnya ikan gurami tersebut dapat dilihat pada Gambar
2.
Gambar 2. siklus hidup ikan gurami (Yeah, 2011)

2.7. Hama dan Penyakit


2.7.1. Hama
Umumnya, hama dikenal juga sebagai predator atau pemangsa. Hama terdiri dari hewan,
baik yang hidup di dalam air maupun yang hidup di daratan. Menurut Khairuman dan Khairul
(2003) jenis-jenis hama yang sering menyerang gurami sebagai berikut.
a.   Kutu Ikan atau Kutu Air
Kutu ikan yang menyerang gurami berasal dari jenis argulus sp. Hewan ini termasuk
golongan udang renik yang tubuhnya berbentuk bulat pipih. Tipe seranganya adalah menempel
kuat pada tubuh dan insang gurami dan meninggalkan bekas luka gigitan yang kadang-kadang
mengeluarkan darah.
b.   Uncrit (Larva cybister)
Uncrit adalah larva dari kumbang air yang berwarna kehijauan. Sasaran ucrit adalah
gurami stadium benih ukuran 1 – 3 cm yang masih ada dikolam pendederan. Ucrit memangsa
benih gurami dengan cara menangkapnya kemudian melumpuhkannya dengan ujung ekornya
yang bercabang dua.
c.   Notonecta (bebeasan)

13
Notonecta dikenal juga sebagai bebeasan karena bentuknya seperti butiran beras. Hewan
ini memangsa ikan yang masih berada dalam stadium benih dengan ukuran 1 – 2 cm. Biasanya
benih gurami ditusuk sekaligus dihisap darahnya oleh notonecta
d.Kini-kini
Kini-kini adalah larva capung yang hidup dibawah permukaan air kolam. Hewan ini
memangsa gurami dengan cara menghisap darahnya.
2.7.2. Penyakit
Menurut Khairuman dan Khairul (2003), ada dua kelompok besar yang dapat
menyebabkan ikan sakit. yaitu:
a.    Penyakit akibat gangguan jasad hidup atau biasa disebut dengan penyakit parasiter.
b.    Penyakit yang bukan disebabkan oleh jasad hidup melainkan oleh faktor fisika dan kimia
perairan atau yang biasa disebut dengan penyakit nonparasiter.
Penyebaran penyakit dapat terjadi melalui beberapa cara, yakni media air tempat hidup
ikan, aliran air atau aliran irigasi, kontak langsung antara ikan yang sakit dan ikan yang sehat,
dan kontak tidak langsung, misalnya melalui peralatan yang terkontaminasi dan melalui agent
atau carrier (perantara ataupun pembawa). Tanda-tanda umum yang menunjukan gejala
serangan penyakit pada gurami sebagai berikut.
a.    Terjadinya kematian.
b.    Laju pertumbuhan lambat.
c.    Bentuk tubuh tidak normal.
d.    Warna tubuh pucat.
e.    Ikan sering muncul kepermukaan.
f.      Sulit bernafas.
g.    Nafsu makan menurun.
h.    Mengeluarkan lender berlebih atau tidak sama sekali.
i.      Sering menggosokan badanya ke benda-benda di dalam air.
j.      Perut membengkak atau sangat kurus.
Beberapa jenis penyakit yang sering dijumpai menyerang gurami, antara lain :
a.      Penyakit Bintik Putih
Penyakit bintik putih (white spot) menimbulkan bercak-bercak putih disekujur tubuh
ikan. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Ichthyopthtirius sp. Bakteri ini menyerang bakteri

14
dengan cara bersarang pada lapisan lendir kulit, sirip, hingga lapisan lender pada insang. Ikan
yang diserang penyakit ini banyak mengeluarkan lender dan tubuhnya pucat.
b.      Cacing Insang dan Cacing Kulit
Penyakit ini umumnya ditemukan dibagian insang dan kulit gurami. Penyebabnya adalah
parasit dactylogyrus yang menyerang insang dan kulit gurami dan parasit Gyrodacctylus yang
menyerang kulit gurami. Gejala gurami yang diserang oleh parasit ini antara lain ikan sering
berenang ke permukaan air dan tubuhnya melompat-lompat. Selain itu, ikan banyak
mengeluarkan lendir dan tubuhnya pucat.
c.      Bercak Merah
Penyakit bercak merah disebut juga dengan penyakit aeromonas. Ada dua aeromonas
yang menyerang gurami, yakni Aeromonas punctata dan Aeromonas hydrophilla. Ikan yang
terserang oleh bakteri ini warna tubuhnya menjadi gelap dan kulitnya kasar karena kehilangan
lendir. Gejala lainnya, ikan sering muncul kepermukaan air, berenang sangat lemah, dan
napasnya terenggah-enggah (megap-megap).
d.      Trichodina sp.
Trichodina sp. adalah parasit yang menyerang kulit dan sirip ikan. Dampak serangan
penyakit ini adalah luka-luka pada organ disertai infeksi sekunder.

