Edisi Kesatu
Cetakan pertama, Agustus 2012 Cetakan kelima, Juni 2014
Cetakan kedua, Januari 2013 Cetakan keenam, September 2014
Cetakan ketiga, Januari 2014 Cetakan ketujuh, Juni 2015
Cetakan keempat, April 2014 Cetakan kedelapan, September 2015
330
SUN SUNARYO, T.
m Materi pokok ekonomi manajerial; 1 – 9/ EKMA4312/ 3 sks/
T. Sunaryo. -- Cet.8; Ed.1 --. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2015.
391 hal; ill.; 21 cm
ISBN: 978-979-011-726-6
1. ekonomi
I. Judul
iii
Daftar Isi
Kegiatan Belajar 2:
Konsep Dasar Ekonomi Manajerial 2 ................................................ 1.21
Latihan …………………………………………............................... 1.34
Rangkuman ………………………………….................................... 1.35
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 1.36
Kegiatan Belajar 2:
Karakteristik Fungsi Permintaan ........................................................ 2.14
Latihan …………………………………………............................... 2.33
iv
Kegiatan Belajar 2:
Kurva Biaya ........................................................................................ 3.25
Latihan …………………………………………............................... 3.36
Rangkuman ………………………………….................................... 3.36
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 3.38
Kegiatan Belajar 2:
Ilustrasi Regresi .................................................................................. 4.23
Latihan …………………………………………............................... 4.38
Rangkuman ………………………………….................................... 4.38
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 4.39
Kegiatan Belajar 2:
Pasar Bersaing tidak Sempurna .......................................................... 5.17
Latihan …………………………………………............................... 5.29
Rangkuman ………………………………….................................... 5.30
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 5.30
Kegiatan Belajar 2:
Strategi Penentuan Harga 2 ................................................................ 6.17
Latihan …………………………………………............................... 6.35
Rangkuman ………………………………….................................... 6.35
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 6.36
Kegiatan Belajar 2:
Kegagalan Pasar karena Non-Tarief Barriers ..................................... 7.26
Latihan …………………………………………............................... 7.37
Rangkuman ………………………………….................................... 7.37
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 7.38
Kegiatan Belajar 2:
Manajemen Risiko .............................................................................. 8.20
Latihan …………………………………………............................... 8.37
Rangkuman ………………………………….................................... 8.37
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 8.38
Kegiatan Belajar 2:
Penganggaran Modal 2 ...................................................................... 9.20
Latihan …………………………………………............................... 9.36
Rangkuman ………………………………….................................... 9.37
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 9.38
M ata kuliah Ekonomi Manajerial ini merupakan aplikasi dari prinsip dan
konsep produksi teori ekonomi mikro yang bertujuan untuk
memperluas dan memperkaya pengetahuan terutama bagi Anda dan
pengguna materi pokok para manajer untuk mengambil keputusan. Mata
kuliah ini, akan membahas peramalan permintaan, teori produksi, dan
optimalisasi sebagai faktor-faktor dalam menganalisis risiko bisnis, analisis
biaya dan teknik-teknik penentuan harga, serta peranan regulasi pemerintah.
Setelah mempelajari materi ini Anda diharapkan mampu:
1. menjelaskan konsep dasar ekonomi manajerial;
2. menjelaskan teori dan analisis permintaan;
3. menjelaskan konsep produksi dan biaya;
4. menghitung analisis regresi;
5. menjelaskan struktur pasar;
6. menunjukkan strategi penentuan harga;
7. menunjukkan peranan pemerintah dalam perekonomian pasar;
8. menghitung analisis risiko dari berbagai investasi;
9. menunjukkan beberapa kriteria yang akan digunakan penganggaran
modal.
Keterangan:
1. Menjelaskan pengertian ekonomi manajerial.
2. Menjelaskan teori perusahaan.
3. Menjelaskan pengertian dan fungsi keuntungan.
4. Menjelaskan teknik optimasi dan alat-alat pengambilan keputusan.
5. Menjelaskan peranan ekonomi manajerial dalam pengambilan keputusan.
6. Menjelaskan teori permintaan barang.
7. Menjelaskan peramalan kualitatif.
8. Menjelaskan analisis regresi.
9. Menjelaskan analisis time series.
10. Menjelaskan model-model ekonometrika.
11. Menerapkan regresi untuk estimasi permintaan.
12. Menjelaskan elastisitas harga permintaan.
13. Menghitung elastisitas pendapatan.
14. Menghitung elastisitas silang.
15. Menerapkan elastisitas dalam pengambilan keputusan manajerial.
16. Menganalisis peramalan permintaan (demand forecasing)
17. Menjelaskan teori dan kurva biaya.
18. Menjelaskan fungsi produksi dengan satu variabel input.
19. Menjelaskan fungsi produk dengan dua variabel input.
20. Menjelaskan fungsi produksi.
21. Menjelaskan teori biaya jangka pendek.
22. Menjelaskan teori biaya jangka panjang.
23. Menjelaskan estimasi empiris fungsi biaya.
24. Menjelaskan isoproduk dan isobiaya.
25. Menjelaskan skala ekonomis (economies of sale)
26. Menjelaskan beberapa konsep dasar programasi linier.
27. Menjelaskan pengertian programasi linier.
28. Menjelaskan formulasi dan pemecahan masalah dalam programasi linier.
29. Menjelaskan masalah dual (dual problem) dan harga bayangan (shadow
price).
30. Menghitung maksimasi keuntungan.
31. Menghitung minimasi biaya.
32. Menerapkan metode programasi linier dalam perekonomian global.
xii
PEN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
V ED
V : nilai perusahaan
E : nilai ekuiti (saham)
D : nilai utang
Nilai ekuiti sama dengan nilai sekarang aliran kas yang dihasilkan
perusahaan untuk pemegang saham. Apabila perusahaan mampu memberikan
harapan (ekspektasi) keuntungan secara berkesinambungan maka nilai ekuiti
akan lebih besar dibanding dana yang diinvestasikan oleh pemegang saham.
Nilai ekuiti ini tercermin pada harga ekuiti (saham) yang tinggi.
Sebaliknya, nilai ekuiti akan lebih rendah dari dana awal yang
diinvestasikan oleh pemegang saham apabila diperkirakan perusahaan akan
EKMA4312/MODUL 1 1.5
menderita kerugian untuk waktu yang panjang di masa datang. Harga saham
perusahaan akan turun bila diperkirakan akan menderita kerugian di masa
datang.
Nilai bond sama dengan nilai sekarang dari aliran kas yang diberikan
perusahaan kepada pemegang bond. Nilai bond dapat turun apabila peluang
gagal bayar perusahaan terhadap kewajiban (komitmen) kepada pemegang
bond membesar. Sebaliknya, apabila peluang gagal bayar perusahaan
mengecil, nilai bond cenderung naik. Perusahaan yang menghasilkan
keuntungan secara berkesinambungan akan memperkecil peluang gagal bayar
terhadap pemegang bond sehingga tidak menurunkan nilai bond.
Perusahaan yang memberikan keuntungan secara berkesinambungan
meningkatkan nilai ekuiti dan tidak menurunkan nilai bond. Tujuan utama
perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Meningkatkan nilai
perusahaan berarti perusahaan menghasilkan keuntungan yang
berkesinambungan bagi pemegang saham dan pemegang bond.
Perusahaan dapat meningkatkan keuntungan sekarang dengan
mengorbankan keuntungan periode berikutnya. Misalnya, dengan cara
mengurangi gaji karyawan sekarang. Berkurangnya gaji yang berarti
mengurangi biaya akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Dalam
kasus ini tambahan keuntungan periode sekarang harus dibayar dengan
kerugian pada periode berikutnya, misalnya karyawan melakukan mogok
kerja pada periode berikutnya. Mogok kerja oleh karyawan menyebabkan
peningkatan biaya produksi sehingga mengurangi keuntungan. Strategi ini
tentu saja tidak sesuai dengan tujuan perusahaan, yaitu memaksimumkan
nilai perusahaan. Untuk meningkatkan nilai perusahaan, perusahaan harus
merealisasikan proyek-proyek yang menguntungkan secara periodik dan
berkesinambungan.
B. NILAI PERUSAHAAN
Nilai perusahaan sama dengan nilai ekuiti ditambah dengan nilai bond.
Nilai ekuiti sama dengan nilai sekarang dari harapan aliran kas (cash flows)
di masa datang bagi pemegang ekuiti (saham). Nilai bond sama dengan nilai
sekarang dari aliran harapan kas di masa datang bagi pemegang bond. Nilai
sekarang dari aliran kas bagi pemegang saham dan pemegang bond sama
dengan nilai perusahaan.
1.6 Ekonomi Manajerial
Nilai saham ditambah nilai bond disebut nilai kapital (modal). Nilai
sekarang dari perusahaan bagi penyedia kapital sama dengan nilai
perusahaan. Setelah perusahaan membayar biaya operasi perusahaan dan
pajak (net operating profit after tax (NOPAT)), bagian yang tersisa menjadi
hak penyedia kapital. Jadi, nilai sekarang dari NOPAT sama dengan nilai
perusahaan. Nilai perusahaan adalah nilai kapitalisasi dari NOPAT.
Apabila diasumsikan nilai NOPAT dan discount rate sama untuk semua
periode dan diasumsikan bahwa n sama dengan tak terhingga maka nilai
perusahaan menjadi:
NOPAT
V
r
NOPAT 10
V 100
r 0,1
pemegang bond sama dengan free cash flows. Nilai sekarang dari free cash
flows sama dengan nilai saham.
Apabila memaksimumkan nilai saham konsisten dengan
memaksimumkan nilai bond maka tujuan ini konsisten dengan tujuan
perusahaan sebelumnya, yaitu memaksimumkan nilai saham dan bond.
R C
: keuntungan
R : pendapatan (revenue)
C : biaya (cost)
E. TEKNIK PENGOPTIMALAN
( q ) R( q ) C ( q )
Permasalahan bagi perusahaan adalah berapa jumlah produk (q) yang
membuat keuntungan maksimum.
Teknik maksimalisasi matematika mengarahkan bahwa keuntungan akan
maksimum pada nilai produk (q) di mana turunan fungsi keuntungan sama
dengan nol.
R C
0
q q q
MR MC
di mana:
R
R MR : turunan pertama pendapatan terhadap jumlah produk atau
q
pendapatan marjinal (marginal revenue)
MP : turunan pertama keuntungan terhadap jumlah produk atau
q
keuntungan marjinal (marginal profit)
C
C MC : turunan pertama biaya terhadap jumlah produk atau biaya
q
marginal (marginal cost).
EKMA4312/MODUL 1 1.9
R pq
p : harga produk
q : jumlah produk yang dijual atau permintaan produk
Apabila harga produk sama dengan 2, fungsi pendapatan sama dengan:
R 2q .
Gambar 1.1
Fungsi Pendapatan Linier
Gambar 1.2
Fungsi Keuntungan Marjinal
Gambar 1.3
Fungsi Biaya Marjinal
F. PRINSIP MC = MR
marjinal dan biaya marjinal produk terakhir ini disebut prinsip marginalism
atau MC = MR. Prinsip ini menjadi prinsip utama dalam ilmu ekonomi yang
sering digunakan dalam ekonomi manajerial.
Prinsip MC = MR ini menghasilkan keuntungan maksimal atau kerugian
minimal. Apabila prinsip MC = MR diaplikasikan pada fungsi yang
mempunyai nilai maksimum akan menghasilkan nilai maksimum.
Sebaliknya, apabila prinsip MC = MR diaplikasikan pada fungsi yang
mempunyai minimum, prinsip tersebut akan menghasilkan nilai minimum.
Gambar 1.4
Fungsi Konkaf
y 100 ( x 30)2
y 2( x 30)
y 2
Gambar 1.5
Fungsi Biaya Rata-rata
Pada saat nilai q kurang dari 30, nilai AC turun atau turunan pertama AC
negatif. Pada saat q sama dengan 30, nilai AC minimum. Nilai turunan
pertama AC pada q = 30 sama dengan nol. Bila nilai q lebih besar dari 30
maka nilai AC naik. Karakteristik fungsi tersebut diindikasikan dengan nilai
turunan kedua positif.
Fungsi y 100 ( x 30)2 mempunyai turunan kedua positif. Hasil
turunan kedua ini menunjukkan bahwa fungsi tersebut berbentuk konveks.
EKMA4312/MODUL 1 1.15
I. OPTIMALISASI
J. PERMINTAAN PRODUK
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Perusahaan diharapkan menghasilkan keuntungan secara periodik.
Keuntungan ini merupakan imbalan bagi pemegang saham dalam
menginvestasikan dananya. Nilai investasi adalah kekayaan pemegang
saham yang menjadi bagian nilai perusahaan. Untuk menambah kapital,
perusahaan dapat menarik dana dengan menerbitkan surat utang (debt).
Aliran keuntungan perusahaan sekarang menjadi milik pemegang saham
dan pemegang surat utang atau dikenal dengan; bond holders.
Nilai sekarang dari keuntungan yang sekarang menjadi nilai
perusahaan yang baru. Nilai perusahaan yang sekarang terdiri dari nilai
saham dan nilai utang.
Keuntungan maksimum perusahaan dapat dihitung dengan
pendekatan marginalisme yang diformulasikan ke dalam MC=MR,
Konsep marginalisme ini diselesaikan dengan pendekatan optimalisasi.
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
Namun, biaya untuk kontrol dan pengawasan manajer sangat tinggi sehingga
tidak ekonomis. Pemegang saham harus mencari variabel yang berkaitan erat
dengan usaha manajer, namun relatif mudah diobservasi. Dalam statistika
variabel ini disebut variabel instrumen (instrument variables). Salah satu
variabel instrumen usaha manajer adalah output atau jumlah produk
perusahaan.
Besarnya usaha manajer tercermin pada jumlah output perusahaan yang
mudah diobservasi. Untuk menstimulasi manajer supaya bekerja lebih keras,
pemegang saham perlu mengaitkan upah manajer dengan output. Struktur
upah yang populer adalah struktur upah yang terdiri dari komponen upah
tetap dan komponen upah variabel. Struktur upah tersebut dapat ditampilkan
sebagai berikut:
w w q
dengan ATM diyakini mempunyai kesalahan yang relatif amat kecil dan
mesin tidak dapat melakukan “demo.” Mentransfer risiko ke manajer sendiri
artinya, manajer menanggung risiko perusahaan. Misalnya, gaji manajer
hanya bergantung pada kinerja manajer sendiri. Bayangkan pengusaha yang
mengelola perusahaannya sendiri, seperti petani. Hasil yang diperoleh petani
bergantung pada usahanya sendiri, apabila malas tentu hasilnya sedikit.
B. SUMBER KEUNTUNGAN
D. MANAJEMEN RISIKO
tersebut menjadi semakin menurun. Fenomena ini adalah salah satu bentuk
dari law of diminishing returns. Kombinasi yang efisien terjadi apabila satu
rupiah terakhir yang dialokasikan pada input A harus menghasilkan output
yang sama apabila satu rupiah terakhir tersebut dialokasikan ke input B.
Alokasi ini dipandu dengan harga relatif, bukan harga riil.
Definisi harga adalah signal kelangkaan sebuah barang (jasa). Mengapa
harga berlian tinggi karena berlian langka. Mengapa udara yang amat
berguna bagi kehidupan harganya nol (gratis) karena udara tersedia berlebih.
Di negara di mana tersedia banyak tenaga kerja maka upah cenderung relatif
rendah. Sebaliknya, negara dengan sedikit tenaga kerja, upah cenderung
tinggi. Perusahaan yang memproduksi produk dengan teknologi padat karya
(labor intensive) cenderung memilih lokasi dengan upah rendah. Produsen
pakaian dan sepatu cenderung memilih Cina sebagai tempat produksi karena
upah di Cina yang relatif rendah.
Perusahaan menggunakan harga (relatif) sebagai panduan dalam
mengalokasikan sumber dayanya secara efisien (optimal). Argumen ini
adalah salah satu fenomena dari teori alokasi harga. Teori alokasi harga
menyatakan bahwa harga dari pasar yang kompetitif mampu mengalokasikan
sumber daya secara optimal. Salah satu dari implikasi teori alokasi harga
adalah bahwa meskipun sebuah perusahaan dapat menyediakan input sendiri,
namun biaya penyediaan input tersebut lebih tinggi dibanding harga pasar
maka perusahaan seharusnya memilih membeli input tersebut di pasar
eksternal.
