B
DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DI RUANG
KARTIKA RUMAH SAKIT MARTHEN INDEY
Oleh :
Kelompok 6
SYAIFUL ANWAR RH
ZAHARIA
1
YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA PROGRAM
STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN AKADEMI
KEPERAWATAN RS. MARTHEN INDEY
JAYAPURA
2019
2
3
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
I. KONSEP DASAR MEDIS
A. Definisi Kejang
Kejang adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementara seagai
akibat dariaktivitas neural yang abnormal dan pelepasan listrik serebral
yang berlebihan.(Cecily L. Betz, buku saku keperawatan pediatric, 2002)
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhurektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Kejangdemam sering juga disebut kejang demam tonik-
klonik, sangat sering dijumpaipada anak-anak usia di bawah 5 tahun.
Kejang ini disebabkan oleh adanya suatuawitan hypertermia yang timbul
mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (SylviaA. Price, Latraine M.
Wikson, 2006).
Kejang merupakan malfungsi singkat pada system listrik otak yang
terjadi akibatcetusan atau pelepasan muatan neuron kortikal. (Whaley &
Wong¶s, edisi 6, 2009)
B. Etiologi Kejang
Penyebab kejang meliputi beberapa factor: (wong,2009)
1. Factor genetic
2. Cedera otak pada mas prenatal, perinatal, atau pascanatal. Cedera
dapat berupa trauma, hipoksia (gangguan sirkulasi), infeksi
(encephalitis, meningitis), toksin eksogen atau endogen dan berbagai
factor lain.
3. Gangguan biokimia (hipoglikemia, hipokalsemia, dan defisiensi
nutrisi tertentu).
4
C. Patofisiologi Kejang
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri
dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K +) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl — ). Akibatnya konsentrasi ion K + dalam
sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron
terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di
dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang
disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase
yang terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan potensial membran ini
dapat diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi
atau aliran listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
D. Pathway Kejang
6
E. Tanda dan Gejala Klinis Kejang
Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone), yaitu:
1. Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri
gejala klinis sebagai berikut :
a. Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
b. Kejang umum tonik dan atau klonik
c. Umumnya berhenti sendiri
d. Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam
F. Klasifikasi Kejang
Secara umum dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Konvulsi akut ( Non rekuren)
Merupakan konvulsi yang sering terjadi pada neonatus. Seluruh
tipe serangan konvulsi akut pada anak —anak dapat merupakan
manisfestasi sementara penyakit akut yang melibatkan otak.
Umumnya kejang demam terjadi setelah 6 bulan pertama kehidupan,
namun dalam 2 — 3 tahun pertama insidennya terus menerus
mencapai usia 6 — 8 tahun dan sesudah itu kejang itu menjadi jarang.
2. Konvulsi kronik ( Rekuren )
Dapat juga disebut epilepsi, terdapat 10 macam epilepsi :
a. Epilepsi Idiopatik
7
Gambaran elektroenchepalografik terutama pada saat tidur,
memperlihatkan abnormalitas umum pada 90 % anak dengan kejang
idiopatik.
b. Epilepsi Organik
Dapat terjadi setelah kerusakan otak didapat pada masa pranatal,
natal dan posnatal . anak sering memperlihatkan cacat motorik dan
retardasi mental.
c. Epilepsi Tonik- Klonik
Kejang umum, datang spasme otot dengan fase tronik — klonik.
Epilepsi ini dapat terjadi pada malam hari tanpa disadari klien.lidah
atau gigi tergigit, nyeri kepala, darah dibantal atau tempat tidur basah
oleh kemih dappat terjadi 1 — 2 hari.
d. Epilepsi ( Absenses )Petit Mal
Kehilangan kesadaran sementara, berputarnya bola mata ke atas,
gerakan alis mata, kepala mengangguk , anggukan kepala sedikit
gemetar pada otot — otot badan dan anggota tubuh.
e. Epilepsi Psikomotorik
Berupa gerakan motorik tetapi tidak berulang dan sering
kompleks,sering didapatkan kepucatan disekitar mulut, pekikan
nyaring atau usaha minta pertolongan dan lain- lain.