2.8. Panen dan Pasca Panen


2.8.1. Panen
Menurut Tirta dan Rizki (2002), pemanenan benih tergantung dari permintaan konsumen.
Hampir semua ukuran benih gurami mendapatkan permintaan dari konsumen. Adapun ukuran
secara rinci dari masing-masing benih yaitu.
a.    Larva, adalah telur gurami yang baru menetas, umumnya 1 – 12 hari.
b.    Biji oyong, kuaci, atau gabah, adalah sebutan benih gurami dari menetas sampai umur 30 hari.
c.    Kuku, adalah sebutan benih gurami yang mempunyai panjang 1 – 2,5 cm.
d.    Silet, adalah sebutan benih gurami yang mempunyai ukuran 2,5 – 4 cm.
e.    Bungkus korek api, adalah sebutan untuk benih gurami yang mempunyai ukuran 4 – 6 cm.
f.      Bungkus kaset atau bungkus rokok, adalah sebutan untuk benih gurami yang mempunyai
ukuran 12 – 15 cm.

15
g.    Tampelan atau garpit, adalah sebutan untuk ukuran benih gurami yang mempunyai ukuran 5 –
7 ekor/kg.
2.8.2. Pengemasan
Pengemasan merupakan satu tahap pasca panen yang juga menentukan keberhasilan
dalam rangkaian usaha pembenihan. Cara pengemasan yang benar akan memperkecil tingkat
kematian benih, terutama dalam pengangkutan ke tempat konsumen (Tirta dan Riski 2002).

BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

16
Praktek keterampilan lapangan mulai dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 2019 –
2 Maret 2020. Tempat pelaksanaan Prakerin (Praktek Kerja Lapangan) di UPTD Balai Benih
dan Budidaya Ikan Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Medan.

3.2 Alat dan Bahan


Tabel 3.2.Alat yang digunakan
No Nama alat jumlah Fungsi
1 Wadah Pemijahan 1 Unit Sebagai wadah pemijahan
2 Wadah Penetasan 1 Unit Sebagai wadah penetasan telur
3 Penggaris 1 Unit Untuk mengukur panjang induk gurami
4 Sterofom 2 Unit Sebagai wadah untuk memindahkan
ikan gurami
5 Timbangan 1 Unit Untuk menimbang induk gurami yang
akan di pijahkan
6 Tali raffia Secukupnya Untuk mengikat para para

Tabel 3.3.Bahan yang digunakan


No Bahan Jumlah Fungsi

1 Pupuk kandang 12 kg Untuk menumbuhkan pakan alami

2 Saponin 2 kg Untuk membasmi hama berdarah


merah
3 Decis Secukupnya Untuk mengendalikan hama

4 Pupuk kandang 12 kg
Untuk menumbuhkan pakan alami
5 Induk betina gurame 6 ekor Sampel pemijahan

3.3 Metode Praktek Kerja Lapangan

Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang adalah metode survey
berpartisipasi secara langsung dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan usaha
pembenihan ikan gurami, sehingga dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

17
3.4.Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam Praktek Kerja Lapangan ini adalah data primer dan
data sekunder. Menurut Subagyo (1991), yang membedakan antara data primer dan data
sekunder adalah:

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber ditempat PKL. Dalam
PKL nanti yang termasuk data primer adalah hasil pengamatan selama melaksanakan praktek,
hasil dari partisipasi dan hasil wawancara dengan narasumber.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari unit usaha dan sumber data terkait
lainnya, serta dari bahan kepustakaan maupun literatur lainnya. Data yang diambil di lapangan
meliputi lokasi unit usaha, sejarah unit usaha, tata letak, stuktur organisasi, dan ketenagakerjaan

3.5.     Metode Pengumpulan Data

Menurut Nazir (1998), metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
observasi dan wawancara.

a.    Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat
secara sistematis gejala-gejala yang diamati.

b.    Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan
dimana orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi dan keterangan.

3.6.     Metode Pengolahan

Menurut Narbuko dan Ahmadi (2001), data yang sudah terkumpul selanjutnya
dilakukan pengolahan data melalui tahap editing, tabulating dan analizing.

a.    Editing

Editing adalah memeriksa, mengoreksi dan melakukan pengecekan ulang terhadap data
yang terkumpul dengan tujuan mengurangi kesalahan.

b.    Tabulating

18
Tabulating adalah menyajikan data dalam bentuk tabel sehingga mudah untuk dipahami.

c.    Analizing

Analizing adalah menganalisa data yang sudah terkumpul sehingga dapat ditarik suatu
kesimpulan.

