Anda di halaman 1dari 7

Prinsip Kerja :

Mengendapkan analit dipermukaan electrode, melalui cara mencelupkan


dua electrode Pt kedalam larutan garam atau elektrolit CuSO4 dan dialiri
dengan arus DC (searah) dari luar sehingga terjadi perbedaan potensial,
maka kation akan tertarik ke kutub negative (katode) dan reaksi
pengikatan electron (reduksi) dan anion akan tertarik ke kutub positif
(anode) dan reaksi pelepasan electron (oksidasi). Jumlah endapan Cu
diketahui dari selisih bobot Pt sebelum pengendapan dan setelah
pengendapan.
Dastor

Elektrolisis adalah peristiwa penguraian atas suatu larutan elektrolit yang


telah dilaliri oleh arus listrik searah. Sedangkan sel di mana terjadinya reaksi
tersebut disebut sel elektrolisis. Sel elektrolisis terdiri dari larutan yang dapat
menghantarkan listrik yang disebut elektrolit, dan sepasang elektroda yang
dicelupkan dalam elektrolit (larutan atau leburan). Pada sel elektrolisis, reaksi
kimia akan terjadi jika arus listrik dialirkan melalui larutan elektrolit, yaitu
energi listrik (arus listrik) diubah menjadi energi kimia (reaksi redoks).
Reaksi-reaksi elektrolisis bergantung pada potensial elektroda, konsentrasi,
dan over potensial dari spesi yang terdapat dalam sel elektrolisis.
    

Elektrolisis mempunyai banyak keguanaan di antaranya yaitu dapat


memperoleh unsur-unsur logam, halogen, gas hidrogen dan gas oksigen,
kemudian dapat menghitung konsentrasi ion logam dalam suatu larutan,
digunakan dalam pemurnian suatu logam, serta salah satu proses elektrolisis
yang popular adalah penyepuhan, yaitu melapisi permukaan suatu logam
dengan logam lain. Sel elektrolisis memiliki 3 ciri utama, yaitu :
• Ada larutan elektrolit yang mengandung ion bebas. Ion – ion ini dapat
memberikan atau menerima elektron sehingga elektron dapat mengalir
melalui larutan.
• Ada 2 elektroda dalam sel elektrolisis.
• Ada sumber arus listrik dari luar, seperti baterai yang mengalirkan arus
listrik searah (DC ).
Dastor

Elektrolisis adalah suatu proses dimana reaksi kimia terjadi pada elektroda yang
tercelup dalam elektrolit. Ketika tegangan diberikan terhadap elektroda itu.
Elektroda yang menerima elektron dari sumber arus listrik luar disebut
Katoda, sedangkan elektroda yang mengalirkan elektron kembali ke sumber
arus listrik luar disebut Anoda. Katoda adalah tempat terjadinya reaksi
reduksi dan anoda adalah tempat terjadinya reaksi oksidasi. Katoda
merupakan elektroda negatif karena menangkap elektron sedangkan anoda
merupakan elektroda positif karena melepas elektron. Reaksi yang terjadi
pada katoda dan anoda pada sel elektrolisis sama seperti pada sel volta, yaitu
di katoda adalah tempat terjadinya reaksi reduksi dan di anoda adalah tempat
terjadinya reaksi oksidasi. Akan tetapi, muatan elektronnya berbeda. Pada sel
volta katoda bermuatan positif dan anoda bermuatan negatif, sedangkan pada
sel elektrolisis katoda bermuatan negatif dan anoda bermuatan positif.
Elektroda seperti platina yang hanya mentransfer elektron dari larutan, disebut
elektron inert. Elektroda reaktif adalah elektroda yang secara kimia memasuki
reaksi elektroda selama elektrolisis, terjadilah
reduksi pada katoda dan oksidasi pada anoda. (Dogra, 1998)

Elektrolisis adalah peristiwa penguraian suatu elektrolit oleh suatu arus listrik. Jika
dalam sel volta energi kimia diubah menjadi energi listrik, maka dalam sel
elektrolisis yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu energy listrik diubah menjadi
energi kimia. Dengan mengalirkan arus listrik ke dalam suatu larutan atau leburan
elektrolit, akan diperoleh reaksi redoks yang terjadi dalam sel elektrolisis. Faktor
yang menentukan reaksi kimia elektrolisis antara lain konsentrasi (keaktifan)
elektrolit yang berbeda, ada yang bersifat inert (tak aktif) dan elektroda tak inert.
(Anshory, 1984)

Dalam elektrolisis, sumber aliran listrik digunakan untuk mendesak elektron agar
mengalir dalam arah yang berlawanan dengan aliran spontan. Hubungan antara
jumlah energi listrik yang dikonsumsi dan perubahan kimia yang dihasilkan dalam
elektrolisis merupakan salah satu persoalan penting yang dicarikan jawabannya
oleh Michael Faraday. Hukum Faraday pertama tentang elektrolisis, menyatakan
bahwa “Jumlah perubahan kimia yang dihasilkan sebanding dengan besarnya
muatan listrik yang melewati suatu elektrolisis”. Huku kedua tentang elektrolisis
menyatakan bahwa, “Sejumlah tertentu arus listrik menghasilkan jumlah ekivalen
yang sama dari benda apa saja dalam suatu elektrolisis”. (Petrucci, 1985)

Logam--------foto
Elektrogravimetri adalah suatu metode yang menggunakan arus listrik
(secara elektrolisis) untuk mengendapkan analit pada sebuah elektroda.
Proses elektrolisis yang dilakukan menggunakan dua buah elektroda
(anoda dan katoda). Salah satu dari elektroda tersebut berfungsi sebagai
elektroda kerja yang fungsinya bergantung pada reaksi pengendapan yang
terjadi. Jika reaksi pengendapan yang terjadi adalah reaksi reduksi maka
elektroda kerja berfungsi sebagai katoda. Sedangkan jika reaksi yang
terjadi adalah reaksi oksidasi maka elektroda berfungsi sebagai anoda.
(vogel----)

Beberapa istilah yang dipakai dalam analisis elektrogravimetri yaitu : sel volta
(galvani) dan elektolisis. suatu sel terdiri dari dua elektroda dan satu atau lebih
larutan dalam tempat yang sesuai. Jika suatu sel dapat mengalirkan energi listrik
kepada suatu sistem luar (eksternal), maka disebut sel volta (galvani). Energi
kimia diubah menjadi energi listrik, tetapi sebagian dari energi tersebut terbuang
sebagai kalor (panas). Jika energi listrik diberikan dari suatu sumber luar, sel
yang mengalir disebut elektrolisis.
Elektrogravimetri digunakan pada pada analisa kuantitatif, pemisahan,
prekonsentrasi, elektrosintesis, dan pemurnian logam. (underwood)
pembahasan

percobaan ini memiliki tujuan yaitu menguasai teknik destruksi logam


campuran serta menguasai teknik analisis elektrogravimetri dengan
mengelektolisis ion Zn dan Cu yang terkandung dalam suatu logam
campuran sehingga dapat ditentukan kadar dari ion tersebut.
Prinsip kerja dari teknik elektrogravimetri sendiri adalah; mengendapkan
analit di permukaan elektroda, dengan cara mencelupkan dua elektroda
kedalam larutan garam atau larutan cuplikan dan dialiri dengan arus DC
(searah) dari luar sehingga terjadi perbedaan potensial, dimana kation
akan tertarik kekutub negative (katoda) yaitu reaksi pengikatan electron
(reduksi) serta anion akan tertarik kekutub positif (anoda) yaitu reaksi
pelepasan electron (oksidasi). Jumlah endapan yang terjadi dapat
diketahui dari selisih bobot katoda sebelum proses pengendapan dan
setelah pengendapan. Secara ideal endapan harus melekat kuat pada
elektrode, rapat dan halus sehingga apabila dicuci, dikeringkan dan ditimbang
tidak 
menyebabkan kehilangan berat. Endapan yang terbentuk haruslah berbutir halus,
seragam dan nampak seperi logam. Apabila endapan berbentuk sponge, serbuk dan
gumpalan yang tidak melekat baik apda elektrode maka mempunyai kemurnian yang
kurang. Faktor utama yang mempengaruhi sifat fisis endapan adalah rapat arus,
temperatur, ada tidaknya zat pengompleks. Besarnya rapat arus yang baik sehingga
diperoleh endapan yang sempurna adalah < 0,1 A/cm2

Pada percobaan ini, dilakukan pengamatan elektrolisis terhadap larutan cuplikan


yang mengandung ion Zn2+ dan Cu2+ dengan menggunakan elektroda Pt yang
bertujuan untuk mengetahui peristiwa terjadinya reaksi kimia oleh arus listrik.
Pada umumnya digunakan elektrode Pt, karena dengan menggunakan elektroda ini
terdapat beberapa keuntugan yaitu; logam Pt bersifat inert,
dapat dipijarkan untuk menghilangkan lemak, bahan organik atau gas tanpa
merusak logam Pt. selain itu, logam Pt juga memiliki kecenderungan untuk
menaikkan sistem dalam mengambil dan melepaskan electron, dimana logam
tersebut tidak ikut secara nyata dalam reaksi redoks. Untuk logam-logam seperti
Zn tidak dapat diendapkan secara langsung ketika menggunakan elektrode Pt,
sehingga elektrode Pt akan dilapisi dulu dengan logam tembaga
Pada percobaan pertama, dilakukan elektrolisis larutan cuplikan menngandung ion
Zn dan Cu dengan elektroda Pt. Katoda ini tidak mungkin ikut bereaksi selama
elektrolisis karena logam tidak ada kecenderungan menyerap elektron membentuk
ion negatif. Tetapi, anoda mungkin saja ikut bereaksi, melepas elektron dan
mengalami oksidasi, kecuali logam inert yang tidak bereaksi. Larutan ini di
elektrolisiskan pada potensial sebesar 2,7 V selama 30 menit.
Dalam reaksi, katoda bergantung pada jenis kation. Dalam hal ini, kationnya adalah
Zn2+, sehingga reaksi katoda adalah: Zn2+ (aq) + 2e → Zn(s). Pada reaksi anoda akan
bergantung pada jenis anoda dan anion. Dalam hal ini, anodanya bukan termasuk
logam inert. Maka reaksi pada anoda adalah Fe(s) → Fe2+(aq) + 2e. Jadi, dalam sel
elektrolisis tersebut Zn akan bertambah, sedangkan Fe akan berkurang. Namun,
dalam percobaan yang telah dilakukan, massa Zn maupun massa Fe keduanya
bertambah.

Pada percobaan ini yang dianalisis adalah ion Cu2+


yang diendapkan pada elektroda menurut reaksi :
Cu2+ + 2e- -- Cu.
Elektron yang terlibat pada reaksi
tersebut berasal dari arus listrik. Arus listrik diberikan sampai seluruh
ion Cu2+ yang terdapat dalam larutan mengendap secara kuantitatif
sebagai logam tembaga pada elektroda kerja. Selisih berat elektroda
kerja yang konstan sebelum dan setelah proses elektrolisis adalah berat
tembaga yang terdapat dalam sampel. Potensial elektroda kerja selama
proses elektrolisis harus dijaga pada nilai tertentu untuk  mencegah
senyawa elektroaktif lain dalam larutan ikut mengendap pada elektroda
kerja.
Dapus

Anshory, Irfan. 1984. Kimia. Ganesha Exact: Bandung.


Bassett,J. 1994. Buku Ajaran Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi Keempat
Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid 1 dan 2,


Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Dogra. 1998. Kimia Fisika. Universitas Indonesia: Jakarta.
Khopkar. S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2. Erlangga:
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai