Anda di halaman 1dari 23

Mekanisme Kerja Ginjal dan Sistem Kemih

Albatros Wahyubramanto

10-2012-077

A2

Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
e-mail: albatros.wahyu@yahoo.com

Pendahuluan

Manusia hidup tidak hanya dari makanan yang dimakan dan udara yang dihirup saja,tapi
semua tergantung semua organ-organ yang menunjang kehidupan dan salah satunya adalah
ginjal. Ginjal sangat berguna dalam proses filtrasi zat-zat didalam darah, reabsorpsi bahan-bahan
yang dibutuhkan oleh tubuh, dan sekresi hal-hal yang tidak dibutuhkan tubuh. Ginjal sangatlah
penting dalam hal kesehatan tubuh,karena memberikan hal-hal yang berguna dan membuang
yang tidak berguna.Maka dari itu, makalah ini dibuat agar mengetahui mekanisme kerja
ginjal,agar kita menyayangi organ tubuh kita,terutama ginjal.

Skenario

Seorang perempuan usia 50 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sulit menahan kencing
sejak 1 tahun terakhir. Dari anamnesa diketahui pasien tersebut mempunyai 7 orang anak.

1
Struktur makroskopik

Gambar 1. Ginjal dan Nefron (www.ruangilmu.com)

Ginjal merupakan organ pada tubuh manusia yang menjalankan banyak fungsi untuk
homeostasis, yang terutama adalah sebagai organ ekskresi dan pengatur kesetimbangan cairan
dan asam basa dalam tubuh. Terdapat sepasang ginjal pada manusia, masing-masing di sisi kiri
dan kanan (lateral) tulang vertebra dan terletak retroperitoneal (di belakang peritoneum).1

Ginjal

Ginjal merupakan organ yang berbentuk  seperti kacang, terdapat sepasang (masing-
masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal. Ginjal kanan
terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya
hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra
T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub
bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaka)
sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari batas-batas tersebut
dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri.1

2
Tabel 1. Topologi Ginjal kanan dan kiri3

Syntopi ginjal

Ginjal kiri Ginjal kanan

Anterior Dinding dorsal gaster Lobus kanan hati

Pankreas Duodenum pars descendens

Limpa Fleksura hepatica

Vasa lienalis Usus halus

Usus halus

Fleksura lienalis
Posterior Diafragma, m.psoas major, m. quadratus lumborum, m. transversus
abdominis(aponeurosis), n.subcostalis, n.iliohypogastricus,
a.subcostalis, aa.lumbales 1-2(3), iga 12 (ginjal kanan) dan iga 11-12
(ginjal kiri).

Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:

 Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari korpus


renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal dan
tubulus kontortus distalis.
 Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus,
lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).
 Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
 Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah korteks
 Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf atau duktus
memasuki/meninggalkan ginjal.
 Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan calix
minor.

3
 Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.
 Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis.
 Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan antara calix
major dan ureter.
 Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.2

Ada pula pembungkus ginjal, urutan dari luar hingga dalam (rongga tubuh hingga bagian
korteks):
Fascia renalis  Kapsula adiposa  Capsula fibrosa/renalis
1) Capsula fibrosa; meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar ren)
2) Capsula adipose; meliputi capsula fibrosa.
3) Fascia renalis; merupakan kondensasi jaringan ikat yang terletak di luar capsula adiposa
serta meliputi ren dan glandula suprarenalis. Di lateral fascia ini melanjutkan diri sebagai
fascia transversalis.3

Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpus renalis/Malpighi (yaitu
glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, tubulus
kontortus distal yang bermuara pada tubulus pengumpul. Di sekeliling tubulus ginjal tersebut
terdapat pembuluh kapiler,yaitu arteriol (yang membawa darah dari dan menuju glomerulus)
serta kapiler peritubulus (yang memperdarahi jaringan ginjal) Berdasarkan letakya nefron dapat
dibagi menjadi: (1) nefron kortikal, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di korteks
yang relatif jauh dari medula serta hanya sedikit saja bagian lengkung Henle yang terbenam pada
medula, dan (2) nefron juxta medula, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di tepi
medula, memiliki lengkung Henle yang terbenam jauh ke dalam medula dan pembuluh-
pembuluh darah panjang dan lurus yang disebut sebagai vasa rekta.3

Ginjal diperdarahi oleh a/v renalis. A. renalis merupakan percabangan dari aorta
abdominal, sedangkan v.renalis akan bermuara pada vena cava inferior. Setelah memasuki ginjal
melalui hilus, a.renalis akan bercabang menjadi arteri sublobaris yang akan memperdarahi
segmen-segmen tertentu pada ginjal, yaitu segmen superior, anterior-superior, anterior-inferior,
inferior serta posterior.3

4
Ginjal memiliki persarafan simpatis dan parasimpatis. Untuk persarafan simpatis ginjal
melalui segmen T10-L1 atau L2, melalui n.splanchnicus major, n.splanchnicus imus dan
n.lumbalis. Saraf ini berperan untuk vasomotorik dan aferen viseral. Sedangkan persarafan
simpatis melalui n.vagus.3

Perdarahan ginjal

Pada ginjal terdapat empat jenis arteri yaitu :

1. A. Renalis yang merupakan cabang dari aorta abdominalis yang kemudian bercabang
masuk ke hilus renalis. Arteri ini juga disebut garis Broedel.
2. A. Interlobaris
3. A. Arcuata atau A. Arciformis berada pada basis renis
4. A. Interlobularis yang berada pada kortex renis.

