Anda di halaman 1dari 15

BAB II

KONSEP DASAR TEORI

A. Definisi Malaria
Malaria adalah suatu penyakit akut msupun kronik yang disebabkan
oleh protozoa genus plasmodium dengan manifestasi berupa demam, anemia
dan pembesaran limpa. Sedanglan menurut ahli lain malaria merupakan suatu
penyakit infeksi akut maupun kronik yang disebabkan oleh infeksi
plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya
bentuk aseksual dalam darah, dengan gejala demam, menggigil, anemia dan
pembesaran limpa [ CITATION Jul18 \l 1033 ].
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit
yang merupakan golongan plasmodium, dimana proses penularannya melalui
gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit jenis ininbanyak sekali tersebar
diwilayah trofik, misalnya di Asia, Amerika, dan Afrika. Ada empat tipe
plasmodium parasit yang bisa meninfeksi manusia, namun yang sering di
temui pada penyakit malaria adalah plasmodium vivax [ CITATION Nur12 \l
1033 ].
Menurut [ CITATION Soe09 \l 1033 ] terdapat 4 spesies parasit malaria
pada manusia yaitu :
1. Plasmodium falciparum : gametosit berbentuk pisang
ini menyebabkan malaria ganas yang banyak menimbulkan kematiian.
Gejala timbul 7-14 hari sesudah terinfeksi, tetapi kadang-kadang baru
terjadi beberapa bulan kemudian. Gejala klinis malaria mirip dengan
gejala penyakit lain misalnya influenza. Demam sering terjadi tetapi tidak
selalu ada.
2. Plasmodium Vivax : trofozoit berbentuk amuboid dengan sel darah merah
yang terinfeksi. Demam merupakan gejala yang selalu terjadi setiap hari
kedua. Demam terjadi secara mendadak, tetapi jarang secara progresif
menjadi berat atau menimbulkan komplikasi yang membahayakan jiwa
penderita. Masa inkubasinya berkisar 12-17 hari. Gambaran klinis malaria
vivax dan malaria ovale yang berat meliputi stadium menggigil, stadium
demam, dan stadium berkeringat, lebih sering terjadi disbanding pada
infeksi dengan plasmodium falciparum.
3. Plasmodium Ovale : sel darah merah yang terinfeksi bentuknya tidak
teratur dan bergerigi
Plasmodium ovale banyak dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat,
di Indonesia di jumpai di Nusa Tenggara dan Irian. Memberikan infeksi
yang paling ringan dan dapat sembuh spontan tanpa pengobatan
4. Plasmodium Malariae : trofozoit berbentuk pita
Parasit ini menimbulkan malaria kuartana dengan demam yang terjadi di
hari ketiga (kuartan). Masa inkubasinya antara 18-40 hari. Gambaran
klinik yang penting pada malaria kuartana adalah kemampuan infeksi
untuk menimbulkan suatu kompleks imun nefropati yang dapat
menyebabkan kematian penderita malaria.

B. Etiologi
Plasmodium adalah parasit yang termasuk vilum protozoa, kelas
spermatozoa. Terdapat 4 spesies plasmodium pada manusia yaitu :
plasmodium vivax menimbulkan malaria vivax (malaria tertian ringan),
plasmodium falciparum menimbulkan malaria palsiparum (malaria tertian
berat), plasmodium malariae menimbulkan (malaria kuartana) dan
plasmodium ovale menimbulkan (malaria ovale). Keempat plasmodium
tersebut dapat dibedakan morfologinya dengan membandingkanbentuk
skizon, bentuk gametosit yang terdapat di dalam darah perifer maupun bentuk
pre-eritrositik dari skizon yang terdapat di dalam sel parenkim hati [ CITATION
Pad13 \l 1033 ].

C. Tanda dan Gejala


Gejala-gejala penyakit malaria dipengaruhi oleh daya pertahanan
tubuh penderita, jenis plasmodium malaria, serta jumlah parasit yang
menginfeksinya.
Waktu terjadinya infeksi pertama kali, sampai timbulnya gejala
penyakit disebut sebagai masa inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya
infeksi sampai ditemukannya parasit malaria di dalam darah disebut periode
prapaten. Masa inkubasi maupun periode prapaten ditentukan oleh jenis
plasmodiumnya. Berikut table periode prapaten dan masa inkubasi
plasmodium.
Jenis plasmodium Periode prapaten Masa inkubasi
Plasmodium vivax 12,2 hari 12-17 hari
Plasmodium falciparum 11 hari 9-14 hari
Plasmodium malariae 32,7 hari 18-40 hari

