Anda di halaman 1dari 9

Pengelolaan Air Limbah dan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya(B3)

Air limbah adalah air yang telah mengalami penurunan kualitas karena pengaruh manusia. Air limbah
perkotaan biasanya dialirkan di saluran air kombinasi atau saluran sanitasi, dan diolah di fasilitas
pengolahan air limbah atau septic tank.

Macam-Macam Air Limbah:

1. Air Limbah Rumah Tangga (domestic wastes water) 


Air limbah ini berasal dari rumah tangga, misalnya pemukiman penduduk. Jenis air buangan limbah
rumah tangga adalah bekas kamar mandi, dapur yang terdiri dari bahan organik.

2. Air Limbah Industri (industrial wastes water)


Air limbah ini berasal dari industri, misalnya dari pabrik. Jenis air buangan limbah industri ini berasal
dari proses produksi pabrik, pada umumnya jenis limbah ini berbahaya bagi kesehatan manusia dan
lingkungan jika dibuang begitu saja tidak dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Sering kita dengar kan
akibat limbah industri ini mengakibatkan kerusakan lingkungan dan ekosistemnya. Pengawasan dan
pengaturan untuk jenis limbah industri ini harus ketat agar kerusakan lingkungan dapat dicegah.

3. Air Limbah Kotapraja (municipal wastes water)


Air limbah ini berasal dari fasilitas umum, contohnya perkantoran, sekolah, restoran, hotel dan lain-lain.
Jenis air limbah ini pada umumnya sama dengan jenis limbah rumah tangga.Salah satu faktor terbesar
kerusakan lingkungan kita sekarang ini adalah karena sistem limbah yang kurang baik, kita mendengar
pernyataan pelaku industri yang menyatakan bahwa limbah yang dibuang sudah sesuai dengan ambang
aman, namun kenyataannya banyak sekali sungai-sungai, persawahan terutama dikota-kota besar industri
tercemar dan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Memang kita maklumi bahwa pertumbuhan ekonomi
tidak terlepas dari tingginya pertumbuhan industri, akan tetapi jika dampak yang dihasilkan berupa air
limbah yang berbahaya adalah rusaknya lingkungan dan kesehatan manusia, maka sebetulnya kerugianlah
yang menanti kita. Jalan tengah terbaik adalah adanya kesadaran pelaku industri dan pengawasan ketat
dari pemerintah terhadap air limbah sehingga lingkungan tetap seimbang meskipun ada air limbah.

A. Jenis Pengolahan Air Limbah

Dibedakan menjadi tiga jenis yaitu : pengolahan secara fisik, kimiawi dan biologi.

1. Pengolahan secara fisik

Pengolahan secara fisik tidak dapat di terapkan untuk berbagai pengolahan limbah. Dalam pengolahan
limbah secara fisik, polutan akan di pisahkan dengan cara di endapkan. Hasil yang dicapai sangant
terbatas dan memerlukan waktu yang cukup lama.

2. Pengolahan secara kimiawi

Pengolahan limbah secara kimiawi dilakukan dengan menambahkan bahan-bahan kimia kedalam air
limbah. Dalam hal ini yang sangat penting adalah menentukan jenis bahan-bahan kimia yang diperlukan.
Dalam pengolahan limbah secara kimiawi, waktu dan area yang di perlukan jauh lebih kecil dibandingkan
pengolahan limbah secara fisik dan biologi. Air limbah yang mengandung zat-zat kimia termasuk logam
berat, sangat tepat bila pengolahan limbah dilakukan secara kimiawi.

3. Pengolahan secara biologi


Pengolahan limbah secara biologi terutama memanfaatkan kerja mikroorganisme. Dalam pengolahan
limbah secara biologi, polutan yang degradabel yang segera dapat dihilangkan. Polutan yang degradabel
merupakan makanan bagi bakteri, sehingga dalam waktu singkat bakteri akan berkembangbiak dan
menghabiskan makanan yang ada didalam air limbah. Proses penghancuran polutan secara biologi dapat
dipercepat dengan memacu pertumbuhan bakteri.Bakteri akan tumbuh dan berkembang dengan pesat,
apabila kondisi yang sesuai bagi kehidupan bakteri terpenuhi. Kondisi yang sesuai antara lain adalah pH
air limbah sekitar 7, dan suhu air limbah sekitar 35 0 C. Pengolahan limbah secara biologi sangat baik,
tetapi memerlukan waktu yang lama dan area yang luas.