Pembuluh darah dan ureter berhubungan dengan ginjal pada hilus ginjal. Arteri renalis berasal
dari aorta dan biasanya terbagi menjadi tiga cabang. Dua cabang berjalan di depan ureter dan
satu dibelakangnya. Lima atau enam vena kecil menyatu membentuk vena renalis, yang
meninggalkan ginjal di depan cabang anterior arteri renalis dan masuk ke vena kava inferior.
Posisi limfe bermuara di nodus limfe aorta lateral. Pembuluh balik ginjal sama dengan nadi
ginjal. Dari vena interlobularis menuju vena arcuata kemudian masuk ke vena interlobaris, vena
renalis dan pada akhirnya masuk ke vena cava inferior.4

Ureter

Ureter merupakan saluran muscular yang membentang dari ginjal sampai ke facies posterior
vesica urinaria. Ureter memasuki cavitas pelvis dengan menyilang bifurcation ateri iliaca
communis di depan articulation sacroiliaca. Selanjutnya masing-masing ureter berjalan ke bawah
pada dinding lateral pelvis di depan arteria iliaca interna ke regio spina ischiadica dan berbelok
ke depan untuk masuk sudut lateral vesica urinaria. Dekat bagian terminal, ureter disilang oleh
ductus deferens. Ureter berjalan miring menembus dinding vesica urinaria sekitar ¾ inchi (1.9
cm) sebelum bermuara ke dalam vesica urinaria.4

5
Dibagi menjadi tiga: pars abdominalis, pars pelvik, dan pars intravesikalis. Panjang sekitar 25-30
cm dan berjalan dari hilus menuju vesika urinaria. Dilapisi lapisan muskularis sehingga memiliki
gerakan peristaltik, yang membuatnya dapat dikenali saat pembedahan karena berdenyut. Sel
mukosanya terbentuk dari epitel transisional.4

Perjalanan Ureter 4

1) Lurus sepanjang medial m. psoas mayor di posterior dan menempel di peritoneum pada
bagian anterior menuju kebawah
2) Menyilang bifurkasio iliaka komunis ke arah spina ischiadica disepanjang dinding lateral
pelvis
3) Menyilang kedepan-medial pada spina ischiadica memasuki kandung kemih
4) Khusus: Untuk pria, ureter menyilang superfisial didekat ujungnya di atas vas deferens;
untuk wanita, ureter lewat di atas forniks lateral vagina namun di bawah ligamentum
kardinale dan pembuluh darah uterina.
Ureter mempunyai tiga penyempitan yaitu:4
1) Di tempat pelvis renalis bergabung dengan ureter di dalam abdomen
2) Di tempat ureter menekuk pada waktu menyilang aperture pelvis superior untuk masuk ke
dalam pelvis
3) Di tempat ureter menembus dinding vesica urinaria.

Tabel hubungan dengan organ lain 5

Posisi Ureter dexter Ureter Sinistra


Ant. Duodenum Kolon sigmoid
  Pars terminalis ileum Mesokolon sigmoideum
  AV Colica dextra AV colica sinistra
AV testicularis atau
AV iliocolica ovarica
  dextra
AV testicularis atau
 
  ovarica dextra
Radix mesenterii
intestinum  
  tenue

6
Post. M. Psoas mayor dextra M. Psoas mayor sinistra

M. Psoas mayor memisahkan kedua ureter dari processus transversus vertebra lumbalis dan
bifurcatio arteria iliaka komunis.

Vaskularisasi 4

1) Ureter Atas : Cabang langsung dari aorta, A. renalis, dan A. gonadal


2) Ureter Bawah : Cabang a. iliaka interna dan a. vesikalis inferior
3) Aliran limf : Nodi aortici laterales dan nodi iliaci

Vesika urinania

Disebut juga bladder/ kandung kemih. Vesica urinaria merupakan kantung berongga yang
dapat diregangkan dan volumenya dapat disesuaikan dengan mengubah status kontraktil otot
polos di dindingnya. Secara berkala urin dikosongkan dari kandung kemih ke luar tubuh melalui
(2, 4)
ureter. berfungsi sebagai reservoir urine mampu menampung sampai 200 - 400 cc. Letak
vesika urinaria ialah di belakang os pubis. Bila V.U kosong, seluruhnya terletak dalam rongga
panggul,di belakang os pubis dan bila V.U. terisi, bagian V.U. terletak di regio hypogastric.4

Vesika Urinaria terdiri atas :4


1. Apex
 Dihubungkan ke cranial oleh urachus (sisa kantong allantois ) sp. ke umbilicus
membentuk. lig. vesico umbilicale mediale
 Tertutup peritoneum
 Berbatasan dgn ileum & colon sigmoideum
 Corpus
 Fundus
2. Dinding Vesika Urinaria
 Dasar vesica urinaria
 berbentuk segitiga
 pada sudut laterosuperior ki.& ka.terdapat ureter
 pada sudut inferior terdapat urethra
7
3. Permukaan latero inferior
 berhubungan dengan: M. obturator int.(cranial) dan M. levator ani (distal)
4. Colum Vesika Urinaria
 Berbatasan dengan permukaan atas gl.prostata

Vesika urinaria tertutupi oleh tiga otot yang saling menutupi yaitu :
o M. detrusor
Terdapat pada lapisan dalam dan Dapat mengeluarkan isi vesica urinaria
o M. trigonal
Terdapat dalam segitiga Liutaudi (di fundus vesica urinaria), Ikut membentuk
uvula, dan Membuka orificium urethra interna
o M. sphincter vesica
Dapat menahan urine di dalam vesica urinaria

Bagian atas facies posterior vesicae diliputi oleh peritoneum, yang membentuk dinding anterior
excavation rectovesicalis. Bagian bawah facies posterior dipisahkan dari rectum oleh ductus
deferens, vesicular seminalis, dan fascia rectovesicalis.4
Facies superior diliputi peritoneum dan berbatsan dengan lengkung ileum atau colon
sigmoideum. Sepanjang pinggir lateral permukaan ini peritoneum melipat ke dinding lateral
pelvis.4

Facies lnterolateralis di bagian depan berbatasan dengan bantalan lemak retropubica dan pubis.
Lebih ke posterior, facies tersebut berbatasan di atas dengan musculus obturatorius internus dan
di bawah dengan musculus levator ani.4

Vaskularisasi 1

1) A. iliaka externa: Aa. Vesikalis superior et inferior


2) V. iliaka interior: V. vesikalis membentuk pleksus

Urethra

8
Urethra adalah saluran akhir dari Tractus Urinarius, yang mengalirkan urine ke luar tubuh. Pada
laki – laki, urethra memiliki panjang hingga 20 cm, dan selain berfungsi untuk mengeluarkan
urine, juga berfungsi untuk membawa keluar semen, namun tidak pada saat yang bersamaan.4

Urethra pada laki – laki dibagi menjadi 3 bagian :4

1. Urethra pars Prostatika


Dikelilingi oleh kelenjar prostat, dan merupakan muara dari 2 buah duktus
ejakulatorius. Juga merupakan muara dari beberapa duktus dari kelenjar prostat
2. Urethra pars Membranosa
Bagian terpendek. Berdinding tipis dan dikelilingi oleh otot rangka sfingter
urethra eksterna
3. Urethra pars Cavernosa
Bagian terpanjang. Menerima duktus dari kelenjar bulbourethralis dan bermuara
pada ujung penis. Sebelum mulut penis, bagian ini membentuk suatu dilatasi
kecil, yang disebut Fossa Navicularis. Bagian ini dikelilingi oleh Korpus
Spongiosum yang merupakan suatu kerangka ruang vena yang besar.4

Urethra pada perempuan memiliki panjang yang jauh lebih pendek. Ujung mulut urethra pada
perempuan terletak dalam vestibulum, antara Clitoris dan Vagina. Perbedaan panjang dan letak
anatomis dari urethra ini, mengakibatkan perbedaan resiko akan terjadinya infeksi saluran
kemih.4

Struktur Mikroskopis

Ginjal

Nefron. Di dalam tiap ginjal terdapat satu juta atau lebih nefron. Nefron merupakan unit dasar
ginjal. Nefron terdiri dari glomerulus dan tubulus terkait yang menuju pada duktus kolektivus.

9
Urin dibentuk oleh filtrasi di glomerulus yang kemudian dimodifikasi di tubulus melalui proses
reabsorpsi dan sekresi. Nefron kortikal tersebar di seluruh korteks ginjal dan memiliki ansa
Henle yang pendek. Sedangkan nefron jukstamedular bermula di dekat persambungan
kortikomedular dan memiliki ansa Henle yang panjang, yang turun jauh ke medula dan
memungkinkannya memekatkan urin dengan efektif. Perbandingan jumlah nefron kortikal dan
jukstamedular adalah 7:1.6

Glomelurus Ginjal (korpus Malphigi). Bentuknya khas bundar dengan warna yang lebih tua
dari sekitarnya karena sel-selnya tersurun lebih padat. Paling luar diliputi epitel selapis gepeng
dan disebut kapsula Bowman lapis parietal. Kadang ditemukan kapsula Bowman lapis parietal
yang bersambung dengan kontortus proksimal membentuk kutub tubular/urinari. Di bawah
kapsula Bowman lapis parietal terdapat ruangan kosong yang dalam keadaan hidup terisi cairan
ultrafiltrat.6

Pada arah yang berlawanan dari kutub tubularterdapat kutub vaskular, tempat masuk dan
keluarnya arteriol pada glomerulus. Arteriol yang masuk disebut vasa aferen yang kemudian
bercabang - cabang menjadi kapiler yang bergelung - gelung di dalam glomerulus. Kapiler ini
sebenarnya di liputi oleh podosit yang membentuk kapsula Bowman lapis viseral, namun sulit
membedakan antara sel endotel kapiler dengan podosit. Kapiler kemudian bergabung menjadi
satu lagi membentuk arteriol keluar dari glomerulus dan disebut vasa eferen.6

Pada beberapa glomerulus dapat dibedakan vasa eferen dan vasa eferen, bila terpotong pada sel –
sel yuksta glomerular. Sel-sel ini merupakan sel otot polos dinding vasa aferen di dekat
glomerulus yang berubah sifatnya menjadi epiteloid. Sel-sel tersebut tampak terang dan kadang
di dalam sitoplasmanya terdapat granula. Ditempat ini, arterioltidak mempunyai lapis elastika
interna.6

