Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk


menggambarkan suatu hubungan kerjasama yang dilakukan pihak tertantu.
Sekian banyak pengertian yang dikemukakan dengan sudut pandang beragam
namun didasari prinsip yang sama yaitu mengenai kebersamaan, kerjasama,
berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat. Namun
demikian kolaborasi sulit didefinisikan untuk menggambarkan apa yang
sebenarnya yang menjadi esensi dari kegiatan ini. (Siegler & Whitney, 2000).
Kolaborasi adalah hubungan timbal balik dimana pemberi pelayanan
memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam
kerangka kerja bidang persektif mereka.

Praktik keperawatan kolaboratif menekankan tanggung jawab


bersama dalam manajemen perawatan pasien, dengan proses pembuatan
keputusan bilateral didasarkan pada masing-masing pendidikan dan
kemampuan praktik. American Medical Assosiation (AMA, 1994)
mendefinisikan istilah kolaborasi sebagai sebuah proses kerjasama dimana
dokter dan perawat merencanakan dan praktik bersama sebagai kolega,
bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktik mereka
dengan berbagai nila-nilai, saling mengakui dan menghargai terhadap setiap
orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga, dan masyarakat.

Perawat melakukan kolaborasi dengan klien, per group serta tenaga


kesehatan lain. Kolaborasi yang dilakukan dalam praktek di lapangan sangat
penting untuk memperbaiki. Agar perawat dapat berperan secara optimal
dalam hubungan kolaborasi tersebut, perawat perlu menyadari
akuntabilitasnya dalam pemberian asuhan keperawatan dan meningkatkan
otonominya dalam praktik keperawatan.

Negosiasi adalah suatu upaya yang dapat dilakukan oleh pihak-pihak


yang sedang berkonflik dengan tujuan untuk mencari jalan keluar dari
permasalahan dan pertentangan diantara kedua pihak dengan melakukan
kesepakatan bersama. Dalam perspektif Islam pun, negosiasi menjadi salah
satu solusi dalam penyelesaian perselisihan diantara kedua pihak, seperti yang
telah tertuang dalam beberapa ayat Al Qur’an, dan tentunya bisa menjadi
pedoman kita sebagai umat muslim dalam manajemen konflik.[CITATION
Wij05 \p 54 \l 1033 ]

Satu hal yang penting dalam negosiasi adalah apakah ada salah satu
atau kedua pihak menghendaki adanya perubahan hubungan yang
berlangsung dengan meningkatkan hubungan yang lebih baik. Jika kedua
pihak menghendaki adanya perbaikan hubungan, maka akan muncul tipe
kooperatif. Namun, jika hanya salah satu pihak yang menghendaki perbaikan
hubungan, maka yang muncul adalah tipe kompetitif. Meskipun dalam
negosiasi ada pihak yang menang dan kalah, sebagai negosiator penting untuk
memaksimalkan kemenangan 160 Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam
Praktik Keperawatan Profesional Edisi 4 kedua pihak untuk mencapai tujuan
bersama, meminimalkan kekalahan dengan membuat pihak yang kalah tetap
dapat tujuan bersama, dan membuat kedua belah pihak merasa puas terhadap
hasil negosiasi.[ CITATION nur14 \l 1033 ]

Negosiasi adalah komunikasi dua arah yang dirancang untuk


mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki kepentingan
yang berbeda. Proses interaksi dan komunikasi yang dinamis dan
beranekaragam, mengandung seni dan penuh rahasia, untuk mencapai suatu
tujuan yang dianggap menguntungkan para pihak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kolaborasi?
2. Apa saja manfaat kolaborasi?
3. Apa komponen-komponen yang digunakan sebagai dasar kolaborasi ?
4. Bagaimana elemen-elemen kolaborasi dalam praktik keperawatan ?
5. Bagaimana proses kolaborasi?
6. Apa definisi dari negoisasi?
7. Apa langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum melaksanakan
negoisasi?
8. Bagaimana strategi negoisasi?
9. Bagaimana kunci sukses dalam melakukan negoisasi?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai kolaborasi dan
negoisasi serta dapat menerapkan dalam manajemen keperawatan.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui tentang definisi kolaborasi
b. Untuk megetahui manfaat manfaat kolaborasi
c. Untuk mengetahui komponen-komponen yang digunakan sebagai
dasar kolaborasi
d. Untuk mengetahui elemen-elemen kolaborasi dalam praktik
keperawatan
e. Untuk memahami proses kolaborasi
f. Untuk mengetahui definisi dari negoisasi
g. Untuk mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum
melaksanakan negoisasi
h. Untuk memahami strategi negoisasi
i. Untuk memahami kunci sukses dalam melakukan negoisasi
BAB II

TINJAUAN TEORI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Konsep Kolaborasi
1. Definisi Kolaborasi

