Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

PERCOBAAN KE IV
FRAKSINASI

Disusun Oleh :

Nama : Lukluul Masfiyah


NIM : 180500180
Gol / Kelas : IV / B
Hari, Tanggal Praktikum : Selasa, 17 Maret 2020
Dosen Pembimbing : Annisa Fatmawati, M.Farm., Apt.

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA
2020
PERCOBAAN IV

FRAKSINASI

A. TUJUAN

Mahasiswa mampu melakukan fraksinasi ekstrak secara partisi

B. DASAR TEORI

Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari campuran (padat,

cair, terlarut, suspensi, atau esotop) dibagi dalam beberapa jumlah kecil (fraksi)

komposisi perubahan menurut kelandaian. Pembagian atau pemisahan ini didasarkan

pada boot dari tiap fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada paling dasar sedang

fraksi yang lebih ringan akan berada diatas fraksinasi bertingkat biasanya

menggunakan pelarut organik seperti eter, aseton, benzena, etanol, diklorometana,

atau campuran pelarut tersebut. Asam lemak, asam resin, lilin, tanin, dan zat warna

adalah bahan yang penting dan dapat diektraksi dengna pelarut organik (Adijuwana

dan Nur, 1989). Fraksinasi dalam arti lain yaitu suatu teknik pemisahan untuk larutan

yang mempunyai perbedaan titik didih yang tidak terlalu jauh yaitu sekitar 30oC atau

lebih (Gunawan & Mulyani, 2004)

Fraksinasi ini umumnya dilakukan dengan metode corong pisah atau kromatografi

kolom. Kromatografi kolom merupakan salah satu metode pemurnian senyawa

dengan menggunakan kolom (Trifani, 2012).

Partisi zat-zat trelarut antara dua cairan yang tidak campur menawarkan banyak

kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis. Bahkan dimana tujuan primer

bukan untuk analitis namun preparatif. Ekstraksi pelarut merupakan suatu langkah

penting untuk menghasilkan suatu produk murni dalam laboratorium organik,

anorganik atau biokimia. Meskipun kadangkadang digunakan peralatan yang rumit

namun seringkali diperlukan hanya sebuah corong pisah. Seringkali suatu pemisahan
ekstraksi pelarut dapat diselesaikan dalam beberapa menit, pemisahan ekstraki

biasanya bersih dalam arti tidak ada analog kopresipitasi dengan suatu sistem yang

terjadi (Gunawan & Mulyani, 2004). Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan

pemisahan komponen kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur

dimana sebagian komponen terlarut pada fase pertama dan sebagian terlarut pada fase

kedua. Kemudian kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok dan setelah itu

didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna sehingga terbentuk dua lapisan fase

cair. Sedangkan komponen kimia akan terpisah. Jika suatu cairan ditambahkan ke

dalam ekstrak cairan lain yang tidak dapat bercampur dengan cairan pertama maka

akan terbentuk 2 lapisan. Salah satu komponen dari campuran akan terlarut ke dalam

dua lapisan tersebut (biasanya disebut fase) dan setelah beberapa waktu akan dicapai

kesetimbangan konsentrasi dalam kedua lapisan tersebut. Waktu yang diperlukan

untuk tercapainya kesetimbangan biasanya dipersingkat dengan pencampuran kedua

fase tersebut dalam corong pisah (Widyaningrum, 2011).

Corong pisah merupakan peralatan laboratorium yang digunakan untuk

memisahkan komponen-komponen dalam camuran antara dua fase pelarut yang

memiliki massa jenis berbda yang tidak bercampur. Umumnya salah satu fase berupa

larutan air dan yang lain berupa pelarut organik lipofilik seperti eter, MTBE,

diklormetana, kloroform atau etil asetat. Kebanyakan pelarut organik berada diatas

fase air kecuali pelarut yang memiliki atom unsur halogen (Sudjadi, 1986).

