Anda di halaman 1dari 8

PROSES NATURALISASI BAGI WARGA NEGARA ASING

YANG BERDOMISILI DI INDONESIA

Sugeng Praptono

Abstract
The citizinship is an important study in the Constitusional Law field. Its has relation with the existance
of the state dan in othe side has an objectively consequence in the human rights and the duty from a
person who become an citizen of the state. The consequences are both in the private law and the public
law. In Indonesia, the 1945 Constitution had regulated in the article 26 and in the frame of its reform (1999-
2002), the substance amanded for answer the claim of global isseus related with democracy and human
rights problem. The derivative law which operated the new article of constitution has not promulged so it
become some problems in the exercise of the regulation. Today the derivative law has been exist is Law Nr.
62/1958 that mention of the procedure to get citizen status by the naturalitation process.

Keywords: citizenship, naturalitation.

A. Pendahuluan suatu negara di samping unsur wilayah dan


Masalah kewarganegaraan merupakan unsur pemerintah. Suatu negara tidak akan
masalah yang sangat penting jika dikaitkan terbentuk tanpa adanya rakyat walaupun
dengan eksistensi suatu negara. Menurut mempunyai wilayah tertentu dan pemerintahan
Hoogerwerf, sebagaimana dikutip oleh Inu yang berdaulat. Demikian pula rakyat ada yang
Kencana Syafii (1996: 8-9), negara adalah berdiam di wilayah tertentu akan tetapi tidak
suatu kelompok yang terorganisasi, yaitu memiliki pemerintahan sendiri yang berdaulat
kelompok yang mempunyai tujuan-tujuan yang ke dalam dan ke luar, maka negara itupun jelas
sedikit banyak dipertimbangkan, pembagian tidak bakal ada (R.G. Kartasapoetra, 1987:
tugas dan perpaduan kekuatan. Anggota- 211).
anggota kelompok ini para warganegara, Pandangan modern tentang
bermukim di suatu daerah tertentu. Kekuasaan kewarganegaraan telah bergeser dari paham
negara diakui oleh warganegara dan oleh yang semula mengutamakan tempat kelahiran
warganegara lain, dengan kata lain kekuasaan sebagai jati diri seorang warganegara menuju
tertinggi disahkan menjadi wewenang tertinggi. asas keturunan. Perkembangan globalisasi
Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa ekonomi dan hubungan internasional telah pula
ada hubungan yang erat antara negara dengan mengakibatkan kemudahan bagi “arus
warganegara. Dengan kata lain, negara perputaran” antara warganegara suatu negara
sebagai lembaga yang diciptakan manusia menuju negara lain dengan alasan politik,
jelas membutuhkan warganegara. ekonomi, dan sebagainya. Berkaitan dengan
Persoalannya adalah siapakah yang dapat fenomena tersebut, maka jaminan status
mengklaim bahwa seseorang itu merupakan kewarganegaraan sangat diperlukan untuk
warganegara atau bukan dan apakah setiap mengukuhkan eksistensi suatu negara.
orang mempunyai hak untuk disebut sebagai Dalam konteks negara Republik Indone-
warganegara dari suatu negara (B. Hestu Cipto sia, maka masalah kewarganegaraan juga tidak
Handoyo, 2002: 239). lepas dari uraian yang digambarkan di atas.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka R.G. Sejak Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17
Kartasapoetra menegaskan bahwa rakyat Agustus 1945, telah dilakukan upaya untuk
merupakan salah satu unsur terbentuknya mengatasi masalah kewarganegaraan, antara

Yustisia Edisi Nomor 68 Mei - Agustus 2006 Proses Naturalisasi Bagi Warga Negara .... 1
lain dengan pembentukan berbagai peraturan warganegara, rakyat, dan bangsa
perundang-undangan sebagai salah satu cara (Harsono,1992: 1). Namun Usep Ranawijaya
untuk memberikan jaminan kepastian hukum menegaskan bahwa ketiga istilah itu memiliki
tentang legalitas status kewarganegaraan. pengertian yang berbeda. Warganegara adalah
Jaminan tersebut menjadi penting jika dilihat pendukung negara, sedangkan rakyat adalah
bahwa sebagai warisan kebijaksanaan masa masyarakat kaula negara yang mempunyai
kolonial Belanda, komposisi penduduk Indo- persamaan kedudukan sebagai obyek
nesia sudah terbagi antara mereka yang pengaturan dan penataan oleh negara,
tergolong penduduk Indonesia (lazim disebut mempunyai ikatan kesetiakawanan, dan
sebagai “bumiputera”) dan mereka yang kesadaran sebagai kesatuan dalam hubungan
termasuk golongan Eropa dan Timur Asing keorganisasian negara. Secara singkat
lainnya (Soehino, 1993: 5). pengertian rakyat dilawankan dengan
Salah satu aspek dari jaminan legalitas pengertian penguasa (Usep Ranawijaya, 1960:
status kewarganegaraan tersebut adalah 178). Sementara itu, istilah “bangsa” adalah
masalah pewarganegaraan bagi warganegara rakyat yang berkemauan untuk mempunyai
asing di Indoensia. Masalah pewarganegaraan negara atau bernegara (Usep Ranawijaya,
secara hukum merupakan salah satu prosedur 1960:178). Ditambahkan oleh Harsono bahwa
untuk memperoleh kewarganegaraan Indone- istilah warganegara tidak menunjuk kepada
sia sebagaimana diatur di dalam UU No. 62 obyek yang sama dengan istilah penduduk
Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik (Harsono, 1992: 1). Dalam hal ini warganegara
Indonesia. Setelah berjalan sekian lama, Indonesia belum tentu penduduk Indonesia.
ternyata di dalam praktik persoalan Penduduk adalah orang-orang yang bertempat
pewarganegaraan itu menimbulkan sejumlah tinggal secara sah dalam suatu negara
persoalan, antara lain jika dikaitkan dengan berdasarkan peraturan perundang-undangan
Hak Asasi Manusia dan hukum internasional. kependudukan dari negara yang bersangkutan.
Tulisan ini akan mencoba menggambarkan Warganegara Indonesia ada yang penduduk
bagaimana pewarganegaraan itu diberikan Indonesia dan bukan penduduk Indonesia.
pengaturan dan sejauh mana hal itu Sebaliknya, penduduk Indonesia ada yang
menimbulkan persoalan jika dikaitkan dengan warganegara Indonesia dan ada yang orang
hak asasi manusia dan hukum internasional. asing.
Perbedaan antara kelompok warganegara
dengan orang asing terletak pada huungan
B. Pijakan Teoritis yang ada antara negara dengan masing-masing
Istilah warganegara merupakan kelompok tersebut. Hubungan antara negara
terjemahan dari istilah dalam Bahasa Belanda dengan warganegara lebih erat daripada
yaitu staatsburger. Dalam pengertian yang huungan antara negara dengan orang asing
sama, dalam Bahasa Inggris dikenal istilah (Harsono, 1992: 2). Hal ini sejalan dengan
citizen dan pada terjemahan Prancis ada istilah pendapat Muhammad Yamin, bahwa
ciotyen. Dengan uraian yang kritis, Soetandjo pembagian penduduk menjadi warganegara dan
Wignjosoebroto menggambarkan hal tersebut orang aisng sangat penting karena adanya
sebagai pengaruh konsep polis pada masa beberapa hak dan kewajiban yang hanya dapat
Yunani Purba karena kedua terjemahan istilah dimiliki oleh warganegara Indonesia, sedangkan
Inggris dan Prancis itu arti harfiahnya adalah hak dan kewajiban penduduk yang bukan
warganegara (Soetandjo Wignjosoebroto, warganegara adalah dalam beberapa hal
2002: 495-496). terbatas (Muhammad Yamin, 1982: 115).
Dalam bahasa sehari-hari, ada beberapa Dalam hal ini, untuk warganegara dapat
peristilahan yang sering dianggap menunjuk diberikan hak, antara lain:
kepada pengertian yang sama, yaitu