Sel-sel yuksta glomerular disebelah luar berhimpit dengan sel-sel makula densa yang merupakan
epitel dinding tubulus tersusun lebih padat daripada di bagian lain. Sel-sel makula densa dan
yuksta glomerulus bersama-sama membentuk aparatus yuksta glomerulus. Di antara aparatus
yuksta glomerulus dan tempat keluarnya vasa eferen glomerulus terdapat kelompokan sel kecil-
kecil yang terang, dan disebut sel mesangial (ekstraglomerular) atau polkisen (bantalan).6

10
Tubulus Kontortus Proksimal. Saluran ini selalu terpotong dalam berbagai potongan karena
jalannya yang berkelok - kelok. Dindingnya disusun oleh selapis sel kuboid dengan batas-batas
sel yang sukar dilihat. Intinya bulat, biru dan biasanyaterletak agak berjauhan dengan inti sel di
sebelahnya. Sitoplasmanya berwarnaasidofil (merah). Permukaan sel yang menghadap lumen
mempunyai jumbai (brush border).6

Tubulus Kontortus Distal. Seperti yang proksimal, saluran ini selalu terpotong dalam berbagai
arah. Disusun oleh selapis kuboid yang batas-batas antar selnya agak lebih jelas dibandingkan
yang proksimal. lnti sel juga bulat dan berwarna biru, tLtapi bila diperhatikan, jarak antara inti
sel yang bersebelahan agak berdekatan satu sama lain. Sitoplasmanya kelihatan basofil
(kebiruan) dan permukaan sel yang menghadap lumen tidak mempunyai jumbai (brush border).6

Arteri dan vena interlobularis. Pembuluh ini disebut juga A/V intralobularis atau A/V kortikalis
radiata. Kedua pembuluh ini sering terlihat berjalan berdampingan dan berwujud arteriol dan
venul. Tergantung pada arah potongannya, kedua pembuluh ini dapat terpotong melintang atau
memanjang tetapi selalu berada di dalam jaringan korteks ginjal.6

Pada daerah yang berbatasan dengan jaringan medula (piramid) kadang-kadang pada beberapa
sajian dapat ditemukan a/v arkuata yang berwujud arteriol dan venul yang lebih besar dari A/V
interlobaris.

Kolumna Renalis Bertini. Merupakan jaringan korteks ginjal yang berada di antara piramid.
Kadang- kadang disinipun dapat ditemukan pembuluh darah yang berwujud arteriol/ venul yang
disebut a/v interlobaris.6

Medula ginjal. Jaringan medula hanya terdiri atas saluran-saluran yang kurang lebih berjalan
lurus. Di dalam korteks ginjal terdapat berkas-berkas jaringan medula yang disebut Prosesus
Ferreini. Bila terpotong melintang, berkas ini tampak terdiri atas sekelompok saluran-saluran,
penampilannya berbeda dari jaringan korteks. Biasanya lumennya lebih kecil-kecil dan dinding

11
saluran lebih tipis. Di dalam jaringan medula, baik yang terdapat pada prosesus Ferrein maupun
pada piramid dapat di pelajari saluran-saluran sebagai berikut:
1. Ansa Henle segmen tebal turun (pars desenden/tubulus rektus proksimal). Penampilannya
mirip tubulus kontortus proksimal, tetapi garis tengahnya lebih kecil.
2. Ansa Henle tipis. Penampilannya mirip pembuluh kapiler darah, tetapi epitelnya lebih
tebal sedikit sehingga sitoplasmanya lebih jelas terlihat. Selain itu di dalam lumennya
tidak terdapat sel-sel darah.
3. Ansa-Henle segmen tebal naik (pars asenden/ tubulus rektus distal). Penampilannya mirip
tubulus kontortus distal, tetapi garis tengahnya lebih kecil.
4. Duktus koligen. Gambarannya mirip tubulus kontortus distal tetapi batas-batas sel
epitelnya jauh lebih jelas, selnya lebih tinggi dan lebih pucat.6

Jaringan medulla pada piramid gambarannya sama dengan yang terdapat pada Prosesus Ferreini,
tetapi didalam aiai di dekat papilla renis, saluran-saluran tampak bergaris tengah lebih besar yang
dindingnya dil apisi epitel selapis kubis tinggi sampai torak yang disebut duktus papilaris Bellini.
Saluran yang terakhir ini bermuara ke dalam kaliks minor.6
Ureter

Ureter adalah saluran tunggal yang menyalurkan urine dari pelvis renalis menuju vesika urinaria
(kantong air seni). Mukosa membentuk lipatan memanjang dengan epithel peralihan, lapisan sel
lebih tebal dari pelvis renalis. Tunika propria terdiri atas jaringan ikat dimana pada kuda terdapat
kelenjar tubulo-alveolar yang bersifat mukous, dengan lumen agak luas. Tunika muskularis
tampak lebih tebal dari pelvis renalis, terdiri dari lapis dalam yang longitudinal dan lapis luar
sirkuler, sebagian lapis luar ada yang longitudinal khususnya bagian yang paling luar. Dekat
permukaan pada vesika urinaria hanya lapis longitudinal yang nampak jelas.6

Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe
dan saraf, ganglia sering terdapat didekatnya. Selama urine melalui ureter komposisi pokok tidak
berubah, hanya ditambah lendir saja.6

Dinding ureter terdiri atas beberapa lapis, yakni:6


1. Tunika mukosa : lapisan dari dalam ke luar sebagai berikut :

12
 Epithelium transisional : pada kaliks dua sampai empat lapis, pada ureter
empat sampai lima lapis, pada vesica urinaria 6-8 lapis.
 Tunika submukosa tidak jelas
 Lamina propria beberapa lapisan
 Luar jaringan ikat padat tanpa papila, mengandung serabut elastis dan
sedikit noduli limfatiki kecil, dalam jaringan ikat longgar
 Kedua-dua lapisan ini menyebabkan tunika mukosa ureter dan vesika
urinaria dalam keadaan kosong membentuk lipatan membujur
2. Tunika muskularis : otot polos sangat longgar dan saling dipisahkan oleh
jaringan ikat longgar dan anyaman serabut elastis. Otot membentuk tiga lapisan :
stratum longitudinale internum, stratum sirkulare dan stratum longitudinale
eksternum.
3. Tunika adventisia : jaringan ikat longgar.

