Anda di halaman 1dari 5

GAGASAN PROYEK PERUBAHAN

KECAMATAN TLOGOSARI

1. LATAR BELAKANG (BURNING PLATFORM)


Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia masih belum
memuaskan,terbukti dari masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) . Kematian
dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas masih merupakan masalah besar
negara berkembang termasuk Indonesia. Di Negara-negara miskin, sekitar 25 –
50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan
dengan kehamilan, persalinan dan nifas.
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator kritis dari status kesehatan para
perempuan. Keadaan tersebut tidak saja berdampak pada kehilangan suatu
kehidupan bagi seorang ibu , tetapi juga berdampak pada status kesehatan dan
usia hidup dari anggota keluarga yang ditinggalkannya. Angka kematian ibu di
Indonesia telah menurun dari sekitar 450 (tahun 1986) manjadi 307 per 100.000
kelahiran hidup di tahun 2002 (Profil Kesehatan Indonesia, 2002), namun
demikian penurunannya terlalu lambat untuk mencapai target nasional Indonesia
Sehat yaitu 150 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2010.
Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu
meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015
adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu.
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya angka kesakitan
dan kematian ibu adalah faktor pelayanan yang sangat dipengaruhi oleh
kemampuan dan keterampilan tenaga kesehatan sebagai penolong pertama pada
persalinan tersebut, karena sebagian besar persalinan di Indonesia masih terjadi
di tingkat pelayanan kesehatan primer sehingga upaya kesehatan ibu yang
dilakukan sebelum dan semasa hamil hingga melahirkan penting dilakukan sesuai
standart dan tenaga yang kompeten. Namun sampai saat ini masih banyak
persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi yang masih menggunakan cara – cara
tradisional sehingga banyak merugikan dan membahayakan keselamatan ibu dan
bayi baru lahir. Keberadaaan dukun bayi sebagai orang kepercayaan dalam
menolong persalinan, sosok yang dihormati dan berpengalaman, dan sangat
dibutuhkan keberadaannya oleh masyarakat.
Sejalan dengan hal tersebut diatas dalam Undang – Undang No 36
Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 126 bahwa upaya kesehatan ibu harus
ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi
yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu.
Di Kecamatan Tlogosari pada tahun 2016, jumlah dukun relatif tergolong
masih tinggi yaitu mencapai 47 orang. Tingginya angka persalinan di dukun yang
mencapai 20,6% (117 Persalinan dukun) hal ini tentunya perlu mendapatkan
perhatian lebih mengingat tingginya kejadian kematian pada ibu dan bayi sebesar
7 orang sebagian besar adalah persalinan dukun.
Mengacu pada visi Kecamatan Tlogosari yang merupakan sinergitas dari
Visi Kabupaten Bondowoso “TERWUJUDNYA MASYARAKAT TLOGOSARI
YANG BERIMAN, BERDAYA DAN BERMARTABAT SECARA
BERKELANJUTAN” dengan misi pada point ke 3 yaitu peningkatan kualitas
sumberdaya manusia melalui peningkatan kualitas dan pemerataan pendidikan,
pelatihan ketrampilan, serta peningkatan derajat kesehatan. Sebagai salah satu
leadership tingkat kecamatan, maka kecamatan memiliki peranan besar untuk
dapat menggerakkan roda pemerintahan melalui peningkatan pendidikan
masyarakat, kesadaran masyarakat dan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat melalui kerjasama dengan berbagai lintas sektoral.
Berdasarkan identifikasi masalah yang terdapat di wilayah kecamatan
Tlogosari tentunya diperlukan suatu gagasan baru yang dapat mendukung
peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan,
monitoring secara berkala, serta peningkatan pelayanan terpadu dari berbagai
lintas sektoral yang berada dibawah naungan Kecamatan Tlogosari.

2. NAMA GAGASAN PERUBAHAN


Untuk mengoptimalkan dukungan dari lintas sektor dalam peningkatan
derajat kesehatan masyarakat, maka dirumuskan suatu program “GELONTOR
DESAKU”
GELONTOR DESAKU merupakan kepanjangan dari GErakan LiNtas
SektOR Dalam mEnekan perSAlinan duKUn. Maksud dari program inovatif
GELONTOR DESAKU adalah program kunjungan, pembinaan dan pengawasan
terhadap ibu bersalin yang melahirkan di dukun serta dukun bersalin yang
membantu ibu hamil dalam proses persalinan.