2 Yustisia Edisi Nomor 68 Mei - Agustus 2006 Proses Naturalisasi Bagi Warga Negara ....
Pertama, hak-hak yang mempengaruhi ia berada (Bayu Seto, 1992: 149). Kendati
penentuan jalan yang akan ditempuh oleh demikian, penerapan asas ini ternyata sering
negara, antara lain hak untuk memilih dan tidak mampu untuk diterapkan dalam rangka
dipilih dan hak untuk diangkat dalam jabatan melakukan perlindungan dan penegakkan
terpenting suatu negara. Sementara itu, hukum nasional bagi warganegara yang berada
kepada orang asing tidak diperbolehkan turut di luar wilayah kedaulatan negara, manakala
serta dalam pemilihan umum baik dengan ada peristiwa-peristiwa hukum yang tidak
menggunakan hak pilih atau dengan memungkinkan hukum nasional ikut terlibat di
mencalonkan diri supaya terpilih (actief en dalamnya. Hal ini disebabkan di dalam
passief kiresrecht). lingkungan hukum internasional dikenal adanya
Kedua, perlindungan yang dapat diberikan “prinsip domisili.” Prinsip ini menghendaki agar
oleh suatu negara terhadap warganya antara status hukum mengenai hak dan kewajiban
lain perlindungan diplomatik. Perlindungan seseorang ditentukan oleh hukum di mana ia
diplomatik di luar negeri hanya diberikan kepada berdomisili (B. Hestu Cipto Handoyo, 2002:
warganegara. Pemberian perlindungan ini 241).
dipandang sangat penting sehingga pernah Kemudian, status kewarganegaraan juga
dianggap sebagai salah satu syarat, terutama akan membawa implikasi adanya kepastian
untuk kewarganegaraan. hukum mengenai hak dan kewajiban yang
Ketiga, hak untuk memperoleh pekerjaan berkaitan dengan masalah hubungan antara
dan penghidupan yang layak, termasuk hak anak dan orang tua, pewarisan, perwalian,
untuk mendapatkan pengajaran. maupun pengampuan. Dalam hal ini dapat
Dalam konteks hukum internasional, sta- terjadi karena hukum kewarganegaraan hanya
tus kewarganegaraan menimbulkan hak-hak dibentuk dan diimplementasikan dalam
sebagai berikut: (a) memperoleh perlindungan kaitannya dengan status seseorang bila
diplomatik di luar negeri yang merupakan atribut berhadapan dengan negara (B. Hestu Cipto
nasional; (b) negara dapat dipertanggung- Handoyo, 2002: 241-242). Hal ini disebabkan
jawabkan apabila tidak berhasil mencegah karena soal siapa yang menjadi warganegara
warganegara melakukan kejahatan-kejahatan tiap negara berdaulat untuk menentukannya.
atau tidak berhasil menghukum yang bersalah; Kedaulatan tersebut dibatasi oleh konvensi-
(c) kewajiban setiap negara menerima kembali konvensi internasional, kebiasaan internasional,
dalam wilayah negara terhadap warganegara; dan prinsip-prinsip hukum yang umum secara
(d) nasionalitas membawasertakan kesetiaan diterima dalam bidang kewarganegaraan (Gouw
dan salah satu akibat utama kesetiaan itu Giok Siong, 1958: 5). Hingga kini dunia
adalah menjalankan dinas ketentaraan; (e) internasional belum berhasil mengadakan
negara berwenang untuk menolak persetujuan internasional untuk menyamakan
warganegaranya sendiri; (f) status sebagai peraturan perundang-undangan nasional
musuh dalam waktu perang dapat ditentukan menganai kewarganegaraan. Tidak berhasilnya
oleh nasionalitas seseorang; dan (g) negara- upaya itu dapat menimbulkan kesulitan-
negara dapat menjalankan yurisdiksi atas kesulitan yang disebabkan oleh adanya orang-
dasar nasionalitas (J.G. Starke, 1989: 391). orang yang tanpa kewarganegaraan (apatride)
Beberapa konsekuensi hak atas status dan orang-orang yang rangkap dua atau lebih
kewarganegaraan di atas merupakan kewarganegaraannya (bipatride dan
konsekuensi di bidang hukum publik. Dapat multipatride) (Harsono, 1992: 4).
juga ditambahkan konsekuensi di bidang Dengan mencermati konsekuensi yuridis
hukum perdata internsional di mana ada asas status kewarganegaraan tersebut, maka
nationaliteit principles yang intinya menyatakan dalam pembentukan hukum kewarganegaraan
bahwa status hukum seseorang warganegara tentunya harus memuat ketiga bidang hukum
dalam hak dan kewajiban melekat di manapun di atas. Sebagaimana sudah diuraikan, bahwa

Yustisia Edisi Nomor 68 Mei - Agustus 2006 Proses Naturalisasi Bagi Warga Negara .... 3
untuk memperoleh kewarganegaraan dapat yang disahkan dengan Undang-undang.”
ditempuh melalui berbagai cara, yaitu Selanjutnya ayat (2) menyatakan “syarat-syarat
kelahiran, perkawinan, pengangkatan anak, mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan
naturalisasi, turut serta ayah bunda, Undang-Undang.” Ketentuan semacam ini
penaklukan suatu negara, integrasi, dan memberikan penegasan bahwa untuk orang-
sebagainya (Harsono, 1992: 3). orang bangsa Indonesia asli secara otomatis
Dalam memperoleh kewarganegaraan merupakan warganegara, sedangkan bagi or-
dengan cara kelahiran dikenal adanya 2 (dua) ang bangsa lain untuk menjadi warga negara
asas, yaitu asas keturunan (ius sanguinis) dan Indonesia harus disahkan terlebih dahulu
asas tempat kelahiran (ius soli). Menurut ius dengan undang-undang.
sanguinis, seseorang adalah warganegara jika Dalam sejarah perjalanannya, Pasal 26
dilahirkan dari orang tua warganegara, UUD 1945 telah menimbulkan dua persoalan
sedangkan menurut ius soli, seseorang yang sosilogis di bidang hukum kewarganegaraan
dilahirkan dalam wilayah suatu negara adalah yaitu (a) pemahaman “orang-orang bangsa In-
warganegara dari negara tersebut. Asas ius donesia asli”, yang dalam dataran hukum sulit
sanguinis merupakan asas yang dapat untuk dilacak atau dibuktikan, karena yang
memudahkan bagi adanya solidaritas. Namun disebut “bangsa asli” sering hanya dikaitkan
demikian tidak semua negara menggunakan dengan aspek fisiologis manusia seperti warna
asas tersebut, sebab meskipun suatu negara kulit dan bentuk wajah; dan (b) konsep tersebut
mengaturan kewarganegaraan berdasarkan mengindikasikan adanya 2 (dua) kelompok
persamaan keturunan, namun ikatan antara warganegara, yaitu warganegara kelompok
negara dengan warganegara dapat menjadi pribumi dan non pribumi yang pada akhirnya
tidak erat jika warganegara tersebut tinggal berakibat pula pada pembedaan perlakuaan
lama di negara lain. Sementara itu, asas ius pada warganegara (Samuel Nitisapoetra, 2002:
soli terutama digunakan oleh negara muda 40).
yang masih membutuhkan rakyat yang berasal Kedua persoalan tersebut dalam tingkat
dari pendatang. Di samping itu, ius soli pelaksanaan lebih melanjut melalui peraturan
cenderung digunakan oleh negara imigrasi di perundang-undangan yang lebih rendah
mana banyak orang asing pindah ke negara tingkatannya telah menimbulkan penegakan
itu (Harsono, 1992: 3). hukum kewarganegaraan yang diskriminatif.
Dalam hal cara memperoleh Bagi golongan pertama (pribumi) secara
kewarganegaraan dikenal adanya stelsel aktif otomatis sudah menjadi warganegara Indone-
dan stelsel pasif. Dengan stelsel aktif sia tanpa melalui upaya hukum apapun.
seseorang dapat memperoleh Sementara bagi golongan kedua (nonpribumi)
kewarganegaraan dengan melakukan untuk disebut sebagai warganegara Indonesia
perbuatan hukum tertentu. Sebaliknya, dengan harus melakukan upaya-upaya hukum yang
stelsel pasif seseorang dapat memperoleh tertentu yang memakan waktu, biaya, dan
kewarganegaraan dengan tidak melakukan tenaga yang relatif besar sebagai akibat
perbuatan hukum apapun (Soejono Hadidjojo, birokrasi yang berbelit-belit.
1954: 39). Oleh karena itu, Pasal 26 UUD 1945
tersebut harus diamandemen. Menurut Samuel
Nitisapotera amandemen itu merupakan salah
C. Pewadahan Dalam Hukum satu langkah untuk meluruskan makna dalam
Dalam naskah asli UUD 1945, masalah pikiran yang tertuang pada Pasal 26 UUD
kewarganegaraan diatur di dalam Pasal 26 1945 tentang kata “orang Indonesia asli.”
ayat (1) yang menyatakan bahwa “Yang Pelurusan saat ini menjadi penting karena
menjadi warganegara ialah orang-orang bangsa penafsiran pasal ini telah bergeser ke arah
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain diskriminasi rasial dengan menempatkan yang

4 Yustisia Edisi Nomor 68 Mei - Agustus 2006 Proses Naturalisasi Bagi Warga Negara ....
disebut “orang-orang bangsa lain” sebagai praktis peraturan perundang-undangan yang
bangsa asing yang layak ditempatkan di kelas mengatur lebih lanjut norma konstitusi tersebut
dua. Amandemen ini lebih diarahkan untuk masih mempergunakan UU No. 62 Tahun 1958
menyempurnakan bahasa yang dipakai dalam tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
penulisan pemikiran tentang warganegara.
Kalau dalam UUD 1945 memakai kata “orang Kewarganegaraan Karena Naturalisasi
Indonesia asli”,maka diusulkan dalam Ketentuan UU No. 62 Tahun 1958 pada
amandemen untuk dipakai kalimat dengan prinsipnya mempergunakan asas ius san-
perspektif hukum, yaitu original born citizen, guinis. Namun dalam berbagai hal asas ius
keaslian berdasarkan tempat kelahiran soli juga dipergunakan, yaitu jika: (a) orang lahir
(Samuel Nitisapoetra, 2000: 41). di wilayah Republik Indonesia akan tetapi
Kemudian, dalam kerangka reformasi kedua orang tuanya tidak diketahui (Pasal 1
konstitusi (1999-2002), ketentuan Pasal 26 huruf f); (b) Orang yang diketemukan di wilayah
UUD 1945 tersebut diubah menjadi sebagai Republik Indonesia selama tidak diketahui
berikut: kedua orang tuanya (Pasal 1 huruf g); (c) or-
ang yang lahir di wilayah Republik Indonesia
BAB X jika kedua orang tuanya tidak mempunyai
WARGANEGARA DAN PENDUDUK kewargenagraan atau selama kewarnegaraan
(1) Yang menjadi warganegara ialah orang- kedua orang tuanya tidak diketahui (Pasal 1
orang bangsa Indonesia asli dan orang- huruf h); dan (d) orang yang lahir di dalam
orang bangsa lain yang disahkan dengan wilayah Republik Indonesia yang pada waktu
undang-undang sebagai warganegara. lahirnya tidak mendapatkan kewarganegaraan
(2) Penduduk ialah warganegara Indonesia ayah atau ibunya, dan selama ia tidak
dan orang asing yang bertempat tinggal mendapat kewarganegaraan ayah atau ibunya
di Indonesia. itu (Pasal 1 huruf i).
(3) Hal-hal mengenai warganegara dan Memperhatikan ketentuan-ketentuan
penduduk diatur dengan undang-undang. tersebut, maka nampak sekali bahwa UU No.
Di dalam amandemen Pasal 26 UUD 62 Tahun 1958 juga mempergunakan asas ius
1945 tersebut nuansa diskriminasi dalam soli. Asas semacam ini juga dipergunakan
penentuan status kewarganegaraan masih dengan maksud untuk menghindari terjadinya
nampak jelas. Hal ini karena masih apatride bagi orang-orang yang kebetulan ada
mencantumkan “orang-orang bangsa Indone- di wilayah Republik Indonesia yang status
sia asli.” Konsekuensinya, berari persoalan kewarganegaraannya tidak jelas, terutama bila
kewarganegaraan akan selalu memunculkan ditinjau dari status kewarganegaraan orang
persoalan warganegara pribumi dan tuanya.
warganegara non pribumi. Walaupun dalam Dalam UU No. 62 Tahun 1958 juga
berbagai kesempatan persoalan pribumi dan ditentukan bahwa salah satu cara untuk
nonpribumi sudah semakin ditinggalkan dalam memperoleh kewarganegaraan Republik Indo-
berbagai macam isu sosial, namun khusus nesia adalah dengan jalan pewarganegaraan
untuk memperoleh kewarga-negaraan Indone- (naturalisasi). Kewarganegaraan karena
sia, jelas akan memnimbulkan perlakuan pewargenagaraan diperoleh dengan berlakunya
hukum yang berbeda antara dua “golongan” keputusan Menteri Kehakiman yang
hukum warganegara tersebut. Demikian juga, memberikan pewarganegaraan itu.
kendati Pasal 26 UUD 1945 telah Pewarganegaraan diberikan (atau tidak
diamandemen, namun aturan pelaksanaan diberikan) atas permohonan. Instansi yang
untuk mengimplementasikan ketentuan pasal memberikan pewarganegaraan itu ialah Menteri
tersebut sampai sekarang belum terwujud Kehakiman.
dalam bentuk undang-undang. Akibatnya

