Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6, Nomor 4, April 2018, hlm. 579 – 586
planted 28 days after the chili. P6 = Planting sebidang tanah yang sama. Keuntungan
cabbage in monoculture and P7 = planting secara agronomis dari pelaksanaan sistem
chili in monoculture. The results showed tumpangsari dapat dievaluasi dengan
the time of planting cabbage did not menghitung NKL (Nisbah Kesetaraan
significantly affect the growth and yield of Lahan), nisbah kesetaraan lahan >1 berarti
chilli. Intercropping with cabbage planted menguntungkan (Subhan et al. 2005).
14-28 days before and after the chilli and Menurut penelitian (Setiawati et al. 2008)
cabbage plants are grown alongside chili mengemukakan bahwa tumpangsari antara
plants were able to increase the productivity cabai dengan kubis dapat menekan
of land. The highest LER in the treatment populasi kutu kebul (Bemisia tabaci)
time 28 days before planting cabbage, sebesar 60,72 %. Kutu kebul merupakan
which is 1.91. hama penting pada tanaman cabai di
Indonesia (Setiawati et al. 2008). Herlina
Keywords: Intercropping, Brassica oleracea (2011) menyatakan bahwa faktor yang perlu
var capitata L., Capsicum annum L diperhatikan dalam pola tumpangsari
adalah waktu tanam, waktu tanam
PENDAHULUAN berhubungan dengan pertumbuhan
vegetatif. Penundaan waktu tanam dari satu
Cabai (Capsicum annum L.) jenis tanaman yang ditumpangsarikan
merupakan jenis tanaman hortikultura yang dimaksudkan agar saat pertumbuhan
mempunyai nilai ekonomi tinggi dan maksimum terjadi pada waktu yang tidak
berprospektif untuk dikembangkan di bersamaan. Hal ini, akan membatu usaha
Indonesia. Sayuran yang mengalami pencapaian potensi produksi dari kedua
peningkatan permintaan selain cabai adalah jenis tanaman yang ditumpangsarikan
sayuran kubis. Perkembangan produktivitas (Arma et al. 2013). Waktu tanam
kubis di Indonesia selama periode 2000- berpengaruh terhadap jumlah buah tiap
2011 cenderung fluktuatif (Pusat Data dan pohon, semakin awal waktu tanam, hasil
Sistem Informasi Pertanian, 2013). Akan cenderung semakin tinggi
tetapi tingginya permintaan konsumen tidak
diimbangi dengan keadaan luas lahan BAHAN DAN METODE PENELITIAN
pertanian yang mengalami penurunan.
Banyak lahan pertanian yang beralih fungsi Penelitian dilaksanakan di Desa
menjadi lahan non pertanian. Perubahan Ngoran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten
lahan sawah menjadi non sawah di Jawa Blitar, yang terletak pada ketinggian ± 156
Timur pada data periode tahun 2008-2012 mdpl, mempunyai rata-rata suhu udara ±
menyatakan telah terjadi penurunan luas 24°C – 34°C dengan jenis tanah alfisol.
lahan sawah dari 40.031.166 ha pada tahun Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni
2008 menjadi 39.969.123 pada tahun 2010 hingga November 2015. Peralatan yang
dan terus mengalami penurunan pada tahun digunakan dalam penelitian diantaranya
2012 menjadi 39.594.536 ha (Pusat Data cangkul, gembor, meteran, tugal,
dan Sistem Informasi Pertanian, 2013). timbangan, penggaris, jangka sorong,
Untuk meningkatkan produktivitas sprayer, kertas dan kamera. Bahan yang
lahan pada suatu areal lahan pertanian digunakan yaitu pestisida, cabai varietas
yang semakin terbatas dan permintaan Hibrida F1 Imola, kubis varietas Grand 22,
pasar akan kedua komoditas semakin pupuk kandang dan pupuk Pupuk Urea
tinggi, diperlukan suatu usaha dan teknik (46% N), SP36 (36% P2O5), ZA (21% N dan
budidaya yang tepat untuk menjadikan 24% S), KCl (60% K2O) dan pestisida
lahan pertanian lebih efektif dengan (Lannate dan Demolish).
menggunakan sistem pola tanam Penelitian ini menggunakan
tumpangsari. Sistem tanam tumpangsari Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
merupakan usaha penanaman dua atau 4 ulangan dan 7 perlakuan waktu tanam
lebih jenis tanaman yang berbeda dengan kubis, yaitu: P1 = Tumpangsari kubis dan
waktu relative sama atau berbeda di cabai, kubis ditanam 28 hari sebelum cabai.
581
Tabel 1 Rerata Fruitset, Jumlah Buah dan Bobot Buah Per tanaman Tanaman Cabai Akibat
Perlakuan Waktu Tanam Kubis Sebagai Tanaman Sela dalam Sistem Tumpangsari
Perlakuan
Fruitset Jumlah Buah Bobot Buah
Waktu
(%) (buah tan-1) (kg tan-1)
Tanam Kubis
P1 = 28 HSB Cabai 64,01 110,92 1,11
P2 = 14 HSB Cabai 64,36 117,83 1,14
P3 = Bersamaan dengan Cabai 61,55 116,92 1,17
P4 = 14 HST Cabai 62,12 119,50 1,17
P5 = 28 HST Cabai 67,52 131,67 1,19
P6 = Monokultur Cabai 67,76 133,08 1,20
BNT 5% tn tn tn
KK (%) 12,87 14,83 13,54
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata; HSB = Hari Sebelum Tanam; HST = Hari Setelah Tanam.
P2= Tumpangsari kubis dan cabai, kubis dalam sistem tumpangsari tidak
ditanam 14 hari sebelum cabai. P3= memberikan pengaruh nyata pada
Tumpangsari kubis dan cabai, kubis parameter pertumbuhan dan hasil pada
ditanam bersamaan dengan cabai. P4= tanaman cabai diantaranya tinggi tanaman,
Tumpangsari kubis dan cabai, kubis waktu berbunga, rata-rata jumlah bunga,
ditanam 14 hari setelah cabai. P5= fruitset, bobot buah dan jumlah buah.
Tumpangsari kubis dan cabai, kubis Pada parameter hasil tanaman cabai
ditanam 28 hari setelah cabai. P6= yaitu fruitset, bobot buah dan jumlah buah
Penanaman kubis secara monokultur dan tanaman cabai (Tabel 1) menunjukkan tidak
P7 = Penanaman cabai secara monokultur. adanya pengaruh nyata dari perlakuan
Pengamatan dilakukan secara non waktu tanam tanaman kubis sebagai
destruktif pada tanaman cabai meliputi: tanaman sela yang ditumpangsarikan
tinggi tanaman, waktu berbunga, jumlah dengan tanaman cabai. Secara
bunga, fruitset, bobot buah, jumlah buah, keseluruhan, hasil analisis data secara
diameter tajuk tanaman pada umur statistik pada parameter pertumbuhan dan
pengamatan 14, 28, 42, 56, 70, 84 hst. hasil dari tanaman cabai sebagai tanaman
Sedangkan pada kubis meliputi: Luas daun, utamanya tidak berpengaruh oleh perlakuan
jumlah daun, diameter krop, bobot segar
kubis, waktu tanam kubis sebagai tanaman sela
bobot konsumsi dengan pengamatan yang ditumpangsarikan dengan tanaman
dilakukan umur 14, 28, 42, 56, 70 hst. cabai dibandingkan dengan penanaman
Menghitung Intensitas Radiasi Matahari, cabai secara monokultur. Hal ini
R/C rasio dan Nisbah KesetaraanLahan dikarenakan pada sistem tumpangsari,
(NKL). tanaman cabai bersifat dominan dalam
Data yang didapatkan kemudian memanfaatkan faktor tumbuh dibandingkan
dianalisa menggunakan ANOVA. Hasil F dengan tanaman kubis yang berperan
hitung yang berbeda nyata pada perlakuan sebagai tanaman sela.