Palasmodium ovale 12 hari 16-18 hari

Umumnya gejala yang disebabkan plasmodium falciparum lebih berat


dan lebih akut dibandingkan dengan jenis plasmodium lain,sedangkan gejala
yang disebabkan oleh plasmodium malariae dan plasmodium ovale paling
ringan. Gambaran khas dari penyakit malaria adalah adanya demam periodic,
pembesaran limpa (disebut splenomegali) dan anemia (turunnya kadar
hemoglobin dan darah).
1. Demam

Biasanya, sebelum timbul demam, penderita malaria akan


mengeluh lesu, sakit kepala, nyeri pada tulang dan otot, kurang nafsu
makan, rasa tidak enak pada perut, diare ringan, dan kadang-kadang
merasa dingin di punggung. Umunya keluhan seperti ini timbul pada
malaria yang di sebabkan P. vivax dan P. Ovale, sedangkan pada malaria
yang disebabkan oleh P. falciparum dan P. malariae, keluhan-keluhan
tersebut tidak jelas.

Demam pada penyakit malaria bersifat periodic dan berbeda-beda


waktunya, tergantung dari plasmodium penyebabnya. Plasmodium vivax
menyebabkan malaria tertian yang demamnya timbul teratur tiap tiga hari.
Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana yang demamnya
timbul teratur tiap empat hari dan P. falciparum menyebabkan malaria
tropika dengan demam yang timbul secara tidak teratur tiap 24-48 jam.

Serangan demam yang khas pada malaria terdiri dari tiga stadium.
Berikut dipaparkan stadium demam yang khas pada malaria.

a. Stadium menggigil
Dimulai dengan perasaan kedinginan hingga menggigil.
Penderita sering membungkus badannya dengan selimut atau sarung.
Pada saat menggigil, seluruh tubuhnya bergetar; denyut nadi cepat,
tapi lemah; bibir dan jari-jari tangannya biru; serta kkulitnya pucat.
Pada anak-anak, sering disertai dengan kejang-kejang. Stadium ini
berlangsung 15 menit sampai satu jam yang diikuti dengan
meningkatnya suhu badan.
b. Stadium puncak demam
Penderita yang sebelumnya merasa kedinginan berubah
menjadi panas sekali. Wajah penderita merah, kulit kering dan terasa
panas seperti terbakar, frekuensi pernapasan meningkat, nadi penuh
dan denyut keras, sakit kepala semakin hebat, muntah-muntah,
kesadaran menurun, sampai timbul kejang (pada anak-anak). Suhu
badan bisa mencapai 41oC. Stadium ini berlangsung selama dua jam
atau lebih yang diikuti dengan kedaan berkeringat.
c. Stadium berkeringat
Penderita berkeringat banyak di seluruh tubuhnya hingga
tempat tidurnya basah. Suhu badan turun dengan cepat, penderita
merasa sangat lelah, dan sering tertidur. Setelah bangun dari tidurnya,
penderitaakan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan seperti
biasa. Padahal, sebenarnya penyakit ini masih bersarang dalam tubuh
penderita. Stadium ini berlangsung 2-4 jam.
2. Pembesaran limpa

Pembesaran limpa merupakan gejala khas pada malaria kronis


atau menahun. Limpa menjadi bengkak dan terasa nyeri. Limpa
membengkak akibat penyumbatan oleh sel-sel darah merah yang
mengandung parasit malaria. Lama-lama, konsistensi limpa menjadi keras
karena jaringan ikat pada limpa semakin bertambah. Dengan pengobatan
yang baik, limpa berangsur normal kembali.

3. Anemia

Pada penyakit malaria, anemia atau penurunan kadar hemoglobin


darah sampai di bawah nilai normal disebabkan penghancuran sel darah
merah yang berlebihan oleh parasit malaria. Selain itu, anemia timbul
akibat gangguan pembentukan sel darah merah di sum-sum tulang.