G. EKSTERNALITAS
Pasar sebuah barang terdiri dari penyedia (penjual) dan pembeli barang.
Penjual akan cenderung menjual produk lebih banyak apabila harga produk
naik. Sebaliknya, pembeli akan membeli produk lebih banyak apabila harga
produk semakin turun. Gambar 1.6 menampilkan interaksi antara penjual dan
pembeli.
EKMA4312/MODUL 1 1.29
Gambar 1.6
Permintaan dan Penawaran
turun. Kondisi pada saat harga sama dengan harga ekuilibrium disebut
kondisi long run. Kondisi bukan ekuilibrium disebut kondisi short run.
I. PERUBAHAN PERMINTAAN
Gambar 1.7
Peningkatan Permintaan
J. PERUBAHAN PENAWARAN
Kasus kurva penawaran bergeser ke kiri dapat terjadi apabila harga input
menjadi semakin mahal. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)
mengakibatkan sebagian nelayan tidak melaut. Akibatnya, penawaran
(persediaan) ikan menjadi lebih sedikit. Penurunan penawaran ini
digambarkan dengan pergeseran kurva penawaran (supply) ke kiri, lihat
Gambar 1.8.
1.32 Ekonomi Manajerial
Gambar 1.8
Dampak Penurunan Penawaran
dan imbalan atau aliran kas masuk (cash intflows) proyek investasi bersifat
periodik dan jangka panjang. Nilai sebuah proyek sama dengan penjumlahan
nilai sekarang aliran dana masuk dikurangi dengan nilai sekarang dari aliran
dana keluar. Nilai sebuah proyek disebut nilai sekarang neto (net present
value (NPV)) proyek. Formula NPV sebuah proyek adalah:
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Pemegang saham mendelegasikan pengelolaan perusahaan kepada
manajer. Pendelegasian ini memunculkan permasalahan moral hazard,
yaitu perilaku manajer tidak sesuai dengan kemauan pemegang saham.
Salah satu instrumen untuk menekan perilaku moral hazard adalah
dengan menggunakan sistem insentif. Sistem gaji perusahaan harus
memicu manajer (dan pegawai lainnya) untuk bekerja sesuai dengan
kemauan pemegang saham (tujuan perusahaan). Sistem upah linier yang
terdiri dari gaji tetap dan gaji variabel dianggap dapat menekan perilaku
moral hazard yang merugikan perusahaan.
Dalam melakukan optimalisasi, perusahaan menggunakan harga
relatif (riil) sebagai pedoman, bukan harga nominal. Harga relatif sebuah
barang (jasa) adalah harga barang tersebut dibanding dengan harga
barang lainnya. Harga relatif tidak dinyatakan dalam uang, tetapi
dinyatakan dengan barang riil.
Dalam proses produksi, perusahaan biasanya memproduksi polusi
(eksternalitas negatif). Dengan menggunakan prinsip tidak ada sesuatu
yang gratis, perusahaan harus memberikan kompensasi kepada mereka
yang terpaksa mengasumsi polusi tersebut. Pasar biasanya tidak mampu
menghasilkan harga polusi. Harga polusi dapat dinegosiasikan dengan
pihak yang terkena (sesuai dengan skenario Ronald Coase) atau dengan
intervensi regulator.
Manajer terkadang berupaya untuk meningkatkan keuntungan
periode sekarang yang tinggi untuk mendapatkan kompensasi yang lebih
besar. Perilaku manajer ini dapat menempatkan perusahaan pada risiko
yang tinggi. Risiko perusahaan yang tinggi mengakibatkan nilai
perusahaan turun. Oleh karena itu, peluang perilaku manajer yang
berpotensi merugikan perusahaan perlu diperkecil. Dengan menerapkan
manajemen risiko, perusahaan akan mampu mencegah manajer untuk
mengambil risiko yang terlalu tinggi. Sekarang ini, manajemen risiko
telah menjadi instrumen wajib untuk meningkatkan nilai perusahaan.
1.36 Ekonomi Manajerial
TES F OR M AT IF 2
Glosarium
Daftar Pustaka
Analisis Permintaan
Dr. T. Sunaryo
PEN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
Fungsi Permintaan
1. Makan Tempe
A makan tempe. A yang sedang lapar akan menghabiskan berapa buah
tempe? Tempe pertama memberikan kepuasan (utiliti) kepada A sebesar 7,
lihat Gambar 2.1. Gambar 2.1 menggambarkan fungsi utiliti A. Tempe kedua
memberikan tambahan utiliti 2 kepada A. Tempe ketiga memberikan utiliti 1
kepada A. Stop! A tidak mengambil tempe keempat.
2.4 Ekonomi Manajerial
Gambar 2.1
Fungsi Utiliti Konsumen
3. Kondisi Optimal
Perhatikan bahwa A berhenti pada konsumsi ketiga, yaitu pada saat
marjinal utiliti tempe ketiga sama dengan marjinal utiliti uang 1.000 ketiga
A, yaitu sama-sama satu. A mengoptimalkan konsumsinya dengan membeli
tiga tempe.
optimal A adalah nilai marjinal utiliti (value marginal utility, VMU) tempe
yang dibeli terakhir sama dengan harga tempe.
VMU p
Penekanan tempe terakhir dan harga tempe terakhir tersebut penting. Tempe
terakhir memberikan kenaikan utiliti yang lebih kecil dibanding dengan
tempe sebelumnya. Implikasinya, penjual tempe bisa mendiskon harga
tempenya setelah pelanggan mengonsumsi 3 tempe misalnya. Dengan
mendiskon mulai tempe ke empat dan seterusnya, penjual bisa menjual lebih
banyak lagi. Tentu saja diasumsikan bahwa ongkos marjinal tempe masih
lebih rendah dibanding harga tempe.
tempe lebih banyak. Sebaliknya, apabila harga tempe naik, A akan membeli
tempe lebih sedikit. Cerita simpel ini adalah salah satu dari fenomena dari
apa yang disebut teori alokasi harga (price allocation theory).
Teori alokasi harga mengatakan bahwa yang mengalokasikan sumber
daya konsumen adalah harga. Harga adalah signal kelangkaan sebuah barang
atau jasa. Intan yang gunanya relatif sedikit, tetapi langka membuat harganya
tinggi. Udara yang gunanya tinggi karena tersedia banyak sekali, harganya
nol (gratis).
Harga adalah signal kelangkaan dari sebuah barang. Harga tidak berkaitan
dengan kegunaan dari sebuah barang. Barang yang langka mempunyai
harga tinggi.
U x0,5
Tabel Ilustrasi Fungsi Utiliti dengan Perubahan Diskret
x x 0,5 MU x
1 1 1
2 1.41 0,41
3 1.73 0,32
4 2 0,27
5 2.24 0,24
6 2.45 0,21
2.8 Ekonomi Manajerial
Perhatikan bahwa nilai fungsi utiliti x 0,5 adalah fungsi naik. Marjinal
utiliti-nya semakin menurun. Bentuk fungsi utiliti yang populer adalah:
U x
di mana nilai (dibaca alfa) lebih besar dari nol dan lebih kecil dari satu
0 x 1 . Batasan nilai alfa ini menjamin bahwa nilai fungsi utiliti
memenuhi karakteristik fungsi naik dan marjinal utiliti-nya semakin
menurun. Secara matematis fungsi utiliti ini sering disebut fungsi pangkat
(power function). Dalam ilmu ekonomi, fungsi utiliti ini disebut fungsi utiliti
Cobb-Douglas.
Secara matematis, marjinal utiliti adalah turunan pertama fungsi utiliti.
Simbol dari turunan fungsi utiliti adalah:
U ' atau U
x
U
MU 0,5x(0,51) 0,5x 0,5
x
Fungsi marjinal utiliti ini merupakan fungsi yang menurun. Ingat law of
diminishing returns dalam utiliti.
7. Makan Sepuasnya
Apabila B mentraktir A untuk makan tempe sepuasnya. A akan
menghabiskan berapa tempe? Pasti lebih dari tiga karena gratis. Gratis
artinya bagi A, harga tempe adalah nol. A akan makan tempe sepuasnya,
EKMA4312/MODUL 2 2.9
Gambar 2.2
Permintaan Individual A terhadap Tempe
membeli satu tempe. Apabila B bisa makan tempe gratis, B akan melahap
tiga tempe.
Gambar 2.3
Permintaan Individual B terhadap Tempe
Gambar 2.4
Permintaan Pasar terhadap Tempe
EKMA4312/MODUL 2 2.11
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Asumsinya, pelaku ekonomi yang rasional dapat melakukan
ordering dan memberikan peringkat terhadap pilihan-pilihannya.
Implikasinya menunjukkan karakteristik hubungan kesukaan, dan ini
bersifat transitif kemudian akan mengoptimalkan pilihannya,
memaksimumkan kepuasan (utiliti-nya). Kebiasaan konsumen adalah
mengoptimalkan utiliti-nya, konsumen berupaya untuk memaksimumkan
utiliti-nya dengan kendala yang dihadapinya karena konsumen
menghadapi kendala berupa anggaran. Dihadapkan dengan law
deminishing return, indifference curve, teori aloksi harga, fungsi utiliti,
permintaan individu, dan pasar berbagai kendala harga dan keputusan
jumlah konsumsi yang tidak sama hasilnya.
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
Nilai elastisitas harga tempe adalah negatif karena apabila harga tempe
turun, jumlah tempe yang diminta pasar naik. Sebaliknya, apabila harga
tempe naik, jumlah tempe yang diminta turun. Umumnya nilai elastisitas
harga adalah negatif maka orang hanya mengatakan bahwa elastisitas harga
tempe adalah dua, tanpa kata negatif. Dalam hal ini orang dianggap sudah
mengerti bahwa nilai elastisitas harga adalah negatif.
Kurva permintaan yang mempunyai kemiringan negatif menggambarkan
elastisitas harga negatif. Semakin negatif kemiringan kurva permintaan,
semakin besar elastisitas harga kurva permintaan, perhatikan Gambar 2.5.
EKMA4312/MODUL 2 2.15
Gambar ini menunjukkan 3 kurva permintaan yang berbeda yaitu D1, D2,
dan D3.
Gambar 2.5
Tabel 2.1
x px , I ( px ) x x I
px px I
I px
x px , I ( px )
, efek total, apabila harga tempe berubah satu persen,
px
berapa perubahan permintaan tempe.
x I
, efek pendapatan, perubahan harga tempe menyebabkan
I p x
perubahan pendapatan konsumen. Perubahan pendapatan konsumen
mengakibatkan perubahan permintaan tempe.
x
, efek substitusi, dengan asumsi pendapatan tidak berubah,
px I
perubahan harga tempe, mengakibatkan perubahan permintaan tempe.
Kondisi optimal untuk konsumsi tahu (y) dan tempe (x) akan tercapai
apabila rupiah terakhir yang dialokasikan ke tempe harus memberikan
utiliti yang sama bila rupiah terakhir tersebut dialokasikan ke tahu.
EKMA4312/MODUL 2 2.19
MU x MU y
px py
Mengapa demikian?
5 10
1.000 2.000
1 10
1.000 2.000
5 1
1.000 2.000
MU x MU y
Konsumsi yang optimal harus memenuhi .
px py
2.20 Ekonomi Manajerial
maka U ( x, y) ( px x py y I )
L U ( x, y)
px 0 (1)
x x
L U ( x, y )
py 0 (2)
y y
L
px x p y y I 0 (3)
U ( x, y)
MU x
x
U ( x, y )
MU y
y
Dengan menggunakan persamaan (1) dan (2) didapat
MU x MU y
px py
EKMA4312/MODUL 2 2.21
di mana
px py 1.000
I 10.000
x y dengan kendala px x py y I
3. Harga Relatif
Perhatikan lagi hasil optimasi di atas,
I
x
px
dan
I
y
py
Permintaan barang x dan y akan berubah bila rasio harga x dan y berubah.
Bila rasio harga tidak berubah, alokasi sumber daya tidak berubah.
EKMA4312/MODUL 2 2.23
dan
I
y ( I )( p y ) 1
py
Perhatikan bahwa fungsi ini juga merupakan fungsi pangkat atau fungsi
Cobb-Douglas. Elastisitas harga fungsi permintaan x adalah -1, sedangkan
elastisitas pendapatan x adalah 1. Ingat bahwa masing-masing pangkat
argumen (variabel penjelas atau variabel independen dalam regresi) dari
fungsi Cobb-Douglas merupakan masing-masing elastisitasnya. (Pernyataan
ini ditunjukkan di bagian berikutnya).
Contoh:
Ali mempunyai fungsi utiliti Cobb-Douglas dalam mengonsumsi tahu (x)
dan tempe (y), U x 0,4 y 0,6 . Ini menggambarkan bahwa:
a. Kenaikan konsumsi tahu sebanyak 1% akan meningkatkan utiliti
(kepuasan) sebesar 0,4%.
b. Kenaikan konsumsi tempe sebanyak 1% akan meningkatkan kepuasan
sebanyak 0,6%.
c. Kenaikan konsumsi tahu sebanyak 1% dan konsumsi tempe sebanyak
1% akan meningkatkan utiliti sebanyak 1% (penjumlah elasisitas tahu
dan tempe)
2.24 Ekonomi Manajerial
5. Elastisitas Pendapatan
Apabila pendapatan A naik satu persen permintaan terhadap tempe naik
2% dikatakan bahwa elastisitas pendapatan (income) terhadap permintaan
tempe adalah 2. Formula elastisitas pendapatan adalah:
%q
eI
%I
Contoh:
Permintaan sepeda motor (y) konsumen dipengaruhi oleh pendapatan
konsumen (I) dan harga sepeda motor (py). Fungsi permintaannya adalah
y I 0,4 py2 .
Pendapatan berpengaruh positif terhadap permintaan sepeda motor.
Naiknya pendapatan konsumen sebesar 1% akan meningkatkan jumlah motor
yang diminta sebanyak 4%. Apabila harga motor naik sebesar 1% maka
jumlah motor yang diminta berkurang sebanyak 2%.
6. Elastisitas Silang
Apabila harga tahu naik satu persen, permintaan terhadap tempe naik
2%. Dikatakan bahwa elastisitas silang (cross elasticity) tempe terhadap
harga tahu adalah dua. Ini menunjukkan naiknya harga tahu menyebabkan
jumlah tahu yang diminta berkurang dan konsumen meningkatkan jumlah
tempe yang dibeli sebagai subsitusi tahu. Formula elastisitas silang adalah:
EKMA4312/MODUL 2 2.25
%q
ey
%p y
I p y
x px
ln( x) ln px ln I ln p y
q p
p
p q
Perlu diingat bahwa nilai elastisitas harga tempe adalah . Argumen ini bisa
dibuktikan sebagai berikut.
q p p ( p ) p
p ( px ) 1 ( I ) ( p y ) x ( I ) ( p y )
p q q p q
Ingat bahwa
x q ( px ) ( I ) ( p y )
Dengan cara yang sama bisa dibuktikan bahwa elastisitas pendapatan adalah:
I
y
harga yang relatif tinggi. Sebaliknya, apabila elastisitas tempe sama dengan
2. Artinya, apabila harga tempe dinaikkan 1%, permintaan terhadap tempe
turun 2%. Apabila demikian, penjual tempe tidak mempunyai insentif untuk
menaikkan harga. Akibatnya, harga tempe cenderung tidak dinaikkan atau
relatif rendah.
Produk dengan elastisitas harga kurang dari satu disebut produk inelastis.
Produk dengan elastisitas lebih dari satu disebut produk elastis. Elastisitas
sama dengan satu disebut unitary elastic.
Harga produk yang elastis cenderung rendah. Harga produk yang tidak
elastis cenderung tinggi.
3. Elastisitas Silang
Apabila penjual tahu menurunkan harga, kemudian pelanggan tempe
memutuskan untuk tidak makan tempe, dikatakan bahwa elastisitas silang
tempe terhadap tahu amat besar. Tingkat substitusi tahu terhadap tempe amat
tinggi. Produk yang mirip, tetapi tidak identik atau yang biasa disebut
differentiated products, seperti pasta gigi Close Up dan Pepsodent
mempunyai tingkat substitusi yang tinggi. Penjual Close Up cenderung tidak
akan menaikkan harganya.