dilakukan analisis lanjutan menggunakan uji
Beda NyataTerkecil (BNT) pada taraf 5%. Pengaruh Waktu Tanam Kubis pada
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kubis
HASIL DAN PEMBAHASAN Perlakuan berbagai waktu tanam
kubis sebagai tanaman sela yang
Pengaruh Waktu Tanam Kubis pada ditumpangsarikan dengan tanaman cabai
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai memberikan pengaruh nyata terhadap
Berdasarkan hasil analisis data jumlah daun, luas daun, diameter krop,
pengamatan secara statistik diketahui bobot segar total tanaman dan bobot
bahwa perlakuan penanaman kubis sebagai konsumsi tanaman kubis. Jumlah daun
tanaman sela pada berbagai waktu tanam (Tabel 2) dan luas daun tanaman kubis
582
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6, Nomor 4, April 2018, hlm. 579 – 586
(Tabel 3) yang ditanam 14 hari dan 28 hari penaungan yang terlalu tinggi
setelah cabai (P4 dan P5) lebih rendah mengakibatkan tanaman sulit untuk
dibandingkan jumlah dan luas daun berkembang karena terganggunya proses
tanaman kubis monokultur. Herlina (2011) fotosintesis.
menyatakan bahwa dalam pola tanam Hal ini dikarenakan pada pola
tumpangsari perlu memperhatikan tanam tumpangsari saat tanam
kepekaan tanaman terhadap persaingan berhubungan dengan kemampuan
selama hidupnya. kompetisi suatu tanaman. Tanaman kubis
Agar persaingan antara jenis yang ditanam lebih awal sebelum tanaman
tanaman yang ditumpangsari dapat ditekan cabai lebih mendominasi ruang tumbuh
sekecil mungkin, maka perlu diatur agar dibandingkan dengan tanaman kubis yang
sumberdaya yang diperlukan untuk masing- ditanam setelah tanaman cabai, sehingga
masing tanaman tidak terjadi pada saat lebih mampu berkompetisi dalam
yang bersamaan (Karima et al. 2013). mendapatkan faktor pertumbuhan terutama
Mariani (2009) mengatakan bahwa tingkat faktor cahaya matahari. Terjadi persaingan
Tabel 2 Rerata Jumlah Daun Tanaman Kubis pada Berbagai Umur Pengamatan Akibat
Perlakuan Penanaman Tanaman Kubis Sebagai Tanaman Sela dalam Sistem
Tumpangsari
Tabel 3 Rerata Luas Daun Tanaman Kubis pada Berbagai Umur Pengamatan Akibat Waktu
Tanam Kubis Sebagai Tanaman Sela dalam Sistem Tumpangsari
Perlakuan Luas Daun Tanaman Kubis (cm2tan-1)
Waktu Pada Berbagai Umur Pengamatan (hst)
Tanam Kubis 14 28 42 56 70
P1 = 28 HSB Cabai 54,81 145,32 bc 905,21 c 1580,27 c 1808,38 bc
P2 = 14 HSB Cabai 53,82 142,83 bc 811,48 bc 1560,48 c 1806,49 bc
P3 = Bersamaan dengan Cabai 61,24 143,05 bc 713,40 ab 1532,21 bc 1792,72 bc
P4 = 14 HST 54,78 133,23 ab 678,80 ab 1398,01 ab 1659,04 ab
P5 = 28 HST 49,31 126,22 a 603,74 a 1374,72 a 1547,19 a
P7 = Monokultur Kubis 61,43 148,54 c 984,61 c 1585,04 c 1821,78 c
BNT 5% tn 14,8 186,22 140,34 152,84
KK (%) 11,57 7,03 15,79 6,19 5,83
Keterangan : Bilangan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
tn= tidak berbeda nyata; HSB= Hari Sebelum Tanam; HST= Hari Setelah Tanam.
583
Tabel 4 Rerata Hasil Panen Tanaman Kubis Akibat Perlakuan Waktu Tanam Kubis Sebagai
Tanaman Sela dalam Sistem Tumpangsari
Perlakuan Diameter Krop Bobot Segar Bobot
Waktu Kubis Kubis Konsumsi Kubis
Tanam Kubis (cm tan-1) (kg tan-1) (kg tan-1)
P1 = 28 HSB Cabai 14,05 c 2,05 bc 1,51 c
P2 = 14 HSB Cabai 14,28 c 2,01 bc 1,49 c
P3 = Bersamaan dengan Cabai 13,86 c 1,88 bc 1,25 b
P4 = 14 HST Cabai 11,86 b 1,81 ab 1,20 b
P5 = 28 HST Cabai 9,77 a 1,40 a 0,96 a
P7 = Monokultur Kubis 15,38 c 2,30 c 1,64 c
BNT 5 % 1,58 0,42 0,22
KK (%) 7,95 14,67 10,85
Keterangan : Bilangan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%;
HSB= Hari Sebelum Tanam; HST= Hari Setelah Tanam.