B. Cara Pengelolaan Limbah


1) Sampah Organik
a. Makanan Ternak
Di beberapa negara, sampah organik yang berasal dari restoran biasanya dikumpulkan oleh peternak dan
digunakan sebagai makanan binatang ternak, misalnya babi, unggas.
Di Indonesia, sampah organik dari pasar yang berupa sayur-sayuran (kobis, slada air, sawi), daun pisang,
dan sisa makanan biasanya diambil untuk makanan kelinci, kambing, dan juga ayam atau itik. Hal ini
sangat bermanfaat sebab selain mengurangi jumlah sampah juga mengurangi biaya peternakan. Namun,
sampah organik ini harus dibersihkan dan dipilah terlebih dahulu sebelum dikonsumsi oleh ternak. Sebab
akan bermasalah jika sampah organik tadi bercampur dengan sampah-sampah yang mengandung logam-
logam berat yang dapat terakumulasi di dalam tubuh ternak tersebut.
b. Komposting
Pengkomposan merupakan upaya pengolahan sampah, segaligus usaha mendapatkan bahan-bahan
kompos yang sangat menyuburkan tanah. Sistem ini mempunyai prinsip dasar mengurangi atau
mendegradasi bahan-bahan organik secara terkontrol menjadi bahan-bahan anorganik dengan
memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Mikroorganisme yang berperan dalam pengolahan ini dapat
berupa bakteri, jamur, khamir, juga insekta dan cacing. Agar pertumbuhan mikroorganisme optimum,
maka diperlukan beberapa kondisi, diantaranya campuran yang seimbang dari berbagai komponen karbon
dan nitrogen, suhu, kelembaban udara (tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering), dan cukup kandungan
oksigen (aerasi baik).
Sistem pengkomposan ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain:
- Merupakan jenis pupuk yang ekologis dan tidak merusak lingkungan.
- Bahan yang dipakai tersedia, tidak perlu membeli.
- Masyarakat dapat membuatnya sendiri, tidak memerlukan peralatan dan instalasi yang mahal.
- Unsur hara dalam pupuk kompos ini bertahan lama jika dibanding dengan pupuk buatan.
c. Biogas
Para petani selalu mencari jalan untuk meningkatkan taraf hidupnya. salah satu cara peningkatan taraf
hidup ialah dengan cara membuat bahan bakar untuk memasak. Dewasa ini banyak petani membuat
bahan bakar biogas berskala kecil di rumah. Biogas adalah gas-gas yang dapat digunakan sebagai bahan
bakar yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah organik atau campuran dari keduanya. secara garis
besar, biogas dapat dibuat dengan cara mencapur sampah-sampah organik dengan air kemudian
dimasukkan ke dalam tempat yang kedap udara. Selanjutnya dibiarkan selama kurang lebih 2 (dua)
minggu.
Sampah yang dibuat biogas ini mempunyai kelebihan antara lain:
- Mengurangi jumlah sampah.
- Menghemat energi dan merupakan sumber energi yang tidak merusak lingkungan.
- Nyala api bahan bakar biogas ini terang/bersih, tidak berasap seperti arang kayu atau kayu bakar.
Dengan menggunakan biogas, dapur serta makanan tetap bersih.
- Residu dari biogas dapat dimanfaatkan untuk pupuk kandang.

2) Sampah Anorganik Sampah anorganik seperti botol, kertas, plastik dan kaleng, sebelum dibuang ke
TPA sebaiknya dipilah terlebih dahulu. Karena dari jenis sampah ini masih ada kemungkinan untuk
dimanfaatkan ulang maupun untuk didaur ulang.

a. Dijual ke Pasar Loak/Dirombeng untuk Bahan Baku Sisi lain dari pemanfaatan sampah anorganik,
seperti kertas bekas, koran bekas, majalah bekas, botol bekas, ban nekas, radio tua, TV tua, dan sepeda
usang, adalah dijual ke pasar loak. Atau jika enggan pergi ke pasar loak, juga dapat memanggil tukan loak
yang biasa membeli barang-barang bekas ke rumah-rumah. Cara lain dapat juga di jual ke tetangga
ataupun teman. Dengan demikian, sudah ada usaha mengurangi jumlah sampah yang ada. Cobalah untuk
mengumpulkan barang-barang bekas kemudian dijual, pendapatan rumah tangga akan bertambah.