BAB IV

KEADAAN UMUM

4.1 Profil Balai Benih dan Budidaya Ikan (BBI) Kota Medan

19
4.1.1.Keadaan Umum Lokasi

Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Balai Benih dan Budidaya Ikan pasaa Dinas Pertanian
dan Perikanan Kota Medan terletak 18 KM dari Pusat Kota Medan dengan jarak tempuh sekitar
49 menit dengan berkendaraan mobil. Dengan suhu air pada kisaran 26 s.d 33oC menyebabkan
lokasi ini sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan. Topografi yang bergelombang
dimana bagian perkantoran memiliki posisi lebih tinggi dari wilayah produksi (perkolaman)
menyebabkan lokasi kolam lebih mudah terpantau.
Sebagai UPT bidang pembenihan perikanan yang berkedudukan di Ibu Kota Provinsi
Sumatera Utara, UPT Balai Benih dan Budidaya Ikan Kota Medan memiliki peran besar dalam
perkembangan ikan hias. Pengembangan Ikan Hias menjadi hal yang penting dan menjadi
kebutuhan daerah perkotaa. Untuk itu, dari 33 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera
Utara, hanya UPT Balai Benih dab Budidaya Ikan Kota Medan yang komitmen dalam
pengembangan ikan hias, untuk memenuhi kebutuhan induk unggul bagi pembudidaya ikan hias
skala kecil di Kota Medan.

4.1.2. Lokasi dan Tata Letak


UPT Balai benih dan budidaya Ikan pada Dinas Pertanian Dan perikanan Kota Medan
berada di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan dan
menempati lahan seluas ± 3 Ha dengan luas lahan yang telah dimanfaatkan lahan sebesar ± 1,5
Ha. Secara geografis, UPT Balai Benih dan Budidaya Ikan terletak pada 3 o 49, 8375” Lintang
Utara dan 98o 60, 3384” Bujur Timur dengan posisi ketinggian 175 dpl. Secara administrasi, UPT
Balai Benih dan Budidaya Ikan berada di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan
Tuntungan, Kota Medan. Letak UPT berada di bagian Selatan Kota Medan yang ditunjukkan
pada gambar 2.1 di bawah ini:

20
Gambar 4.1 Letak UPTD Balai Benih dan Budidaya Ikan Kota Medan

4.1.3. Sejarah Berdirinya UPT Balai Benih dan Budidaya Ikan


UPT Balai Benih dan Budidaya Ikan pada Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Medan
dibangun pada tahun 2004. Bangunan tersebut merupakan bangunan hasil ruislag atau tukar aset
dari kolam pembudidaya ikan milik Balai Penyuluhan Pertanian yang berlokasi di Kelurahan
Terjun, Kecamatan Medan Marelan. Perpindahan tersebut dimaksudkan untuk lebih
mengoptimalkan operasional produksi benih ikan dan terbentuklah UPT Budidaya yang pada
saat itu berkedudukan di bawah Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Medan dengan
menunjukkan Bapak Kasinto, S.Pt sebagai Kepala UPT.
Dalam proses pembangunan fisik dan pengembangannya, UPT Budidaya belum
berjalan optimal dikarenakan keterbatasan sarana dan prasarana dan tenaga kerja operasional
yang ada. Produksi benih terakhir pada tahun 2007 tercatat kurang dari 60.000 ekor benih nila
dan lele.
Dengan adanya perubahan nomenklatur Dinas Perikanan dan Kelautan menjadi Dinas
Pertanian dan Kelautan serta untuk lebih mengembangkan dan mengoptimalkan tugas pokok dan
fungsi dari UPT Budidaya tersebut, maka disusun dan di tetapkan Peraturan Walikota Medan
Nomor 25 Tahun 2010 tanggal 10 Februari 2010 tentang pembentukan Unit Pelaksana Teknis

21
(UPT) di Lingkungan Pemerintah Kota Medan, berdasarkan Peraturan Walikota Medan tersebut
maka Susunan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Budidaya pada Dinas Pertanian dan Kelautan
Kota Medan terdiri dari Kepala UPT, yang saat itu diduduki oleh Bapak R. Gatot Pahlawa, S.Pi,
Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang diduduki oleh Ibu agnesia Rahmawati, S,Pi, dan Petugas
Operasional yang saat itu terdiri dari 2 (dua) orang yaitu Bapak Endang Supriatna dan Bapak
Ngadirin.
Mengingat perlunya peningkatan produksi budidaya perikanan melalui penyediaan
induk dan benih bermutu, maka pada tahun 2011 Kepala UPT memohonkan
penambahan/perluasan lahan yang kemudiaan di tindak lanjuti secara positif oleh Kepala Bagian
Aset, Sekretariat Kota Medan. Kemudian melalui surat Sekretaris Daerah Kota Medan Nomor
520/10864 Tanggal 6 juni 2011. UPTD Budidaya diberikan tambahan lahan seluas 2 Ha yang
sebelumya diperuntukkan untuk pembangunan pasar induk Kota Medan.

22
Adapun lokasi sebelum perluasan dan setelah perluasan dapat dilihat pada gambar 4.1
dan 4.2 di bawah ini:

Gambar 4.2 Lahan UPTD Balai Benih dan Budidaya Ikan sebelum perluasan

Gambar 4.3 Lahan UPTD Balai Benih dan Budidaya Ikan sebelum perluasan

23
Adanya perubahan nomenklatur pada pemerintahan yang disesuaikan oleh
undang-.undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan Daerah maka Dinas Pertanian dan
Kelautan berubah menjadi Dinas Pertanian dan Perikanan. Berkelanjutan dari Undang-Undang
tersebut, maka untuk penataan UPT di Daerah, maka diterbitkannya Permendagri Nomor 12
Tahun 2017 tentang Pedoman Pembentukan Tempat dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit
Pelaksana Teknis. Berdasarkan Permendagri tersebut, maka diterbitkanlah Pertauran Walikota
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Unit Pelaksana Teknis Balai Benih dan Budidaya Ikan pada
Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Medan.

