Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

TINJAUAN TEORI

1. DEFINISI

      Eritema Multiforme merupakan erupsi


mendadak dan rekuren pada kulit dan kadang-
kadang pada selaput lendir dengan gambaran
bermacam-macam spektrum dan gambaran khas
bentuk iris.Pada kasus yang berat disertai simtom
konstitusi dan lesi viseral.

       Erythema Multiforme (EM) adalah


merupakan suatu penyakit akut dari kulit dan
membran mukosa yang dapat menyebabkan
beberapa jenis lesi kulit, karenanya dinamakan
multiforme (Greenberg,2003). Penyakit ini
merupakan suatu reaksi hipersensitivitas, yang
karakteristik dengan adanya lesi target pada kulit
atau lesi ulserasi pada mukosa.

Erythema multiformis adalah sutau jenis reaksi kulit yang secara histologis ditandai mula – mula
adanya infiltrat limfohistiositik pada batas antara dermis dan epidermis, dan kemudian dengan
adanya vesikulasi sub-epidermis ; secara klinis ini ditandai oleh adanya berbagai lesi, termasuk
lesi – lesi kulit yang khas seperi iris atau target/ sasaran (Kenneth A. 1985).

Kondisi bervariasi dari ringan, ruam terbatas diri (E. multiforme minor) . Yang parah, bentuk
yang mengancam jiwa yang dikenal sebagai eritema multiforme mayor (atau erythema
multiforme mayora) yang juga melibatkan selaput lendir. Bentuk parah ini mungkin
berhubungan dengan Sindrom Stevens-Johnson.

Bentuk yang ringan biasanya agak gatal, merah muda, bercak-bercak merah, simetris dan mulai
pada ekstremitas. Sering mengambil klasik "target lesi" penampilan, dengan sebuah cincin merah
muda-merah di sekitar pusat pucat. Resolusi dalam waktu 7-10 hari adalah normal.

2. ETIOLOGI

Pada lebih dari 50% kasus, faktor pemicu tidak diketahui. Yang paling umum adalah kasus
dengan infeksi herpes simpleks (oral atau genital) yang mendahuluinya, atau dengan infeksi
mikoplasma, infeksi bakteri atau virus yang lain juga telah dibuktikan. Berikut beberapa faktor
pemicu yang menyebabkan eritema multiforme :

a. Infeksi virus

1. Herpes simpleks
2. Pneumonia atipikal primer, infeksi mikoplasma
3. AIDS
4. Adenovirus
5. Cytomegalovirus
6. Hepatitis B
7. Mononukleasis infeksius
8. Limfogranuloma inguinal
9. Milker’s nodes
10. Mumps
11. Poliomyelitis
12. Vaccinia
13. Varicella

b. Infeksi bakteri
Rickettsia
c. Infeksi jamur
Histoplasmosis
Vaksinasi
d. 1.2.4 reaksi obat
e. 1.2.5 Karsinoma, limfoma, leukemia
f. 1.2.6 Lupus eritematosus (Rowell’s syndrome)
g. 1.2.7 Pregnansi, premenstrual,’dermatitis progesteron autoimun’
h. 1.2.8 Sarkoidosis
i. 1.2.9 Wegener’s granulomatosis
j. 1.2.10 X-ray terapi
k. 1.2.11 Tidak diketahui

            Eritema multiforme telah dianggap sebagai contoh yang jelas dari reaksi akibat obat yang
merugikan. Meskipun pada studi prospektif dari kasus-kasus eritema multiforme hanya 10%
yang terkait penggunaan obat-obatan. Pada studi yang lain, riwayat penggunaan obat-obatan,
khususnya golongan sefalosporin, tercatat pada 59% pasien eritema multiforme.

          Obat-obatan sering dianggap sebagai penyebab berdasarkan bukti yang kurang adekuat.;
konfirmasi sensitivitas obat memerlukan paparan ulang terhadap obat tersebut, yang mungkin
dapat menimbulkan resiko yang tidak diinginkan.

3. KLASIFIKASI
a. Eritema multiforme minor

            Terjadi pada kira-kira 80% kasus. Secara klinis lesi berbentuk makular, papular, atau
urtikarial, serta ‘iris’ klasik atau lesi target, yang tersebar di distal ekstremitas.

b. Eritema multiforme major

            Merupakan bentuk penyakit yang lebih parah dengan lesi target yang lebih besar dengan
keterlibatan membran mukosa. Onset biasanya tiba-tiba, meskipun kemungkinan karena adanya
masa prodromal selama 1-13 hari sebelum erupsi muncul.

4. TANDA DAN GEJALA       
         Ada berbagai macam variasi dari eritema multiforme, dan semua diberikan nama yang
berhubungan dengan gambaran yang paling jelas yang menyusun erupsi tersebut. Lesi yang
terjadi dapat berupa makula, papul, nodus, vesikel atau bulla. Bentuknya dapat anular, sirsinar,
atau iris (target, bull’s eye). Sifatnya dapat persisten, purpura atau urtika.

a. Berdasarkan  tipe dasar eritema multiforme :

1. Tipe Makula-eritema

      Erupsi timbul mendadak, simetrik dengan tempat predileksi di punggung tangan, telapak
tangan, bagian ekstensor ekstremitas, dan selaput lendir. Pada keadaan berat dapat juga
mengenai badan. Lesi tidak terjadi serentak, tetapi berturut-turut dalam 2-3 minggu.

            Gejala khas ialah bentuk iris (Target lesion) yang terdiri atas 3 bagian, yaitu bagian
tengah berupa vesikel atau eritema yang keungu-unguan, dikelilingi lingkaran konsentris yang
pucat kemudian lingkaran yang merah.

2. Tipe Vesikobulosa

     Lesi mula-mula berbentuk macula,papul dan urtika yang kemudian timbul lesi vesikobulosa
di tengahnya. Bentuk ini dapat juga mengenai selaput lendir. Lesi pada membran mukosa terjadi
pada 70% pasien dan seringkali terbatas di rongga mulut.

    Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Laboratorium Oral Pathology di Universitas Sao
Paolo sejak tahun 1974 hingga 2000 di dapatkan bahwa kasus eritema multiforme sebagai
penyakit autoimun yang bermanifestasi oral sebanyak 7,82%. Kasus terbanyak adalah Liken
planus pemfigoid (75,56%), pemfigus membran mukosa (9,37%). Lesi ditemukan di palatum
durum. Dengan masa evolusi lesi mencapai lebih dari 12 bulan.

b. Berdasarkan jenis/lokalisasi
1. Minor Erythema Multiforme
2. Pada mukosa rongga mulut

    Hal ini terjadi pada 20-30 % kasus. Pada tipe eritema multiforme minor jarang sekali terjadi
hanya pada bagian rongga mulut saja. Lesi berupa vesikula yang banyak dan pecah,
meninggalkan daerah erosi yang sakit dan ditutupi pseudomembran putih.

3. Bagian mukosa lainnya

     Pada mukosa genital, dan jarang terjadi pada konjungtiva. Pada kulit Biasanya muncul
macula papula kemerahan. Paling sering muncul dengan khas berupa lesi target (Laskaris, 2005).

4. Mayor Erythema Multiforme

Tipe ini melibatkan dua atau lebih membran mukosa dengan lebih banyak lagi daerah kulit yang
terlibat (Scully, 2007)

5. Pada mukosa rongga mulut


Lesi pada mukosa rongga mulut lebih sering terjadi pada kasus EM tipe mayor. Awalnya adalah
daerah kemerahan, berubah dengan cepat menjadi bentuk vesikula dan segera pecah dan
meninggalkan daerah erosi kemerahan yang ditutupi pseudomembran putih dan krusta akibat
perdarahan.

