Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DEMATITIS SEBOROIK

NAMA : CLARA HUKUBUN


NIM : 144011.01.17988

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA III

AKADEMI KEPERAWATAN RUMAH SAKIT MARTHEN INDEY

JAYAPURA

202 0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “DEMATITIS SEBOROIK” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah KMB II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang “Keperawatan Anak” bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Siti Patimah, S. Kep, Ns, M. Kep,
selaku dosen mata kuliah KMB II  yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jayapura, 20 Juni 2020

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .....................................................................................................


i
Daftar Isi ..............................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN ………………................................................................……… 1
1.1 Latar belakang ……………........................................................................…………
2
1.2 Rumusan Masalah ………..................................................................………………
3
1.3 Tujuan .............................................................................................................
4
BAB II TINJUAN ............................................................................................……….
5
2.1 Defenisi …….…..................................................................................……………..
6
2.2 Etiologi ……………............................................................................……………….
7
2.3 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis ....................................................................
8
2.4 Potofisiologi ...................................................................................................
9
2.5 Pemeriksaan Penunjang ...............................................................................
10
2.6 Penatalaksanaan Medis ................................................................................
11
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ...........................................................
12
3.1 Pengajian Indentitas Pasien ..........................................................................
13

3
3.2 Pemeriksaan Fisik ......................................................................................... 14
3.3 Diagnosa Keperawatan .................................................................................
15
3.4 Intervansi Keperawatan ................................................................................
16
BAB IV PENUTUP …………….................................................................……………….
17
A. Kesimpulan ……………….....................................................................……………. 18
B. Saran ………………...........................................................................…………………
19
DAFTAR PUSTAKA …………........................................................................………….
20

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Istilah dermatitis seboroik (D.S.)dipakai untuk segolongan kelainan kulit yang
didasari oleh faktor konstitusi dan bertempat predileksi di tempat-tempat
seboroik. Penyakit ini sering kali dihubungkan dengan peningkatan produksi
sebum (seborrhea) dari kulit kepala dan daerah muka serta batang tubuh yang
kayaakan folikel sebaceous. Dermatitis seboroik sering ditemukan dan
biasanya mudah dikenali.Kulit yang terkena biasanya berwarna merah muda
(eritema), membengkak, ditutupi dengansisik berwarna kuning kecoklatan dan
berkerak. Penyakit ini dapat mengenai semua golonganumur, tetapi lebih
dominan pada orang dewasa. Pada orang dewasa penyakit ini cenderung
berulang, tetapi biasanya dengan mudah dikendalikan. Kelainan ini pada kulit
kepala umumnya dikenal sebagai ketombe pada orang dewasa dan “keluar
saraf’ (cradle cap) pada bayi.

4
1.2 Rumusan masalah
Makalah asuhan keperawatan ini membahas tentang definisi, etiologi,
klasifikasi, tanda, gejala, pemeriksaan penunjang dan patofisiologi dengan
gangguan dermatitis seborik.

1.3 Tujuan
1. Memahami definisi, anatomi, fisiologi, epidemiologi, patogenesis,
patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, terapi dan komplikasi dermatitis
seborik.
2. Meningkatkan kemampuan menulis ilmiah di dalam bidang keperawatan.
3. Memenuhi salah satu tugas sistem imun dan hematologi di jurusan d3
keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.

BAB II
TINJAUAN
2.1 Definisi
Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang sering terdapat
pada daerah tubuh berambut, terutama pada kulit kepala, alis mata dan muka,
kronik dan superfisial, didasari oleh faktor konstitusi.
Dermatitis seborik (DS) atau seborrheic eczema merupakan penyakit
yang umum, kronik dan, dan merupakan inflamasi superfisial dari kulit,
ditandai oleh pruritus, berminyak, bercak merah dengan berbagai ukuran dan
bentuk yang menutup daerah inflamasi pada kulit kepala, muka, serta telinga.