Yustisia Edisi Nomor 68 Mei - Agustus 2006 Proses Naturalisasi Bagi Warga Negara .... 5
Untuk mengajukan permohonan pewarga- lancar dan tidak memakan waktu yang lama.
negaraan, pemohon harus mempunyai syarat- Kebijaksanaan tersebut kemudian diubah
syarat sebagai berikut: dengan Keputusan Presiden No. 13 Tahun
(1) Sudah berumur 21 tahun; 1980 tentang Tentang Tata Cara Penyelesaian
(2) Lahir dalam wilayah Republik Indonesia, Permohonan Pewarganegaraan Republik Indo-
atau pada waktu mengajukan permohonan nesia. Untuk melaksankan keputusan presiden
bertempat tinggal dalam daerah itu selama tersebut, maka dikeluarkan Instruksi Menteri
sedikit-dikitnya 5 tahun berturut-turut yang Kehakiman No. M.03-UM.09-03-80 tentang
paling akhir atau sama sekali selama 10 Pelaksanaan Keputusan Presiden No. 13
tahun tidak berturut-turut; Tahun 1980 tentang Tentang Tata Cara
(3) Jika ia seorang laki-laki yang kawin, Penyelesaian Permohonan Pewarganegaraan
medapat persetujuan isteri (isteri- Republik Indonesia. Instruksi tersebut berisi
isterinya); bahwa kepada semua pengadilan negeri,
(4) Cukup dapat berbahasa Indonesia dan semua Kepala Wilayah Direktorat Jenderal
mempunyai sekedar pengetahuan tentang Imigrasi, dan semua Kepala Kantor Direktorat
sejarah Indonesia serta tidak pernah Jenderal Imigrasi di seluruh Indonesia untuk
dihukum karena melakukan suatu melaksanakan Keputusan Presiden No. 13
kejahatan yang merugikan Republik Indo- Tahun 1980 menurut bidangnya masing-masing
nesia; dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung
(5) Dalam keadaan sehat jasmani dan rohani; jawab. Demi kelancaran, kecepatan, dan
pengamanan pelaksanaan keputusan
(6) Membayar pada Kas Negara uang
presiden, dibentuk tim gabungan dari pusat
sejumlah antara Rp 500,- sampai Rp
yang ditugaskan ke daerah tertentu.
10.000,- yang ditentukan besarnya oleh
Keanggotaan tim gabungan terdiri antara lain
Jawatan Pajak tempat tinggalnya
pejabat-pejabat Departemen Kehakiman,
berdasarkan penghasilan-nya tiap bulan
Departemen Dalam Negeri, Kejaksaan,
yang nyata dengan ketentuan tidak
Kepolisian, BAKIN, dan lain-lain.
melebih penghasilan nyata sebulan;
Selain menyederhanakan syarat-syarat
(7) Tidak mempunyai kewarganegaraan atau
dan tata cara permohonan, surat tersebut juga
kehilangan kewarganegaraannya apabila
mengatur tentang peranan pengadilan negeri.
ia memperoleh kewarganegaraan Republik
Ditentukan bahwa sejak 4 bulan diajukan
Indonesia atau menyertakan pernyataan
permohonan tersebut dan telah memperoleh
menanggalkan kewarganegaraan lain
verifikasi kebenarannya, maka Ketua
menurut ketentuan hukum dari negara
Pengadilan Negeri menguji kecakapan
asalnya atau menurut ketentuan hukum
pemohon tentang bahasa Indonesia dan
perjanjian penyelesaian dwi-
pengetahuan sejarah Indonesia. Setelah segala
kewarganegaraan antara Republik Indone-
sesuatunya dilaksanakan sesuai dengan
sia dan negara yang bersangkutan.
prosedur, maka berkas permohonan dikirim ke
Proses pewarganegaraan tersebut
Departemen Kehakiman selambat-lambatnya
kadangkala memakan waktu lama karena tidak
30 hari setelah menerima permohonan dan
adanya peraturan yang mengatur tata cara
dilakukan pemeriksaan kembali semua berkas
jangka waktu penyelesaian permohonan
pemohon. Jika ada kekurangan, maka dapat
pewarganegaraan pada masing-masing
dilengkapi.
instansi yang terkait dengan proses tadi. Untuk
Pemeriksaan berkas di atas untuk
mengatasi persoalan tersebut, dikeluarkan
memenuhi persyaratan politik dan yuridis yang
Surat Menteri Sekretaris Negara tanggal 16
ditentukan. Setelah itu, Departemen
September 1961 No.F/III/2008/B.24/65 tentang
Kehakiman meneliti berkas permohonan yang
penyelesaian permohonan warganegara asing
memenuhi syarat dan diteruskan kepada
untuk menjadi warganegara Indonesia dengan