4.1.4. Sarana dan Prasarana


4.1.4.1. Sarana
Sarana yang ada di UPT Balai Benih dan Budidaya Ikan Kota Meda UPTDn Kelurahan
Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 1. Sarana UPT Balai Benih dan Budidaya Ikan
No. Nama barang Ukuran/CC Jumlah
1 Mesin pembuat pellet Sedang 1
2 Portable Water Pump Output 3” 20
3 Stationary Water Pump 10 PK 1
4 Pick Up 2000/1500 cc 2
5 Sepeda motor 160 CC 3
6 Timbangan Ikan Max 10 Kg 1
7 Timbangan Pakan Max 50 Kg 1
8 Timbangan Benih Digital degree 1 gr 2
9 Hi Blow Kap. 100 titik 1
10 Fiberglass 1000 L 3
11 Fiberglass 3140 L 1
12 Fiberglass 3,18 L 6
13 Fiberglass 1000 L 40
14 Jaring tangkap 8 × 1 meter 25
15 Keramba 1 × 3 × 1 meter 80
16 Peralatan Analisa Microbiology 1
17 Autoclave 25 L 1
18 Inkubator 8L 1
19 DO Meter DO – 5510 3
20 Akuarium 120 L 30
21 Rak Akuarium 171,43 × 30 × 105 cm 2
22 Rak Akuarium 339 × 30 × 105 cm 2
23 X Ray UV Light 10 Watt 2
24 PH Meter 0 – 14 1

24
25 PH Meter 0 – 14 3
26 Timbangan Analitik 0,1 gr 1
27 Excavator PC – 200 1
28 Blong Budidaya 200 Liter 86
29 Kolam Induk 132 m2 18
30 Bak Pembenihan 112 m2 3
31 Bak Perlakuan 48 m2 1
32 Instalansi Sumur Sumur dangkal 7
33 Bak Karantina 48 m2 1
34 Bak Cacing 5 m2 1
35 Bak Gurame 72 m2 1
36 Bak Reservoir 200 m2 1
37 Kolam Pendederan 96 m2 15
Sumber : UPT Budidaya Medan (2020)

4.1.4.2. Prasarana
Prasarana yang tersedia di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Benih dan
Budidaya Ikan Kota Medan Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan dapat
dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2. Prasarana di UPTD Balai Benih dan Budidaya Ikan
No. Jenis barang/bangunan Ukuran Jumlah
1 Bangunan Kantor 189 m2 1
2 Mess Operator 45 m2 2
3 Pagar Kantor 400 m 1
4 Mess Operator 54 m2 2
5 Gedung Pertemuan dan Lab 102 m2 1
6 Gedung Pasca Panen 83 m2 1
7 Gudang Pakan 43 m2 1
8 Indoor Hatchery 23 m2 1
9 Pagar UPTD Budidaya 1.200 m 1
10 Gedung Pelatihan 160 m2 1

25
11 Lemari Laboratorium 2 pintu 1
12 Filling Besi/Metal 4 laci 3
13 Kursi Lipat Standar 20
14 Meja Komputer Standar 2
15 Sofa Standar 1
16 Showcase Freezer 180 liter 1
17 AC Split 1 PK 2
18 Kipas Angin 4 bilah kipas 4
19 Up Right Freezer 120×55×80 cm 1
20 Dispenser Hot and freezer 1
21 Komputer PC+UPS Dual core, LCD 20” 1
22 Komputer Notebook 11 inchi 1
23 Printer A4 1
24 Printer A4 1
25 Meja Kerja Eselon IV 1
26 Meja Kerja ½ biro 2
27 Kursi Kerja Eselon IV Sedang 1
28 Kursi Kerja Standar 2
29 Lemari Arsip 2 Pintu 2
30 Proyektor Standar 1
Sumber : UPT Budidaya Medan (2020

Kaitan kegiatan pkl dengan pelajaran di sekolah

Kegiatan pkl dengan pelajaran di sekolah selama di UPT Balai Benih dan Budidaya
Ikan kota Medan yaitu :

 Materi yang dipelajari sesuai dengan kegiatan Pkl


 Adanya kedisplinan
 Adanya sikap Toleransi

Tantangan Yang dilaksanakan di tempat BBI

Tantangan yang dialami selama di UPT Balai Benih dan Budidaya Ikan kota Medan
yaitu :

 Jauh dari keluarga


 Menekankan diri untuk mampu mandiri

26
 Menghadapi berbagai sikap dari setiap peserta pkl dan para pegawai
 Banyaknya rintangan ketika turun di lapangan

Kegiatan PKL yang dapat merubah pola pikir

Kegiatan yang dapat mengubah pola pikir selama di UPT Balai Benih dan
Budidaya Ikan kota Medan yaitu :

 Adanya pembelajaran tentang kedisplinan


 Adanya pembelajaran tentang konsep diri dan konsep belajar
 Adanya pembelajara mengenai asistensi penyusunan rencana usaha

Hal yang harus di persiapkan untuk memasuki dunia kerja

Yang di persiapkan dalam bekerja yaitu siap fisik ,siap mental, dan etitude.fisik,
mental, dan ettitude adalah hal yang paling penting ketika ingin memasuki ke dunia kerja.
Jika sifat ettidue tidak di barengi dengan adanya siap fisik dan mental, kita tidak akan
bisa untuk mampu mengadaptasikan diri ke dunia kerja.