Gejala anemia berupa badan yang terasa lemas, pusing, pucat,


penglihatan kabur, jantung berdebar-debar, dan kurang napsu makan.
Diagnosis anemia ditentukan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin
dalam darah. Anemia yang paling berat adalah anemia yang disebabkan
oleh P. falciparum [ CITATION Pra08 \l 1033 ].
D. Patofisiologi
Gejala malaria timbul saat pecahnya eritrosit yang mengandung
parasit. Demam mulai timbul bersamaan pecahnya skizon darah yang
mengeluarkan macam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang
makrofag, monosit atau limfosit yang kapiler terganggu sehingga melekat
pada endotel kapiler karena terdapat penonjolan membran eritrosit. Setelah
terjadi penumpukan sel dan bahan-bahan pecahan sel maka aliran kapiler
terhambat dan timbul hipoksia jaringan, terjadi gangguan pada integritas
kapiler dan dapat terjadi perembesan cairan bukan perdarahan kejaringan
sekitarnya dan dapat menimbulkan malaria cerebral, edema paru, gagal ginjal
dan malobsorsi usus.[ CITATION Put11 \l 1033 ]
Infeksi malaria berkembang melalui dua tahap: melalui tahap yang
melibatkan hati (fase eksoeritrositik), dan melalui tahap yang melibatkan sel-
sel darah merah, atau eritrosit (fase eritrositik). Ketika nyamuk yang terinfeksi
menembus kulit seseorang untuk mengambil makan darah, sporozoit dalam
air liur nyamuk memasuki aliran darah dan bermigrasi ke hati di mana mereka
menginfeksi hepatosit, bereproduksi secara aseksual dan tanpa gejala untuk
jangka waktu 8-30 hari. Setelah masa dorman potensial dalam hati, organisme
ini berdiferensiasi untuk menghasilkan ribuan merozoit. Setelah pecahnya sel
inang mereka, merozoit masuk ke dalam darah dan menginfeksi sel-sel darah
merah untuk memulai tahap eritrositik dari siklus hidup. Dalam sel darah
merah, parasit berkembang biak lebih lanjut, secara aseksual lagi, secara
berkala keluar dari sel inang mereka untuk menyerang sel-sel darah merah
segar. Beberapa siklus amplifikasi tersebut terjadi. Dengan demikian,
deskripsi klasik gelombang demam timbul dari gelombang simultan merozoit
melarikan diri dan menginfeksi sel-sel darah merah. [ CITATION Ble05 \l 1033 ]

E. Patway

Protozoa masuk ketubuh Gigitan nyamuk anopheles


Eritrosit yang mengandung Eritroset mengandung
parasit melekat di ribuan merozoit pecah
endothellium kapiler

Hb
Berkembang menjadi
protozoid

O2 dalam darah turun O2 dalam otak


Skizon pecah (psorulasi)

Perfusi jaringan perifer TIK


\ eritrosit
Skizon masuk

Gangguan perfusi jaringan Nyeri


Peningkatan suhu
Membentuk mikro &
tak teradaptasi
makro gametosid baru
Mesencepalon tertekan

hipertermi Gangguan orientasi Mual muntah

Gangguan kesadaran

Intake Cairan Intake nutrisi

kelemahan
Resiko defisit vol Resiko
cairan ketidakseimbangan
nutrisi Intoleransi Aktivitas

F. Komplikasi
Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena P.falciparum dan
sering disebut pernicious manifestations. Sering terjadi mendadak tanpa
gejala-gjala sebelumnya, dan sering terjadi pada penderita yang tidak imun
seperti pada orang pendatang dan kehamilan. Penderita malaria dengan
komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO
didefinisikan sebagai infeksi P.falciparum dengan satu atau lebih komplikasi
sebagai berikut:
1. Malaria selebral : coma yang tidak bisa dibangunkan dengan total GCS
adalah kurang dari sebelas yang terjadi 30 menit setelah kejang ; yang
tidak disebabkan oleh penyakit lain.
2. Anemia berat, dengan Hb < 5 gr% atau hematokrit < 15% pada keadaan
hitung parasit > 10000.
3. Gagal ginjal akut, dengan urin < 400 ml/ 24 jam pada orang dewasa atau
< 12 ml/kg BB pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, diseratai
kreatinin > 3 mg %
4. Hipoglikemia : gula darah < 40 mg %. Hal ini disebabkan kebutuhan
metabolik dari parasit telah menghabiskan cadangan glikogen dalam hati.
5. Syok ; tekanan sistolik < 70 mmHg (anak 1-5 < 50 mmHg) yang disertai
kringat dingin dengan perbedaan temperatur kulit-mukosa > 1 derajat C.
6. Oedema paru/ARDS, dimana tekanan vena sentral normal dan pulmonary
wedge pressure menurun. Ditandai dengan pernafasan yang dalam dan
cepat yakni > 35 kali/ menit. [ CITATION Wij13 \l 1033 ]