Corong pisah berbentuk kerucut yang ditutupi setengah bola. Corong pisah

mempunyai penyumbat diatasnya dan keran dibawahnya. Corong pisah yang

digunakan dalam laboratorium terbuat dari kaca borosilikat dan kerannya terbuat dari

kaca ataupun teflon. Ukuran corong pisah bervariasi antara 50ml sampai 3 liter. Untuk

menggunakan corong ini, campuran dua fase pelarut dimasukkan kedalam corong dari
atas dengan corong keran terttutup. Corong ditutup dan digoyangkan dengan kuat

untuk membuat fase larutan tercampur. Corong dibalik dan keran dibuka untuk

melepaskan tekanan uap yang berlebihan. Corong kemudian didiamkan agar

pemisahan antara dua fase berlangsung. Lalu penyumbat dan keran corong dibuka.

Dua fase larutan dipisahkan dengan mengontrol keran pada corong pisah (Sudjadi,

1986).

Macam-macam proses farksinasi (Gunawan & Mulyani, 2004):

1. Proses fraksinasi kering (Wintenzation)

Farksinasi kering adalah suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada berat molekul

dan komposisi dari suatu material. Proses ini lebih murah dibandingkan dengan

proses lain, namun hasil kemurnian fraksinasinya rendah.

2. Proses fraksinasi basah (Wet Fractination)

Fraksinasi basah adalah suatu proses fraksinasi denga menggunakan zat pembasah

atau dsebut proses hydrophilization atau detergen proses. Hasil fraksinasi dari proses

ini sama dengan proses fraksinasi kering.

3. Proses farksinasi dengan menggunakan solvent (pelarut)/solvent fractionation

Adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan pelarut. Dimana pelarut yang

digunakan adalah aseton. Proses fraksinasi ini lebih mahal dibandingkan denga

proses fraksinasi lainnya karena menggunakan bahan pelarut.

4. Proses fraksinasi dengan pengembunan (Fractional cendentation)

Merupakan proses fraksinasi didasarkan pada titik didih dari suatu zat atau bahan

sehingga dihasilkan suatu produk dengan kemuarnian yang tinggi. Fraksinasi

pengembunan ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi namun proses produksinya

lebih cepat dan kemurniannya lebih tinggi.


Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu.

Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaoitu fase tetap

(stationary) dan fase gerak (mobile). Pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari

dua fase tersebut. Cara kromatografi dapat digolongkan ssesuai dengan sifat dari fase

tetap yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fase ditetapkan berupa zat padat

maka cara tersebut dikenal denga kromatografi serapan. Jika zat cair dikenal sebagai

kromatografi partisi. Karena fase geraknya dapat berupa zat cair atau zat gas maka

semua ada 4 macam sistem kromatografi yaitu kromatografi serapan, yang terdiri dari

kromatografi lapis tipis dan kromatografi penukar ion, kromatografi padat,

kromatografi partisi dan kromatografi kolom kapiler ( Hostatman dkk, 1993).

C. ALAT DAN BAHAN

BAHAN ALAT
 Ekstrak Etanol temulawak (hasil  Beaker glass
dari P III)
 Metanol  Erlenmeyer
 Etil asetat  Corong pisah
 Gelas ukur
 Waterbath
 Cawan porselen
D. CARA KERJA

30 gram Ekstrak etanol


temulak

Larutkan dalam 100 mL


air : methanol (1 : 1)

+ 100 mL larutan penyari


(dalam corong pisah)

Gojog hingga terbentuk 2


lapisan

Dipisahkan fase-fase yang


terbentuk

Sisa fase air : methanol ditambah 100 mL larutan


penyari

Gojog hingga terpisah


kembali

Dilakukan beberapa kali hingga fase dari larutan


penyari yang ditambahkan jernih

Larutan penyari diuapkan


dengan rotary evaporator

Catat Hasil rendemen


DAFTAR PUSTAKA

Adijuwana, Nur, M.A., 1989. Teknik Spetroskopi dalam Analisi Biologi. Bogor. Pusat

Antar Universitas IPB.

Gunawan, D & S. Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I. Penebar

Swadaya, Jakarta.

Harborne. 1987. Metode Fitokimia. Penerbit ITB. Bandung.

Hostatmann. K. 1995. Cara Kromatografi Preparatif. Penerbit ITB. Bandung.

Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta : Kanisius

Widyaningrum, H. 2011. Kitab Tanaman Obat Nusantara. Medpress, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai