Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

B
DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DI RUANG
KARTIKA RUMAH SAKIT MARTHEN INDEY

Oleh :

Kelompok 6

NAILUR RIDHO ANNAHAR

RANI SEGER WIDODO

SYAIFUL ANWAR RH

ZAHARIA

1
YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA PROGRAM
STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN AKADEMI
KEPERAWATAN RS. MARTHEN INDEY
JAYAPURA
2019

2
3
BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN
I. KONSEP DASAR MEDIS
A. Definisi Kejang
Kejang adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementara seagai
akibat dariaktivitas neural yang abnormal dan pelepasan listrik serebral
yang berlebihan.(Cecily L. Betz, buku saku keperawatan pediatric, 2002)
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhurektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Kejangdemam sering juga disebut kejang demam tonik-
klonik, sangat sering dijumpaipada anak-anak usia di bawah 5 tahun.
Kejang ini disebabkan oleh adanya suatuawitan hypertermia yang timbul
mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (SylviaA. Price, Latraine M.
Wikson, 2006).
Kejang merupakan malfungsi singkat pada system listrik otak yang
terjadi akibatcetusan atau pelepasan muatan neuron kortikal. (Whaley &
Wong¶s, edisi 6, 2009)

B. Etiologi Kejang
Penyebab kejang meliputi beberapa factor: (wong,2009)
1. Factor genetic
2. Cedera otak pada mas prenatal, perinatal, atau pascanatal. Cedera
dapat berupa trauma, hipoksia (gangguan sirkulasi), infeksi
(encephalitis, meningitis), toksin eksogen atau endogen dan berbagai
factor lain.
3. Gangguan biokimia (hipoglikemia, hipokalsemia, dan defisiensi
nutrisi tertentu).

4
C. Patofisiologi Kejang
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri
dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K +) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl — ). Akibatnya konsentrasi ion K + dalam
sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron
terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di
dalam dan di luar sel, maka terdapat  perbedaan potensial membran yang
disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase
yang terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan potensial membran ini
dapat diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi
atau aliran listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1℃ akan mengakibatkan


kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari
seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh
karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian.

Besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel


sekitarnya dengan  bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang
5
yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet
yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan
oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang
tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin
meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak
meningkat.

D. Pathway Kejang

6
E. Tanda dan Gejala Klinis Kejang
Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone), yaitu:
1. Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri
gejala klinis sebagai berikut :
a. Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
b. Kejang umum tonik dan atau klonik
c. Umumnya berhenti sendiri
d. Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam

2. Kejang demam komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-


ciri gejala klinis sebagai berikut :
a. Kejang lama > 15 menit
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum
didahului kejang parsial
c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

F. Klasifikasi Kejang
Secara umum dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Konvulsi akut ( Non rekuren)
Merupakan konvulsi yang sering terjadi pada neonatus. Seluruh
tipe serangan konvulsi akut pada anak —anak dapat merupakan
manisfestasi sementara penyakit akut yang melibatkan otak.
Umumnya kejang demam terjadi setelah 6 bulan pertama kehidupan,
namun dalam 2 — 3 tahun pertama insidennya terus menerus
mencapai usia 6 — 8 tahun dan sesudah itu kejang itu menjadi jarang.
2. Konvulsi kronik ( Rekuren )
Dapat juga disebut epilepsi, terdapat 10 macam epilepsi :
a. Epilepsi Idiopatik
7
Gambaran elektroenchepalografik terutama pada saat tidur,
memperlihatkan abnormalitas umum pada 90 % anak dengan kejang
idiopatik.
b. Epilepsi Organik
Dapat terjadi setelah kerusakan otak didapat pada masa pranatal,
natal dan posnatal . anak sering memperlihatkan cacat motorik dan
retardasi mental.
c. Epilepsi Tonik- Klonik
Kejang umum, datang spasme otot dengan fase tronik — klonik.
Epilepsi ini dapat terjadi pada malam hari tanpa disadari klien.lidah
atau gigi tergigit, nyeri kepala, darah dibantal atau tempat tidur basah
oleh kemih dappat terjadi 1 — 2 hari.
d. Epilepsi ( Absenses )Petit Mal
Kehilangan kesadaran sementara, berputarnya bola mata ke atas,
gerakan alis mata, kepala mengangguk , anggukan kepala sedikit
gemetar pada otot — otot badan dan anggota tubuh.
e. Epilepsi Psikomotorik
Berupa gerakan motorik tetapi tidak berulang dan sering
kompleks,sering didapatkan kepucatan disekitar mulut, pekikan
nyaring atau usaha minta pertolongan dan lain- lain.
f. Kejang Partial Vokal ( Epilepsi Jackson )
Kejang ini dimulai pada suatu kelompok yang menyebar ke tempat
lain, misalnya dari ibu jari ke jari yang lain, pergelangan tangan,
lengan, wajah dan kemudian kaku yang sama.
g. Kejang Mioklonik Infantil
Terjasdi sebelum usia 2 tahun dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Jika tingkat perkemabangan tidak pernah normal terjadi pada
usia 4 bulan, terdapat cacat serebelum kongenital atau sebab
organik lainnya.
2) Jika anak tumbuh normal sampai usia 6 bulan atau lebih,
memiliki kemampuan motorik yang baik namun dengan
8
kemampuan bahasa dan penyesuaian yang buruk dibanding
usia kronologisnya.
h. Kejang Mioklonik dan Akinetik
Biasanya melibatkan satu kelompok otot dan dikaitkan dengan
hilangnya tonis postural tubuh secara mendadak.
i. Kejang Noktural
Mimpi buruk dan tidur berjalan ( somnambolisme ) paling sering
terjadi pada saat tidur nyensyak yaitu 1- 2 jam setelah istirahat.

j. Kejang Induksi
Dengan terapi obat saja biasanya tidak memuaskan. Setelah anak
belajar menarik perhatian dengan cara ini, maka sulit untuk mengubah
sifat ini.