Tabel 5 Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL) Akibat Perbedaan Saat Tanam Tanaman Kubis
Sebagai Tanaman Sela dalam Sistem Tumpangsari.
Perlakuan Bobot Buah Bobot
Waktu Cabai Konsumsi Kubis NKL
Tanam Kubis (kg tan-1) (kg tan-1)
P1 = 28 HSB Cabai 1,11 1,51 c 1,91
P2 = 14 HSB Cabai 1,14 1,49 c 1,88
P3 = Bersamaan dengan Cabai 1,17 1,25 b 1,74
P4 = 14 HST Cabai 1,17 1,20 b 1,73
P5 = 28 HST Cabai 1,19 0,96 a 1,60
P6 = Monokultur Cabai 1,2 - 1,00
P7 = Monokultur Kubis - 1,64 c 1,00
BNT 5 % tn 0,22
Keterangan : Bilangan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
tn= tidak berbeda nyata; HSB= Hari Sebelum Tanam; HST= Hari Setelah Tanam.
air dan unsur hara pada perlakuan kubis waktu tanam kubis yang ditanam
ditanam 28 hari sebelum cabai (P1) dan bersamaan (P3) dan tidak berbeda nyata
kubis ditanam 14 hari sebelum cabai (P2) dengan pola tanam monokultur (P7).
dengan perlakuan waktu tanam kubis Parameter panen tamanan kubis
ditanam bersamaan dengan cabai kubis diameter krop sistem tumpangsari
ditanam bersamaan dengan cabai (P3), menunjukkan bahwa hasil panen semua
kubis ditanam 14 hari setelah cabai (P4) perlakuan mengalami penurunan
dan kubis ditanam 28 hari setelah cabai dibandingkan dengan tanaman kubis secara
(P5) dibandingkan dengan monokultur cabai monokultur (Tabel 4). Hal ini diakibatkan
(P6) dan monokultur kubis (P7). Herlina oleh terhambatnya pertumbuhan tanaman
(2011) menyebutkan bahwa akibat kubis sebagai tanaman sela yang ditanam
penaungan yang berat pada tanaman sela secara tumpangsari yang ditunjukkan oleh
menyebabkan pertumbuhan tidak terjadinya penurunan diameter krop, bobot
sempurna, bentuk tanaman kurus serta segar dan bobot konsumsi krop
jumlah daun yang dihasilkan sedikit dibandingkan dengan tanaman kubis secara
sehingga mempengaruhi efisiensi monokultur sehingga berpengaruh terhadap
interpretasi cahaya. Hal ini sesuai dengan penurunan hasil panen tanaman.