4. Elastisitas Lainnya
Tampilan standar elastisitas adalah elastisitas harga, elastisitas
pendapatan, dan elastisitas silang. Kita bisa menambah jenis elastisitas
lainnya dalam fungsi permintaan, seperti elastisitas biaya iklan (advertensi).
Formula elastisitas biaya iklan dalam tampilan diskret adalah:
%q
eb
%b
q b
b
b q
di mana,
b : biaya iklan
2.30 Ekonomi Manajerial
I p y b
x px
di mana
: elastisitas biaya iklan
ln( x) ln px ln I ln p y ln(b)
relatif tidak berubah, keputusan bahwa A akan membeli mobil sekarang atau
tahun depan bergantung pada harga dana, yaitu suku bunga.
P (harga)
1000 E
D(p ermintaan)
500 C D
0
10 Q(jumlah)
Gambar 2.6
Surplus Konsumen A
2.32 Ekonomi Manajerial
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Konsumen yang mengoptimalkan kepuasannya menghasilkan
permintaan individual. Penjumlahan permintaan individual menjadi
permintaan pasar. Karakteristik permintaan pasar adalah elastisitasnya.
Elastisitas adalah ukuran sensitivitas permintaan terhadap perubahan
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan. Ada 4 tipe elastisitas,
elastisitas harga, elastisitas silang, elastisitas pendapatan, dan elastisitas
lainnya (bukan ketiga pertama, misalnya elastisitas biaya advertensi).
Produsen menggunakan angka elastisitas untuk mengoptimalkan
keuntungannya. Misalnya, produsen cenderung menaikkan harga barang
yang bersifat inelastis. Produsen dapat menentukan dua harga berbeda
pada tempat yang berlainan sesuai dengan elastisitas permintaannya.
Harga yang tinggi akan diterapkan pada wilayah yang memiliki elastistas
permintaan rendah dan untuk wilayah yang memiliki elstisitas tinggi
dikenakan harga yang lebih murah.
Regulator juga mempunyai pembenaran untuk melakukan intervensi
apabila konsumsi menghasilkan eksternalitas negatif. Orang boleh
merokok asalkan memberikan kompensasi kepada pihak yang diasapi.
TES F OR M AT IF 2
2) Gula merupakan komplemen kopi, bila harga gula naik maka jumlah
kopi yang dibeli ....
A. berkurang
B. bertambah
C. tetap
D. tidak dapat ditentukan
5) Pasar laptop di Indonesia adalah positif berarti yang diukur adalah ....
A. elastisitas pasar
B. elastisitas pendapatan
C. jumlah permintaan
D. jumlah nokia yang terjual
Glosarium
Daftar Pustaka
Varian, Hal. (1984). Microeconimics Analysis. 2nd ed. Norton & Company.
Modul 3
PEN D A HU L UA N
rata-rata turun. Faktor skala ekonomi ini dapat membuat hambatan masuk
(entry barrier) ke industri cukup tinggi sehingga memunculkan monopoli.
Monopoli ini terjadi secara natural, seperti pada kasus Microsoft. Microsoft
menguasai pasar sistem operasi dan aplikasi komputer di seluruh dunia.
Dengan skala produksi yang amat besar membuat biaya rata-rata produksi
menjadi rendah. Akibatnya, sangat sedikit perusahaan yang berusaha masuk
industri untuk bersaing dengan Microsoft.
Modul ini membahas tentang fungsi produksi dan karakteristik-
karakteristiknya. Karakteristik-karakteristik fungsi produksi menentukan
struktur biaya yang bersangkutan. Supaya pembahasan menjadi konkret,
modul ini menggunakan fungsi produksi standar, Cobb-Douglas. Fungsi
Cobb-Douglas adalah fungsi yang sederhana dan mampu menangkap
karakteristik fungsi produksi dengan relatif mudah.
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan:
1. konsep short run dan long run dalam fungsi produksi;
2. law of diminishing returns dan mengaitkan marginal productivity of
labor dan marginal productivity of capital;
3. teknologi capital intensive dan labor intensive;
4. elastisitas faktor produksi;
5. teknologi constant, increasing, dan decreasing returns to scale;
6. karakteristik faktor produksi human capital;
7. average short run dan average long run cost;
8. economies of scale, diseconomies of scale dan economies of scope;
9. industri dengan karakteristik winner takes all.
Kegiatan Belajar 1
Produksi
Q(L)
0 a m L
Gambar 3.1
Kurva Produksi
Q : jumlah keluaran
L : jumlah tenaga kerja
Q(L) : fungsi produksi hanya bergantung pada satu faktor produksi, yaitu
tenaga kerja
3.4 Ekonomi Manajerial
Fungsi produksi yang hanya bergantung pada tenaga kerja (L), artinya
faktor produksi lainnya (K) jumlahnya konstan. Fungsi produksi yang ini
disebut fungsi produksi jangka pendek. Dalam hal ini, tenaga kerja disebut
faktor produksi variabel dan kapital disebut faktor produksi tetap. Tentu saja
faktor tetap tidak menjadi perhatian dalam menentukan tingkat output
optimal produksi dalam jangka pendek. Dalam menentukan jumlah output
yang optimal, produsen menentukan jumlah penggunaan tenaga kerja saja.
Fungsi produksi dalam kondisi jangka pendek adalah fungsi produksi di
mana sedikitnya ada satu faktor produksi yang tidak bisa diubah. Misalnya,
perusahaan A dapat menambah sebuah mesin baru yang diimpor dari Jerman
memerlukan waktu sedikitnya 5 bulan. Dalam kasus ini, periode jangka
pendek adalah 5 bulan.
Berapa lama jangka pendek itu? Jangka pendek tidak ditentukan oleh
hari, bulan atau tahun, tetapi oleh perubahan faktor produksi. Selama ada
faktor produksi yang tidak berubah maka ini disebut jangka pendek.
1. Kurva S
Fungsi produksi berbentuk seperti huruf S, lihat Gambar 3.1. Pada tahap
produksi awal, kenaikan produksi meningkat cepat dari 0 hingga A. Fungsi
produksinya mempunyai kemiringan yang semakin besar atau fungsi
produksinya melengkung menghadap ke atas (fungsi konveks). Penggunaan
tenaga kerja dari 0 hingga sejumlah a, produktivitas marjinalnya semakin
meningkat. Produktivitas marjinal (marginal productivity) tenaga kerja
adalah tambahan output karena menambah satu satuan tenaga kerja.
Misalnya, tambahan 1 orang tenaga kerja menghasilkan tambahan 2 unit
keluaran, selanjutnya tenaga kerja ditambah 1 orang lagi dan menghasilkan
tambahan 3 unit keluaran. Untuk tambahan tenaga kerja selanjutnya akan
menghasilkan tambahan keluaran yang terus meningkat.
Setelah penggunaan tenaga kerja sejumlah a, produktivitas tenaga kerja
menurun (diminishing returns). Kurva fungsi produksi naik, namun
kenaikannya semakin kecil. Akibatnya, kurva fungsi produksi setelah a
melengkung menghadap ke bawah (fungsi konkaf). Penurunan produktivitas
EKMA4312/MODUL 3 3.5
VMP w
Tabel 3.1
Ilustrasi Penentuan Jam Kerja
VMPL
Jam p t t
ke
MPL (MPL p) w
Kumulatif
1 0,41 100 41 24 16 16
2 0,32 100 32 24 8 22
3 0,27 100 27 24 3 25
4 0,24 100 24 24 0 25
5 0,01 100 1 24 -23 2
mutakhir yang lebih efisien, menyewa tenaga kerja yang terlatih dan
berpendidikan lebih tinggi. Pengalokasian sejumlah sumber daya tertentu
akan menghasilkan fungsi produksi dengan keluaran yang paling tinggi.
Efisiensi akan muncul dalam bentuk biaya rata-rata yang paling rendah.
Argumen ini mudah dipahami karena produsen dengan fungsi produksi
jangka panjang dapat memilih kombinasi K dan L yang paling efisien.
Q K L
K : jumlah K tetap
0 1 2 3 L
Gambar 3.2
Fungsi Produksi dengan Jumlah Kapital Tetap dan
Jumlah Tenaga Kerja Bervariasi
EKMA4312/MODUL 3 3.9
Q( L)
Q
MPL 0 atau dinotasikan Q '
L
2Q
0 atau dinotasikan Q ''
L2
Q
Q(K)
10
9
0 1 2 3 K
Gambar 3.3.
Fungsi Produksi dengan Jumlah Tenaga Kerja Tetap dan
Jumlah Kapital Bervariasi
3.10 Ekonomi Manajerial
Q
MPK 0
K
2Q
0
K 2
MPK MPL
r w
maka
Q( K , L) (rK wL I )
Q Q( K , L)
rx 0 (1)
K K
Q Q( K , L)
w 0 (2)
L L
L
rK wL 0 (3)
Q( K , L)
MPK
K
Q( K , L)
MPL
L
Dengan menggunakan persamaan (1) dan (2) didapat
MPK MPL
r w
Artinya, rasio produktivitas marjinal faktor-faktor tenaga kerja dengan
masing-masing harganya adalah sama (konstan). Persamaan ini adalah
kondisi produksi optimal.
Q K L
Di mana: 0<<1 dan 0<<1
Tabel 3.2.
Fungsi Produksi Jangka Panjang
Kombinasi
K L Q K 0,6 L0,4
( K dan L )
A 1 5 1.90
B 2 4 2.64
C 3 3 3
D 4 2 3.03
E 5 1 2.63
Catatan: Fungsi produksi diasumsikan mengikuti fungsi produksi Cobb-
Douglas.
Bila tenaga kerja tersedia berlebih maka tingkat upah akan rendah.
(Ingat harga adalah signal kelangkaan barang dan jasa). Harga jasa tenaga
kerja yang relatif murah dibandingkan dengan harga kapital membuat
produsen cenderung menggunakan tenaga kerja yang lebih banyak
dibandingkan menggunakan kapital (padat karya atau capital intensive)
dalam memproduksi suatu barang. Fenomena ini sering terjadi di negara
berkembang dengan populasi besar seperti Indonesia.
EKMA4312/MODUL 3 3.13
Di negara dengan jumlah tenaga kerja relatif sedikit dan pemilikan lahan
pertanian yang luas akan cenderung memproduksi produk pertanian secara
padat modal. Di Amerika Serikat, penduduk yang bekerja di sektor pertanian
kurang dari 5%. Namun, mampu memenuhi kebutuhan produk pertanian bagi
seluruh penduduk Amerika Serikat, bahkan kelebihan produksi dalam negeri
di ekspor ke negara lain.
Pada dasarnya, dalam memproduksi sebuah barang banyak pilihan
kombinasi input. Ada dua faktor yang menentukan kombinasi optimal dalam
memproduksi sebuah barang. Pertama adalah teknologi, teknologi yang tepat
akan efisien sehingga biaya rata-rata produksi rendah. Kedua, harga relatif
kapital dan tenaga kerja. Produsen akan cenderung menggunakan lebih
banyak faktor produksi yang lebih murah.
Setelah mempunyai informasi teknologi berproduksi dan harga relatif
faktor produksi, produsen menentukan jumlah produksi. Kemudian, produsen
menentukan kombinasi faktor produksi dengan ongkos yang minimum. Jadi,
dalam memproduksi sejumlah output tertentu, produsen memilih kombinasi
faktor produksi yang paling murah. Argumen ini biasanya ditampilkan dalam
grafik anggaran dan isoquant. Isoquant adalah kemungkinan-kemungkinan
kombinasi faktor produksi untuk memproduksi sejumlah tertentu output.
10 A
Kurva isoq ua nt
6 B
C q = 100
3
0 2 4 9 L
Gambar 3.4.
Kombinasi Input K dan L Untuk Menghasilkan 100 Unit Barang
3.14 Ekonomi Manajerial
C q = 100
0 L
Gambar 3.5.
Kombinasi Input K dan L Optimal
EKMA4312/MODUL 3 3.15
Q K L
ln Q ln K ln L
Production Nonproduction
Capital Returns to Scale
Workers Workers
Industry
0
1 2 0 1 3
Furniture 0.205 0.802 0.102 1.110
Chemicals 0.200 0.553 0.336 1.089
Printing 0.459 0.045 0.574 1.078
Food, beverages 0.555 0.439 0.076 1.070
Rubber, plastics 0.481 1.033 -0.458 1.056
Instruments 0.205 0.819 0.020 1.044
Lumber 0.392 0.504 0.145 1.041
Apparel 0.128 0.437 0.477 1.041
Leather 0.076 0.441 0.523 1.040
Stone, clay, etc 0.632 0.032 0.366 1.030
Fabricated metals 0.151 0.512 0.364 1.027
Electrical machinery 0.368 0.429 0.229 1.026
Transport equipment 0.234 0749 0.041 1.024
Nonelectrical machinery 0.404 0.228 0.389 1.021
Textiles 0.121 0.549 0.334 1.004
Paper and pulp 0.420 0.367 0.197 0.984
Primary metals 0.371 0.077 0.509 0.957
Petroleum 0.308 0.546 0.093 0.947
Sumber: J. Moroney, “Cobb-Douglas Production Functions and Returns to Scale in U.S.
Manufacturing Industry,” Western Economic Journal, December 1967, pp. 39-
51. (dikutip dari Salvatore, 1996, 253 ).
EKMA4312/MODUL 3 3.17
Perhatikan Tabel 3.4, elastisitas kapital, dan tenaga kerja yang berkaitan
langsung dengan proses produksi maupun yang tidak langsung berbeda
antara industri yang satu dengan lainnya. Elastisitas produksi berkaitan
dengan sumbangan faktor produksi terhadap ouput. Perhatikan industri tekstil
pada tabel 3.4. Bandingkan elastisitas kapital dengan elastisitas tenaga kerja,
elastisitas tenaga kerja sebesar 0.121 dan elastisitas tenaga kerja produksi
sebesar 0,549 dan tenaga kerja nonproduksi sebesar 0,334. Ini termasuk
industri padat karya yang membutuhkan banyak tenaga kerja. Industri tekstil
akan menguntungkan bila tenaga kerja relatif murah. Di Indonesia tenaga
kerja lebih murah dari Amerika sehingga akan lebih menguntungkan bila
pabrik tekstil didirikan di Indonesia.
Elastisitas faktor produksi bergantung pada sumbangan faktor produksi
terhadap ouput. Elastisitas faktor produksi dapat berubah dari waktu ke
waktu. Sebagai contoh adalah perusahaan percetakan yang memiliki mesin
cetak yang berumur 20 tahun. Untuk meningkatkan ouput maka perusahaan
mengganti mesin cetak lamanya dengan mesin cetak baru dengan teknologi
maju. Tentu saja dengan mesin cetak baru perusahaan mampu mencetak lebih
banyak dengan biaya lebih murah. Sumbangan mesin cetak yang baru
terhadap ouput dapat dipastikan lebih besar dari mesin cetak lama, dengan
asumsi bahwa tenaga kerja yang digunakan dalam proses pencetakan tidak
berubah. Elastisitas kapital yang dalam hal ini adalah mesin cetak baru
dipastikan akan meningkat.
Fungsi produksi Cobb-Douglas dikelompokkan dalam beberapa
klasifikasi berdasarkan elastisitas kapital ( ) dan elastisitas tenaga kerja ()
berikut ini:
1. Apabila nilai ( ) 1 maka fungsi produksi tersebut bersifat constant
returns to scale. Artinya, bila jumlah semua input (kapital dan tenaga
kerja) dikalikan dua, jumlah output juga menjadi dua kali lipat.
Q K L
Qc (2K ) (2L) 2( ) K L 2Q
Misalnya ( ) 1,5
Qi (2K ) (2L) 2( ) K L 21,.5 Q
Qi : Output fungsi produksi increasing returns to scale
3. Apabila nilai ( ) 1 maka fungsi produksi tersebut bersifat
decreasing returns to scale. Artinya, apabila jumlah semua input (kapital
dan tenaga kerja) dikalikan dua, jumlah output juga menjadi kurang dari
dua kali lipat.
Misalnya ( ) 0,5
Qd (2K ) (2L) 2( ) K L 20,5 Q
Qd : Output fungsi produksi decreasing returns to scale
Teknologi constant/increasing/decreasing returns to scale berkaitan
dengan struktur biaya produksi yang ditampilkan pada Kegiatan
Belajar 2.