G. Pemeriksaan Penunjang Kejang


1. Elektro encephalograft (EEG)
Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik.
EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan
terjadinya epilepsi atau kejang demam yang berulang dikemudian hari.
Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang
demam yang sederhana. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak
dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.
2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal
Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada
bayi yang masih kecil seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga
harus dilakukan lumbal pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6
bulan dan dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan.
3. Darah
a. Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N
< 200 mq/dl)
9
b. BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan
merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
c. Elektrolit : K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 —  5,00 meq/dl )  
Natrium ( N 135  —  144 meq/dl )
d. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS
tanda infeksi,  pendarahan penyebab kejang.
e. Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan
adanya lesi
f. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB
masih terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu
khusus untuk transiluminasi kepala.

H. Penaktalaksanaan Medis
1. Pengobatan
a. Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah
diazepam yang diberikan melalui interavena atau indra vectal.
Dosis awal : 0,3 — 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).
Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama
setelah 20 menit.
b. Turunkan panas
Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.
Kompres air PAM / Os
c. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien
kejang demam yang pertama, walaupun demikian kebanyakan
dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai

10
sebagai meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau bila
kejang demam berlangsung lama.

d. Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat
demam dan profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap
hari. Untuk profilaksis intermitten diberikan diazepim secara oral
dengan dosis 0,3 — 0,5 mg/hgBB/hari.
e. Penanganan sportif
1) Bebaskan jalan napas
2) Beri zat asam
3) Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
4) Pertahankan tekanan darah

2. Pencegahan
a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana.
Beri diazepam dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang
disertai demam.
b. Pencegahan kontinyu untuk kejang demam komplikasi
Dapat digunakan :
1) Penobarbital : 5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis
2) Fenitorri : 2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis
3) Diazepam : (indikasi khusus)

I. Komplikasi
Menurut arif mansyoer,(2000) kejang demam dapat mengakibatkan :
1. Kerusakan sel otak
2. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari
15 menit dan bersifat unilateral
3. Kelumpuhan

11
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan bayi atau anak.
Riwayat kelahiran atau dimasa neonatus, penyakit kronis,
neoplasma, immunosupresi, infeksi telinga dalam ataum infeksi ekstra
kranial (OMA), meningitis atau enchepalitis, tumor otak yang
merupakan penyebab terjadinya kejang sehingga sangat perlu
dilakukan anamnese.
2. Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada
kelainan neurologik, peningkatan TTV, yang biasanya terjadi pada
anak yang mengalami kejang. Kejang terutama terjadi pada anak
golongan umur 6 bulan — 4 tahun. Pemeriksaan fisik dipengaruhi oleh
usia anak dan organime penyebab, perubahan tingkat kesadaran,
irritable, kejang tonik-klonik, tonik, klonik, takikardi, perubahan pola
nafas, muntah dan hasil pungsi lumbal yang abnormal.

3. Psikososial atau faktor perkembangan.


Umur, tingkat perkembangan, kebiasaan (apakah anak merasa
nyaman, waktu tidur teratur, benda yang difavoritkan), mekanisme
koping, pengalaman dengan penyakit sebelumnya.
4. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.
5. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak
menderita kejang demam
6. Lama berlangsungnya kejang.
7. Frekuensi terjadinya kejang dalam 1 tahun.

12
8. Adanya anggota keluarga yang pernah menderita kejang sebelumnya.
9. Pengkajian Neurologik
a. Tanda — Tanda Vital
Suhu, tekanan darah, denyut jantung, TD, Denyut nadi.
b. Hasil pemeriksaan kepala
1) Fontal : menonjol, rata, dan cekung.
2) Lingkar kepala ( di bawah umur 2 tahun )
3) Bentuk umum.
c. Reksi pupil
1) Ukuran
2) Reaksi terhadap cahaya
3) Kesamaan respons
d. Tingkat kesadaran
1) Kewaspadaan (respon terhadap panggilan dan perintah )
2) Iritabilitas
3) Letargi dan rasa mengantuk
4) Orientasi terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
e. Afek
Alam perasaan, labilitas.
f. Aktivitas kejang
Jenis dan lamanya.
g. Fungsi sensoris
1) Reaksi terhadap nyeri
2) Reaksi terhadap suhu
h. Refleks
1) Refleks tendo superfisial dan dalam
2) Adanya refleks patologik ( misalnya : Babinski )
i. Kemampuan intelektual
1) Kemampuan menulis dan menggambar
2) Kemampuan membaca

13
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terjadi injury berhubungan dengan aktivitas kejang,
serangan mendadak dari perubahan aliran darah ke otak.
2. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan spasme otot
pernapasan, aspirasi.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pengalaman,
kurangnya informasi perawatan rumah.
4. Gangguan konsep diri ( gambaran diri / harga diri ) berhubungan
dengan kehilangan kontrol dari tubuh, reaksi lingkungan terhadap
anak.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terjadi njury berhubungan dengan aktivitas kejang,
serangan mendadak dari perubahan aliran darah ke otak.
Intervensi :
a. Pre Konvulsif
1) Mengidentifikasi faktor resiko pre konvulsif untuk penyakit
kejang
2) Singkirkan benda — benda yang ada di sekitar anak yang
dapat melukainya.
3) Monitor cardiopulmonal secara terus — menerus
4) Kaji kadar gula darah
5) Sediakan dan dekatkan peralatan suction
6) Sediakan O2 sesuai dengan indikasi
b. Konvulsif
1) Baringkan anak ditempat yang rata.
2) Catat waktu, durasi, bagian tubuh yang terlibat dan frekuensi
kejang.
3) Atur pemberian pengobatan ( contoh Diazepam )
4) Pertahankan jalan nafas ( Airway )

14
5) Pastikan klien dalam keadaan aman.
c. Post Konvulsi
1) Monitor TTV dan kesadaran klien
2) Pertahankan jalan nafas efektif.
3) Setelah anak bangun dan sadar berikan minum hangat, cairan
untuk rehidrasi.
4) Sediakan oral hygiene.

2. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan spasme otot


pernapasan, aspirasi.
Intervensi :
a) Baringkan pasien dengan sikap extensi / miringkan kepala klien
untuk mencegah aspirasi.
b) Berikan O2 ( 1- 2 liter / menit ) bila berat, berikan hingga 4 liter.
c) Pada saat kejang berikan sudip lidah untuk mencegah supaya
lidah tidak tergigit.
d) Lepaskan pakaian yang menggangu pernafasan ( misalnya ikat
pinggang, gurita dan lain sebagainya ).
e) Observasi TTV secara kontinue setiap ½ jam.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pengalaman,


kurangnya informasi perawatan rumah.
Intervensi :
a) Anjurkan orang tua mengenal kelainan alami kejang.
b) Diskusikan pengobatan, dosis, frekuensi, tujuan, efek samping,
dan apa yang harus dilakukan jika terjadi kesalahan dosis.
c) Diskusikan rencana perawatan di rumah, serta perawatan selama
kejang
d) Ajarkan kepada orang tua bagaimana cara mengobservasi dan
menentukan pertolongan pertama yang aman dan legal.
15
4. Gangguan konsep diri ( gambaran diri / harga diri ) berhubungan
dengan kehilangan kontrol dari tubuh, reaksi lingkungan terhadap
anak.
Intervensi :
a) Jelaskan perilaku anak selama / setelah kejang kepada anak dan
orang tua. Jangan sampai anak mengalami rasa malu akan
perilakunya.
b) Informasikan kepada keluarga akan pentingnya memperlakukan
anak—anak mereka seperti anak — anak yang lain.
c) Bantu orang tua untuk menentukan kegiatan perkembangan anak
yang tepat.
d) Siapkan anak untuk menentukan atau melakukan kegiatan
perkembangan anak yang tepat.
e) Dampingi anak / orang tua untuk mempergunakan sumber —
sumber koping yang tepat.

16
BAB I11

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. B DENGAN DIAGNOSA

MEDIS KEJANG DI RUANGAN KARTIKA

RS MARTHEN INDEY

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Tanggal Masuk Rumah Sakit :


Tanggal Pengkajian / : 18-04-2020
No. REG : 235615
Ruang / Bangsal : Kartika RSMI
Diagnose Medis : Kejang

1. IDENTITAS
a. Klien
Nama : An. B
Usia : 5 bulan
Tempat /Tgl. Lahir : Jayapura, 24 Desember 2019
Agama : Islam
Alamat : Entrop
Pendidikan : belum sekolah

b. Ibu klien
Nama ibu : Ny. S
Umur : 23 Thn
Pendidikan : SMA
17
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Entrop

c. Ayah klien
Nama : Tn.B
Umur : 28 Thn
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Alamat : Entrop

d. Saudara Kandung
No Umur Jenis kelamin Pendidikan Status kesehatan
1 3 thn 6 Laki-laki Belum sekolah Pada saat umur 2
bulan tahun pernah
alami kejang-
kejang

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Keluhan utama masalah kesehatan yang dialami oleh An.B adalah Kejang
Demam.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Masalah yang dialami oleh An.B saat ini adalah kejang . Ibu klien
mengatakan saat terjadi kejang tubuh An.B seluruhnya bergetar, kaki
menendang-nendangdan mulut terkatup dengan keras. Ibu klien
18
mengatakan ketika dirumah saat terjadi kejang pada An.B berlangsung
selama kira-kira ± 3-5 menit dan biasanya terjadi di pagi hari dan di sore
hari. Ibu klien juga mengatakan sebelumnya An.B tidak ada riwayat
kejang, namun sebelum dibawa kerumah sakit klien sudah 2 kali
mengalami kejang di rumahnya di pagi hari dan di sore hari. Kejang yang
dialami An.B dan terdengar ada suara batuk yang di sertai dengan adanya
penumpukan sekret.
3. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Prenatal
1) Keluhan selama hamil : ibu klien mengatakan selama masa
kehamilan klien pernah mengalami hipertensi
2) Imunisasi TT : Ya
b. Intranatal
1) Jenis persalinan : Secsio Cesaria
2) Komplikasi yang dialami pada saat melahirkan : saat persalinan
berlangsung tidak di temukan masalah apa-apa, tidak ada
perdarahan, dan tidak ada komplikasi yang lainnya.
c. Postnatal
Ibu klien mengatakan setelah melahirkan An.B tidak terjadi
masalah yang menghawatirkan. Ibu klien hanya dirawat selama 3
hari perawatan di rumah sakit dan setelah itu diperbolehkan pulang
karena tidak ada masalah apapun.

2. Riwayat Masa Lalu


Ibu klien mengatakan An.B sebelumnya tidak memiliki riwayat
penyakit apapun. Ibu klien juga mengatakan An.B tidak pernah
sebelumnya dirawat di rumah sakit, sehingga An.B tidak mengonsumsi
obat-obatan. Ibu An.B juga mengatakan An.B tidak memiliki riwayat
melakukan tindakan operasi apapun, tidak ada riwayat alergi, tidak ada
riwayat kecelakaan dan tidak ada riwayat jatuh ataupun kecelakaan.
19
Dan ibu klien juga mengatakan sampai dengan usia An.B 5 bulan saat
ini imunisasi sudah dilakukan, hanya tinggal beberapa imunisasi saja
yang belum dilakukan karena klien belum mencapai usia tersebut.