dengan keadaan lapang yang terjadi pada Penurunan hasil tanaman kubis
perlakuan waktu tanam kubis ditanam akibat kurangnya kebutuhan tanaman
setelah tanaman cabai (P4 dan P5) yang mendapatkan cahaya matahari yang cukup,
memiliki jumlah daun, luas daun dan bobot karena semakin lama tanaman sela ditanam
krop lebih kecil dibandingkan perlakuan
584
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6, Nomor 4, April 2018, hlm. 579 – 586
akan semakin terhambatnya pertumbuhan NKL untuk monokultur cabai dan kubis
tanaman kubis. adalah 1,00 sedangkan nilai NKL untuk
Dalam pola tanam tumpangsari, salah tumpangsari cabai dan kubis pada semua
satu faktor utama yang dapat menghambat perlakuan adalah 1,60 sampai dengan 1,91
pertumbuhan dan hasil tanaman ialah (Tabel 5). Sesuai dengan pernyataan
adanya persaingan cahaya matahari untuk Mimbar (1994) bahwa dalam pola
kegiatan fotosintesis. (Islami, 1999) tumpangsari lebih terjamin perolehan
menyatakan bahwa suatu tanaman yang keuntungan dibandingkan dengan
ternaungi, maka intensitas cahaya yang penanaman tunggal. Menurut Silalahi
diterima akan berkurang sehingga (1991) menyatakan bahwa sistem
menyebabkan fotosintesis tidak tumpangsari atau tanam ganda
berlangsung secara maksimal. (intercropping) dapat menekan biaya
produksi karena lahan yang diusahakan
Efisiensi Lahan dapat lebih efisien, disamping itu kelebihan
Pada sistem tumpangasari cabai pupuk yang diberikan pada suatu tanaman
dan kubis termasuk dalam kompetisi dapat dimanfaatkan oleh tanaman lain serta
kompensasi. Sitompul dan Guritno (1995) dapat menekan serangan hama dan
menjelaskan bentuk kompetisi kompensasi penyakit tanaman, sehingga dapat
ialah kompetisi yang mengakibatkan hasil meningkatkan hasil. Sistem tumpangsari
sesungguhnya lebih rendah dari hasil yang akan lebih menguntungkan bila NKL lebih
diharapkan untuk suatu spesies dan besar dari satu (Herlina 2011). Nilai NKL
sebaliknya lebih tinggi dari hasil diharapkan tertinggi terdapat pada P1 (Kubis ditanam
untuk spesies yang lain. 28 hari sebelum cabai) dan P2 (Kubis
Memberikan ruang tumbuh yang ditanam 14 hari sebelum cabai) yang
optimal pada masa awal pertumbuhan masing-masing mempunyai nilai NKL
tanaman sangatlah penting sebab kondisi sebesar 1,91 dan 1,88. Nilai NKL 1,91
pertumbuhan awal tanaman akan artinya bahwa untuk mendapatkan hasil
menentukan perkembangan selanjutnya atau produksi yang samadengan 1 hektar
dari tanaman tersebut. Tumpangsari diperlukan 1,91 hektar pertanaman secara
tanaman cabai dan kubis, waktu tanam monokultur atau nilai tersebut menunjukkan
kubis tidak berpengaruh nyata terhadap bahwa terdapat keuntungan sebesar 91 %
bobot segar tanaman cabai, pada data apabila dilakukan tumpangsari. Hal ini
panen menjelaskan bahwa bobot segar sesuai dengan pernyataan (Gonggo et al.
cabai yang ditanam tumpangsari sama 2007) bahwa sistem tanam tumpangsari
dengan bobot segar buah cabai yang dapat meningkatkan efektifitas pemanfaatan
ditanam secara monokultur. Pada tanaman lahan.
kubis, hasil panen berupa bobot konsumsi
krop per hektar mengalami penurunan jika Analisis Usaha Tani
dibandingkan dengan tanaman kubis yang Dalam melakukan pengembangan
ditanam secara monokultur. Hal ini sesuai usahatani diperlukan suatu analisis
dengan Utami (2013) yang menyatakan Revenue Cost Ratio (R/C Rasio) untuk
dalam sistem tumpangsari penurunan hasil mengetahui suatu usaha layak
salah satu tanamanakan terjadi namun dikembangkan atau tidak. Perlakuan waktu
dapat diimbangi, bobot segarpak choy dapat tanam kubis pada sistem tumpangsari
diimbangi dengan hasil tanaman lain yaitu memiliki nilai R/C rasio lebih dari 1, artinya
jagung. semua perlakuan tumpangsari kubis
Berdasarkan nilai Nisbah ditanam 28 hari sebelum cabai (P1), kubis
Kesetaraan Lahan (NKL) pada Tabel 5 ditanam 14 hari sebelum cabai (P2), waktu
menunjukkan bahwa pola tanam tanam kubis ditanam bersamaan dengan
tumpangsari cabai dan kubis mampu cabai (P3) dan kubis ditanam 14 hari
meningkatkan produktivitas lahan setelah cabai (P4) dan kubis ditanam 28
dibandingkan dengan pada pola tanam hari setelah cabai (P5) menguntungkan dan
monokultur tanaman cabai mempunyai nilai layak untuk dikembangkan. Nilai R/C rasio
585
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6, Nomor 4, April 2018, hlm. 579 – 586