b. Daur Ulang Berbicara mengenai proses daur ulang, ada baiknya apabila mengetahui jenis sampah yang
dapat didaur ulang.
Sampah-sampah yang dapat di daur ulang, antara lain:
- Sampah plastik.
- Sampah logam
- Sampah kertas
- Sampah kaca.

c. Sanitary Landfill Ini merupakan salah satu metode pengolahan sampah terkontrol dengan sistem
sanitasi yang baik. Sampah dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Kemudian sampah dipadatkan
dengan traktor dan selanjutnya ditutup tanah. Cara ini akan menghilangkan polusi udara. Pada bagian
dasar tempat sampah tersebut dilengkapi dengan sistem saluran leachate yang berfungsi sebagai saluran
limbah cair sampah yang harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai atau ke lingkungan. Di
sanitary landfill tersebut juga dipasang pipa gas untuk mengalirkan gas hasil aktivitas penguraian sampah.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sanitary landfill, yaitu :
- Semua lanfill adalah warisan bagi generasi mendatang.
- Memerlukan lahan yang luas.
- Penyediaan dan pemilihan lokasi pembuangan harus memperhatikan dampak lingkungan.
- Aspek sosial harus mendapat perhatian.
- Harus dipersiapkan instalasi drainase dan sistem pengumpulan gas.
- Kebocoran ke dalam sumber air tidak dapat ditolerir (kontaminasi dengan zat-zat beracun)
- Memerlukan pemantauan yang terus menerus.

d. Pembakaran Cara ini adalah cara yang paling mudah untuk dilakukan karena tidak membutuhkan usaha
keras. Cara ini bisa dilakukan dengan cara membakar limbah-limbah padat misalnya kertas-kertas dengan
menggunakan minyak tanah lalu dinyalakan apinya. Sampah padat dibakar di dalam insinerator. Hasil
pembakaran adalah gas dan residu pembakaran. Penurunan volume sampah padat hasil pembakaran dapat
mencapai 70%. Cara ini lebih relatif mahal dibanding dengan sanitary lanfill, yaitu sekitar 3 x lipatnya.
Kelebihan sistem pembakaran ini adalah : - Mudah dan tidak membutuhkan usaha keras
- Membutuhkan tempat atau lokasi yang cukup kecil dibanding sanitary landfill.
- Membutuhkan lahan yang relatif kecil
- Dapat dibangun di dekat lokasi industri.
- Residu hasil pembakaran relatif stabil dan hampir semuanya bersifat anorganik.
- Dapat digunakan sebagai sumber energi, baik untuk pembangkit uap, air panas, listrik, dan pencairan
logam.

C. Sifat Air Limbah

Limbah cair memiliki 2 karakteristik yaitu karakteristik fisik dan kimia.


Adapaun karakter fisiknya antara lain :

1. Padatan : pada limbah cair terdapat padatan organic dan nonorganik yang mengendap dan
tersuspensi sehingga bisa mengendap dan menyebabkan pendangkalan.
2. Kekeruhan : kekeruhan menunjukkan sifat optis di dalam air karena terganggunya cahaya
matahari saat masuk ke dalam air akibat adanya koloid dan suspensi
3. Bau : bau dikarenakan karena adanya mikroorganisme yang menguraikan bahan organic.
4. Suhu : limbah cair memiliki suhu yang berbeda dibandingkan dengan air biasa, biasanya suhunya
lebih tinggi karena adanya proses pembusukan

Sedangkan karakter kimia dari limbah cair yaitu :

1. Keasaman : keasaman limbah cair dipengaruhi oleh adanya bahan buangan yang bersifat asam
atau basa. Agar limbah tidak berbahaya, maka limbah diupayakan untuk memiliki pH netral.
2. Logam berat beracun : Cadmium dari industri tekstil, merkuri dari pabrik cat, raksa dari industri
perhiasan dan jenis logam berat yang lainnya.
3. Nitrogen : umumnya terdapat sebagai bahan organic dan diubah menjadi ammonia oleh bakteri
sehingga menghasilkan bau busuk dan bisa menyebabkan permukaan air menjadi pekat sehingga
tidak bisa ditembus cahaya matahari.
4. Fenol : salah satu bahan organic yang berasal dari industri tekstil, kertas, minyak dan batubara
sehingga menyebabkan keracunan.
5. BOD : kebutuhan oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan senyawa organic yang ada di
dalam air.
6. COD : kebutuhan oksigen yang diperlukan mikroba untuk menghancurkan bahan organik