6 Yustisia Edisi Nomor 68 Mei - Agustus 2006 Proses Naturalisasi Bagi Warga Negara ....
presiden untuk memperoleh keputusan. yang fundamental karena tetap eksekutif yang
Tembusan surat pengantar beserta berkas- menentukan (Gouw Giok Siong, 1983: 97).
berkasnya disampaikan kepada Kepala Di dalam Rancangan Undang-Undang
BAKIN. Selanjutnya, Kepala BAKIN meneliti Kewarganegaraan yang kelak menggantikan
dan menilai permohonan itu lalu UU No. 62 Tahun 1958 tersebut, ditentukan
menyampaikan pertimbangan kepada bahwa dikabulkan atau ditolaknya
presiden. Penyelesaian tahap ini dalam waktu pewarganegaraan menjadi hak prerogatif
14 hari sejak diterimanya berkas permohonan. presiden sebagai kepala negara.
Presiden memberikan keputusan dengan Konsekuensinya, maka terhadap penolakan
mempertimbangkan bahan-bahan dari BAKIN. dan pengabulan tersebut tidak dapat diajukan
Jika permohonan ditolak, Departemen gugatan kepada Pengadilan Tata Usaha
Kehakiman memberitahukan penolakan Negara. Dalam ilmu hukum tata negara,
kepada pemohon dengan memberikan kedudukan presiden sebagai kepala negara
tembusan kepada Kepal BAKIN, Ketua memang tidak dapat diganggu gugat. Sebagai
Pengadilan Negeri, dan Bupati/Kepala Daerah kepala negara, presiden adalah lambang negara
yang bersangkutan. yang dalam konteks sistem ketatanegaraan
Petikan Keputusan Presiden selambat- ia tidak mempunyai tanggung jawab
lambatnya 7 hari setelah keluarnya Keputusan konstitusional apapun, kecuali dalam bidang-
Presiden tentang pengabulan pewargane- bidang yang bersifat seremonial. Dalam
garaan oleh Sekretariat Negara harus sudah keduduka yang demikian itu, memang
disampaikan kepada pengadilan negeri keputusan presiden tidak dapat dijadikan
setempat. Salinan Keputusan Presiden sebagai obyek gugatan ke Pengadilan Tata
disampaikan kepada Menteri Kehakiman, yang Usaha Negara.
selanjutnya bersama-sama dengan tembusan Dalam rangka proses pewarganegaraan,
surat pengantar menyampaikan keputusan maka presiden seharusnya diletakkan dalam
tersebut kepada pemohon. Dengan kedudukan sebagai kepala pemerintahan. Hal
dikabulkannya permohonan pewarganegaraan ini disebabkan status kewarganegaraan bagi
tersebut, maka pengadilan negeri melakukan seseorang mengandung konsekuensi yuridis
pengambilan sumpah atau janji setia pemohon dalam hak dan kewajiban. Hal ini berarti
terhadap negara Republik Indonesia dan diikuti keputusan tentang penolakan atau pengabulan
dengan pembuatan berita acara. Berita acara pewarganegaraan seharusnya mengandung
tersebut bagian yang asli diberikan kepada dimensi hukum dan bisa digugat. Oleh karena
pemohon, sementara tembusan dibuat rangkap itulah, jika pengabulan atau penolakan
3 untuk disampaikan kepada Departemen permohonan pewarganegaraan tersebut tidak
Kehakiman, Sekretariat Negara, dan dapat diajukan gugatan ke PTUN, maka hal
Pengadilan Negeri yang bersangkutan. ini jelas melanggar prinsip-prinsip kepastian
Dari proses tersebut nampak bagaimana hukum dan keadilan.
usaha pemerintah untuk mempercepat proses
pewarganegaraan dengan memberikan batas D. Penutup
waktu tiap tahap penyelesaian yang tidak Keseluruhan uraian di muka menunjukkan
pernah terjadi sebelumnya. Selain bahwa kewarganegaraan merupakan persoalan
mempercepat proses, nampak bahwa titik yang penting dalam pembahasan hukum tata
berat pertimbangan beralih kepada BAKIN, negara. Di samping merupakan masalah
yang menunjukkan bahwa pewargane-garaan konstitusional, persoalan kewarganegaraan
tidak sekadar berdimensi hukum, tetapi juga merupakan masalah sosial dan politik yang
menyangkut masalah keamanan (B.P. Paulus, menyangkut eksistensi negara serta
1983: 215-216). Menurut Gouw Giok Siong, perwujudan hubungan antara negara dengan
proses tersebut tidak mengalami perubahan warganegaranya.