4. Apabila , produktivitas kapital lebih besar dibanding dengan
produktivitas tenaga kerja. Oleh karena itu, produsen cenderung lebih
banyak menggunakan kapital dibanding tenaga kerja. Teknologi ini
disebut padat modal (capital intensive), misalnya produk-produk di
sektor industri.
5. Apabila produktivitas tenaga kerja lebih besar dibanding dengan
produktivitas kapital. Oleh karena itu, produsen cenderung lebih banyak
menggunakan tenaga kerja dibanding kapital. Teknologi ini disebut
padat tenaga kerja (labor intensive), misalnya sektor pendidikan.
6. Teknologi produksi sering ditampilkan dalam bentuk total faktor
productivity (TFP).
Q AK L
A : total factor productivity
Total factor productivity yang disimbolkan dengan A menunjukkan
bahwa dengan meningkatkan A maka ouput juga akan meningkat seperti
halnya meningkatkan K atau L. K dan L bersifat nyata dan dengan mudah
diamati perubahannya maka A bersifat kurang nyata dan lebih sulit
diamati yang mencakup perubahan teknologi, keterampilan/pengetahuan
tenaga kerja dan manajemen perusahaan. Kemajuan teknologi memberi
sumbangan yang besar terhadap peningkatan output, mesin industri,
sarana transportasi, dan komunikasi semakin efisien seiring dengan
berkembangnya teknologi. Keterampilan/pengetahuan tenaga kerja yang
EKMA4312/MODUL 3 3.19
Dalam analisis standar satuan tenaga kerja L adalah jam kerja. Satu jam
kerja dari masing-masing tenaga kerja diasumsikan sama. Produktivitas satu
jam kerja seseorang berbeda dengan yang lainnya. Jasa tenaga kerja dari
seseorang mempunyai kandungan human capital yang berbeda-beda. Satu
jam kerja seseorang yang melakukan learning by doing akan lebih besar dari
orang yang tidak melakukannya.
Human capital berbeda dengan kapital fisik. Human capital bersifat
akumulatif, semakin sering digunakan, human capital akan semakin besar
(terakumulasi). Human capital tidak terdepresiasi seperti mesin. Faktor
human capital bisa dimasukkan ke dalam fungsi produksi Cobb-Douglas
hanya dengan mengganti variabel L dengan variabel H yang mencerminkan
faktor human capital.
Faktor human capital ini mempunyai sifat akumulatif dari waktu ke
waktu dan dari generasi yang satu ke generasi berikutnya. Implikasinya,
human capital generasi mendatang pasti akan lebih besar dengan generasi
sekarang. Isaac Newton berkomentar:
Orang yang belajar ilmu ekonomi harus belajar dari tokoh-tokoh ilmu
ekonomi, seperti Adam Smith, Keynes, Samuelson, Arrow, Debreu, dan
para pemenang nobel berikutnya.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Pilihan teknologi yang tepat? Padat modal atau karya? sedangkan
proses produksi sangat tergantung pada kondisinya, kondisi yang dapat
menunjukkan kurva jangka pendek-long run, begitu juga dengan proses
produksi, yang akan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas,
jumlah tenaga kerja yang optimal (jangka pendek) dan bagaimana pula
kondisi yang dapat menunjukkan produksi yang tidak efisien, bagaimana
jika produsen juga mempunyai insentif sehingga dapat menggunakan
faktor produksi yang lebih produktif. Apabila tenaga kerja yang tersedia
amat produktif dan melimpah maka produsen akan menggunakan relatif
banyak tenaga kerja. Produsen dapat menggunakan faktor produksi
lainnya hingga produktivitas marjinal terakhirnya sama dengan ongkos
penyediaan faktor produksi terakhir tersebut. Pilihan kombinasi yang
efisien dan teori pertumbuhan modern yang mengungkapkan peran dari
human capital, dan teori ini mengakumulasi pengetahuan dan
keterampilan sehingga efisiensi yang dicapai tertinggi.
TES F OR M AT IF 1
2) Apabila kapital dan jumlah tenaga kerja dinaikkan dua kali lipat
menghasilkan ouput dua kali lipat maka dikatakan teknologi yang
digunakan adalah ....
A. inefisien
B. increasing return to scale
C. efisien
D. constant return to scale
Kegiatan Belajar 2
Kurva Biaya
Perhatikan lagi kurva produksi jangka pendek berikut ini. Kapital (K)
sebagai faktor tetap dan tenaga kerja (L) sebagai faktor variabel. Kemiringan
garis singgung di setiap titik pada fungsi produksi mencerminkan
produktivitas marjinal tenaga kerja pada titik tersebut. Lihat Gambar 3.1.
Produktivitas marjinal dari 0 ke A, naik dan kenaikannya bertambah.
Produktivitas mencapai puncaknya pada titik A di mana kemiringan garis
singgung di titik A tertinggi. Setelah itu, kemiringan garis singgung pada
kurva produksi menurun.
Kenaikan produktivitas marjinal berarti penurunan biaya marjinal,
sedangkan penurunan produktivitas marjinal berarti kenaikan biaya marjinal.
Biaya marjinal dari faktor produksi tetap adalah nol. Biaya marjinal merujuk
pada biaya penggunaan faktor tidak tetap (variabel), bukan biaya faktor tetap.
Biaya penggunaan faktor tetap disebut biaya tetap (fixed costs). Biaya
penggunaan biaya variabel disebut biaya variabel (variable costs). Biaya
tetap dan biaya variabel disebut biaya total (total costs).
Q M
Q(L)
0 a m L
Gambar 3.6
Fungsi Produksi
3.26 Ekonomi Manajerial
1. Biaya Variabel
Produktivitas marjinal bergantung pada penggunaan faktor variabel
tenaga kerja. Pola produktivitas tenaga kerja mengikuti kurva produksi pada
Gambar 3.6. Pada tahap awal, produktivitas meningkat, kemudian turun
mengikuti law of diminishing returns. Pola produktivitas ini memberikan
informasi pola biaya variabel. Lihat Gambar 3.7. Tentu saja biaya total
variabel naik. Pada tahap awal kenaikan biaya variabel menurun sejalan
dengan peningkatan produktivitas marjinal. Setelah itu, titik A, biaya variabel
naik dipercepat karena law of diminishing returns.
Q M
TVC
0 a m L
Gambar 3.7
Kurva Biaya Total Variabel
2. Biaya Total
Dalam skenario fungsi produksi jangka pendek, biaya penggunaan faktor
tetap dan faktor variabel masing-masing disebut biaya tetap dan biaya
variabel. Penjumlahan dua biaya tersebut adalah biaya total (total costs).
TC FC VC
TC : Total cost
FC : Fixed cost
VC : Variable cost
EKMA4312/MODUL 3 3.27
Biaya tetap tidak bergantung pada jumlah produksi. Bahkan, produsen juga
harus membayar biaya tetap meskipun produsen berhenti berproduksi.
Gambar 3.8 menunjukkan biaya total, yaitu biaya tetap ditambah biaya
variabel.
TC, TVC
TC
TVC
50
50 FC
0 q
Gambar 3.8.
Biaya Total
bahwa kemiringan kurva biaya total sama dengan kemiringan kurva biaya
variabel, lihat Gambar 3.8.
Biaya rata-rata (AC) adalah biaya total (TC) dibagi dengan jumlah
output (q). Secara grafik, biaya rata-rata adalah kemiringan garis yang ditarik
dari titik 0 (lihat Gambar 4) ke titik pada kurva biaya total. Perhatikan bahwa
pada titik C (tingkat produksi 6), biaya rata-rata sama dengan biaya marjinal.
Pada output sama dengan 6, biaya rata-rata berpotongan dengan biaya
marjinal. Yang menarik adalah bahwa pada saat biaya marjinal sama dengan
biaya rata-rata, biaya rata-rata berada pada titik minimum. Padankan titik C
di Gambar 3.9 dan Gambar 3.10.
Gambar 3.10 menunjukkan kurva biaya marjinal (MC) yang merupakan
kemiringan garis singgung pada titik-titik pada grafik biaya total (TC),
sedangkan kurva biaya rata-rata (AC) dan kurva biaya variabel rata-rata
(AVC) adalah kemiringan dari garis yang ditarik masing-masing dari titik 0
ke titik-titik pada grafik biaya total (TC) dan biaya variabel total (TVC).
TC, TVC
TC
TVC
FC
50
FC
A
0 5 6 q
Gambar 3.9
Biaya Marjinal
EKMA4312/MODUL 3 3.29
MC, AVC, AC
AC
AVC
MC
C
70
A
50
0 5 6 q
Gambar 3.10
Struktur Biaya
Biaya marjinal (MC) memotong biaya rata-rata (AC) pada saat biaya rata-
rata minimum.
Perhatikan titik A pada Gambar 3.9, biaya marjinal (MC) sama dengan
biaya variabel rata-rata (AVC). Seperti pada kasus biaya rata-rata, biaya
marjinal memotong biaya rata-rata variabel pada saat biaya rata-rata variabel
minimum.
Biaya marjinal (MC) memotong biaya rata-rata variabel (AVC) pada saat
biaya rata-rata variabel minimum.
4. Biaya Tetap
Perusahaan yang tidak beroperasi harus membayar biaya tetap, namun
tidak perlu membayar biaya variabel. Meskipun perusahaan tidak melakukan
produksi sehingga tidak perlu membayar tenaga kerja dan bahan baku, tetapi
sewa tanah, jasa keamanan mungkin juga listrik untuk penerangan masih
harus tetap dibayar. Semakin banyak perusahaan berproduksi, semakin
rendah biaya tetap rata-ratanya. Gambar 3.11 menggambarkan biaya tetap
rata-rata (average fixed costs, AFC).
3.30 Ekonomi Manajerial
AFC
AFC
0 q
Gambar 3.11
Biaya Tetap Rata-rata
5. Struktur Biaya
Struktur biaya menggambarkan komponen-komponen biaya yang
berguna untuk mengevaluasi keuntungan optimal. Struktur biaya terdiri dari
MC, AFC, AVC, dan AC. Gambar 3.12 menggambarkan pola komponen
struktur biaya. Tabel 3.6 memberikan ilustrasi numerikal struktur biaya.
MC, AVC, AC
AC
AVC
MC
80 C
70
A
50
AFC
0 5 6 q
Gambar 3.12
Struktur Biaya
EKMA4312/MODUL 3 3.31
Tabel 3.6
Ilustrasi Numerik Struktur Biaya
biaya rata-rata short run tidak mungkin lebih rendah dibanding biaya rata-
rata long run atau proses produksi short run tidak mungkin lebih efisien
dibanding dengan proses produksi long run.
AC
AC2
AC1
AC3
3 ACLR
0 a q
Gambar 3.13
Biaya Rata-rata Jangka Pendek dan Biaya Rata-rata Jangka Panjang
2. Economies of Scale
Asalkan biaya variabel tidak naik, ada kecenderungan biaya rata-rata
untuk turun. Misalkan, biaya variabel diasumsikan tetap maka penurunan
biaya tetap rata-rata akan membuat biaya rata-rata turun, lihat Gambar 3.14.
Kasus penurunan biaya marjinal dapat terjadi pada kasus adanya
akumulasi pengetahuan (keahlian) melalui learning by doing atau program
pembelajaran lainnya. Secara umum, penurunan biaya rata-rata sejalan
dengan banyaknya output disebut fenomena economies of scale.
Economies of scale dapat terjadi secara internal karena adanya proses
spesialisasi dan akumulasi pengetahuan. Misalnya, ongkos administrasi dan
pembelian menjadi semakin murah. Economies of scale dapat juga terjadi
secara eksternal. Perusahaan yang berkumpul pada satu lokasi akan
mendapatkan efek aglomerasi, misalnya berupa akses input yang lebih
murah. Adanya economies of scale secara eksternal ini membuat bisnis
secara natural akan mengelompok pada area tertentu, seperti central business
district (CBD). Bintang film Amerika beraglomerasi di Hollywood. Artis di
Indonesia berkumpul di Kampung Artis. Ekonom besar menggerombol di
Chicago. Proses akumulasi pengetahuan tidak hanya terjadi di sekolah,
lingkungan yang kondusif (terutama kompetisi) juga mampu menstimulasi
akumulasi pengetahuan.
AVC
AVC
0 Akumulasi q
Gambar 3.14
Efek Penurunan Biaya Rata-rata karena Economies of Scale
EKMA4312/MODUL 3 3.35
3. Economies of Scope
Memproduksi dua macam produk secara bersamaan pada satu
perusahaan lebih murah dibanding dengan memproduksi masing-masing
pada perusahaan yang berbeda. Fenomena ini disebut economies of scope.
Supermarket memanfaatkan economies of scope untuk menekan ongkos rata-
rata. Penjual asuransi jiwa juga biasanya membawa produk-produk lainnya,
misalnya asuransi kesehatan dan reksadana. Reksadana adalah salah satu
instrumen investasi finansial.
Ukuran economies of scope adalah
tertentu polusi tersebut relatif rendah atau bisa diabaikan, A dan B akan
mencapai kesepakatan pada harga yang benar. Jadi, dalam negosiasi ini A
dan B tidak memerlukan pihak ke tiga atau pengadilan. (Ronald Coase
memenangkan hadiah Nobel Ekonomi untuk argumen ini). Prinsipnya,
produsen bisa memproduksi polusi ke pihak lain asalkan memberikan
kompensasi yang disepakati keduanya.
LAT IH A N
1) Pelajari subbab A.
2) Pelajari subbab A.
3) Baca subbab A3 tentang biaya rata-rata dan biaya marjinal
4) Pelajari subbab B3.
5) Pelajari subbab B2.
R A NG KU M AN
Fungsi produksi Cobb-Douglas menggambarkan kondisi short run
dengan mengasumsikan faktor produksi kapital tetap dan faktor produksi
tenaga kerja variabel. Kondisi long run memungkinkan produsen
memilih kombinasi kapital dan tenaga kerja yang paling efisien.
Teknologi yang padat karya menggunakan tenaga kerja relatif lebih
banyak. Teknologi ini cocok diaplikasikan di negara yang mempunyai
EKMA4312/MODUL 3 3.37
banyak tenaga kerja, seperti Indonesia. Sering kali karena faktor tenaga
kerja yang tersedia banyak mengarahkan pada pilihan teknologi padat
karya, meskipun proses produksi yang efisien adalah teknologi padat
modal.
Biaya total terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Law of
diminishing returns membuat biaya marjinal dari faktor variabel semakin
naik. Di lain pihak, biaya marjinal dari faktor tetap adalah nol. Jadi,
biaya rata-rata variabel akan naik dan biaya rata-rata faktor tetap akan
turun. Biasanya, kenaikan biaya variabel rata-rata lebih besar dibanding
penurunan biaya tetap rata-rata. Akibatnya, untuk memproduksi output
yang semakin banyak, biaya rata-rata menjadi semakin tinggi.
Law of diminishing returns membuat biaya rata-rata naik dan
kenaikannya semakin besar. Sebaliknya, economies of scale adalah
faktor yang bisa membuat biaya rata-rata semakin turun. Economies of
scale dapat muncul bila biaya tetap yang relatif amat besar dibanding
dengan biaya variabelnya, seperti pada perusahaan jasa kereta api, jasa
telekomunikasi, dan produk mobil.
Jasa kereta api adalah produk yang mempunyai karakteristik
economies of scale, namun ongkos distribusinya relatif terbatas. Produk
lagu Elvis Presley bisa didistribusikan antarbenua dengan murah dan
melintasi waktu dari tahun 1960-an ke tahun 2000-an juga dengan
murah. Produk ini mempunyai biaya produksi marjinal dan biaya
distribusi marjinal yang amat kecil.
Penurunan biaya rata-rata juga bisa terjadi dari penyediaan produk
atau jasa yang beragam (economies of scope). CD bisa mengemas
beberapa lagu “the best” dan bisa terjual dengan mudah. Ingat bahwa
preferensi orang adalah konveks, suka variasi (Modul 2).
Produk yang bersifat winner takes all society adalah produk “brain
intensive” yang mempunyai biaya marjinal amat kecil dan relatif
konstan dan biaya marjinal distribusinya juga relatif amat kecil. Produk
ini mampu memonopoli pasar secara natural. Perlu diingat bahwa produk
winner takes all tentu saja harus mempunyai permintaan yang besar
(dunia) untuk merealisasikan economies of scale-nya yang amat besar.
