Anda di halaman 1dari 8

Filsafat Pendidikan Matematika Individu

Kode MZ111B SML 1920 Muhammad Al Falah Kurniawan


2 September 2019 202019012

1. Bersumber dari Hakikat Matematika oleh Drs. Sukardjono, M.Pd

Menurut ARISTOTELES cabang filsafat secara umum yaitu :

A. Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang bersangkut paut dengan ilmu pengetahuan.
Istilah epistemologi berasal dari dua kata Yunani, episteme (pengetahuan) dan logos
(percakapan atau ilmu). Jadi epistemologi berarti percakapan tentang pengetahuan atau
ilmu pengetahuan.

Persoalan yang sering terjadi dalam epistemologi yaitu pengetahuan. Pengetahuan dibagi
menjadi 3 yaitu pengetahuan biasa, pengetahuan ilmiah, dan pengetahuan filsafat.

1. Pegetahuan biasa adalah hasil dari penyerapan inderawi terhadap objek tertentu
yangdijumpai.
2. Pengetahuan ilmiah, yakni pengetahuan yang diperoleh melalui metode-metode
ilmiah yang lebih menjamin kebenaran atau kepastian yang dicapai. Pengetahuan
ini disebut sains.
3. Pengetahuan filsafati, yakni pengetahuan yang berkaitan dengan hakikat, prinsip,
dan asas dari seluruh realita yang dipersoalkan selaku objek yang hendak
diketahui.

B. Metafisika atau ontology


Metafisika umum atau ontologi, membahas segala sesuatu yang ada secara menyeluruh
dan sekaligus. Pembahasan ini dilakukan dengan membedakan dan memisahkan
eksistensi yang sesungguhnya dari penampilan atau penampakan eksistensi itu.

1) Ada 3 teori ontologi yang terkenal.


Idealisme. Teori ini mengajarkan bahwa ada yang sesungguhnya berada di dalam

1
dunia ide. Segala sesuatu yang tampak dan wujud nyata dalam inderawi hanyalah
merupakan gambaran atau bayangan dari yang sesungguhnya, yang berada di
dunia ide. Jadi realitas yang sesungguhnya, bukanlah yang kelihatan, melainkan
yang tidak kelihatan. Tokoh-tokoh idealis adalah George Berkeley, Immanuel
Kant, dan Wilhelem Friederich Hegel.
2) Materialisme. Bagi materialisme, ada yang sesungguhnya adalah yang
keberadaannya semata-mata bersifat material atau sama sekali bergantung pada
material. Jadi, realitas yang sesungguhnya alam kebendaan, dan segala sesuatu
yang mengatasi alur kebendaan itu haruslah dikesampingkan.. Tokoh-tokoh
materialis adalah Demokritos, Thomas Hobbes, dan Ludwig Andreas Feuerbach.
3) Dualisme. Teori ini mengajarkan bahwa substansi individual terdiri dari
dua tipe fundamental yang berbeda dan tak dapat direduksi kepada yang lainnya.

C. Aksiologi

Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai, pada


umumnya dipandang dari sudut kefilsafatan. Banyak cabang ilmu
pengetahuan yang bersangkutan dengan masalah-masalah nilai yang khusus
seperti ekonomi, etika, estetika, filsafat agama, dan epistemologi.

Sumber http://repository.ut.ac.id/4690/2/PEMA4101-M1.pdf

2
2. Bersumber dari Filsafat Pendidikan Matematika

Menurut Abdullah dan Jalaludin, 2012 Filsafat Pendidikan Matemaika dibedakan menjadi tiga
kategori yaitu:

A. Ontologi Pendidikan Matematika

Ontologi adalah cabang filsafat yang membahas realitas, yaitu kenyataan yang menjurus
pada suatu kebenaran. Sedangkan ontologi pendidikan matematika adalah hakikat yang ada
dalam matematika atau yang ada dibalik matematika secara menyeluruh.Ontologi pendidikan
matematika terdiri dari:

1. Karakteristik Pendidikan Matematika


a. Memiliki kajian yang bersifat abstrak, karena objek matematika adalah objek
mental dan pikiran. Sehingga objek kajian disekolah adalah berupa fakta, konsep,
operasi, dan prinsip.
Fakta adalah kesepakatan atau konvensi dalam matematika, seperti istilah, notasi,
dan lambang.
Konsep adalah ide yang memungkinkan untuk ide itu dapat digunakan atau tidak,
konsep ini dipelajari melalui definisi.
Operasi adalah suatu keterampilan dalam matematika berupa kemampuan
pengerjaan dengan prosedur-prosedur tertentu.
Prinsip adalah hubungan antara beberapa objek dasar matematika, sehingga terdiri
dari beberapa fakta, konsep, dan dikaitkan oleh suatu operasi.
b. Mangacu pada kesepakatan, fakta matematika merupakan hasil kesepakatan,
sehingga kesepakatan tersebut menjadi sebuah pembahasan yang mudah
dikomunikasikan.
c. Mempunya pola pikir deduktif, yaitu pola pikir yang didasarkan pada hal yang
bersifat umum dan diterapkan pada hal yang bersifat khusus, atau pola pikir yang
didasarkan pada suatu pernyataan yang sebelumnya telah diakui kebenarannya.
d. Konsisten dalam sistemnya, yaitu dalam suatu sistem matematika berlaku hukum
konsistensi atau ketaatazasan, artinya tidak boleh terjadi kontradiksi di dalamnya.

3
e. Memiliki simbol kosong dari arti, artinya suatu simbol atau model matematika
tidak ada artinya bila tidak dikaitkan dengan konteks tertentu.
2. Objek Pendidikan Matematika
Menurut Gagne, ada dua macam objek yang dipelajari dalam matematika, yaitu:
a. Objek langsung, yakni fakta (abstrak), konsep, operasi/keterampilan dan prinsip.
b. Objek tak langsung, yakni meliputi kemampuan berpikir logis, kemampuan
memecahkan masalah, kemampuan berpikir analitis, sikap positif terhadap
matematika, ketelitian, ketekunan, kedisiplinan, dan hal lain yang secara implisit
akan dipelajari jika mempelajari matematika.
3. Sejarah pengembangan pendidikan matematika

B. Epistimologi Ilmu Pendidika Matematika

Epistimologi adalah pengetahuan yang mengkaji pertayaan-pertanyaan seperti apakah


pengetahuan, cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis-jenis
pengetahuan itu sendiri. Jika dikaitkan dengan pendidikan matematika yaitu suatu pengetahuan
yang mana didalamnya menggali tentang bagaimana cara memperoleh pengetahuan matematika,
apa saja sumber-sumber pendidikan matematika. Epistimologi pendidikan matematika
diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Metode Pendidikan Matematika


Adalah teknik penyampaikan dalam kegiatan belajar mengajar yang harus
dikuasai pengajar untuk menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didiknya.
Adapun metode yang lain yaitu seperti metode ceramah, metode ekspositori,
metode demonstrasi, metode drill atau latihan, metode tanya jawab, metode
inkuiri, metode discovery, metode pemberian tugas, dan metode permainan.
2. Alat Pengembangan Pendidikan Matematika
suatu media yang digunakan pengajar dalam proses mengajar dengan tujuan untuk
meningkatkan pemahaman dan semangat belajar siswa agar pembelajaran
semakin efektif, misalnya mrnggunakan proyektor, LCD, Komputer, Powerpoint,
dan Video animasi.
3. Sumber-sumber dan Batas-batas Pengembangan Pendidikan Matematika

4
Sumber pembelajaran merupakan sarana dalam kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

C. Aksiologi Ilmu Pendidikan Matematika

Beberapa definisi tentang aksiologi diataranya:

1. Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang
berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. (Salam, 1997).
2. Sedangkan aksiologi yang terdapat di dalam bukunya Jujun S. Suriasumantri
Filsafat Ilmu sebuah pengantar Populer bahwa aksiologi di artikan sebagai teori
nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
(Suriasumantri).
3. Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian, pertama, moral conduct,
yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni etika. Kedua,
Esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan.
Ketiga, sosio – political life,yaitu kehidupan sosial politik yang akan elahurkan
filsafat sosio-politik.