4. RIWAYAT KELUARGA

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal 1 rumah
: Keturunan
: Pernikahan
: Klien

An. B adalah anak kedua dari dua orang bersaudara, An.B tinggal bersama
kedua orang tuannya yaitu ayah dan ibunya beserta kakak laki-lakinya. Ibu
An.B mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada riwayat kejang yang
seperti dialami An.B saat ini. Namun Ibu klien mengatakan bahwa sebelumnya
20
kakak An.B ketika berusia 2 tahun juga pernah mengalami kejang, namun
tidak sampai dibawa kerumah sakit dan dirawat seperti An.B saat ini.

5. Riwayat Imunisasi TT :
No Jenis imunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah
pemberian
1 BCG 1 kali (usia 2 Rewel
minngu)
2 DPT ( I,II,III) 4 kali (usia 2,3,4 Lemas
bulan )
3 Polio ( I,II,III,IV) 4 kali (usia 2,3,4 Demam
bulan )
4 Hepatitis 1 kali
5 Campak

6. Riwayat Tumbuh Kembang.


a. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : 8,5 kg
2. Panjang Badan : 58 cm
3. Waktu tumbuh Gigi : belum tumbuh gigi

b. Perkembangan tiap tahap.


Usia anak saat ini
1. Berguling : 3 bulan
2. Tengkurap : 3bulan
3. Duduk : 5 bulan

7. Riwayat nutrisi
a. Pemberian ASI

21
An. B mengkomsumsi ASI sejak ia lahir sampai sekarang dengan usia 5
Bulan
b. Pemberia Susu Formula
1. Alasan pemberian : -
2. Jumlah pemberian : -
3. Cara pemberian :-

c. Pola pemberian nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini.

Usia Jenis Nutrisi Lama pemberian


0-4 bulan Asi
4-12 bulan Asi
Saat ini Asi

8. Riwayat psikososial
Ibu An.B mengatakan bahwa sejak kecil kedua orang tuanyalah yang
merawat, mengasuh dan tinggal bersama-sama dengan An.B beserta kakak
laki-lakinya. Hubungan An.B didalam keluarga nya sangat baik, kehadiran
An.B di tengah-tengah keluarga nya sangat diterima dengan baik. Banyak
diantara keluarga-keluarganya yang lain senang bermain dan secara
bergantian ingin menggendong An.B. An.B anak yang cukup kooperatif,
tidak rewel dan jarang menangis sehingga banyak yang senang bermain
dengannya. Dan lingkungan disekitar An.B cukup aman karena An.B selalu
diawasi oleh keluarganyakarena saat ini An.B berada ditahapan Tumbuh
kembang belajar untuk telengkup dan merangkak.

9. Riwayat spiritual
- Orang tua klien mengatakan saat ini menganut agam islam
22
10. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
A. Pola Nutrisi Sebelum Sakit Selama Sakit
- Frekuensi ASI Setiap 2-3 jam sekali Setiap 1-2 jam sekali

B. Pola Cairan & Sebelum Sakit Selama Sakit


Elektrolit
- Frekuensi Minum
- Jumlah
- Jenis minuman
- Masalah
C. Pola Eliminasi BAB / Sebelum Sakit Selama Sakit
BAK
BAB ;

- Frekuensi 1-2 x/sehari 1-2x/sehari


- Konsistensi
Cair Cair
- Warna/Bau
Khas feses Khas feses
- Darah / Lendir
- Masalah Tidak ada Tidak ada
BAK :
Tidak ada Tidak ada
- Frekuensi
- Jumlah/warna
- Bau 4-5 x/sehari 5-6 x/sehari

- Masalah Kuning Kuning


- Tempat buang
Khas Khas

23
Tidak ada Tidak ada

Popok Popok
D. Pola Istirahat / Tidur Sebelum Sakit Selama Sakit
- Tidur Siang 1-2 jam < 2 jam
- Tidur Malam
9-10 jam 9-10 jam
- Yg memudahkan
Tidur
- Penggunaan obat Pemberian ASI Pemberian ASI
- Masalah
Tidak ada Tidak ada

Tidak ada Tidak ada


E. Personal Hygiene Sebelum Sakit Selama Sakit
- Mandi /cara Di baskom mandi anak Lap menggunakan
waslap
- Kebersihan Kuku
Bersih
- Kebersihan Gigi Bersih
Belum tumbuh gigi
- Kebersihan Kulit Belum tumbuh gigi
- Masalah Bersih
Bersih
Tidak ada
Tidak ada

11. PEMERIKSAAN FISIK


a. Keadaan Umum : sakit sedang
b. Kesadaran : composmentis , GCS : 15
c. Tanda —Tanda Vital
- Suhu Badan :
- Respirasi : 42x/mnt
- Nadi : 120x/mnt

24
- BB / TB : 8.5 kg / 58 cm
d. Keadaan Kepala
Inspeksi
- Bentuk Kepala : Normacepalus
- Kebersihan : Bersih
- Warna rambut : hitam
Palpasi
- Benjolan : tidak ada
- nyeri tekan : tidak ada
e. Mata
Inspeksi
- Sklera : anikterik
- Conyunctiva : ananemis
- Odema : tidak ada
- Refleks pupil :
Palpasi

- Nyeri tekan : tidak ada


- TIO : Tidak meningkat
f. Hidung
Inspeksi
- Bentuk : simetris
- Kebersihan : bersih
- Secret / cairan : tidak ada
Palpasi
- Nyeri tekan : tidak ada
- Benjolan : tidak ada
g. Telinga
Inspeksi
- Bentuk : simetris

25
- Kebersihan : bersih
- Pemakaian alat bantu : tidak ada
Palpasi
- Nyeri tekan : tidak ada
Fungsi pendengaran
h. Mulut
Inspeksi
- Bibir : pucat
- Lidah : bersih
- Gusi : merah mudah
- gigi : belum tumbuh gigi
Palpasi

