Anda di halaman 1dari 8

PENDEKATAN DEDUKTIF

Pendekatan deduktif berdasar pada penalaran deduktif. Pendekatan deduktif


merupakan cara berpikir menarik kesimpulan dari hal yang umum menjadi hal yang khusus.
Berikut beberapa pengertian pendekatan deduktif yang disampaikan oleh para ahli.
Menurut Setyosari (2010:7) menyatakan bahwa “Berpikir deduktif merupakan proses
berfikir yang didasarkan pada pernyataan-pernyataan yang bersifat umum ke hal-hal yang
bersifat khusus dengan menggunakan logika tertentu.
Hal serupa dijelaskan oleh Sagala (2010:76) yang menyatakan bahwa: Pendekatan
deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaaan umum kekeadaan yang khusus
sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum
diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum itu keadaan
khusus.
Sedangkan menurut Yamin (2008:89) menyatakan bahwa “Pendekatan deduktif
merupakan pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran, kemudian dijelaskan
dalam bentuk penerapannya atau contoh-contohnya dalam situasi tertentu.
Dalam pendekatan deduktif menjelaskan hal yang berbentuk teoritis kebentuk realitas
atau menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus. Disini guru
menjelaskan teori-teori yang telah ditemukan para ahli, kemudian menjabarkan kenyataan
yang terjadi atau mengambil contoh-contoh.
Menurut Sagala (2006, hlm. 76) langkah-langkah pembelajaran pendekatan deduktif
ada 4 (empat).
1. Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan deduktif.
2. Menyajikan aturan, prinsip yang bersifat umum lengkap dengan definisi dan buktinya.
3. Disajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyususn hubungan antara keadaan
khusus itu dengan aturan, prinsip umum.
4. Disajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan khusus
itu merupakan gambaran dari keadaan umum.

Ciri-ciri pembelajaran deduktif adalah sebagai berikut :

1. Berorientasi pada siswa


2. Berstruktur tinggi
3. Penggunaan waktu yang lebih efisien

1
4. Kurang memberi kesempatan untuk belajar sewaktu-waktu

Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir yang


disebut silogisme. Ini terdiri dari dua macam pernyataan yang benar dan sebuah kesimpulan
atau biasanya disebut sebagai konklusi. Kedua pernyataan pendukung silogisme disebut
sebagai premis (hipotesis) yang dibedakan menjadi premis mayor dan premis minor.
Kesimpulan diperoleh sebagai hasil penalaran deduktif, berdasar macam premis itu.

Contoh :
“ Jika dua pasang sudut dari dua segitiga sama besar, maka pasangan sudutnya yang ketiga
sama pula.”
Silogisme yang berhubungan dengan pernyataan itu adalah:
Premis mayor : Jumlah ketiga sudut segitiga adalah 180°.
Premis minor : Dua pasang sudut dua segitiga sama besar.
Kesimpulan : Pasangan sudut ketiga dua segitiga itu sama.

Mengajar konsep dengan pendekatan deduktif dimulai dengan mengemukakan


definisinya dan disusul dengan contoh-contoh yang dapat diberikan oleh guru atau dicari oleh
murid. Pendekatan deduktif ini merupakan kebalikan dari mengajar dengan pendekatan
induktif. Pada pendekatan induktif, contoh-contoh diberikan terlebih dahulu oleh guru dan
kemudian dirumuskan definisinya. Seringkali definisi ini dapat ditemukan oleh murid.
Berikut ini diberikan beberapa contoh pemakaian pendekatan deduktif.

Contoh 1:
Faktor persekutuan terbesar (FPB).

“ Faktor persekutuan terbesar(FPB) dari beberapa bilangan adalah sebuah bilangan asli paling
besar yang merupakan fakor persekutuan dari semua bilangan itu.”

Cara menentukan FPB dari dua bilangan 24 dan 36 adalah sebagai berikut.
Himpunan faktor dari 24 adalah : {1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24} = A
Himpunan faktor dari 36 adalah : {1, 2, 3, 4, 6, 9, 12, 18, 36} = B

Himpunan faktor persekutuan dari 24 dan 36 adalah himpunan irisan A dan B.

A ∩ B = {1, 2, 3, 4, 6, 12}

2
Anggota paling besar dari A ∩ B adalah 12 merupakan kelipatan persekutuan yang terbesar
dari 24 dan 36. Jadi, FPB dari 24 dan 36 adalah 12.

Keterangan :

Pada contoh mencari FPB di atas terjadi silogisme:


Premis mayor : defenisi FPB.
Premis minor : (diketahui dua bilangan) 24 dan 36.
Kesimpulan : FPB dari 24 dan 36 adalah 12.

Untuk membuktikan dalil dan menentukan jawaban soal yang menggunakan


pendekatan deduktif pola berpikrnya sama, yaitu menentukan dulu aturan untuk
memberlakukan keadaan khusus hingga didapat kesimpulan.

Contoh 2 :
“ Sisi miring dan sebuah sisi siku-siku segitiga siku-siku adalah 13 cm dan 5 cm.
Berapakah panjang sisi siku-siku yang lain?”

Langkah awal, kita harus dapat menentukan premis mayornya. Ini tidak tersirat dalam soal
tetapi tersirat untuk memahami teorema phytagoras. Teorema ini merupakan premis mayor.
Premis mayor : Dalam segitiga siku-siku, kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi
siku-sikunya.
Premis minor : Dalam sebuh segitiga siku-siku, sisi miringnya 13 cm dan sebuah sisi siku-
sikunya 5 cm.
Kesimpulan : Panjang sisi siku-siku yang kedua segitiga itu 12 cm.

Keterangan :
Jika segitiga itu adalah ∆ ABC yang siku-sikunya di A, maka silogisme itu menjadi:
Premis mayor : a² = b² + c²
Premis minor : a = 13 cm dan b = 5 cm
Kesimpulan : c = ± 12 cm

Memperoleh kesimpulan melalui perhitungan:


a² = b² + c
13² = 5² + c²
c² = 169 – 25
c² = 144

3
c = 12

Jadi, kesimpulannya adalah c = 12.

Pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan deduktif


dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui kekuatan
argumen logika. Sehingga dapat diurutkan proses pembelajarannya dengan memulai
menyampaikan definisi terlebih dahulu, kemudian memberi contoh, dan beberapa tugas
mirip. Contoh pembelajaran menggunakan pendekatan deduktif pada materi logika
matematika. Yaitu penarikan kesimpulan dengan modus ponens, modus tollens.

 Modus Ponens
Premis 1 : Jika seorang anak rajin belajar, maka iya lulus ujian
Premis 2 : Jojo adalah anak yang rajin belajar
Konklusi : Jojo lulus ujian

Premis 1 : Jika air laut surut setela gempa, maka tsunami datang
Premis 2 : Tsunami datang
Konklusi : Air laut surut setelah gempa datang

Premis 1 : Jika ABCD adalah suatu persegi, maka diagonalnya berpotongan tegak lurus
Premis 2 : Diagonal ABCD berpotongan tegak lurus
Konklusi : ABCD adalah persegi

 Modus Tollens
Premis 1 : Jika hari minggu, maka Budi bertamasya
Premis 2 : Budi tidak bertamasya
Konklusi : Bukan Hari minggu

Premis 1 : Jika 5 lebih kecil dari 4, maka 5 adalah bilangan prima


Premis 2 : 5 tidak lebih kecil dari 4
Konklusi : 5 adalah bukan bilangan prima

Premis 1 : Jika minuman keras, maka minuman itu terlarang


Premis 2 : Minuman itu tidak haram
4
Konklusi : Minuman itu bukan minuman keras

Contoh penggunaan pendekatan deduktif pada pembelajaran matematika dalam menentukan


luas permukaan :
Sebuah kerucut berdiameter 12 cm. Jika tingginya 8 cm dan  = 3,14. Hitunglah luas
permukaan kerucut !

Penyelesaian :
Premis mayor          :  Luas permukaan kerucut = Luas selimut kerucut + Luas alas kerucut.
Premis minor          :  Kerucut dengan diameter 12 cm dan tinggi 8 cm.
Kesimpulan            :  Luas permukaan kerucut 301,44 cm2

Keterangan             :
Premis mayor          :  L = rs + r2 = r(s + r)
Premis minor          :  d = 12 cm dan t = 8 cm.
Kesimpulan            :  L permukaan kerucut =  301,44 cm2

Kesimpulan dapat diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut :


d = 12 cm berarti r = 6 cm
t = 8 cm
s == =   = 10 cm
L       =  r(s + r)     = 3,14. 6 cm ( 6 cm + 10 cm )
                                       = 3,14. 6 cm. 16 cm
                                       = 301,44 cm2
Jadi kesimpulannya adalah luas permukaan kerucut 301,44 cm2.

 
Contoh penggunaan pendekatan deduktif pada pembelajaran matematika dalam menentukan
volume kerucut dengan pendekatan deduktif :

Volume kerucut      =  x Luas alas x tinggi kerucut


                               =  xr2 x t

Sebuah kerucut berdiameter 14 cm. Jika tingginya 8 cm dan  = . Hitunglah volume kerucut!

Penyelesaian :

5
Premis mayor          :  Volume  kerucut =  x Luas alas x tinggi kerucut
Premis minor          :  Kerucut dengan diameter 14 cm dan tinggi 8 cm.
Kesimpulan            :  Volume kerucut 410,67 cm3
Keterangan             :
Premis mayor          :   xr2 x t
Premis minor          :  d = 14 cm dan t = 8 cm.
Kesimpulan            :  Volume  kerucut = 410,67 cm3

Kesimpulan dapat diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut :


d = 14 cm berarti r = 7 cm
t = 8 cm
Volume Kerucut     =  x  (7 cm)2  x 8 cm
=  x   49 cm2  x 8 cm
                                       =   410,67 cm3
Jadi kesimpulannya adalah volume kerucut 410,67 cm3.