6. Bagian mukosa lainnya

     Terjadi pada mata, genital, pharyng, laryng, esophagus, dan bronchial terutama pada kasus
yang sangat parah.Pada kulit Lesi ini lebih sering terjadi, dengan bentukan lesi merah yang
edematous, melepuh, dan adanya lesi target (Laskaris, 2005).

5. PATHOFISIOLOGI

Erythema Multiformis merupkan suatu jenis reaksi kulit yang secara histologis ditandai mula-
mula adanya infiltrat limfositolitik pada batas antara dermis dan epidermis dan kemudian dengan
adanya vesiculasi sub – epidermis. Secara klinis ini ditandai oleh adanya berbagai lesi, termasuk
lesi-lesi kulit yang khas seperti iris atau target (sasaran). Erythema multiformis dianggap sebaga
syndrom hipersensitivitas, tetapi mekanisme imunologisnya yang tepat belumlah diketahui.
Penyakit yang akut sering kambuh ini, paling sering muncul dalam musim dingin dan awal
musim semi pada kanak-kanak dan orang dewasa.

Banyak faktor penyebab yang telah diketemukan, termasuk infeksi obat-obatan, perubahan
hormonal, penyakit-penyakit kanker. Infeksi herpes simpleks merupakan asal mula penyebab
infeksi yang paling sering, meskipun berbagai penyakit infeksi yang lain seperti virus,bakteri dan
myobakteri. Juga sering dijumpai mycoplasma pnemoniae pernah dapat dibiakkan dari
tenggorokan dan bulo dari bebepa pasien. Penicillin, barbiturat, sulfonamide dan banyak obat
lainnya bisa menimbulkan gambaran yang sama

Bentuk Erythema Multiformis ringan sembuh dengan sendirinya dalam    2 – 3 minggu, bentuk
yang lebih berat dimana ikut juga terkena secara luas selaput lendir, disebut sebagai Syndrom
Steven Johnson, bisa berlangsung 6 – 8 minggu dan merupakan penyakit sangat berbahaya dan
sering fatal.

            Eritema Multoforme terjadi karena adanya peningkatan kadar kompleks antigen-antibodi
(imun) yang menyebabkan vaskulitis. Faktor-faktor spesifik penyebab vaskulitis kompleks imun
adalah alergi makanan, reaksi terhadap mikroorganisme, radioterapi, penyakit sistemik, dan
keganasan (Greenberg, 2003).
            Beberapa penelitian melaporkan keterlibatan beberapa mikroorganisme sebagai pencetus
eritema multiforme termasuk virus dan terutama herpes simplex virus (HSV) yang prosentasenya
mencapai 70% pada kasus-kasus yang rekuren. Beberapa pasien melaporkan adanya riwayat
infeksi HSV dua minggu sebelumnya serta didapatkannya DNA HSV (36-81%) dimana HSV-1
66%, HSV-2 28% dan keduanya 6%. HSV yang mencetuskan terjadinya Erythema Multiforme
disebut herpes associated EM (HAEM). Fragmen DNA HSV pada kulit dan mukosa merupakan
pencetusnya, sel CD4+ mentransport fragmen HSV ke epitelium dan terjadi akumulasi sel-T
yang merespon antigen HSV sehingga terjadilah kerusakan sel-sel (Scully, 2007).  Pemakaian
obat-obatan juga dapat memicu terjadinya EM, penelitian melaporkan 59% terjadinya Eritema
multiformal oleh karena hal ini. Peningkatan yang tajam terjadi karena penggunaan
cephalosporin. Hal ini dipicu oleh metabolit obat-obatan reaktif dan adanya peningkatan
apoptosis keratinosit oleh karena peningkatan TNF-α yang dirilis oleh keratinosit, makrofag dan
monosit menyebabkan kerusakan jaringan. Penyebab EM lainnya adalah penggunaan phenytoin
dan pemberian terapi radiasi kranial (Scully, 2007).
            Selain itu pada erythema multifore tipe mayor terjadi adanya reaksi hipersensitivitas tipe
III yang diperantarai oleh pengendapan kompleks antigen-antibodi (imun). Diikuti dengan
aktivasi komplemen, dan akumulasi limfosit polimorfonuklear. Dimanapun kompleks imun
mengendap akan timbul kerusakan jaringan yang membentuk lesi patologis (Kumar, 2008).