Sumber https://www.scribd.com/document/362485064/FILSAFAT-PENDIDIKAN-
MATEMATIKA

3. ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI oleh Bahrum, SE, M.Ak, Akt,

A. Ontologi

Ontologi secara bahasa berasal dari bahasa yunani, yaitu “Ontos” yang berarti “berada
(yang ada)”. Menurut istilah, Ontologi adalah ilmu hakekat yang menyelidiki alam nyata ini dan
bagaimana keadaan yang sebenarnya. Dengan demikian Ontologi adalah ilmu pengetahuan yang
meneliti segala sesuatu yang ada.

Ontologi adalah bagian filsafat yang paling umum, atau merupakan bagian dari
metafisika, dan metafisika merupakan salah satu bab dari filsafat. Obyek telaah ontologi adalah
yang ada tidak terikat pada satu perwujudan tertentu, ontologi membahas tentang yang ada

5
secara universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala
realitas dalam semua bentuknya

Ditinjau dari segi ontologi, ilmu membatasi diri pada kajian yang bersifat empiris.Objek
penelaah ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa hal-hal yang sudah berada diluar jangkauan manusia
tidak dibahas oleh ilmu karena tidak dapat dibuktikan secara metodologis dan empiris,
sedangkan ilmu itu mempunyai ciri tersendiri yakni berorientasi pada dunia empiris. Berdasarkan
objek yang dibelah dalam ilmu pengetahuan ada dua macam yaitu:

1. Obyek material (obiectum materiale, material object) ialah seluruh lapangan atau bahan
yang dijadikan objek penyelidikan suatu ilmu.
2. Obyek Formal (obiectum formale, formal object) ialah penentuan titik pandang terhadap
obyek material.

B. Epistimologi

Kata Epistemologi berasal dari bahasa Yunani artinya knowledge yaitu pengetahuan.
Kata tersebut terdiri dari dua suku kata yaitu logia artinya pengetahuan dan episteme artinya
tentang pengetahuan.4 Jadi pengertian etimologi tersebut, maka dapatlah dikatakan bahwa
epistemologi merupakan pengetahuan tentang pengetahuan.

Epistemologi adalah ilmu yang membahas secara mendalam segenap proses penyusunan
pengetahuan yang benar. Dengan demikian epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang
teori

Kajian epistemologi membahas tentang bagaimana proses mendapatkan ilmu


pengetahuan, hal-hal apakah yang harus diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan yang
benar, apa yang disebut kebenaran dan apa kriterianya. Objek telaah epistemologi adalah
mempertanyakan bagaimana sesuatu itu datang, bagaimana kita mengetahuinya, bagaimana kita
membedakan dengan lainnya, jadi berkenaan dengan situasi dan kondisi ruang serta waktu
mengenai sesuatu hal.20 Jadi yang menjadi landasan dalam tataran epistemologi ini adalah
proses apa yang memungkinkan mendapatkan pengetahuan logika, etika, estetika, bagaimana

6
cara dan prosedur memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan moral dan keindahan seni, apa yang
disebut dengan kebenaran ilmiah, keindahan seni dan kebaikan moral.

C. Aksiologi

Kata aksiologi menurut bahasa berasal dari bahasa Yunani, kata Aksiologi berasal dari
kata “Axios” yang berarti “bermanfaat” dan “logos” yang berarti “ilmu”. Aksiologi adalah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang ditinjau dari sudut kefilsafatan. Dengan
demikian aksiologi adalah kajian tentang nilai ilmu pengetahuan.