5
2.2 Etiologi
Etiologi dermatitis seboroik masih belum jelas, meskipun demikian
berbagai macam faktor seperti faktor hormonal, infeksi jamur, kekurangan
nutrisi, faktor neurogenik diduga berhubungan dengan kondisi ini. Menurut
Djuanda (1999) faktor predisposisinya adalah kelainan konstitusi berupa status
seboroik.
Keterlibatan faktor hormonal dapat menjelaskan kenapa kondisi ini dapat
mengenai bayi, menghilang secara spontan dan kemudian muncul kembali
setelah pubertas. Pada bayi dijumpai kadar hormon transplansenta meninggi
beberapa bulan setelah lahir dan penyakitnya akan membaik bila kadar
hormon ini menurun.
Faktor lain yang berperan adalah terjadinya dermatitis seboroik
berkaitan dengan proliferasi spesies Malassezia yang ditemukan di kulit
sebagai flora normal. Ragi genus ini dominan dan ditemukan pada daerah
seboroik tubuh yang mengandung banyak lipid sebasea (misalnya kepala,
tubuh, punggung). Selden (2005) menyatakan bahwa Malassezia tidak
menyebabkan dermatitis seboroik tetapi merupakan suatu kofaktor yang
berkaitan dengan depresi sel T, meningkatkan kadar sebum dan aktivasi
komplemen. Dermatitis seboroik juga dicurigai berhubungan dengan
kekurangan nutrisi tetapi belum ada yang menyatakan alasan kenapa hal ini
bias terjadi.
Pada penderita gangguan sistem syaraf pusat (Parkinson, cranial
nerve palsies, major truncal paralyses) juga cenderung berkembang dermatitis
seboroik luas dan sukar disembuhkan. Menurut Johnson (2000) terjadinya
dermatitis seboroik pada penderita tersebut sebagai akibat peningkatan
timbunan sebum yang disebabkan kurang pergerakan. Peningkatan sebum
dapat menjadi tempat berkembangnya P. ovale sehingga menginduksi
dermatitis seboroik. Faktor genetik dan lingkungan dapat merupakan
predisposisi pada populasi tertentu, seperti penyakit komorbid, untuk
berkembangnya dermatitis seboroik. Meskipun dermatitis seboroik hanya
terdapat pada 3% populasi, tetapi insidensi pada penderita AIDS dapat
mencapai 85%. Mekanisme pasti infeksi virus AIDS memacu onset dermatitis
seboroik (ataupun penyakit inflamasi kronik pada kulit lainnya) belum
diketahui1.

6
Berbagai macam pengobatan dapat menginduksi dermatitis
seborok. Obat-obat tersebut adalah auranofin, aurothioglucose, buspirone,
chlorpromazine, cimetidin, ethionamide, griseofulvin, haloperidol, interferon
alfa, lithium, methoxsalen, methyldopa, phenothiazines, psoralens, stanozolol,
thiothixene, and trioxsalen4.

2.3 Klasifikasi dan manifestasi klinis


a) Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap
paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit.
Dermatitis kontaki terbagi 2 yaitu :
· Dermatitis kontak iritan (mekanisme non imunologik)
· Dermatitis kontak alergik (mekanisme imunologik spesifik)

Perbedaan Dermatitis kontak iritan dan kontak alergik


N Dermatitis kontak iritan Dermatitis kontak alergik
o
1 Penyebab Iritan primer Alergen kontak S.sensitizer
2 Permulaa Pada kontak pertama Pada kontak ulang
n
3 Penderita Semua orang Hanya orang yang alergik
4 Lesi Batas lebih jelas Batas tidak begitu jelas
Eritema sangat jelas Eritema kurang jelas
5 Uji Tempel Sesudah ditempel 24 jam, bila Bila sesudah 24 jam bahan
iritan di angkat reaksi akan allergen di angkat, reaksi
segera menetap atau meluas berhenti.

b) Dermatitis atopik
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai
gatal dan umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi
pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang

7
kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, tempatnya dilipatan atau
fleksural..
c) Dermatitis numularis
Merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi berukuran
sebesar uang logam dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.
d) Dermatitis seboroik
Merupakan golongan kelainan kulit yang didasari oleh factor konstitusi,
hormon, kebiasaan buruk dan bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit
dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar leher, alis mata dan di belakang
telinga.
Dermatitis seboroik umumnya berpengaruh pada daerah kulit yang
mengandung kelenjar sebasea dalam frekuensi tinggi dan aktif. Distribusinya
simetris dan biasanya melibatkan daerah berambut pada kepala meliputi kulit
kepala, alis mata, kumis dan jenggot. Adapun lokasi lainnya bisa terdapat pada
dahi, lipatan nasolabial, kanalis auditoris external dan daerah belakang telinga.
Sedangkan pada tubuh dermatitis seboroik dapat mengenai daerah presternal
dan lipatan-lipatan kulit seperti aksila, pusar, inguinal, infra mamae, dan
anogenital1.
Ø Menurut usia dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Pada remaja dan dewasa
Dermatitis seboroik pada remaja dan dewasa dimulai sebagai skuama
berminyak ringan pada kulit kepala dengan eritema dan skuama pada lipatan
nasolabial atau pada belakang telinga. Skuama muncul pada kulit yang
berminyak di daerah dengan peningkatan kelenjar sebasea (misalnya aurikula,
jenggot, alis mata, tubuh (lipatan dan daerah infra mamae), kadang-kadang
bagian sentral wajah dapat terlibat. Dua tipe dermatitis seboroik dapat
ditemukan di dada yaitu tipe petaloid (lebih umum ) dan tipe pityriasiform
(jarang).
Bentuknya awalnya kecil, papul-papul follikular dan perifollikular coklat
kemerah-merahan dengan skuama berminyak. Papul tersebut menjadi patch
yang menyerupai bentuk daun bunga atau seperti medali (medallion
seborrheic dermatitis). Tipe pityriasiform umumnya berbentuk makula dan

8
patch yang menyerupai pityriasis rosea. Patch-patch tersebut jarang menjadi
erupsi3.
Pada masa remaja dan dewasa manifestasi kliniknya biasanya sebagai scalp
scaling (ketombe) atau eritema ringan pada lipatan nasolabial pada saat stres
atau kekurangan tidur.
2. Pada bayi
Pada bayi, dermatitis seboroik dengan skuama yang tebal, berminyak pada
verteks kulit kepala (cradle cap). Kondisi ini tidak menyebabkan gatal pada bayi
sebagaimana pada anak-anak atau dewasa. Pada umumnya tidak terdapat
dermatitis akut (dengan dicirikan oleh oozing dan weeping). Skuama dapat
bervariasi warnanya, putih atau kuning. Gejala klinik pada bayi dan
berkembang pada minggu ke tiga atau ke empat setelah kelahiran. Dermatitis
dapat menjadi general. Lipatan-lipatan dapat sering terlibat disertai dengan
eksudat seperti keju yang bermanifestasi sebagai diaper dermatitis yang dapat
menjadi general. Dermatitis seboroik general pada bayi dan anak-anak tidak
umum terjadi, dan biasanya berhubungan dengan defisiensi sistem imun. Anak
dengan defisiensi sistem imun yang menderita dermatitis seboroik general
sering disertai dengan diare dan failure to thrive (Leiner’s disese). Sehingga
apabila bayi menunjukkan gejala tersebut harus dievaluasi sistem imunnya3.

Ø Menurut daerah lesinya, dermatitis seboroik dibagi tiga:


1. Seboroik kepala
2. Seboroik muka
3. Seboroik badan dan sela-sela

2.4 Patofisiologi
Seborik merupakan keadaan terjadinya produksi sebum yang berlebihan
pada daerah-daerah dimana kelenjar tersebut berada dalam jumlah besar
(wajah, kulit kepala, alis mata, kelopak mata, kedua sisi hidung serta bibir atas,
daerah malar (pipi), telinga, aksila, dibawah payudara, lipat paha dan lipatan
gluteus didaerah pantat). Dengan adanya kondisii anatomis dimana secara
predileksididaerah tersebut banyak dipasok kelenjar sebasea atau yang

9
terletak diantara lipatan kulit tempat bakteri dalam jumlah yang besar
sehingga memungkinkan adanya respon inflamasi yang lebih tinggi.