            Eritema multiforme merupakan hasil dari T-cell mediated immune reactions sebagai agen
pencetus terjadinya cytotoxic immunological attack pada keratinosit yang mengekpresikan non-
self antigen yang kemudian akan terjadi vesikulasi subepitelial dan intraepitelial dan akhirnya
terjadilah blister dan erosi yang meluas (Scully,2007).

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

            Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk eritema multiforme. Pada kasus
yang berat dapat terjadi elevasi tingkat sedimentasi eritrosit, leukositosis moderat, peningkatan
level protein fase akut, dan dapat pula terjadi elevasi aminotranferase hati yang ringan. Apabila
terdapat tanda-tanda kelainan di saluran pernapasan maka pemeriksaan radiologi dibutuhkan.

7. PENATALAKSANAAN
a. Terapi secara sistemik

Menghindari faktor penyebab atau mengobatinya, terutama karena adanya reaksi


hipersensitivitas karena pemakaian obat.
Pemakaian kortikosteroid secara oral, terutama setelah hari ke2-4, untuk mengurangi periode
erupsi akut dan gejala. Tipe minor pemberian kortikosteroid oral antara 20-40 mg/hari selama 4-
6 hari lalu diberikan secara tapering dosis tak lebih dari 2 minggu. Pada tipe mayor perlu
pemberian antara 40-80 mg/hari selama 2-3 minggu. Pemberian antibiotik untuk menghindari
infeksi sekunder (Laskaris, 2005).

Obat-obat antivirus diindikasikan untuk pasien HAEM, dengan pemberian acyclovir 200 mg,
lima kali sehari sejak terlihat pertamakali munculnya lesi atau 400 mg, empat kali sehari selama
6 bln atau melanjutkan terapi menggunakan valacyclovir, pemberian 500 mg dua kali sehari
disarankan sebagai profilaksis (Scully)

b. Terapi secara topikal

Instruksi pada pasien untuk diet lunak, pemakaian anastesi topikal, obat kumur yang berisi
antibiotik, dan kortikosteroid topikal untuk mengurangi ketidaknyamanan pada pasien (Laskaris,
2005).

  Kemungkinan penyebab yang banyak pada kasus eritema multiforme menghalangi pengobatan
yang spesifik, kecuali penyebab spesifik telah diketahui.  Tujuan pengobatan dari eritema
multiforme ialah untuk mengurangi lamanya waktu demam, erupsi maupun perawatan di rumah
sakit.
Pada kasus ringan diberi pengobatan simtomatik, meskipun sedapat-dapatnya perlu dicari
penyebabnya. Pemberian kortikosteroid sistemik dihindari mengingat komplikasi yang dapat
timbul. Pengobatan simptomatik meliputi pemberian analgesic atau NSAID; kompres dingin
dengan menggunakan larutan saline;pengobatan oral seperti saline kumur; lidokain dan
diphenhydramine.

Pada kasus-kasus berat, dapat diberikan kortikosteroid (prednisolon) dengan dosis awal 30-60
mg/hari, kemudian dosis diturunkan dalam 1-4 minggu. Kegunaan kortikosteroid hingga saat ini
masih diperdebatkan, namun perbaikan gejala sistemik seperti demam dapat tercapai dengan
kortikosteroid.