27
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pengamatan

Tabel 5.1. Ukuran Rata-Rata Induk Jantan dan Induk Betina Gurami pada kolam G1
Jenis Kelamin Induk Bobot Badan Panjang Gurami
Jantan 2,1 kg 40 cm
Betina 1,9 kg 38 cm

Tabel 5.2. Pengukuran Kualitas Air


Parameter Satuan/Unit Hasil
0
Suhu C 28,8
pH 7,0
kecerahan Cm 30-50
Oksigen Terlarut (DO) Ppm 6,03

5.2 Pembahasan
5.2.1. Pemeliharaan Induk
Pemeliharaan induk Ikan Gurami dilakukan dalam wadah pemeliharaan induk Gurami
berbentuk kolam dengan ukuran 6x8 m2. pemeliharaan induk ikan gurami bertujuan untuk
mendapatkan induk yang berkualitas.

28
5.2.2. Pakan Induk
Pakan induk Gurame yang digunakan ada dua jenis, yaitu Daun Talas dan Pellet HI-PRO-

VITE, daun talas sebagai pakan tambahan Ikan Gurami memiliki kandungan senyawa yang

khasiatnya dapat mempercepat kematangan gonat dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh

Induk Ikan Gurami dengan frekuensi pemberian pakan dua kali sehari pada waktu pagi dan sore

hari, begitu juga dengan pemberian pakan pellet dengan kadar protein 35% dengan ukuran pellet

3 mm dengan pemberian pakan pellet secara (adlibitum).

5.2. Seleksi Induk


Seleksi induk dilakukan dikolam penampungan induk. Jenis ikan gurami yang di pakai
adalah jenis gurami soang. Ikan gurami soang adalah ikan berukuran besar, berat mencapai 8
kg/ekor, panjang 65 cm, dan bersisik agak besar. Penampungan ini digunakan untuk
menampung induk sebelum ditaruh dikolam pemijahan sekaligus kolam pemeliharaan.
Kemudian dilakukan seleksi induk.
Tujuan dari seleksi induk ini adalah untuk memperoleh induk yang berkualitas unggul,
sehingga benih-benih yang dihasilkan juga berkualitas unggul.

5.3. Pemijahan

5.3.1.    Persiapan Kolam Pemijahan


Kolam pemijahan juga digunakan sebagai kolam pemeliharaan induk. Sebelum kolam
pemijahan digunakan kolam pemijahan dipersiapkan terlebih dahulu. Kegiatan persiapan kolam
dimulai dengan dilakukan proses pengeringan kolam pemijahan secara bertahap dan kemudian
ditebar samponin 2 kg dan larutan decis untuk 20 liter air yang tujuannya untuk membasmi hama
yang bersel darah merah. Setelah penebaran samponin dan decis, kolam diendapkan terlebih
dahulu selama 3 hari dan kemudian dilakukan pemupukan, pupuk yang digunakan adalah pupuk
kandang sebanyak 20 kg yang ditaruh pada dasar kolam tujuan pemberian pupuk kandang
tersebut adalah untuk menumbuhkan pakan alami. Setelah dilakukan pemupukan hal selanjutnya
ialah pengisian air kolam setinggi 80-100 cm setelah itu air diendapkan selama 7 hari.

29
5.3.2.    Proses Pemijahan
Proses pemijahan dilakukan dikolam pemijahan sekaligus kolam pemeliharaan, dan
dilakukan secara alami. Teknik yang diterapkan adalah pemijahan secara massal dan pasangan.
Dalam proses pemijahan induk jantan yang digunakan lebih sedikit dibandingkan induk
betina, hal ini dikarenakan dalam proses pemijahan induk jantan akan mengeluarkan sperma.
Perbandingan induk jantan dan betina yang diterapkan di BBI Kota Medan yaitu 1 : 4.
Proses pemijahannya yaitu induk jantan membuat sarang dengan cara mengambil ijuk
yang ada pada para para yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dikolam, setelah itu dengan
posisi miring induk betina melepaskan telur-telurnya ke dalam sarang lewat lubang kecil yang
telah dibuat. Bersamaan dengan itu, sambil mengendus-endus bagian perut betina, induk jantan
akan menyemprotkan sperma. Hal ini sependapat dengan Tirta dan Riski (2002), yang
menyatakan bahwa telur didalam sarang akan dibuahi oleh induk jantan dengan cara
menyemprotkan spermanya ke telur-telur tersebut Maka terjadilah pembuahan sel telur oleh
sperma. Ciri-ciri sarang apabila sudah berisikan telur yaitu:
-       Lubang sarang ditutup dengan ijuk.
-       Sarang selalu ditunggui induk betinanya.
-       Sekitar sarang airnya terdapat minyak.
-       Bau amis disekitar kolam.