f. Kejang Partial Vokal ( Epilepsi Jackson )
Kejang ini dimulai pada suatu kelompok yang menyebar ke tempat
lain, misalnya dari ibu jari ke jari yang lain, pergelangan tangan,
lengan, wajah dan kemudian kaku yang sama.
g. Kejang Mioklonik Infantil
Terjasdi sebelum usia 2 tahun dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Jika tingkat perkemabangan tidak pernah normal terjadi pada
usia 4 bulan, terdapat cacat serebelum kongenital atau sebab
organik lainnya.
2) Jika anak tumbuh normal sampai usia 6 bulan atau lebih,
memiliki kemampuan motorik yang baik namun dengan
8
kemampuan bahasa dan penyesuaian yang buruk dibanding
usia kronologisnya.
h. Kejang Mioklonik dan Akinetik
Biasanya melibatkan satu kelompok otot dan dikaitkan dengan
hilangnya tonis postural tubuh secara mendadak.
i. Kejang Noktural
Mimpi buruk dan tidur berjalan ( somnambolisme ) paling sering
terjadi pada saat tidur nyensyak yaitu 1- 2 jam setelah istirahat.
j. Kejang Induksi
Dengan terapi obat saja biasanya tidak memuaskan. Setelah anak
belajar menarik perhatian dengan cara ini, maka sulit untuk mengubah
sifat ini.
H. Penaktalaksanaan Medis
1. Pengobatan
a. Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah
diazepam yang diberikan melalui interavena atau indra vectal.
Dosis awal : 0,3 — 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).
Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama
setelah 20 menit.
b. Turunkan panas
Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.
Kompres air PAM / Os
c. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien
kejang demam yang pertama, walaupun demikian kebanyakan
dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai
10
sebagai meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau bila
kejang demam berlangsung lama.
d. Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat
demam dan profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap
hari. Untuk profilaksis intermitten diberikan diazepim secara oral
dengan dosis 0,3 — 0,5 mg/hgBB/hari.
e. Penanganan sportif
1) Bebaskan jalan napas
2) Beri zat asam
3) Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
4) Pertahankan tekanan darah
2. Pencegahan
a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana.
Beri diazepam dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang
disertai demam.
b. Pencegahan kontinyu untuk kejang demam komplikasi
Dapat digunakan :
1) Penobarbital : 5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis
2) Fenitorri : 2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis
3) Diazepam : (indikasi khusus)
I. Komplikasi
Menurut arif mansyoer,(2000) kejang demam dapat mengakibatkan :
1. Kerusakan sel otak
2. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari
15 menit dan bersifat unilateral
3. Kelumpuhan
11
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan bayi atau anak.
Riwayat kelahiran atau dimasa neonatus, penyakit kronis,
neoplasma, immunosupresi, infeksi telinga dalam ataum infeksi ekstra
kranial (OMA), meningitis atau enchepalitis, tumor otak yang
merupakan penyebab terjadinya kejang sehingga sangat perlu
dilakukan anamnese.
2. Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada
kelainan neurologik, peningkatan TTV, yang biasanya terjadi pada
anak yang mengalami kejang. Kejang terutama terjadi pada anak
golongan umur 6 bulan — 4 tahun. Pemeriksaan fisik dipengaruhi oleh
usia anak dan organime penyebab, perubahan tingkat kesadaran,
irritable, kejang tonik-klonik, tonik, klonik, takikardi, perubahan pola
nafas, muntah dan hasil pungsi lumbal yang abnormal.
12
8. Adanya anggota keluarga yang pernah menderita kejang sebelumnya.
9. Pengkajian Neurologik
a. Tanda — Tanda Vital
Suhu, tekanan darah, denyut jantung, TD, Denyut nadi.
b. Hasil pemeriksaan kepala
1) Fontal : menonjol, rata, dan cekung.