Berikut ini adalah contoh pembahasan FPB yang menggunakan kombinasi


pendekatan induktif dan deduktif.

Contoh :

“ Faktor persekutuan terbesar (FPB) dari beberapa bilangan adalh bilangan asli paling besar
yang merupakan faktor persekutuan dari semua bilangan itu.”

Misalnya: 12 adalah bilangan asli paling besar yang merupakan faktor persekutuan dari 24
dan 36.

Contoh itu akan lebih jelas bila dibuat himpunan faktor dari 24 dan 36.

Himpunan faktor dari 24 adalah :{1, 2, 3, 4, 6, 12, 24} = A

Himpunan faktor dari 36 adalah : {1, 2, 3, 4, 6, 18, 36} = B

Himpunan faktor persekutuan dari 24 dan 36 adalah himpunan yang merupakan irisan dari A
dan B.

6
A ∩ B = {1, 2, 3, 4, 6, 12}

Anggota paling besar dari A ∩ B adalah 12 merupakan kelipatan persekutuan yang terbesar
dari 24 dan 36. Jadi, FPB dari 24 dan 36 adalah 12.

Untuk mencari FPB dari 3 bilangan 72, 126, 180, kita gunakan faktorisasi prima
sebagai berikut.
72 = 2x2x2x3x3
126 = 2x3x3x7
180 = 2x2x3x3x5

FPB dari 72, 126, 180, adalah 2 x 3 x 3 = 18. Dua contoh lagi untuk mencari FPB
akan dilakukan dengan cara seperti dalam daftar dibawah.

Cara mencari FPB Contoh 1: carilah FPB Contoh 2 : carilah FPB


dari 84 dan 220 dari 180, 240, dan 300

Tiap bilangan difaktorisasi 84 = 2².3¹.7¹ 180 = 2².3².5¹


prima berpangkat
220 = 2².5¹,11¹ 240 = 2³.3¹.5¹

300 = 2².3¹.5¹

Pilih bilangan berpangkat 2² 2².3¹.5¹


paling kecil dari tiap faktor
persekutuan

Carilah hasil kali dari bilangan 2² = 4 4.3.5 = 60


berpangkat hasil pilihan

Hasil kalinya adalah FPB FPB dari 84 dan 220 FPB dari 180, 240, dan 300
adalah 4 adalah 60.

Perhatikan bahwa untuk mencari FPB kita hanya mengambil faktor-faktor primanya saja.

Dari contoh-contoh diatas kita simpulkan :

7
FPB dari beberapa bilangan adalah sama hasilnya dengan hasil semua faktor prima
persekutuannya yang berpangkat paling kecil.

Keterangan :

Pada pembahasan itu, mula-mula digunakan pendekatan deduktif yang dilanjutkan


dengan pendekatan induktif. Dengan demikian definisi (pernyataan) FPB yang mula-mula
merupakan premis mayor pada pendekatan dedukif. Pernyataan itu lagi yang kedua kalinya,
walaupun berbeda kalimatnya merupakan kesimpulan dari pendekatan induktif.

Dalam pelaksanaanya, mengajar dengan pendekatan induktif akan lebih banyak


memerlukan waktu daripada mengajar dengan pendekatan deduktif. Tetapi bagi kelas rendah
atau kelas lemah, pendekatan induktif akan lebih lemah, pendekatan induktif akan lebih
memudahkan murid menangkap konsep yang diajarkan. Di samping itu, harus diperhaikan
bahwa kelas yang kuat akan merasakan pengajaran dengan pendekatan induktif bertele-tele.
Kelas ini lebih cocok diberi pelajaran dengan pendekatan deduktif.

Kelebihan dan kekurangan pendekatan deduktif antara lain sebagai berikut:


 Kelebihan
1. Pelajaran yang diberikan guru berjlan efisien, karena waktu yang diperlukan singkat
dan relatif tidak ada waktu yang terbuang.
2. Kombinasi penektan deduktif dan induktif akan mengurangi kelemahan pendekatan
induktif seperti telah di kemukakan.
 Kekurangan
1. Umumnya para siswa mengalami kesulitan dalam memahami suatu rumus yang
abstrak, bila kita tidak memberikan contoh-contoh konkrit.
2. Karena dedukif ketat dikhawatirkan lebih mementingkan ingatan daripada
pengertian, misalnya, seorang siswa yang lupa rumus tidak akan mengontruksikan
kembali rumus tersebut.
3. Jika siswa hanya menuruti pola pengajran yang disajikan oleh gurunya, maka ia
menjadi pasif, dan ini tidak sesuai dengan pengembangan berfikir siswa.

Anda mungkin juga menyukai