Vesica urinaria6

Kantong air seni merupakan kantong penampung urine dari kedua belah ginjal Urine ditampung
kemudian dibuang secara periodik.

Mukosa, memiliki epithel peralihan (transisional) yang terdiri atas lima sampai sepuluh lapis sel
pada yang kendor, apabila teregang (penuh urine) lapisan nya menjadi tiga atau empat lapis sel.

Propria mukosa terdiri atas jaringan ikat, pembuluh darah, saraf dan jarang terlihat limfonodulus
atau kelenjar. Pada sapi tampak otot polos tersusun longitudinal, mirip muskularis mukosa. Sub
mukosa terdapat dibawahnya, terdiri atas jaringan ikat yang lebih longgar.

Tunika muskularis cukup tebal, tersusun oleh lapisan otot longitudinal dan sirkuler (luar), lapis
paling luar sering tersusun secara memanjang, lapisan otot tidak tampak adanya pemisah yang
jelas, sehingga sering tampak saling menjalin. Berkas otot polos di daerah trigonum vesike
membentuk bangunan melingkar, mengelilingi muara ostium urethrae intertinum. Lingkaran otot

13
itu disebut m.sphinter internus. Lapisan paling luar atau tunika serosa, berupa jaringat ikat
longgar (jaringan areoler), sedikit pembuluh darah dan saraf.6

Uretra

Uretra adalah suatu tabung yang membawa urin dari kandung kemih ke luar. Pada pria, sperma
juga melalui uretra selama ejakulasi. Pada wanita, uretra hanya merupakan organ perkemihan.6

Uretra pria terdiri atas 4 bagian yaitu pars prostatika, pars membranosa, pars bulosa, dan pars
pendulosa. Bagian awal uretra melalui prostat yang terletak sangat dekat dengan kandung kemih,
dan duktus yang mengangkut sekret prostat bermuara ke dalam uretra pars prostatika. Di bagian
distal dan dorsal uretra pars prostatika, terdapat bagian yang meninggi, yaitu verumontanum
yang menonjol ke bagian dalam uretra tersebut. Suatu tabung tertutup yang disebut utrikulus
prostatikus bermuara ke puncak verumontanum; tabung ini tidak diketahui fungsinya. Duktus
ejakulatorius bermuara pada sisi verumontanum. Cairan semen masuk ke dalam uretra proksimal
melalui duktus ini untuk disimpan tepat sebelum terjadinya ejakulasi. Uretra pars prostatika
dilapisi epitel transisional.6

Uretra pars membranosa hanya memiliki panjang 1 cm dan dilapisi epitel berlapis atau
bertingkat silindris. Di sekeliling uretra bagian ini terdapat sfingter otot rangka, yakni sfingter
uretra eksterna. Sfingter lurik volunter eksterna ini menambah tekanan penutupan yang telah
ditimbulkan oleh sfingter uretra involunter. Sfingter uretra involunter dibentuk oleh lanjutan
muskulus longitudinalis interna di kandung kemih.6

Uretra pars bulbosa dan pendulosa berlokasi di korpus spongiosum penis. Lumen uretra
melebar ke arah distal, yang membentuk fossa navikulare. Epitel di bagian uretra ini
kebanyakan berupa epitel bertingkat dan silindris, dengan daerah epitel gepeng dan berlapis.6

Kelenjar Littre adalah kelenjar mukosa yang dijumpai di sepanjang uretra namun kebanyakan
berada di uretra pars pendulosa. Bagian sekresi dari beberapa kelenjar ini langsung terhubung
dengan lapisan epitel uretra; sebagian kelenjar lainnya memiliki duktus ekskretorius.6

14
Mekanisme pembentukan urine

Secara garis besar ada tiga mekanisme utama kerja ginjal yaitu filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi.
Dimana ketiganya bekerja dalam proses pembentukan urin.

Filtrasi

Darah yang masuk ke dalam nefron melalui arteriol aferen dan selanjutnya menuju
glomerulus akan mengalami filtrasi, tekanan darah pada arteriol aferen relatif cukup tinggi
sedangkan pada arteriol eferen relatif lebih rendah, sehingga keadaan ini menimbulkan filtrasi
pada glomerulus. Cairan filtrasi dari glomerulus akan masuk menuju tubulus, dari tubulus masuk
kedalam ansa henle, tubulus distal, duktus koligentes, pelvis ginjal, ureter, vesica urinaria, dan
akhirnya keluar berupa urine. Membran glomerulus mempunyai ciri khas yang berbeda dengan
lapisan pembuluh darah lain, yaitu terdiri dari: lapisan endotel kapiler, membranebasalis, lapisan
epitel yang melapisi permukaan capsula bowman. Permiabilitasmembarana glomerulus 100-1000
kali lebih permiabel dibandingkan denganpermiabilitas kapiler pada jaringan lain.7