- nyeri tekan : tidak ada


i. Leher
Inspeksi
- Bentuk : simetris

- Reflek menelan : baik


Palpasi

- Nyeri tekan : tidak ada


- Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran
j. Thorax
Inspeksi
- Bentuk dada : normalchest
- Penggunaan otot bantu : tidak ada
Palpasi

- Massa/ nyeri : tidak ada


Perkusi
- redup

26
Auskultasi
- Suara nafas : vesikuler
- Suara tambahan : ronchi
- Suara batuk : ada

k. Jantung
Palpasi
- Denyut apeks : dapat teraba
- Pembesaran jantung : tidak ada
Perkusi

- redup
Auskultasi

- BJ I dan BJ II : reguler
l. Abdomen
Inspeksi

- Bentuk : simetris
- Lesi : tidak ada
- Acites : tidak ada
Auskultasi

- Bising usus : 6x/mnt


Perkusi

- tympani
Palpasi

- Hepar : tidak ada pembesaran


- Lien : tidak ada pembesaran
- Nyeri tekan : tidak ada
Palpasi
m. Ekstremitas
27
- Bentuk : simetris
- Pergerakan : aktif
n. Kelamin:
-Laki-laki/Perempuan : laki-laki

o. Genitalia dan Anus


- Bentuk : simetris
- Kebersihan : bersih

12. Status neurologi

Saraf Kranial Pengkajian Fungsi Hasil Yang


Ditemukan
N. I Olfaktorius Mengidentifikasi dengan benar Belum dapat dikaji
bau yang berbeda
N. II Optikus Memeriksa ketajaman penglihatan Ketajaman penglihatan
anak, persepsi terhada cahaya. An.B cukup baik, klien
mampu berespon
terhadap cahaya.
N. III Memeriksa ukuran dan reaksi Respon pupil terhadap
Okumolotorius pupil, dan periksa kelopak mata cahaya (+), ukuran
terhadap posisi pupil 2mm, posisi
kelopak mata simetris
dan sejajar dengan garis

28
telinga
N. IV Troklearis Melihat pergerakan mata anak ke Pergerakan bola mata
arah bawah, ke atas, ke samping akttif (+)
N. V Trigeminus Tentukan apakah anak dapat Anak mudah menoleh
merasakan sentuhan halus di atas bila area dekat pipi
pipi dekat mulut disentuh
N. VI Abdusen Kaji kemampuan anak
menggerakan mata secara lateral Belum dapat di kaji
N. VII Fasialis Menguji indra pengecaan anak Belum dapat di kaji
N. VIII Akustikus Uji pendengaran anak, dengan Klien langsung
memanggil anak dari arah menoleh ke arah
samping telingan nya sumber suara
N. IX Kemempuan mengidentifikasi Belum dapat di kaji
Glasofaringeus rasa larutan pada lidah
N. X Vagus Kemampuan terhadap reflek Reflek menelan (+) saat
menelan spatel dimasukkan
kedalam mulut si anak
N. XI Aksesorius Memeriksa kemampuan anak Belum dapat di kaji
memutarkan kepala dan gerakan
mengangkat bahu
N. XII Hipoglosus Meminta anak untuk Belum dapat di kaji
mengeluarkan lidah dan
kemampuan mengucapkan huruf
“R”

13. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Laboratorium
No Jenis Hasil Satuan Nilai Normal
Pemeriksaan
1 WBC 9.3 103/ul 5-10

29
2 RBC 5.22 106/ul 3,08-5,05
3 HGB 11.6 g/dl 11-16
4 HCT 36.6 % 37-48
5 MCV 70 fL 80-92
6 MCH 22.3 fL 27-31
7 MCHC 31.8 g/dl pg 32-36
8 PLT 664 103/mm3 103/ul 150-450

2. Pemeriksaan EEG
Dari hasil pemeriksaan EEG yang telah dilakukan pada tanggal 18
April 2020 menunjukkan hasil bahwa An.B dinyatakan hasil EEG
abnormal

14. TERAPI
METODE JAM
NO NAMA OBAT DOSIS
PEMBERIAN PEMBERIAN
09.00-17.00-
1. Ampicillin Oral 3x150 mg
01.00
Pada saat
2. Stesolid supp 0.5 mg
kejang
Pada saat
3. Diazepam Injeksi 0.5 mg
kejang

15. KEBUTUHAN CAIRAN


30
a. Intake
1) Minum 750cc
2) Infus
8 tts/menit = ....Y.....x 60 (mikro)
24 jam x 60 menit
8 tts/menit = 60 Y
1440
60 Y = 1440 x 8
60 Y = 11520
Y = 11520
60
Y = 192 cc
Y adalah cairan infus dalam 24 jam

Jumlah volume cairan infus yang telah masuk ke


tubuh pasien adalah

Jumlah 1 botol infus — jumlah volume infus


yang sisa
= 500 cc — 370 cc
= 130 cc

3) Kebutuhan
Cairan
= BB 10 Kg I x 100 cc
= 8.5 Kg x 100 cc
= 850 cc/hari

Jadi, intake yang di dapat oleh An.B adalah


= Minum + Infus + Kebutuhan Cairan
= 750 cc + 130 cc + 850 cc
= 1730 cc/hari
31
b. Output
1) Muntah Tidak ada (-)

2) Urine = 2 cc / Kg BB / jam
= 2 cc x 8.5 Kg / jam
= 17 cc / jam
= 17 cc x 24 jam
= 408 cc / hari

c. IWL
= ( 30 — usia dalam tahun )
= ( 30 — 5 bulan ) x 8.5 Kg
12 bulan
= 30 — 5 = 360 — 5
12 12 12
= 355 x 8.5
12
= 251 cc
Jadi, Balance cairan An.B adalah