Yang menjadi landasan dalam tataran aksiologi adalah untuk apa pengetahuan itu
digunakan? Berkaitan dengan etika, moral, dan estetika maka ilmu itu dapat dibagi menjadi dua
kelompok:

1. Ilmu Bebas Nilai

Berbicara tentang ilmu akan membicarakan pula tentang etika, sebenarnya sejak saat
pertumbuhannya ilmu sudah terkait dengan masalahmasalah moral namun dalam perspektif yang
berbeda. Vonis inkuisisi Galileo memengaruhi perkembangan berpikir di Eropa, yang pada
dasarnya mencerminkan pertentangan antara ilmu yang ingin bebas dari nilainilai di luar bidang
keilmuan dan ajaran-ajaran (agama). Dengan tahap perkembangan ilmu ini berada pada ambang
kemajuan karena pikiran manusia tak tertundukkan pada akhirnya ilmu menjadi suatu kekuatan
sehingga terjadilah dehumanisasi terhadap seluruh tatanan hidup manusia. Masalah moral dalam
menghadapi ekses ilmu dan teknologi yang bersifat destruktif para ilmuan terbagi dalam dua
pendapat. Golongan pertama menginginkan ilmu netral dari nilai-nilai baik secara ontologis,
epistemologis, maupun aksiologis. Golongan kedua berpendapat bahwa netralitas ilmu hanya
terbatas pada metafisik keilmuan, namun dalam penggunaannya harus berlandaskan pada moral.

Perlunya penyatuan ideology tentang ketidak netralan ilmu ada beberapa alasan, namun yang
penting dicamkan adalah pesan Einstein pada masa akhir hayatnya “Mengapa ilmu yang begitu
indah, yang menghemat kerja, membikin hidup lebih mudah, hanya membawa kebahagiaan yang
sedikit sekali pada kita”. Adapun permasalahan dari keluhan Einstein adalah pemahaman dari
pemikiran Francis Bacon yang telah berabad-abad telah mengekang dan mereduksi nilai
kemanusiaan dengam ide “pengetahuan adalah kekuasaan”. Dari pernyataan di atas, dapat

7
dipahami bahwa, ilmu yang dibangun atas dasar ontologi, epistemologi dan aksiologi haruslah
berlandaskan etika sehingga ilmu itu tidak bebas nilai.

2. Teori tentang nilai

Pembahasan tentang nilai akan dibicarakan tentang nilai sesuatu, nilai perbuatan, nilai situasi,
dan nilai kondisi. Ada perbedaan antara pertimbangan nilai dengan pertimbangan fakta. Fakta
berbentuk kenyataan, ia dapat ditangkap dengan pancaindra, sedang nilai hanya dapat dihayati.
Walaupun para filosof berbeda pandangan tentang defenisi nilai, namun pada umumnya
menganggap bahwa nilai adalah pertimbangan tentang penghargaan. Pertimbangan fakta dan
pertimbangan nilai tidak dapat dipisahkan, antara keduanya karena saling memengaruhi. Sifat-
sifat benda yang dapat diamati juga termasuk dalam penilaian. Jika fakta berubah maka penilaian
kita berubah ini berarti pertimbangan nilai dipengaruhi oleh fakta. Fakta itu sebenarnya netral,
tetapi manusialah yang memberikan nilai kedalamannya sehingga ia mengandung nilai. Karena
nilai itu maka benda itu mempunyai nilai. Namun bagaimanakah criteria benda atau fakta itu
mempunyai nilai.

Teori tentang nilai dapat dibagi menjadi dua yaitu nilai etika dan nilai estetika, 1Etika
termasuk cabang filsafat yang membicarakan perbuatan manusia dan memandangnya dari sudut
baik dan buruk.

Nilai etika diperuntukkan pada manusia saja, selain manusia (binatang, benda, alam) tidak
mengandung nilai etika, karena itu tidak mungkin dihukum baik atau buruk, salah atau benar.

Adapun estetika merupakan nilai-nilai yang berhubungan dengan kreasi seni, dan
pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan seni atau kesenian. Kadang estetika
diartikan sebagai filsafat seni dan kadang-kadang prinsip yang berhubungan dengan estetika
dinyatakan dengan keindahan.

Sumber file:///D:/Downloads/1276-2610-1-PB%20(2).pdf

Anda mungkin juga menyukai