D. Langkah Langkah Pengelolaan Air Limbah

Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan domestik (rumah tangga) maupun industri ke
badan air dapat menyebabkan pencemaran lingkungan apabila kualitas air limbah tidak memenuhi baku
mutu limbah. Sebagai contoh, mari kita lihat Kota Jakarta. Jakarta merupakan sebuah ibukota yang amat
padat sehingga letak septic tank, cubluk (balong), dan pembuangan sampah berdekatan dengan sumber air
tanah. Terdapat sebuah penelitian yang mengemukakan bahwa 285 sampel dari 636 titik sampel sumber
air tanah telah tercemar oleh bakteri coli. Secara kimiawi, 75% dari sumber tersebut tidak memenuhi baku
mutu air minum yang parameternya dinilai dari unsur nitrat, nitrit, besi, dan mangan.Trickling filter.
Sebuah trickling filter bed yang menggunakan plastic media. Bagaimana dengan air limbah industri?
Dalam kegiatan industri, air limbah akan mengandung zat-zat/kontaminan yang dihasilkan dari sisa bahan
baku, sisa pelarut atau bahan aditif, produk terbuang atau gagal, pencucian dan pembilasan peralatan,
blowdown beberapa peralatan seperti kettle boiler dan sistem air pendingin, serta sanitary wastes. Agar
dapat memenuhi baku mutu, industri harus menerapkan prinsip pengendalin limbah secara cermat dan
terpadu baik di dalam proses produksi (in-pipe pollution prevention) dan setelah proses produksi (end-
pipe pollution prevention). Pengendalian dalam proses produksi bertujuan untuk meminimalkan volume
limbah yang ditimbulkan, juga konsentrasi dan toksisitas kontaminannya. Sedangkan pengendalian
setelah proses produksi dimaksudkan untuk menurunkan kadar bahan peencemar sehingga pada akhirnya
air tersebut memenuhi baku mutu yang sudah ditetapkan.
Pengelolaan Limbah B3 ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 1994
yang dibaharui dengan PP No. 12 tahun 1995 dan diperbaharui kembali dengan PP No. 18 tahun
1999 tanggal 27 Februari 1999 yang dikuatkan lagi melalui Peraturan Pemerintah No. 74 tahun
2001 tanggal 26 November 2001 tentang Pengelolaan Limbah B3
Pengertian B3

Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan
atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.

Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya
mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun jenis sisa
bahannya.

Tujuan pengelolaan limbah B3

Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau kerusakan
lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas
lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali.

Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3, baik penghasil,
pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus memperhatikan aspek
lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula. Dan apabila terjadi
pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya optimal
agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi semula.

Identifikasi limbah B3

Pengidentifikasian limbah B3 digolongkan ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu:

1. Berdasarkan sumber
2. Berdasarkan karakteristik

Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi:

 Limbah B3 dari sumber spesifik;


 Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;
 Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk
yang tidak memenuhi spesifikasi.

Sedangkan golongan limbah B3 yang berdasarkan karakteristik ditentukan dengan:

 mudah meledak;
 pengoksidasi;
 sangat mudah sekali menyala;
 sangat mudah menyala;
 mudah menyala;
 amat sangat beracun;
 sangat beracun;
 beracun;
 berbahaya;
 korosif;
 bersifat iritasi;
 berbahayabagi lingkungan;
 karsinogenik;
 teratogenik;
 mutagenik.

Karakteristik limbah B3 ini mengalami pertambahan lebih banyak dari PP No. 18 tahun 1999
yang hanya mencantumkan 6 (enam) kriteria, yaitu:

 mudah meledak;
 mudah terbakar;
 bersifat reaktif;
 beracun;
 menyebabkan infeksi;
 bersifat korosif.