Tujuan pemberian antivirus adalah untuk mempersingkat perjalanan klinis penyakit, mencegah
komplikasi, mencegah perkembangan rekurensi yang tersembunyi dan atau yang muncul
kemudian, mengurangi penyebaran serta mengeliminasi rekurens laten yang tidak dapat
dihindari. Acyclovir mengurangi lamanya gejala lesi. Diberikan pada pasien dengan lesi yang
muncul dalam waktu 48 jam. Pasien yang diberikan acyclovir merasakan nyeri berkurang dan
penyembuhan yang cepat dari lesi pada kulit.

8. KOMPLIKASI

            Pada situasi yang jarang, erosi okular pada eritema multiforme dapat menyebabkan
jaringan parut yang parah pada mata. Eritema multiforme yang berhubungan dengan infeksi
pneumonia dapat dihubungan dengan bronkitis erosif.

BAB II

TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Identitas

Kaji nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan,
alamat, dan nomor register.

b. Riwayat Kesehatan

a) Keluhan Utama

Kaji apa alasan klien membutuhkan pelayanan kesehatan

b) Riwayat Kesehatan Sekarang

Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian. Klien dengan Steven Johnson biasanya
mengeluhkan dema, malaise, kulit merah dan gatal, nyeri kepala, batuk, pilek, dan sakit
tenggorokan.

c) Riwayat Kesehatan Dahulu


Kaji riwayat alergi makanan klien, riwayat konsumsi obat-obatan dahulu, riwayat penyakit yang
sebelumnya dialami klien.

d) Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji apakah di dalam keluarga klien, ada yang mengalami penyakit yang sama.

e) Riwayat Psikososial

Kaji bagaimana hubungan klien dengan keluarganya dan interaksi sosial.

2. PENGKAJIAN FISIK

1. Kaji riwayat adanya alergi obat


2. Inspeksi kulit dengan cermat untuk mengetahui adanya lesi, dan penyebarannya
3. Inspeksi rongga mulut untuk mengetahui adanya lesi
4. Inspeksi keadaan genetalia untuk mengetahui adanya les
5. Kaji kemampuan menelan dan meminum cairan
6. Kaji kemampuan klien untuk bernafas
7. Kaji kemampuan visual klien, gangguan penglihatan, adanya peradangan,
8. Monitor tanda vital terutama suhu untuk mengetahui karakter demam
9. Catat volume urine, berat jenis, dan warnanya
10. Kaji tingkat kecemasan, kemampuan koping

3. INTERVENSI

a)    Gangguan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi

Tujuan : Dalam 5 x 24 jam itegritas kulit membaik secara optimal.

Kriteria hasil : pertumbuhan jaringan membaik dan lesi psoarisis berkurang.