Kolaborasi adalah hubungan timbal balik dimana pemberi


pelayanan memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan
pasien dalam kerangka kerja bidang resprktif mereka. Praktik
keperawatan kolaboratif menekankan tanggung jawab bersama dalam
manajemen perawatan pasien, dengan proses pembuatan keputusan
bilateral didasarkan pada masing-masing pendidikan dan kemampuan
praktisi (Siegler & Whitney, 2000).
Kolaborasi adalah suatu hubungan yang koligial dengan pemberi
perawatan kesehatan lain dalam pemberian perawatan pasien. Praktik
koloboratif membutuhkan atau dapat mencangkup diskusi diagnosis
pasien dan kerjasama dalam penatalaksanaan dan pemberian kesehatan
(Blais, 2006).
Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan
dalam memberikan pelayanan kepada klien. Kegiatan yang dilakukan
meliputi diskusi tentang diagnosa, kerjasama dalam asuhan kesehatan
saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing bertanggung
jawab pada kepeecayaannya (Sumijatun, 2010)

2. Manfaat Kolaborasi
Kolaborasi dilakukan dengan beberapa alasan sebagai manfaat
dari kolaborasi yaitu antara lain :
a. Sebagai pendekatan dalam pemberian asuhan keperawatan klien,
dengan tujuan memberikan kualitas pelayanan yang terbaik bagi
klien
b. Sebagai penyelesaian konflik untuk menemukan penyelesaian
masalah atau isu
c. Memberikan model yang baik riset kesehatan

3. Komponen Kompetensi Sebagai Dasar Kolaborasi


Gambaran penting untuk kolaborasi mencakup, keterampilan
komunikasi yang efektif, saling menghargai, rasa percaya, memberi
dan menerima umpan balik, pengambilan keputusan, dan manajemen
konflik(Blais, 2006).
a. Keterampilan lomunikasi yang efektif
Komunikasi sangat penting dalam meningkatkan
kolaborasi karena memfasilitasi berbagai pengertian individu
(Kemenkes, 2012). Marquis (2010) mendefenisikan komunikasi
adalah sebagaipertukaran kompleks antara pikiran, gagasan, atau
informasi, pada dua level verbal dan nonverbal. Komunikasi yang
efektif adalah kemampuan dalam menyampaikan pesan dan
informasi dengan baik menjadi pendengar yang baik dan
keterampilan menggunakan sebagai media.
b. Saling menghargai dan rasa percaya
Saling menghargai terjadi satu atau dua orang atau lebih
menunjukkan atau merasa terhormat atau berharga terhadap satu
sama lain. Saling menghargai maupun rasa percaya menyiratkan
suatu proses dan hasil yang dilakukan bersama. Tanpa adanya saling
menghargai maka kerjasama tidak akan terjadi
c. Memberi dan menerima umpan balik
Salah satu yang dihadapi para profesional adalah memberi
dan menerima umpan balik pada saat yang tepat, relevan, dan
membantu untuk dan dari satu sama lain, dan klien mereka. Umpan
balik yang positif dicirikan dengan gaya komunikasi yang hangat,
perhatian, dan penuh penghargaan.
d. Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan ditingkat tim mencangkup
pembagian tanggung jawab untuk hasil. Jelasnya untuk menciptakan
suatu solusi, tim tersebut harus mengikuti tiap langkah proses
pengambilan keputusan yang dimulai dengan definisi masalah yang
jelas
e. Manajemen Konflik
Konflik peran dapat terjadi, dalam situasi apapun di tempat
individu berkerjasama. Konflik peran muncul saat seseorang
diharapkan melaksanakan peran yang bertentangan atau tidak sesuai
dengan harapan

4. Elemen-Elemen Kolaborasi Dalam Praktik Keperawatan


Praktik kolaborasi memerlukan waktu dan energi. Profesi
kesehatan tidak selalu bergerak cepat dalam satu tim yang baik. Untuk
mengerti praktik kolaborasi, berikut elemen kolaborasi: 1. Multiple
provider : kerja sama yang meliputi satu atau lebih pemberi pelayanan
kesehatan dan dapat lebih dari satu jenis grup profesi. 2. Service
Koordinasi: pendekatan umum yang digunakan untuk menjamin asuhan
dan pelayanan dalam disiplin ilmu yang sama dan beberapa disiplin ilmu
dalam bidang kesehatan. 3. Communication: berkomitmen untuk saling
memberikan informasi pada grup pemberi pelayanan kesehatan.
Kolaborasi keperawatan merupakan bekerja sama dalam tim
kesehatan dalam upaya perawat mengidentifikasi pelayanan keperawatan
yang dibutuhkan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam
menentukan bentuk pelayanan keperawatan yang memimiliki prinsip-
prinsip kolaborasi yaitu: menguasai/memahami masalah pasien, mampu
melakukan komunikasi efektif,memiliki penegtahuan yang berkaitan
dengan masalah pasien, mampu berpikir kristis, dan mampu mengambil
keputusan.