Laju filtrasi glomerulus (GFR= Glomerulus Filtration Rate) dapat diukurdengan


menggunakan zat-zat yang dapat difiltrasi glomerulus, akan tetapi tidakdisekresi maupu
direabsorpsi oleh tubulus. Kemudian jumlah zat yang terdapatdalam urin diukur persatuan waktu
dan dibandingkan dengan jumlah zat yangterdapat dalam cairan plasma.7

Pengaturan GFR (Glomerulus Filtration Rate) 7

Rata-rata GFR normal pada laki-laki sekitar 125 ml/menit. GFR pada wnita lebih rendah
dibandingkan pada pria. Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya GFR antara lain ukuran
anyaman kapiler, permiabilitas kapiler, tekanan hidrostatik, dan tekanan osmotik yang terdapat di
dalam atau diluar lumen kapiler. Proses terjadinya filtrasi tersebut dipengaruhi oleh adanya
berbagai tekanan sebagai berikut:

1. Tekanan hidrostatik kapiler pada glomerulus yang bersifat mendorong filtrasi


2. Tekanan hidrostatik pada kapsula Bowman yang bersifat melawan filtrasi
3. Tekanan onkotik protein plasma yang bersifat mendorong filtrasi

15
Ketiga factor diatas berperan penting dalam laju peningkatan filtrasi. Semakin tinggi
tekanan hidrostatik glomerulus semakin meningkat filtrasi dan sebaliknya semakin tinggi
tekanan hidrostatik kapsula Bowman serta tekanan onkotik protein plasma akan
menyebabkan semakin rendahnya filtrasi yang terjadi pada glomerulus.7

Tekanan hidrostatik kapiler glomerulus dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:

1. Tekanan darah sistemik merupakan faktor yang paling kuat dan yang mempengaruhi
laju filtrasi.
2. Diameter arteriola aferen dan eferen, apabila terjadi vasokontriksi arteriolaferen akan
menyebabakan aliran darah ke glomerulus menurun.Keadaan ini akan menyebabakan
laju filtrasi glomerulus menurunbegitupun sebaliknya. Perubahan arteriol efferent,
pada kedaan vasokontriksi arteriol eferenakan terjadi peningkatan laju filtrasi
glomerulus begitupunsebaliknya.7

Autoregulasi

Autoregulasi dipengaruhi oleh dua faktor internal yaitu:5,6

1. Mekanisme Miogenik. Perubahan tekanan arteri, peningkatan tekanan arteri


melaluiautoregulasi akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh daraharteriol aferen
sehinnga menyebabkan penurunan laju filtrasiglomerulus dan sebaliknya
2. Tubuloglomerular feedback. Penurunan tekanan arteri akan menaikan GFR dan arus
filtrasi akan menurun. Karena arus filtrasi menurun, durasi reabsorbsi menjadi lebih lama
daripada biasanya diakibatkan karena tekanan arteri yang kurang. Lamanya durasi
reabsorbsi membuat filtrat mengandung banyak Na+ dan membuat kadar Na+ pada tubulus
proximal semakin sedikit. Sedikitnya Na+ dideteksi oleh macula densa dan kemudian
mengaktifkan RAS (Renin Angiotensin Aldosteron) dan pada akhirnya tekanan arteri,
arus darah dan juga GFR kembali meningkat.7

Autoregulasi diatur juga oleh :

1. Sistem saraf intrinsik

16
2. Faktor-faktor humoral :
a. Angiotensin II merupakan vasokontriktor kuat
b. Prostaglandin Intrarenal merupakan vasodilator potent
c. Vasopressin dari hipofise posterior (ADH) yang aktif dalam arteriol juxta.7

Reabsorpsi

Hampir 99% dari cairan filtrate direabsorpsi kembali bersama zat-zat yang terlarut didalam
cairan filtrate tersebut. Akan tetapi tidak semua zat-zat yang terlarut dapat direabsorpsi dengan
sempurna, antara lain glukosa dan asam amino. Mekanisme terjadinya reabsorpsi pada tubulus
melalui dua cara yaitu:

Transport aktif

Zat-zat yang mengalami transport aktif pada tubulus proksimal yaitu ion Na +, K+, PO4-,
NO3-, glukosa dan asam amino. Terjadinya difusi ion-ion khususnya ion Na+, melalui sel
tubulus kedalam pembuluh kapiler peritubuler disebabkan perbedaan potensial listrik didalam
ep-itel tubulus (-70mvolt) dan diluar sel (-3m volt). Perbedaan electrochemical gradient ini
membentu terjadinya proses difusi. Selain itu perbedaan konsentrasi ion Na+ didalam dan diluar
sel tubulus membantu meningkatkan proses difusi tersebut. Meningkatnya difusi natrium
diesbabkan permiabilitas sel tubuler terhadap ion natrium relative tinggi. Keadaan ini
dimungkinkan karena terdapat banyak mikrovilli yang memperluas permukaan tubulus. Proses
ini memerlukan energi dan dapat berlangsung terus-menerus.7

Transport pasif

Terjadinya transport pasif ditentukan oleh jumlah konsentrasi air yang ada pada lumen
tubulus, permiabilitas membrane tubulus terhadap zat yang terlarut dalam cairan filtrate dan
perbedaan muatan listrikpadadinding sel tubulus. Zat yang mengalami transfor pasif, misalnya
ureum, sedangkan air keluar dari lumen tubulus melalui proses osmosis.7