3. TUJUAN PERUBAHAN
a. Jangka Pendek
Dibentuknya suatu wadah atau gerakan di Kecamatan Tlogosari dalam
menekan kematian bayi dan ibu dengan melibatkan kerjasama seluruh lintas
sektor (Kecamatan, Puskesmas, Kepolisian, Koramil, KUA dan Desa), yang
tertuang dalam SURAT KEPUTUSAN KECAMATAN TLOGOSARI dan
MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (Mou) “GELONTOR DESAKU”
b. Jangka Menengah
- Menurunnya angka persalinan yang dilakukan oleh dukun di wilayah
Kecamatan Tlogosari pada Tahun 2017.
- Peningkatan akses layanan bidang kesehatan dan kesadaran masyarakat
untuk melahirkan di fasilitas kesehatan.
- Tersedinya sebagai ambulan desa di masing – masing desa di Wilayah
Kecamatan Tlogosari yang dapat digunakan untuk mendukung
transportasi ibu bersalin.
c. Jangka Panjang
- Meminimalisir dan tidak terjadinya kematian ibu dan bayi di wilayah
Kecamatan Tlogosari.
- Adanya koordinasi dan komitmen yang terpadu dari seluruh lintas sektor
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

4. MANFAAT PERUBAHAN
Adapun manfaat dalam pelaksanaan kegiatan ini, antara lain :
a. Adanya peningkatan pelayanan publik mulai dari tingkat desa, kecamatan, dan
berbagai lintas sektoral dalam pelayanan kesehatan.
b. Adanya sinergitas dari berbagai lintas sektoral dalam mewujudkan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui berbagai program terpadu
di masing – masing lintas sektoral.
c. Terciptanya kegiatan – kegiatan di berbagai lintas sektoral yang mengacu dan
mendukung komitmen bersama.
d. Tercapainya derajat kesehatan masyarakat Tlogosari.

5. RUANG LINGKUP PERUBAHAN


Pelaksanaan kegiatan tersebut secara signifikan akan mempengaruhi
psikologis pada keluarga, masyarakat sekitar dan dukun. Tekanan psikologis
tersebut diharapkan memberikan efek jera pada dukun yang masih melakukan
persalinan, selain itu dalam kegiatan tersebut akan dilakukan pembinaan kepada
ibu bersalin dan keluarga serta masyarakat sekitar tentang persalinan yang aman
di fasilitas kesehatan. Adapun tupoksi dalam pelaksanaan kegiatan tersebut
antara lain :
a. Kecamatan Tlogosari
- Sebagai penangungjawab gerakan perubahan.
- Melakukan koordinasi melalui surat dan komunikasi langsung kepada
lintas sektoral lain dalam penentuan pelaksanaan kegiatan
- Memberikan himbauan kepada seluruh masyarakat untuk melakukan
memanfaatkan pelayanan kesehatan melalui Kepala Desa.
b. Puskesmas Tlogosari
- Memberikan penyuluhan baik kepada ibu bersalin, keluarga, dukun, dan
masyarakat tentang persalinan yang aman.
- Melakukan kemitraan dengan dukun di wilayah kecamatan Tlogosari dan
melakukan konsolidasi dengan pihak kecamatan.
- Melakukan monitoring ibu hamil melalui pelaksanaan posyandu.
c. Kepolisian Sektor Tlogosari
- Menyampaikan aspek hukum baik kepada ibu hamil dan dukun yang
masih melakukan persalinan berdasarkan kitap undang – undang hukum
pidana.
d. Komandan Rayon Militer Tlogosari
- Melakukan teguran kepada dukun yang masih melakukan persalinan.
- Melakukan monitoring terhadap dukun yang tidak bermitra dengan
Puskesmas melalui babinsa.
e. Kantor Urusan Agama Tlogosari
- Memberikan pembinaan dan penyuluhan kepada ibu bersalin, keluarga,
dukun, dan masyarakat tentang persalinan ditinjau dari aspek agama.
f. Pihak Desa di seluruh kecamatan Tlogosari
- Menyampaikan informasi apabila terdapat dukun yang melakukan
persalinan.
- Bersama petugas kesehatan aktif dalam giat posyandu.
- Melakukan monitoring bagi dukun yang tidak bermitra.

Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut diperlukan suatu mekanisme dan


standart operasional waktu yang nantinya dapat dijadikan pedoman pelaksanaan
kegiatan, antara lain :
a. Kecamatan Tlogosari menerima Laporan persalinan dukun di wilayah
Kecamatan Tlogosari baik dari masyarakat, perangkat dan atau kader.
b. Kecamatan Tlogosari melakukan telaah tentang kevalidtan data dan
melakukan klarifikasi nama ibu, tanggal kejadian, tempat kejadian, nama
dukun dan kondisi bayi, maksimal 1x24 jam pasca kejadian.
c. Kecamatan Tlogosari melakukan koordinasi untuk menetapkan jadwal
kunjungan, maksimal 1x24 jam pasca menerima laporan.
d. Kecamatan Tlogosari melakukan komunikasi dan koordinasi dengan lintas
sektoral lainnya, baik melalui surat resmi, telpon dan atau forum Lintas
sektoral Tlogosari maksimal 1x24 jam pasca kejadian.
e. Lintas sektoral terkait bersama – sama melakukan kunjungan, dan pembinaan

6. PERSETUJUAN COACH
Surabaya, 15 Februari 2017
Coach Project Leader

Drs. Anang Triono, MM. Dodik Siregar SE.MM


Widyaiswara Utama NIP. 19760201 200212 1 002

Anda mungkin juga menyukai