Dalam proses produksi, sering kali produsen memproduksi polusi
yang membuat pihak yang mengonsumsi polusi tersebut tidak nyaman.
Produsen bisa mengirim polusi ke pihak lain dengan memberikan
kompensasi sesuai dengan kesepakatan antara keduanya.
3.38 Ekonomi Manajerial
TES F OR M AT IF 2
Glosarium
Daftar Pustaka
Coase, Ronald. (1960). The Problem of Social Cost. Journal of Law and
economics, 3: 1-44.
Varian, Hal. (1984). Microeconimics Analysis. 2nd ed. Norton & Company.
Viner, Jacob. (1937). Cost Curves and Supply Curves, Zeitschrift fur
Nationalokonomie, vol. III (1-1931), 23-46.
Modul 4
Analisis Regresi
Dr. T. Sunaryo
PEN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
A. DISTRIBUSI NORMAL
1. Simpangan
Coba saudara perhatikan penjual gula pasir di pasar. Dari 1 karung gula
pasir seberat 50 kg dimasukkan ke dalam 50 kantong plastik. Gula pasir
ditimbang secara cepat masing-masing seberat 1 kg kemudian dimasukkan
kantong plastik. Apakah gula pasir dalam setiap kantong plastik tepat seberat
1kg? Tentu saja tidak, bila gula dalam setiap kantong plastik ditimbang ulang
dengan timbangan yang lebih teliti, misalkan timbangan elektronik maka
akan tampak kelebihan dan kekurangan beberapa gram, bahkan 1 ons.
Kelebihan dan kekurangan berat gula merupakan simpangan/deviasi. Jumlah
4.4 Ekonomi Manajerial
kantong gula seberat 9 ons atau 11 ons sangat sedikit, yang terbanyak adalah
kantong yang beberapa gram mendekati 1 kg.
Misalnya, variabel x menyebar normal. Artinya, peluang nilai x muncul
digambarkan secara kontinu seperti pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1
Distribusi Normal
1 ( x )2
f ( x) exp
2 2 2
1
f (x )
2
Nilai peluang tersebut masih bergantung pada nilai simpangan baku. Hal
yang menarik adalah bahwa apabila semakin besar nilai simpangan baku,
semakin kecil peluang nilai variabel sama dengan rata-ratanya. Implikasinya,
semakin besar nilai simpangan baku sebaran normal, peluang nilai x yang
jauh dari rata-ratanya relatif besar atau buntutnya semakin tebal (fat tail).
Distribusi 2 pada Gambar 4.2 adalah distribusi dengan buntut tebal. Artinya,
peluang ekstrim relatif besar.
4.6 Ekonomi Manajerial
Gambar 4.2
Distribusi Normal dengan Rata-rata Sama, Namun dengan Varians Berbeda
x
z
Dalam hal ini, setiap nilai x mempunyai padanan satu nilai z. Apabila x sama
dengan rata-ratanya, maka nilai padanan z-nya sama dengan nol.
x
z 0
x 1 1
( z) (x ) x 1
x x x
EKMA4312/MODUL 4 4.7
Catatan:
Simpangan baku sebuah variabel dikurangi konstanta sama dengan
simpangan baku variabel tersebut, ( x 5) ( x) x
Dengan mentransformasikan x menjadi variabel normal baku, artinya
nilai variabel x dibakukan tanpa mengubah nilai peluangnya. Transformasi
ini memudahkan untuk penghitungan peluang x. Penghitungan x secara
langsung tidak efisien. Dengan membuat tabel z yang memuat nilai-nilai
peluang z, penghitungan semua variabel dengan distribusi normal menjadi
mudah, yaitu dengan melakukan transformasi normal baku.
1 ( z 0)2 1 ( z)2
f ( z) exp exp
1 2 2 1 2 2
x
z
Contoh:
Misalkan, x adalah keuntungan saham
x 10%
x 0
x 20%
x 0,1 0
z 0,5
0, 2
Peluang x sama dengan 0,1 sama dengan peluang z sama dengan 0,5. Ingat,
bahwa fungsi distribusi x dan z berbeda dalam rata-rata dan simpangan
bakunya.
4.8 Ekonomi Manajerial
x ~ N ( , )
Gambar 4.3
Distribusi Normal Baku
Dari Gambar 4.2, beberapa nilai peluang untuk beberapa kisaran nilai z
bisa diketahui. Peluang nilai z dari negatif tak terhingga hingga positif tak
terhingga sama dengan satu. Peluang z kurang dari 0 adalah 0. Peluang z
kurang dari -1,96 adalah 2,5%. Peluang z jatuh di antara -1,96 dan +1,96
adalah 95%. Peluang z lebih dari -1,96 adalah 97,5%.
ke sebaran normal. Teori ini tidak bisa dilupakan dalam estimasi. Teori limit
pusat bisa ditampilkan sebagai berikut:
x2
x ~ N ( , )
n
x2
dibaca rata-rata x menyebar normal dengan rata-rata dan varians , di
n
mana x2 adalah varians x.
Nilai estimasi selalu berdasarkan pada nilai rata-rata (nilai harapan atau
expected value). Distribusi rata-rata konvergen pada sebaran normal. Dengan
demikian, nilai peluang dari rata-rata bisa diketahui dengan relatif mudah.
Apabila jumlah amatan cukup banyak, rata-rata akan semakin konvergen
pada distribusi normal. Untuk jumlah amatan relatif sedikit, ekor sebaran
rata-ratanya akan menebal. Dalam hal ini, distribusi baku yang
mengakomodasi sedikit pengamatan (buntut tebal) adalah distribusi t.
Distribusi t ini tentu saja konvergen pada distribusi z bila jumlah amatan (n)
semakin banyak. Sebagai panduan, bila jumlah amatan kurang dari sedikit
(30) transformasi rata-rata mengikuti distribusi t. Apabila jumlah amatan
banyak (lebih dari 30), transformasi rata-rata menyebar normal menyebar
normal baku. Namun, t konvergen pada jumlah amatan banyak. Oleh karena
itu, dalam pengujian biasanya hanya mengandalkan tabel t.
n
( xi x )2
i 1
s 2 ˆ 2
n 1
s s2 .
EKMA4312/MODUL 4 4.11
D. KORELASI
Apabila nilai variabel x naik, nilai variabel y juga naik dikatakan bahwa
variabel x dan y berkorelasi positif. Sebaliknya, apabila nilai variabel x naik,
nilai variabel y turun dikatakan bahwa variabel x dan y berkorelasi negatif.
Korelasi variabel x dan y tidak menunjukkan hubungan sebab akibat atau
kausalitas. Hubungan kausalitas datangnya dari logika atau teori, bukan dari
penghitungan statistik korelasi. Apabila harga produk naik maka permintaan
produk tersebut turun adalah teori permintaan. Korelasi antara harga produk
dan permintaan produk adalah negatif. Teori membentuk hipotesis, statistik
membuat pembenaran berdasarkan data (realita).
Korelasi tanggal lahir dan tanggal meninggal positif hanya fakta empiris
sampel, tanpa teori (logika) yang mendukung fakta empiris tersebut. Fakta ini
hanya muncul secara kebetulan. Sampel yang menjadi dasar penghitungan
tidak mewakili populasi kedua variabel tersebut. Apabila ukuran sampel
4.12 Ekonomi Manajerial
N
( x x )( y y )
i 1
x, y Cov( y, x)
N
atau
xy
xy
x y
di mana
xy : kovarians (covariance) variabel x dan variabel y
xy : korelasi antara x dan y
x : deviasi standar x
y : deviasi standar y
Nilai kovarians distandarisasi menjadi korelasi dengan membagi dengan
deviasi standar kedua variabelnya sehingga nilainya berkisar dari -1 hingga
+1. Apabila nilai y sebanding dengan nilai x maka korelasi y dengan x adalah
satu. Misalnya, y bx di mana b adalah sebuah bilangan positif maka y dan
x berkorelasi satu. Apabila y x , korelasi y dengan x sama dengan satu.
Apabila y x , korelasi y dengan x adalah -1. Dalam realita, korelasi antara
dua variabel berkisar dari -1 hingga +1. Apabila korelasi antara y dan x sama
dengan nol, dikatakan bahwa y dan x saling independen.
E. ANALISIS REGRESI
y f ( x1 , x2 , x3 )
q px p y I
ln q ln px ln py ln I
1. Pembentukan Hipotesis
Fokus pengujian adalah hubungan kausalitas. Bentuk hubungan
kausalitas adalah sebuah variabel independen mempengaruhi variabel
dependen. Bentuk hubungan yang lebih informatif adalah apabila nilai
variabel independen berubah satu persen, variabel dependen berubah berapa
persen. Apabila variabel independen harga produk tidak mempengaruhi
permintaan produk, pengaruh harga terhadap permintaan produk adalah nol.
Dalam memilih variabel bebas tentu saja yang diharapkan adalah bahwa
variabel bebas mempengaruhi variabel dependen. Hal yang tidak diharapkan
adalah variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen.
Hipotesis variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen
disebut H0 (hipotesis nol). Angka nol merujuk bahwa pengaruh independen
terhadap dependen variabel adalah nol (tidak berpengaruh), sedangkan
hipotesis variabel independen mempengaruhi dependen variabel disebut H 1
(hipotesis 1 atau hipotesis alternatif). Kata alternatif merujuk pada hipotesis
bahwa pengaruh independen variabel berpengaruh pada dependen variabel.
Oleh karena itu, bentuk dari hipotesis adalah sebagai berikut.
H0 : 0
Ha : 0
2. Pengujian Hipotesis
Untuk menentukan penerimaan atau penolakan sebuah H0 memerlukan
uji t. Uji t sering disebut sebagai uji sebuah koefisien karena menguji masing-
masing koefisien variabel independen dalam model regresi. Dalam uji t,
koefisien (misalnya ̂ ) diasumsikan menyebar normal dengan rata-rata 0,
sesuai dengan H0. Kemudian, nilai estimasi beta tersebut ditransformasi
normal baku dan nilainya disebut t hitung.
ˆ 0
thitung
sˆ
Gambar 4.4
Daerah Penerimaan dan Penolakan H0
4.18 Ekonomi Manajerial
H. TINGKAT KEPERCAYAAN
Apabila nilai mutlak t hitung lebih besar lebih besar dari 1,96 (t tabel)
maka koefisien variabel independen signifikan (berbeda nyata dengan rata-
ratanya (0) pada tingkat kepercayaan 95%. Perbedaan ini akan semakin nyata
bila nilai mutlak t hitung semakin besar. Apabila nilai mutlak t hitung lebih
besar dari 2,33 (t tabel) maka koefisien variabel independen signifikan
dengan tingkat kepercayaan 99%.
Tingkat kepercayaan uji t akan tinggi apabila nilai mutlak t-hitung tinggi.
Nilai mutlak t-hitung sebanding dengan nilai estimasi koefisien variabel
independen ̂ dan berbanding terbalik dengan deviasi standar dari
estimasi koefisien variabel independen tersebut sˆ . Nilai deviasi standar
estimasi koefisien variabel independen ini sebanding dengan deviasi standar
error regresi, se . Nilai deviasi standar error regresi akan rendah apabila
semakin besar regresi bisa menjelaskan variasi dependen variabel. Dengan
memilih variabel independen yang bisa menjelaskan variasi variabel
dependen, variasi error regresi bisa kecil. Kecilnya variasi (deviasi standar)
error regresi akan membuat divisi standar estimasi koefisien variabel
independen mempunyai nilai t-hitung tinggi. Nilai t-hitung yang tinggi
membuat H0 ditolak dengan tingkat kepercayaan yang semakin tinggi.
Misalnya, x adalah variabel independen yang bisa menjelaskan dependen
variabel y. Apabila nilai x sama maka x tidak bisa menjelaskan variasi nilai y.
Oleh karena itu, kemampuan x menjelaskan y bisa terealisasi apabila nilai x
bervariasi. Oleh karena itu, ketepatan estimasi koefisien x akan lebih tinggi
(dicerminkan dengan kecilnya varians estimasi koefisien x) apabila variasi
nilai x besar.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Teori ekonomi selalu mengandung esensi sebab akibat (kausalitas).
Apakah pernyataan kausalitas tersebut sesuai dengan realitas? Untuk
mengukur (menguji) pernyataan kausalitas ini dengan realita
memerlukan analisis regresi. Dalam analisis regresi, koefisien regresi
adalah sebuah statistik.
Dalam statistika, statistik dari sampel yang mewakili populasi
merupakan estimasi parameter populasi tersebut. Fokus dari estimasi
adalah statistik rata-rata. Rata-rata konvergen pada distribusi normal
(central limit theorem).
EKMA4312/MODUL 4 4.21
TES F OR M AT IF 1
x i
A. i
N
B. s s2
xy
C. xy
x y
n
( xi x )2
i 1
D. s 2 ˆ 2
n 1
4.22 Ekonomi Manajerial
Kegiatan Belajar 2
Ilustrasi Regresi
n
( xi x )2
i 1
s x2 ˆ x2
n 1
sx sx2
Tabel 4.1
Penghitungan Varians dan Deviasi Standar
x y x y ( xi x ) ( yi y ) ( xi x )2 ( yi y )2
1 3 2 4 -1 -1 1 1
3 5 2 4 1 1 1 1
Jumlah 0 0 2 2
sx2 2
sx 2
s 2y 2
sy 2
n
( yi y )( xi x )
i 1
Cov( y, x) s y , x
n 1
Tabel 4.2
Penghitungan Covarians x dan y
( xi x ) ( yi y ) ( xi x )( yi yi )
-1 -1 1
1 1 1
Jumlah 2
Cov ( y, x) sy, x 2
sxy 2
rxy 1
sx s y 2 2
Nilai kovarians bisa negatif besar sekali hingga positif besar sekali
(secara teori tak terhingga). Kovarians variabel x dan y distandarisasi dengan
membagi dengan kedua varians x dan y menjadi korelasi sehingga nilainya
berkisar dari -1 hingga +1.
A. ILUSTRASI REGRESI
Tabel 4.3
Data Fungsi Permintaan
Nomor Qx Px Py I
1 5000 500 250 100
2 5800 650 280 200
3 6000 660 310 300
4 6600 770 330 350
5 7000 790 450 550
6 7300 810 480 650
7 7500 880 500 750
8 8000 890 550 800
9 8800 950 590 850
10 9900 980 650 900
Catatan: Data ini adalah data hipotetis
q px p y I
Tabel 4.4
Data setelah Ditransformasikan dengan Transformasi Ln
Nomor ln Qx ln Px ln Py ln I
1 8,52 6,21 5,52 4,61
2 8,67 6,48 5,63 5,30
3 8,70 6,49 5,74 5,70
4 8,79 6,65 5,80 5,86
5 8,85 6,67 6,11 6,31
6 8,90 6,70 6,17 6,48
7 8,92 6,78 6,21 6,62
8 8,99 6,79 6,31 6,68
9 9,08 6,86 6,38 6,75
10 9,20 6,89 6,48 6,80
Tabel 4.5
Koefisien variabel independen
Tabel 4.6
Formula Uji t
B. UJI t
H0 : 0
H 1: 0
H0 : 0
H1: 0
H0 : 0
H1: 0
C. ANALYSIS OF VARIANCE
Tabel 4.7
Analysis of Variance
Source df SS MS F P-Value
Regression 3 0,365 0,122 107,474 0,000
Residual 6 0,007 0,001
Total 9 0,372
Tabel 4.8
Analysis of Variance
Source df SS MS F P-Value
Regresi dfR JKR JKR KTR Lihat
KTR F tabel F
dfR KTE
Error dfE JKE JKE
KTE
dfE
Total dfT JKT
n
yi y
2
JKT
i 1
n
yi yˆi
2
JKE
i 1
n
yˆi y
2
JKR
i 1
Jumlah kuadrat regresi adalah jumlah kuadrat dari simpangan nilai estimasi
dependen variabel ŷ dari rata-rata variabel dependen y .
D. DERAJAT BEBAS
Jumlah derajat bebas awal adalah 10, sama dengan ukuran sampel.
Setiap mengestimasi sebuah statistik derajat bebas berkurang satu. Dalam
model ada tiga koefisien yang diestimasi. Derajat bebas model adalah tiga.
Konstanta dalam model bisa dianggap rata-rata. Penghitungan rata-rata
memakan sebuah derajat bebas. Jadi, derajat bebas berkurang empat. Oleh
karena itu, derajat bebas yang tersisa adalah 6.