5. Proses Kolaboratif
Proses kolaboratif dengan sifat interaksi antara perawat dengan
dokter menentukan kualitas praktik kolaborasi. ANA, 1998 dalam Siegler
& Whitney (2000) menjabarkan kolaborasi sebagai hubungan rekan yang
sejati, dimana masing-masing pihak menghargai kekuasaan pihak lain
dengan mengenal dan menerima lingkup kegiatan dan tanggung jawab
masing-masing dan adanya tujuan bersama. Sifat kolaborasi tersebut
terdapat beberapa indikator yaitu kontrol kekuasaan, lingkup praktik,
kepentingan bersama dan tujuan bersama.
a. Kontrol Kekuasaan
Kontrol kekuasaan dapat terbina apabila dokter dan perawat
mendapat kesempatan yang sama mendiskusikan pasien tertentu.
Kemitraan terbentuk apabila interaksi yang diawali sama banyaknya
dengan yang diterima dimana terdapat beberapa kategori antara lain:
menanyakan informasi, memberikan informasi, menanyakan dan
memberi pendapat, memberi pengarahan atau perintah, pengambilan
keputusan, memberi pendidikan, memberi dukungan/persetujuan,
menyatakan tidak setuju, orientasi dan humor.
b. Lingkungan Praktik
Menunjukkan kegiatan dan tanggung jawab masing-masing
pihak. Perawat dan dokter memiliki bidang praktik yang berbeda
dengan peraturan masing-masing tetapi tugas-tugas tertentu dibina
yang sama.
c. Kepentingan Bersama
Kepentingan bersama merupakan tingkat ketegasan masing-
masing (usaha untuk memuaskan kepentingan sendiri) dan faktor
kerjasama (usaha untuk memuaskan pihak lain).

d. Tujuan Bersama
Tujuan bersama pada proses ini bersifat lebih terorientasi pada
pasien dan dapat membantu menentukan bidang tanggung jawab yang
berkaitan dengan prognosis pasien.

B. Konsep Negosiasi
1. Definisi Negosiasi
Negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada
organisasi, negosiasi juga diartikan sebagai suatu pendekatan yang
kompetitif (Marquis dan Huston, 1998). Negosiasi sering dirancang
sebagai suatu strategi menyelesaikan konflik dengan pendekatan
kompromi. Selama negosiasi berlangsung, berbagai pihak yang terlibat
menyerah dan lebih menekankan untuk mengakomodasi perbedaan-
perbedaan antara keduanya.[CITATION nur14 \p 159 \l 1033 ].
Negosiasi adalah suatu upaya yang dapat dilakukan oleh pihak-
pihak yang sedang berkonflik dengan tujuan untuk mencari jalan keluar
dari permasalahan dan pertentangan diantara kedua pihak dengan
melakukan kesepakatan bersama. Dalam perspektif Islam pun, negosiasi
menjadi salah satu solusi dalam penyelesaian perselisihan diantara kedua
pihak, seperti yang telah tertuang dalam beberapa ayat Al Qur’an, dan
tentunya bisa menjadi pedoman kita sebagai umat muslim dalam
manajemen konflik.[CITATION Wij05 \p 54 \l 1033 ].
Negosiasi atau perundingan merupakan proses tawar menawar
antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Dalam perundingan ini
diharapkan ada kesepakatan nilai antara kedua kelompok tersebut.
Menurut Robbins (1999) dalam Sopiah (2008:64) menawarkan dua
strategi perundingan yang meliputi : (1) tawar menawar distributif,
artinya perundingan yang berusaha untuk membagi sejumlah tetap
sumberdaya (situasi kalah menang); dan (2) tawar menawar integratif,
yaitu perundingan yang mengusahakan satu penyelesaian atau lebih yang
dapat menciptakan pemecahan menangmenang[CITATION Wij05 \p 53 \l
1033 ]
Satu hal yang penting dalam negosiasi adalah apakah ada salah
satu atau kedua pihak menghendaki adanya perubahan hubungan yang
berlangsung dengan meningkatkan hubungan yang lebih baik. Jika kedua
pihak menghendaki adanya perbaikan hubungan, maka akan muncul tipe
kooperatif. Namun, jika hanya salah satu pihak yang menghendaki
perbaikan hubungan, maka yang muncul adalah tipe kompetitif.
Meskipun dalam negosiasi ada pihak yang menang dan kalah, sebagai
negosiator penting untuk memaksimalkan kemenangan 160 Manajemen
Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 4
kedua pihak untuk mencapai tujuan bersama, meminimalkan kekalahan
dengan membuat pihak yang kalah tetap dapat tujuan bersama, dan
membuat kedua belah pihak merasa puas terhadap hasil negosiasi.
[ CITATION nur14 \l 1033 ]
Terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi sebelum manajer setuju
untuk memulai proses negosiasi, yaitu: masalah harus dapat
dinegosiasikan, negosiator harus tertarik terhadap “take and give” selama
proses negosiasi, dan mereka harus saling percaya [CITATION nur14 \p
160 \l 1033 ].

2. Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum melaksanakan negosiasi


adalah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan informasi tentang masalah sebanyak mungkin. Oleh
karena pengetahuan adalah kekuatan, semakin banyak informasi yang
didapat, maka semakin besar kemungkinan untuk menawarkan
negosiasi.
b. Di mana manajer harus memulai. Oleh karena tugas manajer adalah
melakukan kompromi, maka mereka harus memilih tujuan yang
utama. Tujuan tersebut sebagai masukan dari tingkat bawah.
c. Memilih alternatif yang terbaik terhadap sarana dan prasarana.
Efisiensi dan efektivitas penggunaan waktu, anggaran, dan pegawai
yang terlibat perlu juga diperhatikan oleh manajer.
d. Mempunyai agenda yang disembunyikan. Agenda tersebut adalah
agenda negosiasi alternatif yang akan ditawarkan jika negosiasi tidak
dapat disepakati.

3. Strategi Negosiasi
Ada beberapa strategi dan cara yang perlu dilaksanakan dalam
menciptakan kondisi yang persuasif, asertif, dan komunikasi terbuka
selama negosiasi berjalan.[CITATION nur14 \p 160 \l 1033 ]
a. Pilih fakta-fakta yang rasional dan berdasarkan hasil penelitian.
b. Dengarkan dengan saksama, dan perhatikan respons nonverbal yang
nampak.
c. Berpikirlah positif dan selalu terbuka untuk menerima semua
alternatif informasi yang disampaikan.
d. Upayakan untuk memahami pandangan apa yang disampaikan lawan
bicara Anda. Konsentrasi dan perhatikan, tidak hanya memberikan
persetujuan.
e. Selalu diskusikan tentang konflik yang terjadi. Hindarkan masalah-
masalah pribadi pada saat negosiasi.
f. Hindari menyalahkan orang lain atas konflik yang terjadi.
g. Jujur.
h. Usahakan bersikap bahwa Anda memerlukan penyelesaian yang
terbaik.
i. Jangan langsung menyetujui solusi yang ditawarkan, tetapi berpikir,
dan mintalah waktu untuk menjawabnya.
j. Jika kedua belah pihak menjadi marah atau lelah selama negosiasi
berlangsung, istirahatlah sebentar.
k. Dengarkan dan tanyakan tentang pendapat yang belum begitu Anda
pahami.
l. Bersabarlah [CITATION nur14 \p 160 \l 1033 ]

4. Kunci Sukses dalam Melakukan Negosiasi


a. Lakukan :
1) Jelaskan tujuan negosiasi, bukan posisinya. Pastikan bahwa Anda
mengetahui keinginan orang lain.
2) Perlakukan orang lain sebagai teman dalam penyelesaian
masalah, bukan sebagai musuh. Hadapi masalah yang ada, bukan
orangnya.
3) Ingat, bahwa setiap orang mengharapkan penyelesaian yang dapat
diterima, jika Anda dapat menyajikan sesuatu dengan baik dan
menarik.
4) Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan dan apa yang tidak.
Perhatikan gerakan tubuhnya.
5) Lakukan sesuatu yang sederhana, tidak berbelit-belit.
6) Antisipasi penolakan.
7) Tahu apa yang dapat Anda berikan.
8) Tunjukkan beberapa alternatif pilihan.
9) Tunjukkan keterbukaan dan ketaatan jika orang lain sepakat
terhadap pendapat Anda.
10) Bersikaplah asertif, bukan agresif.
11) Hati-hati, Anda mempunyai suatu kekuasaan untuk memutuskan.
12) Pergunakan gerakan tubuh, jika Anda menyetujui atau tidak
terhadap suatu pendapat.
13) Konsisten terhadap apa yang Anda anggap benar.[CITATION
nur14 \p 161 \l 1033 ]

b. Hindari
1) Sikap yang tidak baik, seperti sinis, kasar, dan menyepelekan.
2) Trik yang tidak baik, seperti manipulasi.
3) Distorsi.
4) Tergesa-gesa dalam proses negosiasi.
5) Tidak berurutan.
6) Membuat hanya satu pilihan.
7) Memaksakan kehendak.
8) Berusaha menekankan pada satu pendapat.[CITATION nur14 \p
161 \l 1033 ]

Anda mungkin juga menyukai