2.5 Pemeriksaan penunjang


1. Pemeriksaan penunjang :
a) Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin
1/5000).
b) Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
2. Laboratorium
a) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin
b) Urin : pemerikasaan histopatologi

2.6 Penatalaksanaan medis


Terapi dermatitis seboroik dapat meliputi:
1. Umum
Secara umum, terapi bertujuan untuk menghilangkan sisik dengan keratolitik
dan sampo, menghambat pertumbuhan jamur dengan pengobatan anti jamur,
mengendalikan infeksi sekunder dan mengurangi eritema dan gatal dengan
steroid topikal.
2. Khusus
a) Sistemik
· Antihistamin H1 sebagai penenang dan anti gatal.
· Vitamin B kompleks.

10
· Kortikosteroid oral
· Antibiotik seperti penisilin.
· Preparat azol
· Isotretinoin selama beberapa tahun yang ternyata efektif untuk
mengontrol penyakitnya.
· Narrow band UVB (TL-01)
b) Topikal
Pengobatan topikal dapat mengontrol dermatitis seboroik dan dandruff kronik
pada stadium awal. Terapi yang dapat digunakan, contohnya fluocinolone,
topikal steroid solution.
c) Obat Alternatif
Terapi alami saat ini menjadi semakin populer. Tea tree oil (Melaleuca oil)
adalah minyak esensial yang berasal dari Australia. Terapi ini dapat efektif bila
digunakan setip hari dalam bentuk sampo 5 %.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Identitas Pasien.
a. Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
b. Riwayat Kesehatan.
1) Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya.

11
2) Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit
kulit lainnya.
3) Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
3.2 Pemeriksaan fisik
a. Subjektif : Gatal
b. Objektif :
- Skuama kering, basah atau kasar.
- Krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.
- ( Yang sering ditemui pada kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang
telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong,
lipat paha dan skrotum ).
- Kerontokan rambut.
1. Pola Eliminasi
§ Sering berkeringat.
§ tanyakan pola berkemih dan bowel.
2. Pola Aktivitas dan Latihan
§ Pemenuhan sehari-hari terganggu.
§ Kelemahan umum, malaise.
§ Toleransi terhadap aktivitas rendah.
§ Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan
§ Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
3. Pola Tidur dan Istirahat
§ Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
§ Mimpi buruk.

12
4. Pola Persepsi Kognitif
§ Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
§ Pengetahuan akan penyakitnya.
5. Pola Persepsi dan Konsep Diri
§ Perasaan tidak percaya diri atau minder.
§ Perasaan terisolasi.
6. Pola Hubungan dengan Sesama
§ Hidup sendiri atau berkeluarga
§ Frekuensi interaksi berkurang
§ Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
7. Pola Reproduksi Seksualitas
§ Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
§ Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.

8. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress


§ Emosi tidak stabil
§ Ansietas, takut akan penyakitnya
§ Disorientasi, gelisah
9. Pola Sistem Kepercayaan
§ Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
§ Agama yang dianut

3.3 Diagnosa keperawatan

13
Ø .Gangguan integritas kulit b/d kekeringan pada kulit
Ø Gangguan pola tidur b/d pruritus.
Ø Kurang pengetahuan tentang penyakit b/d minimnya pengetahuan terhadap
penyakit

3.4 Intervensi keperawatan


Ø Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit
Tujuan : Kulit klien dapat kembali normal.
Kriteria hasil : Klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang
baik dan turunnya peradangan, ditandai dengan mengungkapkan peningkatan
kenyamanan kulit, berkurangnya derajat pengelupasan kulit, berkurangnya
kemerahan, berkurangnya lecet karena garukan, penyembuhan area kulit yang
telah rusak
Intervensi: Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera
oleskan salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih
sering jika tanda dan gejala meningkat.
Rasional : dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit. Pengolesan
krim pelembab selama 2 – 4 menit setelah mandi untuk mencegah penguapan
air dari kulit.

Gunakan air hangat jangan panas.