Balance cairan = intake — ( output +


Balance cairan = 1792 cc — ( 408 cc + 251 cc )
IWL )

= 1730 cc — 659 cc
= 1071 cc

32
KLASIFIKASI DATA

DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF


Klien Mengatakan : Klien Tampak :

- Ibu An.B Mengatakan anaknya - An. B terpasang O₂ 1


saat ini sedang batuk-batuk Liter/menit nasal kanul
- Ibu An.B mengatakan takut - Ronchi (+)
yang klien rasakan setelah - Suara batuk (+)
dirumah sakit & setelah - RR = 42x/menit
mengalami kejang berulang - Klien tampak terlihat gelisah
- Ibu An.B Mengatakan batuk - Kejang berlangsung ± 5 menit
yang dialami anaknya disertai - Saat kejang bergetar & kakinya
dengan adanya penumpukan menendang-nendang
sekret. - Ibu klien tampak terlihat
- Ibu An.B mengatakan kejang bingung & sangat panik saat
yang di alami An.B sebelum An.B kejang
dibawa Ke Rumah Sakit sudah - Ibu klien tampak terlihat cemas
2x terjadi yaitu pagi & siang. & takut jika An.B kembali
- Ibu An.B mengatakan saat kejang
kejang tubuh anaknya bergetar
& kakinya menendang-
nendang
- Ibu An.B mengatakan kejang

33
yang terjadi berlangsung kira-
kira ± 5 menit
- Ibu klien mengatakan tidak
tahu apa yg terjadi pada An.B
- Ibu klien mengatakan setiap
An.B kejang, ibu klien selalu
panik
- Ibu klien mengatakan jika
An.B kejang tidak tahu apa
yang harus dilakukan

ANALISA DATA

NO DATA PROBLEM ETIOLOGI


1 DS: Bersihan jalan Sumbatan lidah di
nafas tidak efektif endotrakea
- Ibu An.B Mengatakan
anaknya saat ini
sedang batuk-batuk
peningkatan sekret
- Ibu An.B mengatakan
saliva
takut yang klien
rasakan setelah
dirumah sakit & kerusakan
setelah mengalami neoromuskuler
kejang berulang
- Ibu An.B Mengatakan

34
batuk yang dialami
anaknya disertai
dengan adanya
penumpukan sekret.

DO:

- An. B terpasang O₂ 1
Liter/menit nasal kanul
- Ronchi (+)
- Suara batuk (+)
- RR = 42x/menit

2 DS: Resiko cidera Perubahan kesadaran

- Ibu An.B mengatakan


kejang yang di alami
kerusakan kognitif
An.B sebelum dibawa
selama kejang
Ke Rumah Sakit sudah
2x terjadi yaitu pagi &
siang. kerusakan mekanisme
- Ibu An.B mengatakan perlindungan diri
saat kejang tubuh
anaknya bergetar &
kakinya menendang- aktivitas kejang yang
nendang tidak terkontrol
- Ibu An.B mengatakan
kejang yang terjadi
berlangsung kira-kira
± 5 menit

DO:

35
- Klien tampak terlihat
gelisah
- Kejang berlangsung ±
5 menit
- Saat kejang bergetar &
kakinya menendang-
nendang
- hasil pemeriksaan EEG
yang telah dilakukan
pada tanggal 18 April
2020 menunjukkan
hasil bahwa An.B
dinyatakan hasil EEG
abnormal

3 DS: Cemas Kurang pemajaran

- Ibu klien mengatakan


tidak tahu apa yg
kesalahan interpretasi
terjadi pada An.B
informasi
- Ibu klien mengatakan
setiap An.B kejang,
ibu klien selalu panik kurang pengetahuan
- Ibu klien mengatakan
jika An.B kejang tidak
tahu apa yang harus cemas
dilakukan

DO:

- Ibu klien tampak


36
terlihat bingung &
sangat panik saat An.B
kejang
- Ibu klien tampak
terlihat cemas & takut
jika An.B kembali
kejang

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan
peningkatan sekresi saliva
2. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan kejang
3. Cemas berhubungan dengan Kurang pengetahuan mengenai kondisi.

37
C. RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NAMA PASIEN : An. B TANGGAL MRS : 18.04.2020
NO RM : DIAGNOSA MEDIS : Kejang

DIAGNOSA PERENCANAAN TGL/


NO IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL JAM
1 Ketidakefektifan Setelah 1. Anjurkan 1. Menurunkan 18 1. Menganjurkan 19..04.2020/
bersihan jalan nafas dilakukan klien/ resiko april klien/ kluarga
08.00 wit
b/d peningkatan askep 1x24 keluarga aspirasi atau 2020 kien untuk
sekresi saliva Jam masalah klien untuk masuknya mengosongkan Subjektif :

bersihan jalan mengosong sesuatu mulut dari - Ibu An. B


Ditandai dengan :
nafas tidak kan mulut benda asing benda/zat mengatakan
DS: efektif tidak dari kedalam tertentu bahwa
- Ibu An.B terjadi dan benda/zat tirah baring Hasil : anaknya
Mengatakan teratasi. tertentu Tampak tidak ada masih
anaknya saat ini benda asing/zat batuk
Kriteria hasi
sedang batuk- tertentu di mulut - Ibu An. B
- nafas
38
batuk normal An.B mengatakan
- Ibu An.B ( 25 — 30 2. Letakkan 2. Meletakkan batuk yang
2. Meningkatk
mengatakan takut x/menit ) klien dalam klien dalam dialami
an aliran
yang klien - tidak posisi posisi miring anaknya
(drainase),
rasakan setelah tejadi miring dan dan pada disertai
sekret,
dirumah sakit & aspirasi pada permukaan dengan
mencegah
setelah - tidak ada permukaan datar secret/daha
lidah jatuh
mengalami kejang dispnea datar Hasil : k
dan
berulang - tidak ada Klien terlihat
menyumbat
- Ibu An.B penumpuk dalam posisi
jalan nafas Objektif :
Mengatakan batuk an sekret. miring kiri
yang dialami diatas - Tampak