Perbedan potensial listrikdidalam lumen tubulus dibandingkandiluar lumen tubulus


menyebabkan terjadinya proses difusi ionNa+ dari lumentubulus kedalam sel epitel tubulus dan

17
selanjutnya menuju kedalam selperitubulus. Bersamaan dengan perpindahan ion Na+ diikuti pula
terbawanya ionCl-, HCO3- kedalam kapiler peritubuler. Kecepatan reabsorpsi ini ditentukan
pulaoleh perbedaan potensial listrik yang terdapat didalam dan diluar lumen tubulus.7

Sekresi

Sekresi tubulus, mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler peritubulus ke
dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah untuk masuk kedalam tubulus
ginjal. Proses sekresi terpenting adalah sekresi H+, K+, dan ion-ion organik. Sekresi tubulus
dapat dipandang sebagai mekanisme tambahan yang meningkatkan eliminasi zat-zat tersebut dari
tubuh. Semua zat yang masuk ke cairan tubulus, baik melalui fitrasi glomerulus maupun sekresi
tubulus dan tidak direabsorpsi akan dieliminasi dalam urin.8

Mekanisme Kerja sekresi Tubulus :7

Sekresi tubulus melibatkan transportasi transepitel seperti yang dilakukan reabsorpsi tubulus,
tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah. Seperti reabsorpsi, sekresi tubulus dapat aktif atau
pasif. Bahan yang paling penting yang disekresikan oleh tubulus adalah ion hidrogen (H+), ion
kalium (K+), serta anion dan kation organik, yang banyak diantaranya adalah senyawa senyawa
yang asing bagi tubuh.8

Sekresi H+

Sekresi H+ ditukar dengan reabsorpsi Na+ yang menyebabkan reabsorpsi NaHCO3. Pada
keseimbangan asam basa, buffer BHCO3/H2CO3, NHCO3 diatur oleh tubuli ginjal sedangkan
H2CO3 diatur oleh paru-paru. Sekresi H + terjadi dalam tubuli proximal diimbangi reabsorpsi 80-
85% bikarbonat dan didalam tubuli distal yang diimbangi reabsorpsi 15-20% bikarbonat, fosfat
dan pembentukan NH4+ .8

Tubuli Proximal8

18
CO2 dan H2O berdifusi ke sel tubuli proximal menggunakan enzim carbonic anhidrase
(anhidrase asam karbonat) yang mengkatalisa pembentukan H2CO3 dan kemudian berionisasi
menjadi H+ dan HCO3-. H+ berdifusi ke dalam lumen tubulus sedangkan HCO3- berdifusi kedalam
darah.8

Na dari lumen tubuli (dari filtrat) masuk ke sel tubuli dan kemudian masuk ke darah. Jadi
yang terjadi adalah sekresi H+ dan reabsorpsi NaCO3. H+ dalam lumen tubuli akan bereaksi
dengan HCO3- (hasil filtrasi glomeruli) dan menghasilkan H2CO3 yang kemudian pecah menjadi
CO2 dan H2O dan difusi dalam sel tubuli dan dipakai untuk sekresi H +. Sekresi H+ ini terjadi
sampai 80-85% HCO3- hasil filtrasi terpakai. Selanjutnya sekresi H + terjadi didalam tubuli
distal.8

Tubuli Distal 8
Sekresi H+ diimbangi oleh HCO3- (T. Prox) terjadi sampai seluruh sisa HCO3- (15-20%)
terpakai habis. Sekresi H+ diimbangi fosfat terjadi ketika H+ (hasil sekresi) + NaHPO4 (hasil
filtrasi)  NaH2PO4 dan Na+ (direabsorpsi) mengakibatkan penurunan pH dari 7.4 menjadi 6.0.
Setelah semua fosfat habis terpakai, sekresi H+ selanjutnya diimbangi oeh NH3+ .8

Sekresi H+ diimbangi oleh NH3 dimana NH3 tersebut berasal dari reaksi deaminasi dan
deamidasi aa. glutamin. Glutamin mengalami rx. deamidasi menjadi glutamin dan NH 3. H+ (hasil
sekresi) + NH3 (dari glutamin)  NH4+. Dengan ditukarnya NaCl dengan NH4Cl, maka pH urin
semakin asam. Pembentukan NH4+ meningkat pada asidosis dan pembentukan NH4+ menurun
pada alkalosis.7

Faktor yang mempengaruhi pembentukan urine

Hormon Aldosteron.
Fungsi fisiologis hormon aldosteron yaitu mengatur unsur-unsur mineral (mineralo
kottikoid / dihasilkan oleh bagian korteks glandula suprarenalis / adrenalis ) Antara lain Na+ dan
K+, yakni terutama mengatur reabsorpsi Na+ dan sekresi K+. Dalam hal ini apabila aldosteron
meningkat, menyebabkan reabsorpsi Na+ bertambah dan sekresi K+ bertambah pula. Aldosteron
membantu ginjal mengatur volume plasma atau cairan ekstra sel.8

19
Anti Diuretic Hormon (ADH) Vasopresin.
 Hormon ini mempuyai fungsi fisiologi sebagai anti diuretik dengan pekerjaan utama
untuk retensi cairan. Terutama untuk pengaturan volume cairan ekstra sel dan konsentrasi
Na+ dan membantu ginjal mengatur tekanan osmotik plasma.
 Mekanisme pengaturan sekresi ADH dipengaruhi oleh :
1. Penurunan volume cairan ekstra sel.