Rasional : air panas menyebabkan vasodilatasi yang akan meningkatkan
pruritus.
Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive.
Hindari mandi busa.
Rasional : sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan alkalin
dan tidak membuat kulit kering, sabun kering dapat meningkatkan keluhan.
Oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari.
Rasional : salep atau krim akan melembabkan kulit.
Ø Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.

14
Tujuan : Klien bisa beristirahat tanpa adanya pruritus.
Kriteria Hasil :
1.Mencapai tidur yang nyenyak.
2.Melaporkan gatal mereda.
3.Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.
4.Menghindari konsumsi kafein.
5.Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.
6.Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan.
Intervensi : Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki
ventilasi dan kelembaban yang baik.
Rasional: Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang
nyaman meningkatkan relaksasi.
Menjaga agar kulit selalu lembab.
Rasional: Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal
biasanya tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.
Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.
Rasional: kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi.
Melaksanakan gerak badan secara teratur.
Rasional: memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di sore hari.
Mengerjakan hal ritual menjelang tidur.
Rasional: Memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tertidur.
Ø Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d minimnya pengetahuan terhadap
penyakit
Tujuan : Terapi dapat dipahami dan dijalankan
Kriteria Hasil :
1.Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
2.Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.

15
3.Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
4.Menggunakan obat topikal dengan tepat.
5.Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
Intervensi :
1.Kaji apakah klien memahami dan mengerti tentang penyakitnya.
Rasional: memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana
penyuluhan
2.Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki
kesalahan konsepsi/informasi.
Rasional: Klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat mereka
perbuat, kebanyakan klien merasakan manfaat.
3.Peragakan penerapan terapi seperti, mandi dan penggunaan obat-
obatan lainnya.
Rasional: memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat untuk
melakukan terapi.
4.Nasihati klien agar selalu menjaga hygiene pribadi juga lingkungan..
Rasional: Dengan terjaganya hygiene, dermatitis alergi sukar untuk
kambuh kembali

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seborrhea disebut pula dengan Dermatitis seboroik yaitu kelainan kulit berupa
peradangan superfisial dengan papuloskuamosa yang kronik dengan tempat
predileksi di daerah-daerah seboroik yakni daerah yang kaya akan kelenjar
sebasea, seperti pada kulit kepala, alis, kelopak mata, naso labial, bibir, telinga,
dada, axilla, umbilikus, selangkangan dan glutea. Pada dermatitis seboroik
didapatkan kelainan kulit yang berupa eritem, edema, serta skuama yang
kering atau berminyak dan berwarna kuning kecoklatan dalam berbagai ukuran
disertai adanya krusta.

16
Dermatitis seborrheic umumnya hanya terjadi pada bayi karena hal ini terkait
dengan hormon androgen milik ibunya yang masih tersisa di dalam tubuhnya.
"Itulah kenapa, lewat dari masa bayi, masalah ini akan menghilang seiring
dengan berkurangnya kadar hormon androgen. Namun, tidak semua bayi akan
mengalami dermatitis seborrheic. Jadi hanya bayi tertentu saja, terutama yang
mengalami atopik, yakni kecenderungan untuk bereaksi menyimpang terhadap
bahan-bahan yang bersifat umum. Bila reaksi menyimpang itu terjadi di kulit
kepala, maka akan timbul /dermatitis seborrheic/ bahkan eksim. Bila dermatitis
seborrheic ini tidak ditangani secara tepat, mungkin saja akan berlanjut
menjadi infeksi. Biasanya disertai proses inflamasi atau peradangan di dalam
kulitnya. Ditandai dengan sisik yang berada di atas kulit yang kemerahan.

B. Saran
Diperlukan suatu pemahaman yang baik agar tidak salah dalam memahami
tentang seborrhea atau dermatitis seboroik, khususnya mengenai definisi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan, diagnosa keperawatan, rencana tindakan, penatalaksanaan medis,
dari dermatitis seboroik.

DAFTAR PUSTAKA

Taylor Cynthia. 2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC


Lubis, Nova Zairina. 2014. Proporsi Pasien Dermatitis Seboroik di Departemen Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin Rimah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode
Tahun 2010-2012. Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456679/41341 Tangal terbit: 02 Juni 2014

17

Anda mungkin juga menyukai