Derajat bebas ini mempengaruhi nilai t-tabel. Ingat bahwa H0 akan
ditolak apabila t-hitung lebih besar dari t-tabel. Oleh karena dalam pengajuan
yang diharapkan adalah menolak H0 maka yang diharapkan adalah nilai
t-tabel yang kecil. Nilai t-tabel akan semakin kecil bila derajat bebas error
besar.
4.32 Ekonomi Manajerial
Derajat bebas bisa besar bisa dicapai dengan membuat ukuran sampel
yang besar dan membuat jumlah variabel dalam model (variabel independen)
sedikit, lihat Tabel 4.9 di bawah ini.
Tabel 4.9
Nilai t-Tabel dan Tingkat Kepercayaan Uji t Dua Ekor
E. KOEFISIEN DETERMINASI
Koefisien determinasi R
2
mengukur berapa persen variasi dependen
variabel yang bisa dijelaskan oleh model regresi. Ukurannya adalah jumlah
kuadrat regresi dibagi jumlah kuadrat total (variabel dependen).
JKR
R2
JKT
F. UJI F
KTR
~F
KTE
EKMA4312/MODUL 4 4.33
KTR
bisa disebut F hitung.
KTE
Rasio ini menjadi dasar untuk menguji model regresi.
H0 : 0
H1 : Setidaknya ada salah satu koefisien regresi yang tidak sama dengan nol.
H0 : 1 2 3 0
H1 : i 0 , i , i = 1, 2, 3.
dibaca ada. i dibaca untuk semua i.
Gambar 4.5.
Daerah Penerimaan dan Penolakan Uji F
Untuk kasus di atas, nilai F-hitung adalah 107,474 jauh lebih tinggi dari
nilai F-tabelnya dengan tingkat kepercayaan 99%, yaitu 9,78. Angka 9,78 ada
dalam tabel F dengan derajat bebas 3 (df model regresi) dan 6 9 (df error).
Distribusi F mempunyai dua derajat bebas. Kesimpulannya, model regresi di
atas bisa menjelaskan variasi data dengan tingkat kepercayaan mendekati
100%. (Dalam pengujian tidak pernah menyebut tingkat kepercayaan 100%,
begitu juga pada kasus lainnya).
ri rf (rm rf ) i
EKMA4312/MODUL 4 4.35
di mana
ri : return saham i
rf : return instrumen finansial tanpa risiko (risk free rate), misalnya
deposito atau Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Risk free rate
diasumsikan konstan.
rm : return pasar, misalnya return dari indeks saham
rm rf : premi risiko pasar, tambahan return karena menerima risiko pasar
: beta, sensitivitas return saham terhadap perubahan premi pasar
i : error, return saham i yang tidak bisa dijelaskan oleh model
ri rf (rm rf )
Pt Pt 1
Formula untuk menghitung return adalah r , harga sekarang
Pt
dikurangi harga periode sebelumnya dibagi dengan harga periode
sebelumnya.
Oleh karena risk free rate diasumsikan konstan, CAPM bisa ditampilkan
sebagai:
(ri rf ) (rm rf )
Hal yang menjadi fokus dalam estimasi CAPM adalah nilai estimasi beta
̂ . Misalkan, nilai beta saham A adalah 2. Artinya, apabila premi pasar
naik 1%, return saham A naik 2%. Perhatikan bahwa return dinyatakan
dalam persen. Jadi, interpretasi regresi return, interpretasinya sama dengan
interpretasi elastisitas, sama dengan kasus regresi apabila semua variabel
ditransformasikan dengan transformasi ln.
H. PREDIKSI RETURN
yang lebih tinggi dibanding instrumen tanpa risiko seperti SBI. Untuk saham
dengan nilai beta sama dengan 2, return saham tersebut adalah 16%
(8% + 2(4%)). Untuk saham dengan nilai beta 1, return saham sama dengan
10%. Perhatikan bahwa saham dengan nilai beta lebih besar mempunyai
return yang lebih besar.
ri 0 1 (rm rf ) 2 X i
di mana
X : perubahan nilai tukar (dalam persen).
dalam regresi bisa muncul dalam error. Varians error bank kecil lebih besar
dibanding varians error bank besar. Fenomena varians error yang tidak sama
sesuai dengan observasi disebut heterosedatisitas (heteroscedasticity). OLS
mensyaratkan varians error yang sama homosedastisitas (homoscedasticity).
Untuk menjadikan error homoseastisitas, faktor yang menyebabkan
terjadinya heterosedatisitas perlu dimasukkan dalam model regresi,
misalnya ukuran perusahaan untuk kasus di atas.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Model regresi linier yang terdiri dari satu atau lebih variabel
independen menjelaskan variasi sebuah variabel dependen. Kemampuan
model regresi dalam menjelaskan variasi variabel dependen tercermin
dalam beberapa bentuk. Pertama, nilai koefisien regresi yang relatif
EKMA4312/MODUL 4 4.39
TES F OR M AT IF 2
Glosarium
Daftar Pustaka
Struktur Pasar
Dr. T. Sunaryo
PEN D A HU L UA N
S truktur pasar merujuk pada jumlah produsen dan konsumen dalam pasar.
Dalam struktur pasar bersaing sempurna terdapat banyak produsen dan
banyak konsumen. Banyaknya produsen mengindikasikan bahwa hambatan
masuk pasar (entry barrier) dalam industri tersebut rendah. Produsen dengan
mudah keluar atau masuk pasar. Barang yang dijual produsen identik satu
dengan lainnya. Dengan banyaknya produsen maka produsen secara individu
tidak dapat mengubah harga pasar.
Pada struktur pasar monopoli terdapat satu produsen di pasar. Kondisi ini
menunjukkan adanya entry barrier yang amat tinggi dalam pasar monopoli.
Pada pasar monopoli produsen dapat menentukan harga barang untuk
memperoleh keuntungan maksimum. Harga barang pada pasar monopoli
lebih mahal dari pasar persaingan sempurna.
Pada struktur pasar oligopoli terdapat beberapa produsen. Entry barrier
di pasar oligopoli lebih rendah dibanding yang ada di struktur pasar
monopoli. Dalam upaya memaksimumkan keuntungan, beberapa perusahaan
dapat melakukan kolusi sehingga dapat bertindak sebagai monopoli atau
sebaliknya, mereka akan berkompetisi untuk menguasai pasar. Adanya
sedikit produsen ini memungkinkan 2 macam interaksi.
Struktur pasar monopolistic competition mempunyai karakteristik
monopoli dan kompetisi. Elemen monopoli muncul melalui karakteristik
produk dan elemen kompetisi muncul dari entry barrier yang relatif rendah.
Produk masing-masing perusahaan mempunyai ciri tertentu sehingga
dibedakan antara satu dengan lainnya.
Struktur pasar bersaing sempurna mampu mengalokasikan sumber daya
secara efisien dan menghasilkan output yang lebih banyak dibanding dengan
struktur pasar lainnya. Ini adalah esensi teori kesejahteraan ekonomi pertama
yang pertama kali dikemukakan Adam Smith.
5.2 Ekonomi Manajerial
Kegiatan Belajar 1
Struktur Pasar
A. STRUKTUR BIAYA
Gambar 5.1
Struktur Biaya
B. KURVA PERMINTAAN
Gambar 5.2
Kurva Permintaan yang Dihadapi Produsen
( q ) R( q ) C ( q )
: keuntungan
R : pendapatan (revenue)
C : biaya (costs)
q : kuantitas (quantity)
Jadi
MC MR
Kondisi Implikasi
MC MR Tambah output
MC MR Kurangi output
MC MR Stop, output mencapai optimal
D. MARGINAL REVENUE
Gambar 5.3
Marginal Revenue sebuah Perusahaan dalam
Struktur Pasar Bersaing Sempurna
p 10 0,5q
R pq 10q 0,5q2
R
MR 10 q
q
Gambar 5.4
Marginal Revenue sebuah Perusahaan dalam
Struktur Pasar Bersaing tidak Sempurna
5.8 Ekonomi Manajerial
Gambar 5.5
Perusahaan Menikmati Keuntungan di Atas Normal
Tentu saja harganya 10. Produsen menikmati keuntungan sebesar 200. Ini
adalah keuntungan di atas normal (super normal profit).
Keuntungan di atas normal tentu saja mengundang produsen-produsen
lainnya (entries). Persediaan (supply) output di pasar meningkat dan
menurunkan harga produk. Produsen baru akan tetap masuk selama masih
ada super normal profit atau produsen baru akan tidak mempunyai insentif
untuk masuk bila super normal profit sama dengan nol. Keuntungan sama
dengan nol ini disebut keuntungan normal (normal profit).
Jadi, apabila harga di atas 7 (harga yang membuat keuntungan di atas
normal), harga akan turun ke 7.
Gambar 5.6
Perusahaan Menikmati Keuntungan Normal
5.10 Ekonomi Manajerial
Gambar 5.7
Perusahaan Menikmati Keuntungan di Bawah Normal (Subnormal)
terhadap pilihan beroperasi atau tutup (shut down). Namun, apabila harga
kurang dari 3, pendapatan perusahaan tidak cukup untuk membayar biaya
variabel, apalagi untuk membayar biaya tetap. Apabila harga lebih kecil dari
3, perusahaan memilih untuk berhenti beroperasi. Harga sama dengan tiga
disebut shut down point.
Gambar 5.8
Shut down point
F. KURVA PENAWARAN
Gambar 5.9
Kurva penawaran individual
Gambar 5.10
Kurva Penawaran Pasar
EKMA4312/MODUL 5 5.13
Konsep long run dan short run dalam ilmu ekonomi amat penting dan
bersifat universal. Apabila masih ada faktor yang belum selesai bergerak
(melakukan penyesuaian) disebut kondisi short run. Sebaliknya, apabila
masih ada faktor yang belum selesai melakukan penyesuaian disebut kondisi
long run. (Integrasikan pemahaman konsep short run dan long run pasar
dengan yang ada di teori produksi dan teori konsumsi).
Teori ekonomi menggambarkan kondisi long run. Dalam kondisi long
run, tidak ada faktor yang belum menyelesaikan penyesuaiannya. Dalam
5.14 Ekonomi Manajerial
realita kondisi long run tidak atau belum terjadi. Fenomena munculnya
banyak cafe setelah krisis perekonomian adalah fenomena entries dalam
industri cafe. Fenomena ini adalah kondisi ini short run. Pada saat itu,
industri cafe menjanjikan super normal profit. Teori ekonomi menunjukkan
bahwa kondisi short run pasti menuju kondisi long run. Super normal profit
menarik entries yang dengan segera “melahap” habis super normal profit
tersebut. Setelah super normal profit habis (nol), entries berhenti, kondisi
long run terjadi. Misalkan, tiba-tiba pemerintah menaikkan pajak makanan
di cafe menjadi 50%. Shock ini membuat kondisi short run lagi. Beberapa
cafe akan tutup (exit).
Sekali lagi. konsep long run dan short run amat penting dalam
pemahaman teori ekonomi, namun konsep ini biasanya kurang mendapat
perhatian.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
Gambar 5.11
Perusahaan Menikmati Keuntungan di Atas Normal
Gambar 5.12
Perusahaan Untung Normal
Apabila kurva biaya rata-rata naik maka perusahaan akan rugi (geser AC
ke atas), bahkan apabila biaya rata-rata naik secara signifikan (monopoli
amat tidak efisien), perusahaan monopoli bisa gulung tikar.
1. Oligopoli
Dalam struktur pasar oligopoli ada beberapa produsen. Beberapa yang
paling mudah adalah dua. Oleh karena itu, fokus analisis pasar oligopoli
adalah duopoli. Analisis duopoli ini mewakili analisis oligopoli.
Dalam struktur pasar bersaing sempurna dan monopoli, perusahaan
hanya “bermain” dengan kurva permintaannya. Dalam struktur pasar
oligopoli, perusahaan mengambil keputusan dengan memperhitungkan
perkiraan reaksi kompetitornya. Oleh karena itu, analisis oligopoli banyak
menggunakan konsep game theory. Game theory memfasilitasi pola interaksi
antara sedikit pelaku ekonomi.
Salah satu analisis pasar oligopoli adalah dengan mengasumsikan
perusahaan dalam oligopoli menghadapi kurva permintaan patah (kinked
demand curve). Di pasar ada dua produsen, A dan B. Apabila A menaikkan
harga produknya B tidak akan mengikuti strategi A. Dengan demikian, B bisa
5.20 Ekonomi Manajerial
Gambar 5.13
Kinked Demand Curve
EKMA4312/MODUL 5 5.21
1
Menurut Lancaser (1966), barang adalah bungkus satu set karakteristik, seperti
kualitas, lokasi, waktu, ketersediaan, informasi tentang keberadaan barang, kualitas
barang, dan lain-lain. Konsumen mempunyai kesukaan terhadap karakteristik-
karakteristik tersebut. Lebih jauh, Lancaster mengasumsikan bahwa konsumen hanya
memperhitungkan karakteristik-karakteristik yang dibungkus oleh suatu barang.
2
Angka-angka elastisitas ini diambil dari Carlton dan Perloff (1994).
5.24 Ekonomi Manajerial
konsumen banyak. Banyak konsumen suka warna hitam, yang lainnya suka
warna putih dan seterusnya. 3
Dalam struktur pasar oligopoli, masing-masing produsen juga sering kali
diasumsikan memproduksi differentiated product. Kemudian, apa
perbedaannya dengan struktur pasar monopolistic competition? Struktur pasar
oligopoli mempunyai entry barriers yang lebih tinggi dibanding monopolistic
competition. Oleh karena itu, jumlah produsen di oligopoli lebih sedikit
dibanding monopolistic competition. Kijang, Kuda, Nontera, dan Taruna
adalah differentiated products. Namun, entry barriers di industri mobil tentu
saja lebih tinggi dibanding di industri. Struktur pasar mobil lebih cocok
dikategorikan sebagai oligopoli. Sedangkan, struktur pasar bakmi adalah
monopolistic competition.
Relatif kecilnya entry barriers (dan exits) di struktur pasar monopolistic
competition mempunyai implikasi bahwa kondisi long runnya lebih cepat
tercapai dibanding dengan oligopoli. Keuntungan super normal akan
dieliminasi dengan relatif cepat oleh kompetisi, misalnya dengan munculnya
lebih banyak lagi differentiated products. Hal ini mengakibatkan kurva
permintaan yang dihadapi produsen bergeser turun. Keuntungan akan menuju
ke tingkat normal, lihat Gambar 5.13.
3
Terkadang dalam realitas preference konsumen diatur karena alasan tertentu,
misalnya dalam institusi tertentu, para karyawannya diwajibkan untuk memakai
seragam.
EKMA4312/MODUL 5 5.25
4
Meskipun konsumen secara individu tidak suka keragaman produk, tetapi karena
jumlah konsumen banyak maka secara agregat permintaan produk akan beragam.
5.26 Ekonomi Manajerial
E. EFISIENSI PRODUKSI
Dengan struktur ongkos yang sama (AC sama), perusahaan yang berada
dalam struktur pasar bersaing sempurna akan memproduksi output lebih
banyak dibanding apabila perusahaan tersebut berada salam struktur pasar
yang bersaing tidak sempurna. Produsen dalam struktur pasar bersaing
sempurna berproduksi dalam kapasitas penuh. Oleh karena produsen
memproduksi lebih banyak output, pasar bersaing sempurna menghasilkan
harga yang lebih rendah dibanding struktur pasar yang bersaing tidak
sempurna.
Dalam struktur pasar bersaing tidak sempurna, pasar monopolistic
competition akan menghasilkan output yang lebih besar dibanding pasar
oligopoli dan monopoli. Semakin besar tingkat persaingan, semakin landai
kurva permintaan, semakin banyak output yang dihasilkan. Gambar 5.14
mengilustrasikan efisiensi struktur pasar. Perbandingan dalam kondisi long
run. Pasar bersaing sempurna (dicerminkan dengan kurva permintaan Dc)
menghasilkan output 100, sedangkan pasar bersaing tidak sempurna
(dicerminkan dengan kurva permintaan Dnc) menghasilkan output yang lebih
sedikit, yaitu 80.
Gambar 5.14
Efisiensi Struktur Pasar
F. CONTESTABLE MARKETS5
5
Pionir contestable markets adalah Baumol, Panzar dan Willig (1982).