5.3.3 Pemanenan telur


Pemanenan telur dilakukan pada pukul 08.30-09.30 WIB. Telur yang terdapat pada
sarang dipindahkan ke bak fiber untuk ditetaskan. Induk gurami bertelur setelah 1 minggu dalam
proses pemijahan.
5.4.       Pemindahan Telur
Telur yang terdapat pada sarang segera dipindahkan ke bak fiber untuk ditetaskan. Telur-
telur ini dipisahkan terlebih dahulu dari sarang dan dibersihkan dari kotoran yang melekat pada
sarang. Sarang dimasukkan di dalam ember kemudian ijuk-ijuk pada sarang dilepaskan sedikit
demi sedikit agar tidak merusak telur. Telur-telur akan mengapung dan diambil menggunakan
sendok secara perlahan-lahan lalu dipindahkan ke dalam baskom. Telur yang sudah dipindahkan
ke dalam baskom kemudian dihitung dengan mengunakan sendok dan dipindahkan lagi ke dalam

30
bak fiber. Telur tersebut hanya terjadi dalam satu sarang dengan Jumlah telur sebanyak 1.700
butir telur. Telur-telur tersebut akan menetas dalam waktu 30-36 jam.
Setelah pemindahan telur selesai maka telur-telur tersebut dibersihkan antara telur yang
busuk dengan telur yang akan menetas dengan menyedot atau penyiponan memakai selang kecil.
Telur yang busuk tidak akan menetas berwarna kuning keputih-putihan sedangkan telur yang
tidak busuk atau akan menetas berwarna kuning mengkilat.
5.4.1.    Penetasan Telur
Penetasan telur terjadi didalam bak penetasan sekaligus bak pemeliharaan larva.telur
tersebut akan menetas dalam waktu 30-36 jam . Telur-telur yang tidak menetas akan terapung
diatas permukaan air sedangkan telur yang menetas akan cendrung berada didasar perairan, telur
yang baru menetas saling menggerombol dikarenakan gerakan larva yang belum aktif.
Sedangkan telur yang tidak menetas diambil dengan seser dan dibuang agar tidak mengakibatkan
kualitas air jelak atau menurun.
5.4.2.    Pemeliharaan Larva
Selama larva berada dibak penetasan sekaligus bak pemeliharaan, larva tidak diberi
makan apapun karena larva masih memiliki cadangan makanan pada perutnya (yolk egg).
Perawatan yang diberikan pada larva yaitu mengamati pertumbuhanya, mengambil larva-larva
yang mati atau telur yang tidak menetas. Hama yang masuk pada bak penetasan dan
pemeliharaan larva yaitu semut dan cicak, kedua hewan tersebut dapat memakan telur.
Pergantian air ini dilakukan dengan sistem sirkulasi sebanyak 10 % selama kurang lebih
3 jam. Sirkulasi ini dilakukan pada pagi hari. Setelah umur larva mencapai sepuluh hari
cadangan makananya sudah mulai menipis karena bentuk larva sudah mulai kelihatan seperti
benih. Larva dipelihara selama 14 hari dan sudah ditebar untuk pendederan, selama larva berada
dibak penetasan sekaligus bak pemeliharaan dilakukan pergantian air.
Pada umur 11 hari larva sudah bisa diberi makanan berupa cacing sutra, atau artemia.
Frekuensi pemberian pakannya yaitu 4 kali sehari yaitu pada pagi,siang,sore dan malam hari.
5.4.3.    Pemanenan Larva
Pemanenan larva dilakukan pada sore hari. Panen larva gurami menggunakan alat bantu
seperti gayung, ember, baskom dan serok. Sebelum dilakukan panen, air terlebih dahulu
dikurangi sebanyak 80% untuk mempermudah proses pemanenan. Kemudian larva ditangkap