2) Lingkar kepala ( di bawah umur 2 tahun )
3) Bentuk umum.
c. Reksi pupil
1) Ukuran
2) Reaksi terhadap cahaya
3) Kesamaan respons
d. Tingkat kesadaran
1) Kewaspadaan (respon terhadap panggilan dan perintah )
2) Iritabilitas
3) Letargi dan rasa mengantuk
4) Orientasi terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
e. Afek
Alam perasaan, labilitas.
f. Aktivitas kejang
Jenis dan lamanya.
g. Fungsi sensoris
1) Reaksi terhadap nyeri
2) Reaksi terhadap suhu
h. Refleks
1) Refleks tendo superfisial dan dalam
2) Adanya refleks patologik ( misalnya : Babinski )
i. Kemampuan intelektual
1) Kemampuan menulis dan menggambar
2) Kemampuan membaca
13
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terjadi injury berhubungan dengan aktivitas kejang,
serangan mendadak dari perubahan aliran darah ke otak.
2. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan spasme otot
pernapasan, aspirasi.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pengalaman,
kurangnya informasi perawatan rumah.
4. Gangguan konsep diri ( gambaran diri / harga diri ) berhubungan
dengan kehilangan kontrol dari tubuh, reaksi lingkungan terhadap
anak.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terjadi njury berhubungan dengan aktivitas kejang,
serangan mendadak dari perubahan aliran darah ke otak.
Intervensi :
a. Pre Konvulsif
1) Mengidentifikasi faktor resiko pre konvulsif untuk penyakit
kejang
2) Singkirkan benda — benda yang ada di sekitar anak yang
dapat melukainya.
3) Monitor cardiopulmonal secara terus — menerus
4) Kaji kadar gula darah
5) Sediakan dan dekatkan peralatan suction
6) Sediakan O2 sesuai dengan indikasi
b. Konvulsif
1) Baringkan anak ditempat yang rata.
2) Catat waktu, durasi, bagian tubuh yang terlibat dan frekuensi
kejang.
3) Atur pemberian pengobatan ( contoh Diazepam )
4) Pertahankan jalan nafas ( Airway )
14
5) Pastikan klien dalam keadaan aman.
c. Post Konvulsi
1) Monitor TTV dan kesadaran klien
2) Pertahankan jalan nafas efektif.
3) Setelah anak bangun dan sadar berikan minum hangat, cairan
untuk rehidrasi.
4) Sediakan oral hygiene.
16
BAB I11
TINJAUAN KASUS
RS MARTHEN INDEY
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. IDENTITAS
a. Klien
Nama : An. B
Usia : 5 bulan
Tempat /Tgl. Lahir : Jayapura, 24 Desember 2019
Agama : Islam
Alamat : Entrop
Pendidikan : belum sekolah
b. Ibu klien
Nama ibu : Ny. S
Umur : 23 Thn
Pendidikan : SMA
17
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Entrop
c. Ayah klien
Nama : Tn.B
Umur : 28 Thn
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Alamat : Entrop
d. Saudara Kandung
No Umur Jenis kelamin Pendidikan Status kesehatan
1 3 thn 6 Laki-laki Belum sekolah Pada saat umur 2
bulan tahun pernah
alami kejang-
kejang
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Keluhan utama masalah kesehatan yang dialami oleh An.B adalah Kejang
Demam.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Masalah yang dialami oleh An.B saat ini adalah kejang . Ibu klien
mengatakan saat terjadi kejang tubuh An.B seluruhnya bergetar, kaki
menendang-nendangdan mulut terkatup dengan keras. Ibu klien
18
mengatakan ketika dirumah saat terjadi kejang pada An.B berlangsung
selama kira-kira ± 3-5 menit dan biasanya terjadi di pagi hari dan di sore
hari. Ibu klien juga mengatakan sebelumnya An.B tidak ada riwayat
kejang, namun sebelum dibawa kerumah sakit klien sudah 2 kali
mengalami kejang di rumahnya di pagi hari dan di sore hari. Kejang yang
dialami An.B dan terdengar ada suara batuk yang di sertai dengan adanya
penumpukan sekret.
3. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Prenatal
1) Keluhan selama hamil : ibu klien mengatakan selama masa
kehamilan klien pernah mengalami hipertensi
2) Imunisasi TT : Ya
b. Intranatal
1) Jenis persalinan : Secsio Cesaria
2) Komplikasi yang dialami pada saat melahirkan : saat persalinan
berlangsung tidak di temukan masalah apa-apa, tidak ada
perdarahan, dan tidak ada komplikasi yang lainnya.
c. Postnatal
Ibu klien mengatakan setelah melahirkan An.B tidak terjadi
masalah yang menghawatirkan. Ibu klien hanya dirawat selama 3
hari perawatan di rumah sakit dan setelah itu diperbolehkan pulang
karena tidak ada masalah apapun.
4. RIWAYAT KELUARGA
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal 1 rumah
: Keturunan
: Pernikahan
: Klien
An. B adalah anak kedua dari dua orang bersaudara, An.B tinggal bersama
kedua orang tuannya yaitu ayah dan ibunya beserta kakak laki-lakinya. Ibu
An.B mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada riwayat kejang yang
seperti dialami An.B saat ini. Namun Ibu klien mengatakan bahwa sebelumnya
20
kakak An.B ketika berusia 2 tahun juga pernah mengalami kejang, namun
tidak sampai dibawa kerumah sakit dan dirawat seperti An.B saat ini.
5. Riwayat Imunisasi TT :
No Jenis imunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah
pemberian
1 BCG 1 kali (usia 2 Rewel
minngu)
2 DPT ( I,II,III) 4 kali (usia 2,3,4 Lemas
bulan )
3 Polio ( I,II,III,IV) 4 kali (usia 2,3,4 Demam
bulan )
4 Hepatitis 1 kali
5 Campak
7. Riwayat nutrisi
a. Pemberian ASI
21
An. B mengkomsumsi ASI sejak ia lahir sampai sekarang dengan usia 5
Bulan
b. Pemberia Susu Formula
1. Alasan pemberian : -
2. Jumlah pemberian : -
3. Cara pemberian :-
c. Pola pemberian nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini.
8. Riwayat psikososial
Ibu An.B mengatakan bahwa sejak kecil kedua orang tuanyalah yang
merawat, mengasuh dan tinggal bersama-sama dengan An.B beserta kakak
laki-lakinya. Hubungan An.B didalam keluarga nya sangat baik, kehadiran
An.B di tengah-tengah keluarga nya sangat diterima dengan baik. Banyak
diantara keluarga-keluarganya yang lain senang bermain dan secara
bergantian ingin menggendong An.B. An.B anak yang cukup kooperatif,
tidak rewel dan jarang menangis sehingga banyak yang senang bermain
dengannya. Dan lingkungan disekitar An.B cukup aman karena An.B selalu
diawasi oleh keluarganyakarena saat ini An.B berada ditahapan Tumbuh
kembang belajar untuk telengkup dan merangkak.