Intervansi Rasional

Kaji kerusakan Menjadi data dasar untuk memberikan informasi


jaringan kulit yang terjadiintervensi perawatan yang akan digunakan.
pada klien
Lakukan tindakan Perawatan lokal kulit merupakan penatalaksanaan
peningkatan integritaskeperawatan yang penting. Jika diperlukan berikan kompres
jaringan hangat, tetapi harus dilaksanakan dngan hati-hati sekali pada
daerah yang erosif atau terkelupas. Lesi oral yang nyeri akan
membuat higiene oral dipelihara.
Lakukan oral Tindakan oral higiene perlu dilakukan untuk menjaga
higiene agar mulut selalu bersih. Obat kumur larutan anastesi atau agen
gentian violet dapat digunakan dengan sering untuk
membersikan mulut dari debris, mengurangi rasa nyari pada
daerah ulserasi dan mengendalikan bau mulut yang amis.
Rongga mulut harus diinspeksi beberapa kali sehari dan tiap
perubahan harus dicacat serta dilaprokan. Vaselin (atau salep
yang resepkan dokter) dioleskan pada bibir.
Tingkatkan asupan Diet TKTPdiperlukan untuk meningkatkan asupan dari
nutrisi kebutuhan pertumbuhan jaringan.
Evaluasi Apabila masih belum mencapai dari kriteria evaluasi 5
kerusakan jaringan danx24 jam, maka perlu dikaji ulang faktor-faktor penghambat
perkembangan pertumbuhan danperbaikkan dari lesi.
pertumbuhan jaringan
Lakukan itervensi Perawatan ditempat khusus untuk mencegah infeksi.
untuk mencegahMonitor dan evaluasi adanya tanda dan gejala
komplikasi komplikasi.pemantauan yang ketat terhadap tenda-tanda vital
dan pencatatan setiap perubahan yang serius pada fungsi
repiratorius, renal, atau gastrointestinal dapat menditeksi dengan
cepat dimulainya suatu infeksi. Tindakan asepsis yang mutlak
harus selalu dipertahankan selama pelaksanaan perawatan kulit
yang rutin. Memcuci tangan dan menggunakan sarung tangan
steril ketikan dilaksankan prosedur tersebut diperlukan setiap
saat.ketika keadaannya meliputi bagian tubuh yang luas, pasien
harus dirawat dalam sebuah kamar pribadi untuk mecegah
kemugkinan infeksi silang dari pasien-pasien lain. Pada
penunjung harus mengenakan pakaian pelindung dan mencuci
tangan mereka sebelum meyentuh pasien. Orang-orang yang
menderita penyakit menular tidak boleh mengunjingi pasien
sampai mereka sudah tidak lagi berbahaya bagi kesehatan pasien
tersebut.
Kolaborasi untuk Kolaborasi pemberian kostikosteroid misalnya metil
pemberian kostikosteroid prednisolon 80-120 mg peroral (1,5-2 mg/Kg BB/hari) atau
pemberian deksametaon injeksi (0,15-0,2 mg/Kg BB/hari)
Kolaborasi untuk Pemberian antibiotik untuk infeksi dengan catatan
pemberian antibiotik menhindari pemberian sulfonamide dan antibiotik yang sering
juga sebagai penyebab SJS misalnya penisilin, cephalosporin.
Sebaiknya antibiotik yang diberikan berdasarkan kultur kulit,
mukosa, dan sptum. Dapat dipakai injeksi gentamisin 2-3 x 80
mg iv (1-1,5 mg/Kg BB/kali (setiap pemberian) )

b)    Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh intake tidak ad kuat respons
sekunder dari kerusakan krusta pada mukosa mulut.

Tujuan:dalam waktu 5x24 jam setelah diberikan asupan nutrisi pasien terpenuhi.

Kriteria evaluasi :

1. Pasien dapat mempertahankan status asupan nutrisi yang adekuat.


2. Pernyataan motifasi kuat untuk memenuhi keutuhan nutrisinya.
3. Penurunan berat badan selama 5x24 jam tidak melebihi dari 0,5 kg.
Intervensi Rasional