31
dengan menggunakan tangguk dan dimasukkan ke dalam ember, untuk selanjutnya dipindahkan
kedalam bak pendederan.
5.4.4.    Pemberian Pakan
Pemberian pakan disesuaikan dengan umur ikan, pada umur 1 - 10 hari ikan tidak diberi
makan apapun, karena ikan masih memiliki cadangan pakan berupa kuning telur, pada saat
dikolam pendederan benih diberi pakan cacing sutra dengan dosis 30 gram setiap kali pemberian.
Ketika benih dikolam pemijahan dan kolam induk ikan diberi pakan berupa daun talas
dan kangkung, diberikan satu hari satu kali baik pagi ataupun sore, selain itu juga diberi pakan
berupa pelet dengan dosis 1% dari berat badan/ hari. Hal ini karena pertumbuhan gurami yang
lambat dan membutuhkan waktu yang cukup lama, jadi untuk mengefisiensi kebutuhan pakan
hanya diberikan 1% sehingga dapat menekan biaya produksi pada usaha pembenihan gurami.
Pakan daun-daunan dan pelet hanya diberikan sehari satu kali dikarenakan jika diberikan
sehari 2 kali maka ikan akan mudah gemuk, sedangkan ikan gurami jika terlalu gemuk telur yang
dihasilkan banyak diselubungi minyak.
5.4.5.   Pengelolaan dan Pengukuran Kualitas Air
Pengelolaan kualitas air bertujuan untuk menyediakan lingkungan hidup yang optimal
bagi benih ikan gurami untuk dapat hidup, berkembang, dan tumbuh sehingga bisa menunjang
optimalisasi kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan gurami (SNI, 2000b).
Pengukuran kualitas air yang dilakukan adalah dengan mengeck Suhu air, Ph, dan
Kecerahan pada kolam.
Tabel 5.4. kisaran pengukuran kualitas air dalam 1 minggu.
No Tanggal DO(ppm) pH o
Suhu ( C)
1 13/02/2020 - - -
2 14/02/2020 6,5 7,8 26
3 15/02/2020 6 7,5 25,5
4 16/02/2020 8 7 25
5 17/02/2020 6,8 8 26
6 18/02/2020 7 7,5 26
7 19/02/2020 6,5 7 26

5.4.6.    Pengendalian Hama dan Penyakit


Penyakit merupakan salah satu kendala dalam pembenihan gurami sehingga dapat
menyebabkan penurunan jumlah panen.

32
Hama dan penyakit yang menyerang ikan gurami di Balai Benih dan Budidaya ikan Kota Medan,
yaitu :
a). Hama
hama yang menyerang ikan gurami adalah jenis hama penganggu, hama tersebut ialah
keong kecil,udang,gabus,dll.
b). Penyakit
 Jamur
Penyakit jamur dapat menyerang pada fase telur, benih dan induk. Pada telur, jamur ini
akan tumbuh pada telur yang tidak menetas. Jika telur yang bonor tersebut dan telur yang
menetas saling bersentuhan atau menempel maka jamur akan menular. Pada induk, jamur ini
kerap menempel pada sirip punggung dan bagian tubuh lainnya. Jika sudah menyerang insang
dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini dapat menular pada gurami yang lain.
Gejala ikan yang terserang penyakit ini adalah nafsu makan menurun dan timbul jamur
dipermukaan tubuh.
5.4.7. Sterilisasi Alat dan Biosecurity
Di UPT Balai Benih dan Budidaya Ikan Kota Medan, sterilisasi alat dilakukan saat alat
selesai digunakan dengan cara mencuci dengan air mengalir, kemudian dilakukan perendaman
dengan larutan destan dibak perendaman selama 10 menit dan terakhir dilakukan penjemuran
serta penempatan kembali di rak-rak penyimpanan.
Penggantian biosecurity dilakukan setiap hari senin – jumat pada pagi hari yang berfungsi
untuk mensterilkan sepatu boots, agar bakteri yang menempel tidak terikut masuk ke area
produksi. Penggantian biosecurity dilakukan dengan cara mencuci bak perendaman kemudian
bak perendaman diisi denagn air bersih yang berasal dari sumur dengan menggunakan selang.
Biosecurity di Balai Benih Ikan kota Medan terdiri dari : footbath, washtafle, dan pagar
keamanan.

5.4.8. Distribusi dan Pengawasan

5.4.8.1. Persiapan Bak

Di UPT Balai Benih dan Budidaya Ikan Kota Medan, alat yang digunakan sikat lantai
dan squeeze. Bahan yaitu methylene blue.

33
Pertama buka outlet bak biarkan bak sampai seluruh air terbuang keluar, sikat bak menggunakan
sikat lantai hingga bersih kemudian bilas dengan air bersih dan mengalir bersihkan sisa-sisa air
menggunakan squeeze, kemudian lakukan perendaman bak minimal selama 1 hari dengan
larutan methylene blue ke dalam bak yang telah diisi air dengan dosis 0,5 ml/10 ml, setelah bak
di diamkan dalam kondisi kering selama 24 jam, bak dapat diisi air dengan cara membuka inlet
sampai ketinggian air 30 Cm.

5.4.8.2. Pemberokan
Di UPT Balai Benih dan Budidaya Ikan Kota Medan, alat yang digunakan hi-blow atau
aerator, keramba rangka pipa . pasang keramba yang telah diberi rangka pipa diatas bak yang
akan digunakan dan tenggelamkan jarring rangka hingga dasar bak yang telah diisi air, masukkan
benih ke dalam keramba yang telah disiapkan dengan kepadatan maksimal 1000 ekor/bak,
berikan airasi pada setiap bak pemberokan yang berisi benih,pertahankan ketinggian air 30 Cm.
selama masa pemberokan,benih tidak diberi makan,pergantian air dilakukan sehari sekali dengan
pergantian 50% dari volume air. Amati tingkah laku kesihatan ikan dan pemeriksaan kualitas air
bak pemberokkan setiap hari selama masa pemberokan. Masa pemberokan tidak boleh lebih dari
3 kali 24 jam.