5.28 Ekonomi Manajerial
LAT IH A N
1) Pelajari subbab B.
2) Pelajari subbab B.1.
3) Baca subbab E tentang efisiensi produksi.
5.30 Ekonomi Manajerial
R A NG KU M AN
Jumlah produsen biasanya menjadi ciri utama struktur pasar.
Struktur pasar monopoli, oligopoli, monopolistic competition, dan pasar
bersaing sempurna mempunyai jumlah produsen masing-masing satu,
beberapa (several), banyak (many), dan banyak sekali (a lot). Jumlah
produsen dalam struktur pasar berkorelasi negatif dengan masing-masing
tingkat entry barrier-nya. Tingkat entry barrier monopoli tertinggi dari
keempat struktur pasar, monopoli hanya mempunyai satu produsen
(besar), sedangkan pasar bersaing sempurna yang mempunyai entry
barrier terendah mempunyai banyak sekali produsen (kecil).
Dari keempat struktur pasar, ceteris paribus pasar persaingan
sempurna adalah pasar yang paling efisien dan monopoli yang paling
tidak efisien. Semakin tinggi tingkat persaingan, semakin efisien sebuah
pasar. Tingkat persaingan ini juga tercermin dalam kurva permintaan
struktur pasar. Pasar bersaing sempurna mempunyai kurva permintaan
yang paling elastis dan kurva permintaan monopoli paling tidak elastis.
Ingat, bahwa jumlah kompetitor mempengaruhi kurva permintaan.
Semakin banyak kompetitor, semakin elastis kurva permintaan.
TES F OR M AT IF 2
3) Pada pasar oligopoli model kinked demand, bila salah satu perusahaan
menaikkan harga produknya maka perusahaan pesaing akan ....
A. ikut menaikkan harga jual produknya
B. menurunkan harga jual produknya
C. tidak mengubah harga jual produknya
D. mengurangi jumlah produksinya
Glosarium
Daftar Pustaka
Allen, Bruce, Neil Doherty, Keith Weigelt, dan Edwin Mansfield. (2005).
Managerial Economics. 6th edition. W.W. Norton.
PEN D A HU L UA N
Modul ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama membahas mark-up
pricing dan diskriminasi harga. Diskriminasi harga ada 3 jenis, yaitu
diskriminasi harga derajat satu, diskriminasi harga derajat dua, dan
6.2 Ekonomi Manajerial
Kegiatan Belajar 1
A. ATURAN PRICING
Q p
misalnya:
Q 100 0,5 p
MC MR
6.4 Ekonomi Manajerial
MC MR
R pQ p Q R 1
MR pQ p 1 p 1
Q Q Q P Q e
di mana
e : elastisitas harga produk
1
p MC
1
1
e
1
disebut mark-up
1 1
e
Tabel 6.1
Ilustrasi Penentuan Mark-Up
1
e
1 1
e
–1,2 6,00
–1,4 3,50
–1,8 2,25
–2,5 1,67
–5 1,25
–10 1,11
–20 1,05
–50 1,02
B. MARK-UP PRICING
p AC 1 mark up
di mana,
p AC
Mark up
AC
Gambar 6.1
Pricing Monopoli Standar
Gambar 6.2
Diskriminasi Harga Sempurna
Rp10.000
Rp8.000
Q
0 25 45 66
Gambar 6.3
Diskriminasi Harga Derajat Dua
Gambar 6.4
Diskriminasi Harga Derajat Tiga
Gambar 6.5
Informasi tentang Konsumen
EKMA4312/MODUL 6 6.13
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Produsen menentukan harga produknya dengan melakukan mark-up
ongkos rata-rata produknya. Untuk menentukan mark-up, produsen
memerlukan informasi nilai elastisitas. Produk dengan elastisitas rendah
mempunyai mark-up tinggi. Sebaliknya, produk dengan elastisitas tinggi
mempunyai mark-up rendah.
Nilai elastisitas yang mencerminkan karakteristik kurva permintaan
bervariasi berdasarkan individu, akumulasi konsumsi produk, dan lokasi
pasar. Produsen yang mengetahui kurva permintaan individual dapat
melakukan diskriminasi harga derajat satu. Produsen yang mengetahui
permintaan produknya bervariasi berdasarkan tingkat akumulasi
konsumsi produk dapat melakukan diskriminasi derajat dua. Apabila
produsen mengetahui permintaannya tersegmentasi berdasarkan lokasi
pasar, produsen dapat melakukan diskriminasi harga derajat tiga.
EKMA4312/MODUL 6 6.15
TES F OR M AT IF 1
D. e.
Kegiatan Belajar 2
Gambar 6.6
Konsumen Membeli Produk Lebih dari Satu
6.18 Ekonomi Manajerial
Gambar 6.7
Two-Part Tariff
Gambar 6.8
Dua Two Part Tariff
Gambar 6.9
Two Part Tariff dengan Harga Kedua Tidak Konstan
6.22 Ekonomi Manajerial
Pi Ti , pi
P1 T1 , p1 : P1 50,10
P2 T2 , p2 : P2 150,5
P1 50, q
P2 150, 0,5q
q : jumlah produk
makan banyak akan memilih paket buffet. Harga paket ini adalah two-part
pricing dengan harga pertama tinggi dan harga kedua nol. Sebaliknya, orang
yang tidak suka makan banyak akan cenderung memilih paket ala carte.
Pricing paket ala carte adalah two-part tariff dengan harga pertama nol dan
harga kedua relatif besar. Produsen berharap konsumen melakukan kesalahan
dalam memprediksi tingkat konsumsinya. Cerita yang sama untuk harga tiket
kereta api (parkir) bulanan dan satuan (harian). Pada prinsipnya, apabila
konsumen dapat memprediksi permintaannya dan memilih pricing yang
sesuai, konsumen akan membayar lebih sedikit untuk sejumlah produk
tertentu. Tiket bulanan cocok untuk pengguna jasa kereta api reguler.
F. BLOCK PRICING
Gambar 6.10
Block Pricing
6.24 Ekonomi Manajerial
1. Block Pricing
Produk tertentu mempunyai MC yang amat rendah, seperti permen. MC
permen bisa dianggap kecil sekali (0). Oleh karena itu, produsen permen
biasanya menjual dengan block pricing. Gambar 6.11 menunjukkan bahwa
harga permen adalah 5 untuk 20 buah permen.
Gambar 6.11
Block Pricing dengan Harga MC Amat Kecil
Selain permen, beberapa produk juga dijual dengan block pricing, seperti
tissue, sabun, dan minuman kaleng. Block pricing ini akan semakin banyak
pada saat menjelang hari raya.
2. Peak-Load Pricing
Beberapa produk mempunyai permintaan yang bervariasi menurut
waktu. Jasa kereta api pada pagi dan sore hari meningkat besar dibanding
waktu-waktu lainnya. Pada saat permintaan dalam kondisi peak, kapasitas
jasa kereta api diasumsikan tidak bisa ditingkatkan. Pada saat permintaan
tinggi, perusahaan jasa kereta api bisa menaikkan harga tiketnya. Sebaliknya,
EKMA4312/MODUL 6 6.25
pada saat permintaan rendah, perusahaan jasa kereta api bisa menurunkan
harga tiketnya. Pricing ini disebut peak load pricing.
Gambar 6.12
Peak Load Pricing
G. COMMODITY BUNDLING
Tabel 6.2
Kasus Bundling
1. Skenario 1
Bila produsen menjual komputer dengan harga 2000, konsumen A
membeli monitor, konsumen B tidak membeli monitor. Apabila produsen
menjual monitor dengan harga 300, konsumen B membeli monitor,
konsumen A tidak membeli monitor. Pada skenario 1 ini, pendapatan
produsen adalah 2300.
EKMA4312/MODUL 6 6.27
2. Skenario 2
Produsen menjual komputer dengan harga 1500 dan menjual monitor
dengan harga 2000. Produsen mendapatkan penjualan 3400.
3. Skenario 3
Penjual menjual produknya dengan memaket komputer dan monitor
dengan harga 1800. Konsumen A dan B membeli paket tersebut. Penjual
mendapatkan hasil penjualan sebesar 3600. Pendapatan skenario 1 lebih besar
dibanding dengan skenario 2, dan skenario 1.
Skenario 3 menunjukkan bahwa bundling dapat meningkatkan
keuntungan. Bundling dapat menguntungkan apabila konsumen menilai dua
barang atau lebih dengan peringkat yang berkebalikan. Seperti pada kasus
sebelumnya, penjual melakukan bundling karena penjual tidak dapat
mengetahui peringkat konsumen dalam menilai produk yang bersifat saling
melengkapi. Apabila produsen mengetahui pemeringkatan konsumen
terhadap produk yang saling melengkapi, produsen akan cenderung
melakukan diskriminasi harga.
Bundling juga bisa mengakomodasi lebih dari tipe konsumen. Tabel 6.3
mengilustrasikan bundling dengan tiga tipe konsumen.
Tabel 6.3
Kasus Bundling dengan Tiga Tipe Konsumen
H. TRANSFER PRICING
Gambar 6.13
Struktur Produk Transfer
1. Skenario 1
Misalkan, divisi hulu dan divisi hilir memaksimumkan keuntungannya
sendiri-sendiri. Divisi hulu menentukan harga produk transfer dengan
melakukan mark-up. Begitu juga divisi hilir, divisi ini memaksimumkan
keuntungannya dengan menjual produk akhir dengan melakukan mark-up.
Perhatikan bahwa dalam sebuah perusahaan, mark-up terjadi dua kali.
Akibatnya, harga produk akhir menjadi terlalu tinggi. Fenomena harga tinggi
ini disebut double marginalization. Tingginya harga produk akhir ini akan
menurunkan permintaan produk akhir. Penurunan permintaan produk akhir
ini tentu saja juga akan menurunkan permintaan produk antara. Pada
akhirnya, keuntungan perusahaan A akan tidak optimal.
Diasumsikan bahwa satu produk hilir memerlukan satu produk antara.
Misalnya, ongkos marjinal (produk terakhir) divisi hulu adalah 10 dan
ongkos marjinal neto divisi hilir adalah 5, ongkos marjinal produk akhir
perusahaan adalah 15. Apabila perusahaan menghadapi kurva permintaan
yang tidak elastis, produsen melakukan mark-up untuk memaksimumkan
keuntungannya.
Apabila divisi hulu memark-up produknya 50%, harga transfer menjadi
15. Ongkos marjinal divisi hilir adalah 20. Divisi hilir memark-up produk
akhir sebesar 50%. Harga akhir produk adalah 30. Harga tinggi ini terjadi
karena divisi hulu dan divisi hilir melakukan mark-up secara independen atau
kedua divisi tidak dikoordinasikan melalui harga transfer yang optimal.
6.30 Ekonomi Manajerial
2. Skenario 2
Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan keuntungan perusahaan
secara keseluruhan. Perusahaan mengidentifikasi kurva permintaan produk
akhir perusahaan. Perusahaan mengetahui pendapatan marjinalnya. (Kurva
MR diturunkan dari kurva permintaan (D)).
Kemudian, perusahaan mengidentifikasi ongkos marjinal produk
akhirnya. Ongkos marjinal produk akhir perusahaan terdiri dari ongkos
marjinal produk antara dari divisi hulu dan ongkos marjinal neto divisi hilir.
Misalkan, ongkos marjinal produk antara dari divisi hulu adalah 10.
Ongkos marjinal neto divisi hilir adalah 5. Jadi, ongkos marjinal produk
perusahaan adalah 15. Perusahaan memark-up produknya sebesar 50%.
Harga produk adalah 22,5. Skenario ini memenuhi syarat optimalisasi baik
pada tingkat perusahaan (divisi hilir) maupun divisi hulu. Skenario ini
keuntungan perusahaan maksimal. Dalam skenario ini, harga transfer sama
dengan ongkos marjinal divisi hulu.
Gambar 6.15
Pricing Produk Bersama
Gambar 6.16
Pricing Produk Bersama dengan Salah Satu Produk Berlebih
Misalnya, jus nanas yang merupakan hasil sampingan dari nanas potong
dalam kaleng. Sebagian hasil jus dibuang untuk menjaga harga. Pemburu
gading gajah biasanya meninggalkan daging gajah. Di negara yang sudah
maju, kepala ikan biasanya dibuang, begitu juga “jeroan.” Di Tanah Abang,
Jakarta, kaki kambing menjadi joint product dari daging kambing yang
mempunyai permintaan relatif tinggi.
2. Multiple Products
Supermarket menjual berbagai macam produk. Keuntungan dari produk-
produk tersebut bervariasi. Produk yang paling tidak elastis cenderung
memberikan keuntungan per satuan produk yang paling besar. Sebaliknya,
produk yang paling elastis cenderung memberikan keuntungan per satuan
produk terkecil. Gambar 6.17 mengilustrasikan bagaimana sebuah
supermarket yang mempunyai kapasitas besar menentukan jumlah produk
optimal masing-masing produk dan pricing-nya. Misalkan, supermarket
6.34 Ekonomi Manajerial
menjual tiga produk A, B, dan C dengan elastisitas yang tidak sama. Produk
A yang paling tidak elastis dan produk C yang paling elastis.
Gambar 6.17
Penggunaan Kapasitas Perusahaan dan Optimal Pricing
Keterangan:
MRC dari titik 0 merupakan penjumlahan MRA, MRB, dan MRC. MRC dari
titik 110 adalah MRC untuk produk C saja. MRB individual adalah MRB
dari titik 50. Supermarket memaksimumkan keuntungannya dengan
memenuhi kondisi optimal: MC = MRT = MRC.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Untuk kasus seorang konsumen membeli lebih dari satu barang dan
produsen bisa mengidentifikasi kurva permintaan konsumen, produsen
dapat melakukan two part tariff pricing. Harga pertama adalah sebesar
surplus konsumen dan harga kedua adalah harga per satuan produknya.
Surplus konsumen dihitung apabila harga produk sama dengan harga
kedua. Apabila dalam sebuah pasar ada dua tipe konsumen dan produsen
bisa mengidentifikasi tipe masing-masing konsumen, produsen dapat
melakukan diskriminasi harga berdasarkan two-part tariff. Two part
6.36 Ekonomi Manajerial
tariff dengan harga per satuan produk amat rendah atau nol disebut
bundling.
Permintaan sebuah produk dapat berfluktuasi menurut waktu,
sedangkan produsen tidak mampu menambah kapasitas produksi. Dalam
kasus ini, produsen dapat mengaplikasikan peak load pricing.
Apabila willingness to pay dua (atau lebih) tipe konsumen terhadap
dua (atau lebih) produk berkorelasi negatif, produsen dapat melakukan
bundling terhadap kedua produk tersebut.
Untuk kasus produk transfer, apabila produk transfer tidak
mempunyai pasar eksternal, harga transfer yang optimal adalah sebesar
ongkos marjinal produk antara yang terakhir. Apabila produk antara
mempunyai produk eksternal yang kompetitif, harga produk antara yang
optimal adalah sama dengan harga pasar.
Untuk kasus produk bersama dengan proporsi tertentu, produsen
menentukan harga berdasarkan penjumlahan pendapatan marjinal semua
produk. Apabila salah satu produk berlebih dan membuat pendapatan
marjinal negatif, produsen membuang sebagian produk hingga
pendapatan marjinal produk tersebut sama dengan nol.
Untuk kasus kapasitas yang besar di mana produsen bisa menjual
banyak jenis produk, produsen akan memprioritaskan produk dengan
elastisitas rendah (harga tinggi). Untuk memaksimumkan keuntungan-
nya, produsen akan menjual produk dengan memberi prioritas
berdasarkan keuntungan per unitnya.
TES F OR M AT IF 2
Glosarium
Daftar Pustaka
Allen, Bruce, Neil, Doherty, Keith Weighlt, dan Edwin Mansfield. (2005).
Managerial Economics. Sixth Edition. New York: Norton.
PEN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
Catatan:
Regulator yang memihak produsen atau konsumen bukan berarti
regulator bukan profit/utility maximizer. Regulator tetap memaksimumkan
keuntungannya dengan memihak produsen/konsumen. Mengapa regulator
memihak produsen? Simpel, regulator lebih untung memihak produsen.
EKMA4312/MODUL 7 7.5
Tentu saja regulator tidak akan memihak produsen apabila regulator menjadi
lebih susah.