Yustisia Edisi Nomor 68 Mei - Agustus 2006 Proses Naturalisasi Bagi Warga Negara .... 7
Di sisi lain, status kewarganegaraan annya, sering menimbulkan persoalan karena
menimbulkan konsekuensi hukum berupa hak memakan waktu, biaya, dan prosedur birokrasi
dan kewajiban bagi penghidupan seseorang, yang berbelit-belit. Untuk mengatasi hal
teristimewa dalam berinteraksi dengan negara. tersebut maka dikeluarkan Keputusan Presiden
Untuk memberikan jaminan kepastian hukum, No. 13 Tahun 1980 Tentang Tata Cara
maka selain diatur di dalam Pasal 26 UUD 1945 Penyelesaian Permohonan Pewarganegaraan
dan peraturan perundang-undangan sebagai Republik Indonesia.
peraturan pelaksananya, yaitu UU No. 62 Satu perkembangan baru dalam bidang
Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik hukum tata negara yang menyangkut
Indonesia, maka pemerintah berusaha kewarganegaraan tersebut adalah agar hukum
memberikan pengaturan tentang bagaimana kewarganegaraan sejauh mungkin mengadopsi
caranya memperoleh kewarganegaraan. semangat anti diskriminasi dan memberikan
Menurut hukum positif, salah satu cara jaminan keadilan bagi setiap orang yang
memperoleh kewarganegaraan tersebut adalah berkehendak untuk menjadi warganegara In-
dengan pewarganegaraan. Dalam pelaksana- donesia.

E. DAFTAR PUSTAKA

B. Hestu Cipto Handoyo. 2002. Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan, dan Hak Asasi Manusia. Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya.
B.P. Paulus. 1976. Kewarganegaraan RI Ditinjau dari UUD 1945. Jakarta: Pradnya Paramita.
C.S.T. Kansil. 1996. Hukum Kewarganegaraan Republik Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Gouw Giok Siong. 1958. Warganegara dan Orang Asing. Jakarta: Keng Po.
Harsono. 1992.Hukum Tata Negara Perkembangan Pegaturan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Liberty.
Muhammad Yamin.1982. Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Padmo Wahyono.1984. Masalah Ketatanegaraan Indoensia Dewasa Ini. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Samuel Nitisapoetra. 2000. Diskriminasi Warganegara dan Hak Asasi Manusia. Jakarta: Komnas HAM.
Soejono Hadidjojo.1954. Kewarganegaraan Indonesia. Jogjakarta: Jajasan B.P. Gadjah Mada.
Soehino. 1993. Hukum Tata Negara Sejarah Ketatanegaraan Indonesia Yogyakarta: Liberty.
Usep Ranawidjaja. 1960. Hukum Tata Negara Indonesia Dasar-dasarnya. Bandung: Ghalia Indonesia.
Berbagai peraturan perundang-undangan di bidang kewarganegaraan.

8 Yustisia Edisi Nomor 68 Mei - Agustus 2006 Proses Naturalisasi Bagi Warga Negara ....

Anda mungkin juga menyukai