5.4.8.3. Pengemasan /Packing

Di UPT Balai Benih dan Budidaya Ikan Kota Medan, alat yang digunakan ember,
serok/scopenet. Bahannya yaitu plastic packing, karet, oksigen. Pertama masukkan air ke dalam
plastic packing yang sudah di lapisi dua sebanyak 7-10 liter disesuaikan dengan jumlah ikan
yang akan di kemas kemudian letakkan plastic tersebut dalam ember sehingga air tidak tumpah.
Angkatlah dasar keramba pada salah satu sisi panjang keramba hingga mencapai bibir bak,
kemudian selipkan pipa yang ukurannya lebih panjang dari lebar bak. Dengan perlahan geserkan
pipa tersebut kearah sisi keramba yang berlawanan sampai ikan yang berada di dalam keramba
berkumpul pada satu sisi tapi tetap dasar keramba pada bagian tersebut berada di dalam air.
Jarring benih dengan menggunakan serok/scopenet lalu masukkan ke dalam plastic kemas yang
telah disiapkan dengan jumlah maksimal 1000 ekor untuk benih berukuran 1-3 cm atau 360 ekor
untuk benih berukuran 3-5 Cm atau 240 untuk benih berukuran 5-8 cm, masukkan oksigen
dengan perbandingan oksigen dan air adalah 3:1 bagian dan selanjutnya plastic packing diikat
kuat dengan kondisi plastic menggembung keras

34
5.4.8.4. Distribusi

Di UPT Balai Benih dan Budidaya Ikan Kota Medan, alat yang digunakan kendaraan
pengangkut (sepeda motor atau mobil pick up), dan terpal plastic. Pertama susun plastic packing
yang sudah berisi benih pada kendaraan pengangkut, kemudian tutup dengan terpal plastic.
Pendistribusian dilakukan pada sore hari sesudah jam 15:00 Wib atau keadaan cuaca tidak panas
terik. Setelah tiba di lokasi, lakukan aklimatisasi sebelum benih di tebar ke wadah pemeliharaan.

5.4.8.5. Pengawasan

Di UPT Balai Benih dan Budidaya Ikan Kota Medan, lakukan pengawasan ke lokasi
budidaya satu bulan setelah pendistribusian.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari laporan kuliah kerja praktek ini adalah sebagai berikut :
1. Jumlah perbandingan ikan gurami yang di pjahkan yaitu 1:4 dan 2:5
2. Teknik pemijahan yang diterapkan adalah teknik pemijahan alami.

35
3. Benih ikan nila di UPTD Balai Benih dan Budidaya Ikan Kota Medan tidak
diperjualbelikan melainkan untuk bantuan kepada kelompok tani.
4. Terdapat 2 kolam pemijahan yaitu Kolam G1 dan G2.

3.2 Saran
Adapun saran dari penulis selama Praktek Kerja Industri di UPT Balai Benih dan Budidaya
Ikan Kota Medan yaitu diharapkan untuk kedepannya agar bisa dilakukan culture pakan alami
agar tersedianya pakan secara terus-menerus. Adanya penambahan sarana dan prasarana agar
lebih dapat menunjang keberhasilan pemijahan ikan gurami.

36
DAFTAR PUSTAKA

Agromedia. 2007. Panduan Lengkap Budidaya Gurami. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Amri,K. 2008. Jenis-jenis Gurami. AgroMedia. Jakarta.


Badan Standarisasi Nasional. 2000. Induk Ikan Gurami SNI NO.7473.SNI. Jakarta.
Halim. 2011. Budidaya Ikan Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.
Jangkaru Z. 2007. Memacu Pertumbuhan Gurami (edisi revisi). Penebar Swadaya. Jakarta.

Khairuman dan Khairul Amri, M. 2003. Pembenihan dan Pembesaran Gurami secara Intensif.
Agromedia Pustaka. Jakarta

Mahyuddin, K. 2009. Panduan Lengkap Agribisnis Ikan Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.

Narbuko.C dan Ahmadi.A. 2001. Metode Penelitian. Bumi Aksara. Jakarta.

Nazir. M. 1998. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Penebar Swadaya. Jakarta Timur

Sitanggang, M dan B. Sarwono. 2006. Budidaya Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.

Subagyo. 1991. Metode Penelitian Praktis. BDFEE. Yogyakarta.


Tirta dan Riski S. 2002. Usaha Pembenihan Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.

Yeah. 2008. Pembesaran Gurame, 20 April 2011.

37
LAMPIRAN

1. Kegiatan yang dilakukan

Penangkapan induk
Seleksi induk
Penaburan saponin
Pemberian pupuk

Pembuatan para-para Penimbangan berat induk

Pengukuran panjang induk Pemasukan induk

38
17

Pengecekan telur Telur gurami

Pngangkatan Telur Pengecekan Kualitas Air

Perhitungan telur Pemasukan telur ke wadah penetasan

39
Penyiponan Telur gurami yang menetas

40

Anda mungkin juga menyukai