G. Pencegahan
1. Menghindari gigitan nyamuk malaria
Pada daerah yang jumlah penderitanya sangat banyak, tindakan untuk
menghindari gigitan nyamuk sangat penting, di daerah pedesaan atau
pinggiran kota yang banyak sawah, rawa-rawa atau tambak ikan (tambak
sangat ideal untuk perindukan nyamuk malaria), disarankan untuk
memakai baju lengan panjang dan celana panjang saat keluar rumah,
terutama pada malam hari karena nyamuk penular malaria aktif menggigit
pada waktu malam hari.
Kemudian mereka yang tinggal di daerah endemis malaria sebaiknya
memasang kawat kasa di jendela pada ventilasi rumah, serta
menggunakan kelambu saat akan tidur. Setelah itu masyarakat juga bisa
memakai anti nyamuk (mosquito repellent) saat hendak tidur terutama
malam hari agar bisa mencegah gigitan nyamuk malaria[ CITATION Pra08 \l
1033 ]
2. Membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa Untuk membunuh jentik
dan nyamuk malaria dewasa dapat dilakukan beberapa cara yaitu:
a. Penyemprotan rumah Penyemprotan insektisida pada rumah di
daerah endemis malaria, sebaiknya dilakukan dua kali dalam setahun
dengan interval waktu enam bulan.
b. Larvaciding Merupakan kegiatan penyemprotan pada rawa-rawa
yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk malaria.
c. Biological control Biological control merupakan kegiatan penebaran
ikan kepala timah (panchaxpanchax) dan ikan guppy/ wader cetul
(lebistus retculatus), karena ikan-ikan tersebut berfungsi sebagai
pemangsa jentik nyamuk malaria[ CITATION Ani06 \l 1033 ]
3. Mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria Tempat perindukan
vektor malaria bermacam-macam, tergantung spesies nyamuknya. Ada
nyamuk malaria yang hidup dikawasan pantai, rawa-rawa, empang,
sawah, tambak ikan, bahkan ada yang hidup di air bersih pada
pegunungan. Akan tetapi pada daerah yang endemis malaria,
masyarakatnya harus menjaga kebersihan lingkungan[ CITATION Pra08 \l
1033 ]
4. Pemberian obat pencegahan malaria. Pemberian obat pencegahan
(profilaksis) malaria bertujuan agar tidak terjadinya infeksi, dan
timbulnya gejala-gejala malaria. Hal ini sebaiknya dilakukan pada
orang-orang yang melaksanakan perjalanan ke daerah endemis malaria
[ CITATION Ani06 \l 1033 ]

H. PENGOBATAN
1. Pengobatan Farmakologis
Berdasarkan panduan yang dikeluarkan oleh WHO serta
Kementerian Kesehatan RI, pengobatan malaria tanpa komplikasi saat ini
adalah menggunakan Artemisin-based Combination Therapy (ACT).
Prinsipnya kombinasi obat antimalaria diperlukan untuk menghindari
terjadinya resistansi pengobatan. Obat yang digunakan adalah kombinasi
antimalaria rapid-acting dan longer-acting. Kombinasi tersebut dapat
membunuh parasite intraeritrosit dengan cepat, sedangkan antimalaria
longer-acting diharpkan dapat mencegah terjadi resistansi terhadap
turunan artemisin. Selain itu, obat tersebut juga menyediakan periode
profilaksis pasca terapi. (Sardjono & Nugraha, 2019)
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria
dengan membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh
manusia. Adapun tujuan pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan
kilinis dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan. Semua obat
anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena
bersifat iritasi lambung, oleh sebab itu penderita harus makan terlebih
dahulu setiap akan minum obat anti malaria.
a. Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi.
1) Malaria Falsiparum Lini pertama pengobatan malaria falsiparum
adalah seperti yang tertera dibawah ini: Lini pertama = Artesunat
+ Amodiakuin + Primakuin Setiap kemasan Artesunat +
Amodiakuin terdiri dari 2 blister, yaitu blister amodiakuin terdiri
dari 12 tablet @ 200 mg = 153 mg amodiakuin basa, dan blister
artesunat terdiri dari 12 tablet @ 50 mg. Obat kombinasi diberikan
per-oral selama tiga hari dengan dosis tunggal harian sebagai
berikut: Amodiakuin basa = 10 mg/kgbb dan Artesunat = 4
mg/kgbb. Primakuin tidak boleh diberikan kepada: ibu hamil, bayi
<1 tahun, penderita defisiensi G6-PD2.
Pengobatan lini kedua malaria falsiparum diberikan, jika
pengobatan lini pertama tidak efektif dimana ditemukan: gejala
klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang
(persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi).
Lini kedua = Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin
Kina diberikan per-oral, 3 kali sehari dengan dosis 10
mg/kgbb/kali selama 7(tujuh) hari. Doksisiklin diberikan 2 kali
per-hari selama 7 (tujuh) hari, dengan dosis orang dewasa adalah 4
mg/Kgbb/hari, sedangkan untuk anak usia 8-14 tahun adalah 2
mg/kgbb/hari. Doksisiklin tidak diberikan pada ibu hamil dan
anak usia
2) Pengobatan malaria vivaks, malaria ovale, malaria malariae
a) Malaria vivaks dan ovale
Lini pertama pengobatan malaria vivaks dan malaria
ovale adalah seperti yang tertera dibawah ini:
Lini Pertama = Klorokuin + Primakuin
Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk
pengobatan malaria vivaks dan malaria ovale. Klorokuin
diberikan 1 kali per-hari selama 3 hari, dengan dosis total 25
mg basa/kgbb. Dosis Primakuin adalah 0.25 mg/kgbb per hari
yang diberikan selama 14 hari dan diberikan bersama
klorokuin.Seperti pengobatan malaria falsiparum, primakuin
tidak boleh diberikan kepada: ibu hamil, bayi <1 tahun,
penderita G6-PD. Pengobatan malaria vivaks resisten
klorokuin.
Lini kedua : Kina + Primakuin
Dosis Primakuin adalah 0,25 mg/kgbb per hari yang
diberikan selama 14 hari. Seperti pengobatan malaria pada
umumnya, primakuin tidak boleh diberikan kepada Ibu hamil,
bayi < 1tahun, dan penderita defisiensi G6-PD. Dosis kina
adalah 30mg/kgbb/hari yang diberikan 3 kali per hari.
Pemberian kina pada anak usia di bawah 1 tahun harus
dihitung berdasarkan berat badan. Dosis dan cara pemberian
primakuin adalah sama dengan cara pemberian primakuin pada
malaria vivaks terdahulu yaitu 0.25 mg/kgbb perhari selama 14
hari.
3) Pengobatan malaria vivaks yang relaps
Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) sama
dengan regimen sebelumnya hanya dosis perimakuin ditingkatkan
Klorokuin diberikan 1 kali per-hari selama 3 hari, dengan dosis
total 25 mg basa/kgbb dan primakuin diberikan selama 14 hari
dengan dosis 0,5 mg/kgbb/hari. Untuk penderita defisiensi enzim
G6PD yang dapat diketahui melalui anamnesis ada keluhan atau
riwayat warna urin coklat kehitaman setelah minum obat
(golongan sulfa, primakuin, kina, klorokuin dan lain-lain), maka
pengobatan diberikan secara mingguan. Klorokuin diberikan 1 kali
per-minggu selama 8 sampai dengan 12 minggu, dengan dosis 10
mg basa/kgbb/kali Primakuin juga diberikan bersamaan dengan
klorokuin setiap minggu dengan dosis 0,76 mg/kgbb/kali.
4) Pengobatan malaria malariae
Pengobatan malaria malariae cukup diberikan dengan
klorokuin 1 kali per-hari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg
basa/kgbb Pengobatan juga dapat diberikan berdasarkan golongan
umur penderita
Catatan

1) Fasilitas pelayanan kesehatan dengan sarana diagnostik


malaria dan belum tersedia obat kombinasi artesunat +
amodiakuin, Penderita dengan infeksi Plasrnodium
falciparurn diobati dengan sulfadoksinpirimetamin (SP) untuk
membunuh parasit stadium aseksual. Obat ini diberikan
dengan dosis tunggal sulfadoksin 25 mg/kgbb atau
berdasarkan dosis pirimetamin 1,25 mg/kgbb Primakuin juga
diberikan untuk membunuh parasit stadium seksual dengan
dosis tunggal 0,75 mg/kgbb. Pada pengobatan malaria
falsiparum gagal atau alergi SP, Jika pengobatan dengan SP
tidak efektif (gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit
aseksual tidak berkurang atau timbul kembali) atau penderita
mempunyai riwayat alergi terhadap SP atau golongan sulfa
lainnya, penderita diberi regimen kina + doksisiklin/tetrasiklin
+ primakuin.
Pengobatan alterflatif = Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin
+ Primakuin
2) Fasilitas pelayanan kesehatan tanpa sarana diagnostik malaria.
Penderita dengan gejala klinis malaria dapat diobati
sementara dengan regimen klorokuin dan primakuin.
Pemberian klorokuin 1 kali per-hari selama 3 hari, dengan
dosis total 25 mg basa/kgbb. Primakuin diberikan bersamaan
dengan klorokuin pada hari pertarna dengan dosis 0,75
mg/kgbb.

b. Pengobatan Malaria Dengan Komplikasi


Definisi malaria berat/komplikasi adalah ditemukannya
Plasmodium falciparum stadium aseksual dengan satu atau beberapa
manifestasi klinis meliputi; Malaria serebral (malaria otak), Anemia
berat (Hb3 mg%), Edema paru atau Acute Respiratory Distress
Syndrome, Hipoglikemi: gula darah< 40 mg%, Gagal sirkulasi atau
syok: tekanan sistolik 2 kali per 24 jam setelah pendinginan pada
hipertermia, Asidemia (pH:< 7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma
< 15 mmol/L), Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi
malaria akut (bukan karena obat anti malaria pada seorang dengan
defisiensi G-6-PD).

Beberapa keadaan lain yang juga digolongkan sebagai malaria berat:

1) Gangguan kesadaran ringan (GCS < 15)


2) Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan) tanpa kelainan
neurologik
3) Hiperparasitemia > 5 %.
4) lkterus (kadàr bilirubin darah > 3 mg%)
5) Hiperpireksia (temperatur rektal > 40° C pada orang dewasa, >41°
C pada anak)

Pengobatan malaria berat ditujukan pada pasien yang datang


dengan manifestasi klinis berat termasuk yang gagal dengan
pengobatan lini pertama. Apabila fasilitas tidak atau kurang
memungkinkan, maka penderita dipersiapkan untuk dirujuk ke rumah
sakit atau fasilitas pelayanan yang lebih lengkap. Penatalaksanaan
kasus malaria berat pada prinsipnya meliputi:

1) Tindakan umum
2) Pengobatan simptomatik
3) Pemberian obat anti malaria
4) Penanganan komplikasi

Pemberian obat anti malaria berat

Artesunat parenteral direkomendasikan untuk digunakan di


Rumah Sakit atau Puskesmas perawatan, sedangkan artemeter
intramuskular direkomendasikan untuk di lapangan atau Puskesmas
tanpa fasilitas perawatan. Obat ini tidak boleh diberikan pada ibu
hamil trimester 1 yang menderita malaria berat.

Kemasan dan cara pemberian Artesunat parenteral tersedia


dalam vial yang berisi 60 mg serbuk kering asam artesunik dan pelarut
dalam ampul yang berisi 0,6 ml natrium bikarbonat 5%. Untuk
membuat larutan artesunat dengan mencampur 60 mg serbuk kering
artesunik dengan larutan 0,6 ml natrium bikarbonat 5%. Kemudian
ditambah larutan Dextrose 5% sebanyak 3-5 ml. Artesunat diberikan
dengan loading dose secara bolus: 2,4 mg/kgbb per-iv selama ± 2
menit, dan diulang setelah 12 jam dengan dosis yang sama.
Selanjutnya artesunat diberikan 2,4 mg/kgbb per-iv satu kali sehari
sampai penderita mampu minum obat. Larutan artesunat ini juga bisa
diberikan secara intramuskular (i.m.) dengan dosis yang sama. Bila
penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan
dengan regimen artesunat + amodiakuin + primakuin (Lihat dosis
pengobatan lini pertama malaria falsiparum tanpa komplikasi).