Kaji status nutrisi Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk


pasien, turgor kulit, beratmenetapkan pilihan intervensi yang tepat. Berat badan pasien
badan dan derajat penurunandi timbang setiap hari (jika perlu gunakan timbangan tempat
berat badan, integritastidur). Lasi oral dapat mengakibatkan disfagia sehingga
mukosa oral, kemampuanmemerlukan pemberian makanan melalui sonde atau terapi
menelan, serta riwayatnutrisi parenteraltotal. Formula enteral atau suplemen enteral
mual/muntah yang di programkan diberikan melalui sonde sampai
pemberian peroral dapat di toleransi. Penghitungan jumlah
kalori perhari dan pencatatan semua intake, serta output yang
akurat sangat penting.
Evaluasi adanya Beberapa pasien mungkin mengalami alergi terhadap
alergi makanan danbeberapa komponen makanan tertentu dan beberapa penyakit
kontraindikasi makanan lain, seperti diabetes melitus, hipertensi, gout, dan lainnya
yang memberikan menifestasi terhadap persiapan komposisi
makanan yang akan diberikan.
Fasilitasi pasien Memperhitungkan keinginan individu dapat
memperoleh diet biasa yangmemperbaiki asupan nutrisi.
disukai pasien (sesuai
indikasi)
Lakukan dan ajarkan Menurunkan rasa tak enak karena sisa makanan atau
perawatan mulut sebelumbau obat yang dapat merangsang pusat muntah.
dan sesudah makan, serta
sebelum dan sesudah
intervensi/pemeriksaaan
peroral
Fasilitasi pasien Asupan minuman mengandung kafein dihindari
memperoleh diet sesuaikarena kafein adalah setimulan sistem saraf pusat yang
indikasi dan ajurkanmeningkatkan aktivitas lambung dan sekresi pepsin.
menghindari asupan dari
agen iritan
Berikan makan Pasien dapat berkonsentrasi pada mekanisme
dengan perlahan padamakanan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar.
lingkungan yang tenang
Ajurkan pasien dan Meningkatkan kemandirian dalam pemenuhan asupan
keluarga untuk berpartisipasinutrisi sesuai dengan tingkat toleransi individu.
dalam pemenuhan nutrisi
Kolaborasi dengan Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang
ahli gizi untuk menetapkanadekuat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan
komposisi dan jenis dietkalori sehubungan dengan status hipermetabolik pasien. 
yang tepat

c)    Nyeri berhubngan dengan kerusakan jaringan lunak, erosi jaringan lunak

Tujuan                       : Dalam waktu 1 x 24jam nyari berkurang/hilang atau  teradaptasi


Kriteria evaluasi       :

1. Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat  diadaptsi.

2. Skala nyari 0-1 (0-4) dapat mengidentifikasi aktivitas yang menigkatkan atau menurunkan
nyeri.

3. Pasien tidak gelisah.

Intervensi Rasional

Keji nyeri dengan Menjadi para meter dasar untuk mengetahui sejauh mana
pendekatan PQRST interfensi yang diperlukan dan sebagai evaluasi keberhasilan
dari interfensi manajemen nyari keperawatan.
Jelaskan dan bantu Pendekatan dengan mengunakan relaksasi dan non
pasien dengan tindakanfarmakologi lainnya telah menunjukan keefektifan dalam
pereda nyeri nonmengurangi nyeri.
farmakologi dan
monivasif
Lakukan Posisi fisiologis akan menigkatkan asupan O2kejaringan
manajemen nyriyang mengalami peradangan. Pengaturan posisi idealnya adalah
keperawatan pada arah berlawanan dengan letak dari lesi. Bagian tuuh yang
Atur posisimengalami inflamsi lokal dilakukan imobilisasi untuk
fisiologis menurunkan respons peradangan dan meningkatkan
kesembuhan.
Istirahatkan klien Istirahan diperlukan selama fase akut. Kondisi ini akan
meningkatkan suplai darah pada jaringan yang mengalami
peradangan.
Bila perlu Kompres yang basah dan sejuk atau terapi rendaman
premedikasi sebelummerupakan tindakan protektif yang dapat mengrangi rasa nyeri.
melakukan perawatanPesien dengan lesi yang luas dan nyeri harus mendapatkan
luka premedikasi dahulu dengan prepart analgesik sebelum
perawatan kulit mulai dilakukan.
Manajemen Lingkungan tenag akan menurunkan stimulus nyeri
lingkungan : lingkunganeksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu
tenang dan batasimeningkatkan kondisi O2 ruangan yang akan berkurang apabila
pengunjung banyak pengunjung yang berada di ruangan.
Ajarkan teknik Meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan
relaksasi pernapasannyeri sekunder dari peradangan
dalam
Ajarkan teknik Distraksi (penglihatan perhatian) dapat menurunkan
distraksi pada saat nyeri stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi
endorfin dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri untuk
tidak dikirimkan ke korteks selebri sehingga menurunkan
presepsi nyeri.  
Lakukan Menajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan
menajemen sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan nyeri.
Masase ringan dapat meningkatkan aliran darah dan dengan
otomatis membantu suplai darah dan oksigen ke aliran nyeri dan
menurunkan sensasi nyeri. 
Kolaborasi dengan Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan
dokter, pemberianberkurang.
analgetik

d)    Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas, adanya port de entree pada
lesi.