9. Riwayat spiritual
- Orang tua klien mengatakan saat ini menganut agam islam
22
10. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
A. Pola Nutrisi Sebelum Sakit Selama Sakit
- Frekuensi ASI Setiap 2-3 jam sekali Setiap 1-2 jam sekali
23
Tidak ada Tidak ada
Popok Popok
D. Pola Istirahat / Tidur Sebelum Sakit Selama Sakit
- Tidur Siang 1-2 jam < 2 jam
- Tidur Malam
9-10 jam 9-10 jam
- Yg memudahkan
Tidur
- Penggunaan obat Pemberian ASI Pemberian ASI
- Masalah
Tidak ada Tidak ada
24
- BB / TB : 8.5 kg / 58 cm
d. Keadaan Kepala
Inspeksi
- Bentuk Kepala : Normacepalus
- Kebersihan : Bersih
- Warna rambut : hitam
Palpasi
- Benjolan : tidak ada
- nyeri tekan : tidak ada
e. Mata
Inspeksi
- Sklera : anikterik
- Conyunctiva : ananemis
- Odema : tidak ada
- Refleks pupil :
Palpasi
25
- Kebersihan : bersih
- Pemakaian alat bantu : tidak ada
Palpasi
- Nyeri tekan : tidak ada
Fungsi pendengaran
h. Mulut
Inspeksi
- Bibir : pucat
- Lidah : bersih
- Gusi : merah mudah
- gigi : belum tumbuh gigi
Palpasi
26
Auskultasi
- Suara nafas : vesikuler
- Suara tambahan : ronchi
- Suara batuk : ada
k. Jantung
Palpasi
- Denyut apeks : dapat teraba
- Pembesaran jantung : tidak ada
Perkusi
- redup
Auskultasi
- BJ I dan BJ II : reguler
l. Abdomen
Inspeksi
- Bentuk : simetris
- Lesi : tidak ada
- Acites : tidak ada
Auskultasi
- tympani
Palpasi
28
telinga
N. IV Troklearis Melihat pergerakan mata anak ke Pergerakan bola mata
arah bawah, ke atas, ke samping akttif (+)
N. V Trigeminus Tentukan apakah anak dapat Anak mudah menoleh
merasakan sentuhan halus di atas bila area dekat pipi
pipi dekat mulut disentuh
N. VI Abdusen Kaji kemampuan anak
menggerakan mata secara lateral Belum dapat di kaji
N. VII Fasialis Menguji indra pengecaan anak Belum dapat di kaji
N. VIII Akustikus Uji pendengaran anak, dengan Klien langsung
memanggil anak dari arah menoleh ke arah
samping telingan nya sumber suara
N. IX Kemempuan mengidentifikasi Belum dapat di kaji
Glasofaringeus rasa larutan pada lidah
N. X Vagus Kemampuan terhadap reflek Reflek menelan (+) saat
menelan spatel dimasukkan
kedalam mulut si anak
N. XI Aksesorius Memeriksa kemampuan anak Belum dapat di kaji
memutarkan kepala dan gerakan
mengangkat bahu
N. XII Hipoglosus Meminta anak untuk Belum dapat di kaji
mengeluarkan lidah dan
kemampuan mengucapkan huruf
“R”
29
2 RBC 5.22 106/ul 3,08-5,05
3 HGB 11.6 g/dl 11-16
4 HCT 36.6 % 37-48
5 MCV 70 fL 80-92
6 MCH 22.3 fL 27-31
7 MCHC 31.8 g/dl pg 32-36
8 PLT 664 103/mm3 103/ul 150-450
2. Pemeriksaan EEG
Dari hasil pemeriksaan EEG yang telah dilakukan pada tanggal 18
April 2020 menunjukkan hasil bahwa An.B dinyatakan hasil EEG
abnormal
14. TERAPI
METODE JAM
NO NAMA OBAT DOSIS
PEMBERIAN PEMBERIAN
09.00-17.00-
1. Ampicillin Oral 3x150 mg
01.00
Pada saat
2. Stesolid supp 0.5 mg
kejang
Pada saat
3. Diazepam Injeksi 0.5 mg
kejang
3) Kebutuhan
Cairan
= BB 10 Kg I x 100 cc
= 8.5 Kg x 100 cc
= 850 cc/hari
2) Urine = 2 cc / Kg BB / jam
= 2 cc x 8.5 Kg / jam
= 17 cc / jam
= 17 cc x 24 jam
= 408 cc / hari
c. IWL
= ( 30 — usia dalam tahun )
= ( 30 — 5 bulan ) x 8.5 Kg
12 bulan
= 30 — 5 = 360 — 5
12 12 12
= 355 x 8.5
12
= 251 cc
Jadi, Balance cairan An.B adalah
= 1730 cc — 659 cc
= 1071 cc
32
KLASIFIKASI DATA
33
yang terjadi berlangsung kira-
kira ± 5 menit
- Ibu klien mengatakan tidak
tahu apa yg terjadi pada An.B
- Ibu klien mengatakan setiap
An.B kejang, ibu klien selalu
panik
- Ibu klien mengatakan jika
An.B kejang tidak tahu apa
yang harus dilakukan
ANALISA DATA
34
batuk yang dialami
anaknya disertai
dengan adanya
penumpukan sekret.