Peningkatan karakteristik materi yang disebut B3 ini menunjukan bahwa pemerintah sebenarnya
memberikan perhatian khusus untuk pengelolaan lingkungan Indonesia. Hanya memang perlu
menjadi perhatian bahwa implementasi dari Peraturan masih sangat kurang di negara ini.
Pengelolaan dan pengolahan limbah B3

Pengelolaan limbah B3 meliputi kegiatan pengumpulan, pengangkutan, pemanfatan, pengolahan


dan penimbunan.

Setiap kegiatan pengelolaan limbah B3 harus mendapatkan perizinan dari Kementerian


Lingkungan Hidup (KLH) dan setiap aktivitas tahapan pengelolaan limbah B3 harus dilaporkan
ke KLH. Untuk aktivitas pengelolaan limbah B3 di daerah, aktivitas kegiatan pengelolaan selain
dilaporkan ke KLH juga ditembuskan ke Bapedalda setempat.

Pengolahan limbah B3 mengacu kepada Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak


Lingkungan (Bapedal) Nomor Kep-03/BAPEDAL/09/1995 tertanggal 5 September 1995 tentang
Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

Pengolahan limbah B3 harus memenuhi persyaratan:

 Lokasi pengolahan
Pengolahan B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah atau di luar lokasi penghasil
limbah. Syarat lokasi pengolahan di dalam area penghasil harus:

1. daerah bebas banjir;


2. jarak dengan fasilitas umum minimum 50 meter;

Syarat lokasi pengolahan di luar area penghasil harus:

1. daerah bebas banjir;


2. jarak dengan jalan utama/tol minimum 150 m atau 50 m untuk jalan lainnya;
3. jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas umum minimum 300 m;
4. jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk minimum 300 m;
5. dan jarak dengan wilayah terlindungi (spt: cagar alam,hutan lindung) minimum 300 m.

 Fasilitas pengolahan

Fasilitas pengolahan harus menerapkan sistem operasi, meliputi:

1. sistem kemanan fasilitas;


2. sistem pencegahan terhadap kebakaran;
3. sistem pencegahan terhadap kebakaran;
4. sistem penanggulangan keadaan darurat;
5. sistem pengujian peralatan;
6. dan pelatihan karyawan.

Keseluruhan sistem tersebut harus terintegrasi dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam
pengolahan limbah B3 mengingat jenis limbah yang ditangani adalah limbah yang dalam volume
kecil pun berdampak besar terhadap lingkungan.

 Penanganan limbah B3 sebelum diolah

Setiap limbah B3 harus diidentifikasi dan dilakukan uji analisis kandungan guna menetapkan
prosedur yang tepat dalam pengolahan limbah tersebut. Setelah uji analisis kandungan
dilaksanakan, barulah dapat ditentukan metode yang tepat guna pengolahan limbah tersebut
sesuai dengan karakteristik dan kandungan limbah.

 Pengolahan limbah B3

Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan kandungan limbah.
Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses sbb:

1. proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi, pengendapan, stabilisasi,


adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.
2. proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan penyisihan
komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi, dialisa, osmosis balik, dll.
3. proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun dan
kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran, dan daya racun
sebelum limbah dibuang ke tempat penimbunan akhir
4. proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah menggunakan alat
khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran harus mencapai 99,99% atau lebih.
Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin dibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg,
maka abu sisa pembakaran tidak boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr

Tidak keseluruhan proses harus dilakukan terhadap satu jenis limbah B3, tetapi proses dipilih
berdasarkan cara terbaik melakukan pengolahan sesuai dengan jenis dan materi limbah.

 Hasil pengolahan limbah B3

Memiliki tempat khusus pembuangan akhir limbah B3 yang telah diolah dan dilakukan
pemantauan di area tempat pembuangan akhir tersebut dengan jangka waktu 30 tahun setelah
tempat pembuangan akhir habis masa pakainya atau ditutup.

Perlu diketahui bahwa keseluruhan proses pengelolaan, termasuk penghasil limbah B3, harus
melaporkan aktivitasnya ke KLH dengan periode triwulan (setiap 3 bulan sekali).
Dafta Pustaka :

https://66fadli.wordpress.com/2011/11/25/pengolahan-air-limbah/

https://id.wikipedia.org/wiki/Air_limbah

http://prasko17.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-dan-macam-air-limbah.html

http://ans-olahlimbah.blogspot.co.id/2013/02/cara-pengolahan-limbah.html

http://hima-k3.ppns.ac.id/?p=586

Anda mungkin juga menyukai