Tujuan : setalah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi


Kriteria hasil :

1. tidak ada tanda – tanda infeksi ( rubor , kalor , dolor , fungsio laesa )

2. tidak timbul luka baru

intervensi Rasional

monitor TTV Deteksi dini terhadap perkembangan kondisi pasien


dan adanya tanda-tanda infeksi.
kaji tanda – tanda Mengidentifikasi kondisi luka yang terbebas dari
infeksi infeksi
motivasi pasien Asupan karbohidrat & protein yang tinggi dapat
untuk meningkatkan nutrisimempercepat penyembuhan dan memperbaiki jaringan yang
TKTP rusak
jaga kebersihan luka Daerah luka yang kotor mempermudah penyebaran
infeksi
kolaborasi pemberian Dugaan adanya infeksi/terjadinya lesi yang parah dan
antibiotik Menurunkan resiko penyebaran bakteri.

e)    Devisit prawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik secara umum.

Tujuan      : setelah dilakukan askep selama 2 x 24 jam diharapkan klien dan keluarga   mampu
merawat diri sendiri

Kriteria hasil: klien mampu merawat diri sendiri

intervensi Rasional

Ganti pakaian yang Untuk melindungi klien dari kuman dan


kotor dengan yang bersih. meningkatkan rasa nyaman
Berikan HE pada Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk
klien dan keluarganyamenjaga personal hygiene.
tentang pentingnya
kebersihan diri.
Berikan pujian pada Agar klien merasa tersanjung dan lebih kooperatif
klien tentang kebersihannya. dalam kebersihan
Bimbing keluarga Agar keterampilan dapat diterapkan
klien memandikan /
menyeka pasien
Bersihkan dan atur Klien merasa nyaman dengan tenun yang bersih serta
posisi serta tempat tidurmencegah terjadinya infeksi.
klien.

f)     Gangguan gambaran diri (citra diri) berhubungan dengan perubahan struktur kulit,
perubahan peran keluarga.

Intervensi Rasional

Dorong pasien untuk membantu pasien untuk menyadari perasaannya yang


mengekspresikan perasaantidak biasa
khususnya mengenai pikiran,
perasaan, pandangan dirinya.
Catat prilaku menarik Dugaan masalah pada penilaian yang dapat
diri. Peningkatanmemerlukan evaluasi tindak lanjut dan terapi yang lebih
ketergantungan, manipulasiketat.
atau tidak terlibat pada
perawatan.
Pertahankan Bantu pasien/orang terdekat untuk menerima
pendekatan positif selamaperubahan tubuh dan merasakan baik tentang diri sendiri.
aktivitas perawatan.

2.5 EVALUASI

2.5.1 Kondisi kulit tampak membaik

2.5.2 Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dengan baik

2.5.3 Nyeri hilang atau berkurang

2.5.4 Infeksi tidak terjadi

2.5.5 Pasien mampu melakukan perawatan diri sesuai dengan kondisinya

DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr.R.S Siregar,Sp.KK. 2003. ILMU PENYAKIT KULIT. Palembang. Buku Kedokteran


EGC

http://www.Dagul.2009.Asuhan-Keperawatan-Pada-Klien-Dengan-Eritemat-Multiforme.pdf
www.Royal.ResetToReachMyGoal-AllAboutNursing.scrib

http://www.Damri.2010.Asuhan–Keperawatan-Klien-Eritema-Multiform.html

Anda mungkin juga menyukai