DO:
- An. B terpasang O₂ 1
Liter/menit nasal kanul
- Ronchi (+)
- Suara batuk (+)
- RR = 42x/menit
DO:
35
- Klien tampak terlihat
gelisah
- Kejang berlangsung ±
5 menit
- Saat kejang bergetar &
kakinya menendang-
nendang
- hasil pemeriksaan EEG
yang telah dilakukan
pada tanggal 18 April
2020 menunjukkan
hasil bahwa An.B
dinyatakan hasil EEG
abnormal
DO:
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan
peningkatan sekresi saliva
2. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan kejang
3. Cemas berhubungan dengan Kurang pengetahuan mengenai kondisi.
37
C. RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NAMA PASIEN : An. B TANGGAL MRS : 18.04.2020
NO RM : DIAGNOSA MEDIS : Kejang
sekret. 3. Menanggalkan - RR : 38
penghisapan
4. Mengeluark
sesuain indikasi
4. Melakukan an mukus
Hasil :
penghisapa yang
Secret keluar
n sesuai berlebihan
menurunkan ±30cc
indikasi
resiko
40
aspirasi atau
afeksia 5. Memberikan
5. Membantu oksigen sesuai
5. Berikan
pemenuhi program terapi
oksigen
kebutuhan Hasil :
sesuai
oksigen adar Klien terpasang
program
tetap oksigen 1
terai
adekuat. liter/menit nasal
kanul
43
tanggal 18 April 5. Berikan tempat tidur An.
2020 obat anti B
menunjukkan kejang 5. Mengurangi 5. Memberikan obat
hasil bahwa An.B aktivitas anti kejang :
dinyatakan hasil kejang yang Hasil
EEG abnormal berkepanjan Stesolid.Sup :
- gan yang 0,5 mg
dapat Diazepam IV :
mengurangi 0,5 mg
suplai
oksigen
47
48
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pengkajian terpenting dari KEJANG adalah melakukan anamnese
selengkap mungkin serta pemeriksaan fisik untuk menetukan penyebab
kejang terjadi.
Apabila dari anamnese dan pemeriksaan fisik masih sulit menentukan
penyebabnya maka dilakukan pemeriksaan penunjang.
Dan setelah dilakukan pemeriksaan penunjang EEG maka didaatkan hasil
yang menunjukkan hasil EEG abnormal dan menyatakan An.B mengalami
kejang
49
c. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan
berhubungan dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi,
kurang mengingat.
4. Perencanaan
Pada tahap perencanaan dalam kasus nyata ada beberapa langkah tindakan
yang ditambahkan penulis selain yang terdapat dalam tinjauan pustaka
sesuai kebutuhan klien saat itu.
5. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dalam kasus nyata tidak menemui kesulitan karena
sikap keluarga yang kooperatif dan sarana dan prasarana yang memadai.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan kunci keberhasilan dari proses keperawatan, terdiri
atas tinjauan laporan pasien dan pengkajian kembali keadaan pasien.
Dengan evaluasi akan membantu perawat dalam memenuhi kebutuhan
pasien yang dapat berubah-ubah.
50
B. Saran
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Meningkatkan pengetahuan keluarga dengan cara membuat tool-tool evaluasi
perkembangan pasien di rumah, yang harus diisi oleh keluarga. Membekali
keluarga pasien yang terdekat untuk dapat memahami, mengenali, dan
bertindak secara efektif mengenai permasalahan-permasalah yang dialami
pasien.
4. Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait penyakit ini sehingga apabila
terdapat keluarga yang mengalami Epilepsi, keluarga dapat memotivasi anggota
keluarganya yang sedang menjalani program pengobatan.
51
DAFTAR PUSTAKA
Arif, et. All.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculaius.
Doengoes, M.E , Moorhouse, M. F & Geissler, A. C. (2002). Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G.(2002). BukuAjar Keperawatan Medical Bedah. volume
II. Jakarta : ECG
52