anaknya disertai permukaan masih ada

dengan adanya datar tempat penumpuka

penumpukan tidur n secret

sekret. 3. Menanggalkan - RR : 38

pakaian pada x/mnt


DO: 3. Untuk
3. Tanggalkan daerah leher dan - Suara
memudahka
39
- An. B terpasang pakaian n usaha dada, serta tambahan :
O₂ 1 Liter/menit klien pada klien dalam abdomen ronchi (+)
nasal kanul daerah bernafas dan Hasil :
Analisis :
- Ronchi (+) leher atau ekspansi Ibu klien
- Suara batuk (+) dada dan dada tampak - Masalah

- RR = 42x/menit abdomen melepaskan belum


pakaian luar An. teratasi
B dan hanya
Planing :
memakaikan
kaos dalam saja - Lanjutkan

pada An. B Intervensi :

4. Melakukan 2,4 & 5

penghisapan
4. Mengeluark
sesuain indikasi
4. Melakukan an mukus
Hasil :
penghisapa yang
Secret keluar
n sesuai berlebihan
menurunkan ±30cc
indikasi
resiko
40
aspirasi atau
afeksia 5. Memberikan
5. Membantu oksigen sesuai
5. Berikan
pemenuhi program terapi
oksigen
kebutuhan Hasil :
sesuai
oksigen adar Klien terpasang
program
tetap oksigen 1
terai
adekuat. liter/menit nasal
kanul

2 Resiko cidera b/d Setelah 1. Identifikasi 1. Dengan 1. mengidentifikas Subjektif :


perubahan kesadaran dilakukan faktor menjauhkan i faktor
- Ibu An.B
pada saat kejang askep selama lingkungan barang- lingkungan
mengataka
1x24 Jam yang barang yang
Ditandai dengan : n An.B
masalah resiko memungkin disekitarnya memungkinkan
masih
DS: terhadap kan resiko dapat resiko
mengalami
- Ibu An.B cidera teratasi terjadinya membahayak terjadinya
kejang
mengatakan dan tidak cidera an saat cidera
diqakru
41
kejang yang di terjadi. terjadinya hasil : pagi &
alami An.B kejang kien tampak siang
Kriteria Hasil
sebelum dibawa tidur di tempat
Ke Rumah Sakit - tidak tidur yang
Objektif :
sudah 2x terjadi terjadi 2. Pasang 2. Penjagaan tinggi
yaitu pagi & cidera penghalang untuk 2. Memberikan - Tampak

siang. fisik pada ditempat keamanan, penghalang di ibu klien

- Ibu An.B klien tidur untuk tempat tidur selalu

mengatakan saat - klien mencegah klien disamping

kejang tubuh dalam terjadinya Hasil : klien

anaknya bergetar kondisi cidera pada Tampak terlihat - Tidak

& kakinya aman klien keluarga An. B terjadi

menendang- - tidak ada memberikan cidera fisik

nendang memar penjagaan pada klien

- Ibu An.B - tidak ada disamping Analisis :


mengatakan resiko tempat tidur
3. Letakkan 3. Area yang - Masalah
kejang yang terjatuh. klien
klien rendah dan sebagian
terjadi 3. meletakkan klien
ditempat
42
berlangsung kira- tidur yang datar dapat ditempat tidur teratasi.
kira ± 5 menit rendah & mencegah yang rendah &
datar terjadinya datar
cidera pada Hasil : Planing :
DO:
klien Klien tampak di - Lanjutkan
- Klien tampak 4. Siapkan tempat tidur yang Intervensi
terlihat gelisah kain lunak 4. Lidah rata 2 & 3.
- Kejang untuk berpotensi 4. Menyiapkan kain
berlangsung ± 5 mencegah tergigit saat lunak untuk
menit terjadinya kejang mencegah
- Saat kejang tergigitnya karena saat terjadinya
bergetar & lidah saat kejang tergigitnya saat
kakinya kejang biasanya kejang
menendang- lidah Hasil :
nendang menjulur Ibu klien
- hasil pemeriksaan kedepan mengatakan selalu
EEG yang telah menyiapkan kain
dilakukan pada lunak disamping

43
tanggal 18 April 5. Berikan tempat tidur An.
2020 obat anti B
menunjukkan kejang 5. Mengurangi 5. Memberikan obat
hasil bahwa An.B aktivitas anti kejang :
dinyatakan hasil kejang yang Hasil
EEG abnormal berkepanjan Stesolid.Sup :
- gan yang 0,5 mg
dapat Diazepam IV :
mengurangi 0,5 mg
suplai
oksigen