2. Peningkatan osmolaritas CES ( terutama bila kadar Na+ meningkat ).8

Efek yang paling penting hormon antidiuretik adalah untuk menghemat air tubuh dengan
mengurangi hilangnya air dalam urin. Diuretik adalah agen yang meningkatkan
kecepatan pembentukan urin. Hormon antidiuretik mengikat reseptor pada sel-sel di
saluran pengumpul ginjal dan meningkatkan reabsorpsi air kembali ke dalam sirkulasi.
Dengan tidak adanya hormon antidiuretik, saluran pengumpul yang hampir impermiable
terhadap air, dan mengalir keluar sebagai urin.8

 Renin
 Selain itu ginjal menghasilkan Renin; yang dihasilkan oleh sel-sel aparatus
juxtaglomerularis pada waktu :
1. Konstriksi arteria renalis ( iskhemia ginjal )
2. Terdapat perdarahan ( iskhemia ginjal )
3. Uncapsulated ren (ginjal dibungkus dengan karet atau sutra )
4. Innervasi ginjal dihilangkan
5. Transplantasi ginjal ( iskhemia ginjal )
 Renin mengakibatkan hipertensi ginjal, sebab renin mengakibatkan aktifnya
angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang oleh ACE diubah menjadi
angiotensin II; dan ini efeknya menaikkan tekanan darah .8
 Eritropoietin
 Merupakan hormone yang diproduksi di ginjal, dan berfungsi untuk
meningkatkan produksi sel darah merah di sumsum tulang.8
 Vitamin D

20
 Merupakan hormone steroid yang dimetabolisme di ginjal menjadi bentuk aktif
1,25-dihidroksikolekakalsiferol,yang berperan meningkatkan absorpsi kalsium
dan fosfat dari usus.8
 Prostaglandin
 Berperan utama pada tonus pembuluh darah ginjal.8
 Fungsi hormon insulin ialah:
 Merangsang pengubahan glukosa ke glikogen untuk disimpan dalam hati dan
merangsang oksidasi glukosa untuk tujuan respirasi dalam sel.
 Apabila kadar glukosa terlampau rendah, kurang dari jumlah normal, sel alfa pada
kelenjar pulau-pulau Langerhans akan mensekresikan lebih banyak hormon
glukagon, kadar glukosa dalam darah akan naik, proses ini akan berlanjut
sehingga kadar glukosa dalam darah berada pada jumlah normal.8
 Fungsi hormon glukagon ialah:
 Merangsang pengubahan glikogen ke glukosa dalam darah.Sel-sel Langerhans
terletak dalam pankreas.8

Faktor yang mempengaruhi jumlah urine


 Hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior akan
mempengaruhi penyerapan air pada bagian tubulus distal karma meningkatkan
permeabilitias sel terhadap air. Jika hormon ADH rendah maka penyerapan air berkurang
sehingga urin menjadi banyak dan encer. Sebaliknya, jika hormon ADH banyak,
penyerapan air banyak sehingga urin sedikit dan pekat. Kehilangan kemampuan
mensekresi ADH menyebabkan penyakti diabetes insipidus. Penderitanya akan
menghasilkan urin yang sangat encer.9
 Jumlah air yang diminum
 Akibat banyaknya air yang diminum, akan menurunkan konsentrasi protein yang
dapat menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasi
kurang efektif. Hasilnya, urin yang diproduksi banyak.9

 Saraf

21
 Rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus aferen
sehingga aliran darah ke glomerulus berkurang. Akibatnya, filtrasi kurang efektif
karena tekanan darah menurun.9
 Banyak sedikitnya hormon insulin
 Apabila hormon insulin kurang (penderita diabetes melitus), kadar gula dalam
darah akan dikeluarkan lewat tubulus distal. Kelebihan kadar gula dalam tubulus
distal mengganggu proses penyerapan air, sehingga orang akan sering
mengeluarkan urin.9

Kesimpulan

Dalam kasus ini Seorang perempuan usia 50 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sulit
menahan kencing sejak 1 tahun terakhir. Dari anamnesa diketahui pasien tersebut mempunyai 7
orang anak. Hipotesis di terima karena apabila banyak melahirkan otot yang ada di vesika
urinaria akan melemas atau mengendor yang membuat jalannya urin untuk dikeluarkan
terganggu.

Daftar pustaka

22
1. O’challaghan, CA. At a glance system ginjal. Ed 2. Jakarta: Erlangga; 2000.h.12-5,69.
2. Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology. 5th ed. US: FA Davis
Company; 2007.h.236-98.
3. Watson R. Anatomi dan fisiologi. Edisi ke-10. Jakarta: EGC, 2002.h.390.
4. Snell SR. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC,
2006.h.135-8.
5. Watson R. Anatomi dan fisiologi. Edisi ke-10. Jakarta: EGC, 2002.h.390.
6. Leeson CR, Leeson TS, Paparo AA. Buku ajar histologi. 5 th Ed. Jakarta: EGC;
2008.h.427-53.
7. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2001. p. 461-3.
8. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2005.h.682-706.
9. Guyton AC, Hall JE. Buku ajarfisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: penerbit buku
kedokteran EGC. 2008. h. 340-2.

23

Anda mungkin juga menyukai