Kemasan dan cara pemberian artemeter Artemeter


intramuskular tersedia dalam ampul yang berisi 80 mg artemeter
dalam larutan minyak Artemeter diberikan dengan loading dose:
3,2mg/kgbb intramuskular Selanjutnya artemeter diberikan 1,6
mg/kgbb intramuskular satu kali sehari sampai penderita mampu
minum obat. Bila penderita sudah dapat minum obat, maka
pengobatan dilanjutkan dengan regimen artesunat + amodiakuin +
primakuin (Lihat dosis pengobatan lini pertama malaria falsiparum
tanpa komplikasi). Obat alternatif malaria berat : Kina dihidroklorida

parenteral Kemasan dan cara pemberian kina parenteral Kina


per-infus masih merupakan obat alternatif untuk malaria berat pada
daerah yang tidak tersedia derivat artemisinin parenteral, dan pada ibu
hamil trimester pertama Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina
dihidroklorida 25%, Satu ampulberisi 500 mg /2 ml.Dosis dan cara
pemberian kina pada orang dewasa termasuk untuk ibu hamil: Loading
dose : 20 mg garam/kgbb dilarutkan dalam 500 ml dextrose 5% atau
NaCI 0,9% diberikan selama 4 jam pertama. Selanjutnyá selama 4 jam
ke-dua hanya diberikan cairan dextrose 5% atau NaCl 0,9%. Setelah
itu, diberikan kina dengan dosis maintenance 10 mg/kgbb dalam
larutan 500 ml dekstrose 5 % atau NaCI selama 4 jam Empat jam
selanjutnya, hanya diberikan lagi cairan dextrose 5% atau NaCl 0,9%
Setelah itu diberikan lagi dosis maintenance seperti diatas sampai
penderita dapat minum kina per-oral. Bila sudah sadar / dapat minum
obat pemberian kina iv diganti dengan kina tablet per-oral dengan
dosis 10 mg/kgbb/kali, pemberian 3 x sehari (dengan total dosis 7 hari
dihitung sejak pemberian kina perinfus yang pertama).

Dosis anak-anak: Kina.HCI 25 % (per-infus) dosis 10 mg/kgbb


(bila umur < 2 bulan : 6-8 mg/kg bb) diencerkan dengan dekstrosa 5 %
atau NaCI 0,9 % sebanyak 5-10 cc/kgbb diberikan selama 4 jam,
diulang setiap 8 jam sampai penderita sadar dan dapat minum obat. 2
Kina dihidrokiorida pada kasus pra-rujukan: Apabila tidak
memungkinkan pemberian kina per-irifus, maka dapat diberikan kina
dihidroklorida 10 mg/kgbb intramuskular dengan masing-masing 1/2
dosis pada paha depan kiri-kanan (jangan diberikan pada bokong)
Untuk pemakaian intramuskular, kina diencerkan dengan 5-8 cc NaCI
0,9% untuk mendapatkan konsentrasi 60-100 mg/ml.

Catatan :

Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena


toksik bagi jantung dan dapat menimbulkan kematian. Pada penderita
dengan gagal ginjal, loading dose tidak diberikan dan dosis
maintenance kina diturunkan 1/2 nya. Pada hari pertama pemberian
kina oral, berikan primakuin dengan dosis 0,75 mg/kgbb.Dosis
rnaksimum dewasa : 2.000 mg/hari. (Julia & Sabiq, 2018)

2. Pengobatan Non Farmakologis

Pada dasarnya manusia telah mengenal fungsi tumbuhan terutama


sebagai penanggulangan masalah kesehatan. Penemuan-penemuan
tanaman obat oleh masyarakat pada umumnya karena perasaan intrinsik
yang secara turun temurun diwariskan dan dipertahanakan dengan
penuturan secara lisan[ CITATION Placeholder1 \l 1033 ].

Penggunaan obat tradisional cenderung hanya berdasarkan


pengalaman masa lampau. Pemanfaatan tanaman obat sebagai agent
antimalaria sudah banyak dilakukan dan dikembangkan. Banyak senyawa
aktif yang terdapat pada tanaman berdasarkan hasil penelitian diklaim
sebagai antimalaria, baik berupa tanaman utuh, simplisia maupun yang
telah dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk ekstrak dan senyawa
isolasi. Beberapa tumbuhan yang diteliti juga memiliki kemampuan
sebagai antiplasmodium seperti sambiloto, pulai, bratawali dan johar
[ CITATION Zei09 \l 1033 ].

Selama ini ada juga obat bahan alam yang sering digunakan
sebagai terapi malaria berasal dari tumbuhan cinchona yang dimanfaatkan
dari getahnya. Obat ini lebih sering dikenal dengan sebutan kina
[CITATION Hay12 \l 1033 ].

Anda mungkin juga menyukai