3 Cemas b/d Kurang 1. Jelaskan 1. Memberikan 1. Menjelaskan Subjektif :


pengetahuan dilakukan mengenai kesempatan mengenai
- Ibu klien
askep 1x24 prognosis untuk prognosis penyakit
Ditandai dengan : mengatakan
Jam masalah penyakit mengklarifika & perlunya
kini setelah
DS: kurang dan si kesalahan pengobatan
diberikan
- Ibu klien pengetahuan perlunya persepsi & Hasil
informasi
mengatakan tidak mengenai pengobata keadaan - Ibu klien tampak
dirinya
44
tahu apa yg n penyakit yang antusias & cukup menjadi
terjadi pada An.B aturan ada kooperatif tahu
- Ibu klien pengobatan te mendengarkan
Obyektif
mengatakan setiap Setelah informasi yang
An.B kejang, ibu dilakukan diberikan - Ibu Klien
klien selalu panik askep 1x24 2. Berikan 2. Memberikan tampak
2. Pengetahuan
- Ibu klien Jam masalah informasi informasi yang lebih
yang
mengatakan jika kurang yang adekuat tentang tenang
diberikan
An.B kejang tidak pengetahuan adekuat mampu prognosis
Analisis :
tahu apa yang mengenai tentang menurunkan penyakit &
harus dilakukan prognosis tentang interaksi - Masalah
resiko dari
aturan penyakit obat yang teratasi
efek bahay
pengobatan dan satu penyakit potensial
DO:
teratasi. tentang & cara Hasil : Planing :
- Ibu klien tampak interaksi Ibu klien tampak
Setelah menanganiny - Intervensi
terlihat bingung & obat yang memperhatikan
dilakukan a di hentikan.
sangat panik saat potensial terkait penjelasan
askep 1x24 - Memberika
An.B kejang yang diberikan
Jam masalah n leaflet
45
- Ibu klien tampak cemas mengenai sebagai
terlihat cemas & prognosis informasi
Kriteria hasil
takut jika An.B penyakit & lanjutan.
kembali kejang - Ibu klien pentingnya
sudah pengobatan
tidak 3. Kebutuhan 3. Menekankan
cemas/ce 3. Tekankan
terpeutik bahwa perlunya
mas perlunya
dapat berubah untuk melakukan
menurun untuk
sehingga evaluasi yg
- Ibu klien melakukan
mempersiapk teratur/melakukan
tampak evaluasi
an pemeriksaaan
rileks dan yang
kemungkinan laboratorium
tenang teratur/mel
yang akan sesusai indikasi
akukan
terjadi Hasil
pemeriksaa
- Ibu klien tampak
n
sudah mengerti
aturan laboratoriu
apa yang harus
pengobatan m sesuai
rutin ia lakukan
teratasi.
46
indikasi untuk mengecek
mengungkapk kesehatan anaknya
an pemahaman
tentang 4. Mendiskusikan
gangguan dan 4. Aktivitas manfaat kesehatan
4. Diskusikan
berbagai yang sedang umum yang baik
manfaat
rangsangan & teratur seperti diit yang
kesalahan
yang telah dapat adekuat &
umum
diberikan, membantu istirahat yang
yang baik,
mulai merubah menurunkan/ cukup.
seperti diet
perilaku, mengendalika Hasil
yang
mentaati n faktor Ibu lien tampak
adekuat, &
peraturan obat presdiposisi sudah memahami
istirahat
yang yang cara
diresepkan. cukup meningkatkan
kesehatan untuk
anaknya

47
48
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada An.B didapatkan kesimpulan


sebagai berikut:

1. Pengkajian
Pengkajian terpenting dari KEJANG adalah melakukan anamnese
selengkap mungkin serta pemeriksaan fisik untuk menetukan penyebab
kejang terjadi.
Apabila dari anamnese dan pemeriksaan fisik masih sulit menentukan
penyebabnya maka dilakukan pemeriksaan penunjang.
Dan setelah dilakukan pemeriksaan penunjang EEG maka didaatkan hasil
yang menunjukkan hasil EEG abnormal dan menyatakan An.B mengalami
kejang

2. Analisa dan Sintesa Data


Pada tahap analisa data dan sintesa data dalam kasus nyata penulis hanya
menemukan 4 diagnosa keperawatan, yaitu :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan


lidah di endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan
neromuskuler.
b. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran,
keruskan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme
perlindungan diri dan aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan
keseimbangan )

49
c. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan
berhubungan dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi,
kurang mengingat.

3. Diagnosa / Masalah Keperawatan


Masalah/diagnosa keperawatan yang muncul akibat dari kejang demam
adalah potensial terjadinya kejang ulang berhubungan dengan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas , Resiko terhadap cidera, kurangnya
pengetahuan keluarga tentang penyakit berhubungan dengan keterbatasan
informasi.

4. Perencanaan
Pada tahap perencanaan dalam kasus nyata ada beberapa langkah tindakan
yang ditambahkan penulis selain yang terdapat dalam tinjauan pustaka
sesuai kebutuhan klien saat itu.

5. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dalam kasus nyata tidak menemui kesulitan karena
sikap keluarga yang kooperatif dan sarana dan prasarana yang memadai.

6. Evaluasi
Evaluasi merupakan kunci keberhasilan dari proses keperawatan, terdiri
atas tinjauan laporan pasien dan pengkajian kembali keadaan pasien.
Dengan evaluasi akan membantu perawat dalam memenuhi kebutuhan
pasien yang dapat berubah-ubah.

50
B. Saran
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Meningkatkan pengetahuan keluarga dengan cara membuat tool-tool evaluasi
perkembangan pasien di rumah, yang harus diisi oleh keluarga. Membekali
keluarga pasien yang terdekat untuk dapat memahami, mengenali, dan
bertindak secara efektif mengenai permasalahan-permasalah yang dialami
pasien.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan


Institusi pendidikan dan pelayanan harus lebih aktif dalam meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan pada pasien kejang dengan selalu mengikuti
perkembangan evidence based.
3. Bagi Institusi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan pemberian informasi dan
konseling terkait penyakit kejang dan pengobatannya pada keluarga pasien agar
keluarga dapat lebih memotivasi pasien dalam menjalani program pengobatan
secara baik.

4. Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait penyakit ini sehingga apabila
terdapat keluarga yang mengalami Epilepsi, keluarga dapat memotivasi anggota
keluarganya yang sedang menjalani program pengobatan.

51
DAFTAR PUSTAKA

Arif, et. All.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculaius.
Doengoes, M.E , Moorhouse, M. F & Geissler, A. C. (2002). Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC.

Nurarif,A.H & Kusuma,H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc.Yogyakarta : Media Action.

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G.(2002). BukuAjar Keperawatan Medical Bedah. volume
II. Jakarta : ECG

52

Anda mungkin juga menyukai