E. EVALUASI INTERVENSI
1. Monopoli
Apabila ada monopoli (market power), pemerintah mendapatkan
pembenaran untuk melakukan intervensi. Dengan menghilangkan
(mengurangi) monopoli, struktur pasar menjadi lebih kompetitif. Pasar yang
EKMA4312/MODUL 7 7.7
a. Monopoli buatan
Seseorang bisa membuat monopoli pada suatu produk dengan
mendirikan entry barrier yang amat tinggi sehingga kompetitor tidak bisa
masuk ke pasar produk tersebut. Salah satu cara untuk mendirikan entry
barrier adalah dengan membelinya dari salah satu produsen entry barier,
yaitu regulator (pemerintah). A bisa membeli lisensi untuk mengimpor
sebuah produk, misalnya terigu. Misalnya, harga lisensi monopoli terigu
adalah 100 miliar.
Siapa yang dirugikan dengan adanya monopoli terigu? Tentu saja
konsumen. Misalnya, ada 100 juta konsumen terigu. Diasumsikan bahwa
setiap hari konsumen rugi sebesar 100 rupiah karena monopoli tersebut.
Setiap hari konsumen secara keseluruhan rugi sebesar 10 miliar. Kerugian
konsumen menjadi keuntungan monopoli. Dalam sepuluh hari, keuntungan
monopoli sudah menutupi ongkos untuk mendapatkan lisensi monopoli
tersebut.
Mengapa konsumen yang dirugikan tidak protes. Kerugian konsumen
individual hanya 100. Konsumen tidak mempunyai insentif untuk melakukan
protes. Apabila seorang konsumen melakukan protes terhadap monopoli
tersebut, kemungkinan besar konsumen lainnya hanya membantu dengan
doa. Mereka akan cenderung bertindak sebagai free rider. Permasalahan free
rider ini membuat protes tidak terealisasi. Jadi, pembelian lisensi monopoli
terigu merupakan sebuah proyek yang amat layak untuk direalisasikan.
7.8 Ekonomi Manajerial
2. Externalities
Eksternalitas adalah produk sampingan dari proses produksi atau
konsumsi. Asap pabrik dan limbah adalah eksternalitas negatif dari proses
produksi. Asap rokok adalah eksternalitas negatif dari proses konsumsi.
Dalam berproduksi, pabrik (A) bisa mengeluarkan eksternalitas negatif
berupa asap. Masyarakat sekitar pabrik (B) harus mengonsumsi asap tersebut.
Utility B turun, namun A tidak memberikan kompensasi kepada A. Dalam
hal ini, pasar bebas (tanpa intervensi) gagal membentuk harga eksternalitas
asap. Ingat prinsip dasar ilmu ekonomi there is no such a free lunch. A yang
membuat utility B menurun harus memberikan kompensasi tertentu kepada
B. Harga asap yang menyesakkan tidak nol.
Adanya eksternalitas memungkinkan pemerintah untuk melakukan
intervensi, yaitu dengan menetapkan harga eksternalitas tersebut. Setelah
harga asap terbentuk, A boleh mengasapi B dengan membayar kompensasi
sesuai dengan jumlah asapnya.
EKMA4312/MODUL 7 7.9
3. Asymmetric Information
Dalam sebuah transaksi, sering kali terdapat kesenjangan informasi
(asymmetric information). Secara umum, pihak yang mempunyai informasi
terhadap sebuah produk akan mengambil keuntungan dari informasi lebih
tersebut. George Akerloff (1970) memodelkan asymmetric information ini
dengan kasus market for lemon. Gambar 7.1 mengilustrasikan model market
for lemon.
Lemon
80
1/2
Used cars 90: Lemon is over price, non lemon is under price
Non lemon
100
1/2
No transaction
Gambar 7.1
Market for Lemon
ini adalah perilaku yang rasional. Oleh karena lemon mirip non-lemon,
mereka tercampur di pasar, pasar mobil bekas.
Misalnya, di pasar mobil bekas ada lemon 50 persen dan non-lemon juga
ada 50 persen. Harga lemon dan non-lemon yang sebenarnya masing-masing
adalah 80 dan 100. Harga mobil bekas adalah 90. Akibatnya, lemon dihargai
lebih tinggi dari harga yang sebenarnya (over price) dan non-lemon dihargai
lebih rendah dari harga yang sebenarnya (under price). Oleh karena non-
lemon dihargai lebih rendah dari yang seharusnya, non-lemon keluar dari
pasar. Bad cars drive out good cars from the market. Di pasar mobil bekas
yang ada adalah lemon yang over price. Pembeli tidak bersedia membeli
lemon dengan harga tinggi. Akibatnya, transaksi tidak terjadi.
Dalam kasus ini, biasanya akan muncul institusi (pihak ketiga, misalnya
C) yang mampu membedakan non-lemon dari lemon. Untuk jasanya ini, C
mendapatkan kompensasi. Untuk kasus mobil bekas, C ini adalah penjual
mobil bekas. Misalnya, pembeli mobil bekas akan membeli non-lemon dari C
dengan harga 103. Orang yang tidak bisa membedakan lemon dan non-lemon
akan cenderung membeli mobil bekas di mobil 88 (penjual mobil bekas),
misalnya. Dalam kasus ini, pemerintah tidak perlu mengintervensi pasar
mobil bekas. Pasar secara alami akan memunculkan institusi C tersebut.
Principal
Agent
(Kepentingan agen vs. kepentingan prinsipal)
Moral hazard
Gambar 7.2
Principal Agent Problem
w w q
w : upah
w : komponen upah tetap, misalnya 1 juta
: konstanta, misalnya 100
q : jumlah output, misalnya 1.000
G. PUBLIC GOODS
jalan umum yang terlalu sedikit (under provision). Oleh karena itu,
pemerintah mendapatkan pembenaran untuk melakukan intervensi pada
barang publik.
A dan B tentu saja amat mendukung terhadap penyediaan jalan umum,
namun apabila ditanya berapa A dan B bersedia membayar untuk jalan umum
tersebut, mereka akan “lari.” A dan B lari karena mereka hanya ingin
menggunakan jalan tersebut tanpa ingin membayarnya. Mereka berharap
orang lain yang mengongkosi penyediaan jalan tersebut. Perilaku A dan B
yang rasional ini disebut free rider (nebeng gratis).
Meskipun ongkos penyediaan barang publik adalah mahal, namun
ongkos untuk mengonsumsi (harga) barang publik adalah nol. Oleh karena
harganya nol, orang akan cenderung mengonsumsi secara berlebihan (over-
consumption). Seperti orang makan kambing guling di pesta. Kasus harga nol
atau konsumsi yang berlebihan ini dalam banyak kasus menimbulkan apa
yang disebut tragedy of the commons. Misalnya, dalam sebuah universitas
tersedia sebuah mesin fotokopi, siapa pun boleh menggunakannya dengan
gratis. Barangkali kurang dari seminggu, mesin fotokopi tersebut sudah
rusak.
Tragedy of the commons menunjukkan pentingnya hak kepemilikan
terhadap sebuah barang (property rights). Penjarahan adalah fenomena
barang privat yang dianggap sebagai barang publik. Property rights yang
kredibel akan membentuk keteraturan. Kepemilikan bersama cenderung
mengakibatkan disaster. Keteraturan bisa muncul karena adanya property
rights. Property rights membuat orang menghargai hak-hak orang lain.
Untuk menyediakan barang publik, pemerintah menarik pajak dari A dan
B. Idealnya, pajak terhadap A dan B berbeda sesuai dengan willingness to
pay mereka masing-masing terhadap barang publik tersebut. apabila A lebih
sering menggunakan jalan umum tersebut dan mempunyai pendapatan yang
relatif besar, A akan cenderung bersedia membayar pajak lebih besar.
1. Price Floor
Misalkan, regulator memihak produsen, misalnya produsen beras.
Regulator menganggap bahwa harga produk di pasar (10) terlalu rendah, lihat
Gambar 7.3. Regulator menetapkan harga dasar (price floor) sebesar 15.
(Perhatikan harga dasar di atas harga pasar). Pada harga 15, produsen
memproduksi 120 dan konsumen hanya membeli 80. Ada kelebihan produk
EKMA4312/MODUL 7 7.15
(excess supply) sebesar 40. Regulator harus menyediakan dana sebesar 600
15 40 untuk menyerap kelebihan produksi tersebut.
Perhatikan bahwa kelebihan produksi ini adalah produksi dari produsen
yang tidak efisien. Munculnya produsen yang tidak efisien ini tentu saja
mengurangi sumber daya produk lainnya, misalnya lahan untuk tanaman
jagung.
p
S
Excess supply: 40
15
10
0 80 100 120 q
Gambar 7.3
Analisis Price Floor
2. Price Ceiling
Misalnya, konsumen berhasil melobi regulator. Regulator memihak
konsumen dengan menetapkan price ceiling (harga maksimum) untuk suatu
produk yang lebih rendah (5) dibanding harga pasar (10), lihat Gambar 7.4.
p
S
10
Excess demand: 40
5
0 80 100 120 q
Gambar 7.4
Analisis Price Ceiling
3. Tarif
p
D S
10
7.5
212.5 25 25
12.5 12.5
5
Gambar 7.5
Analisis Tarif
4. Pajak
a. Pajak konsumen
Pemerintah sering kali mengenakan pajak tinggi untuk pembelian barang
luks. Artinya, pemerintah bertujuan memajak orang kaya yang membeli
barang luks. Pertanyaannya adalah: siapa yang menanggung beban pajak?
Gambar 7.6 menggambarkan pajak konsumen.
p
15
560
S
70
8
30
240
5 D
0 80 100 q
Gambar 7.6
Pajak konsumen
EKMA4312/MODUL 7 7.19
Sebelum ada pajak, harga mobil adalah 8 dan jumlah transaksi adalah
100. Pemerintah mengenakan pajak sebesar 10 pada konsumen. Perhatikan
bahwa harga mobil tidak menjadi 18, melainkan 15 karena konsumen
mengurangi permintaannya dan produsen mengurangi penyediaannya
(supply-nya). Oleh karena pajak sebesar 10, konsumen mengurangi
permintaannya dari seratus menjadi 80 dan pada tingkat produksi 80 kurva
penawaran (supply) ada pada harga 5. Jadi, harga mobil menjadi 15,
sedangkan pendapatan produsen adalah 5 per mobil.
Analisis ini menunjukkan meskipun pemerintah memajak konsumen,
produsen juga menanggung akibatnya, yaitu jumlah produksi menurun dari
20. Penurunan produksi ini berarti penutupan sebagian produsen atau
perumahan sebagian karyawan. Penurunan produksi ini merupakan ongkos
dari upaya pemerintah untuk mendapatkan penerimaan pajak mobil sebesar
800 (80 10).
Gambar 7.6 menunjukkan bahwa kurva permintaan amat inelastis. Ini
menunjukkan bahwa pemerintah cenderung memajak produk yang inelastis.
Ingat, bahwa meskipun harga produk inelastis naik, konsumen tetap
membelinya. Akibatnya, semakin inelastis kurva permintaan, semakin besar
pengurangan surplus konsumen dan semakin besar beban pajak yang
ditanggung konsumen.
Gambar 7.6 menunjukkan bahwa pajak sebesar 10. Konsumen
menanggung beban pajak sebesar 7 dan produsen menanggung 3. Secara
umum, pajak mendistorsi (mengurangi) konsumsi dan produksi.
Apabila kurva D pada Gambar 7.6 lebih miring, pengurangan surplus
konsumen karena pajak akan lebih besar. Seandainya pajak konsumen tidak
ada barangkali jumlah mobil Mercedes yang ada di Indonesia akan lebih
banyak lagi. (Pemerintah bisa menaikkan pajak tahunannya).
7.20 Ekonomi Manajerial
15
80 10
14
90
720
0 80 100 q
Gambar 7.7
Pajak untuk Konsumen Kurva Supply lebih Inelastis
Gambar 7.7 menunjukkan bahwa sebelum pajak, harga mobil adalah 14.
Perhatikan bahwa kurva penawaran (S) lebih inelastis dibanding dengan
kurva permintaan (D). Kurva penawaran yang inelastis adalah dengan
perubahan harga tertentu mengakibatkan perubahan output kecil. Kurva
penawaran yang semakin inelastis, kemiringan kurva tersebut semakin mahal.
Pajak produsen sebesar 10. Beban pajak yang ditanggung produsen
adalah 9. Beban pajak yang ditanggung konsumen sebesar 1. Semakin
inelastis kurva penawaran, semakin besar beban pajak yang ditanggung
perusahaan.
15
10
7
S
5 D
0 100 q
Gambar 7.8
Pajak produsen
kurva penawaran tanah adalah nol. Pajak atas tanah disebut juga pajak Henry
George.
p
S
15
t = 10
0 q
Gambar 7.9
Pajak Atas Tanah
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Produsen adalah memaksimumkan keuntungan, sedangkan
konsumen berusaha memaksimumkan utilitynya, dalam struktur pasar
bersaing sempurna. Hasilnya, kesejahteraan yang dapat mereka capai
pada tingkat tertinggi, hukum kesejahteraan ekonomi yang pertama
merupakan sistem perekonomian yang dianggap paling efisien. Artinya,
dengan input tertentu perekonomian akan menghasilkan output yang
maksimal. Dalam kondisi seperti ini, pemerintah tidak dibenarkan
melakukan intervensi. Kapan pemerintah bisa melakukan intervensi?
Apabila terjadi kegagalan pasar bila tidak dapat mengalokasikan
sumber daya dengan cara yang efisien. Inefisiensi ini bisa muncul
apabila ada kegagalan pasar. Kegagalan pasar bisa terjadi karena ada
market power, asymmetric information, externalities, dan public goods.
Sebaliknya, pasar dinyatakan tidak mengalami kegagalan, apabila
semua harga terjadi itu diperuntukkan semua pasar, baik produk maupun
faktor produksi. Bentuk pasar ideal mempunyai struktur pasar bersaing
sempurna. Di samping ada beberapa alasan regulasi terdapat pula banyak
faktor yang menyebabkan kegagalan pasar, seperti bentuk dari struktur
pasar yang ada, contohnya semakin berkembang monopoli dan bentuk
yang mendekati pasar yang tidak efisien, tentunya diperlukan solusi.
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
A. EXPORT SUBSIDY
1
Perdagangan riil biasanya disertai dengan transaksi finansial (kecuali barter).
Regulator bisa menghambat perdagangan internasional dengan memajak transaksi
internasional (taxes on international transaction) melalui bagian finansial, misalnya
dengan memperbesar spread dari jual beli mata uang asing.
2
Seperti tarif, subsidi ekspor bisa dalam bentuk spesifik atau ad valorem.
EKMA4312/MODUL 7 7.27
Kondisi ini terjadi jika suatu negara mengadopsi strategi export promotion
atau leap-frogging.3
C. IMPORT QUOTA
Kuota impor adalah batasan jumlah impor barang. Batasan impor ini
membatasi jumlah batasan persediaan produk di pasar domestik. Gambar 8
menggambarkan kuota impor sebesar 40.
p
D S
10
7.5 Kuota = 40
212.5 25 25
12.5 12.5
5
Gambar 7.10
Kuota Impor
3
Untuk konsep EP dan leap-frogging lihat catatan kuliah saya: Kebijakan
perdagangan internasioanl di LDCs: Quo vadis.
EKMA4312/MODUL 7 7.29
terpaksa membuang susu tersebut dan membeli susu impor yang memenuhi
syarat sebagai input.4
F. NATIONAL PROCUREMENT
G. RED-TAPE BARRIERS
Sering kali pemerintah suatu negara mengadopsi rezim nilai tukar tetap.
Misalnya, nilai tukar USD dalam rupiah adalah 8.000 rupiah per satu USD.
apabila inflasi Indonesia lebih tinggi dibanding inflasi AS, rupiah harus
terdepresiasi, misalnya menjadi Rp8.500,00/USD. Apabila harga USD tetap
4
Cerita ini datang dari rekan penulis yang profesinya sebagai market researcher.
EKMA4312/MODUL 7 7.31
I. PICKING WINNER
J. EMBARGO
L. MERCANTILISM
O. ENGEL’S LAW
5
Ingat teori collective action dari Mancur Olson, pelaku ekonomi yang
berpenghasilan rendah dan berjumlah banyak ongkos untuk mengorganisasikannya
mahal; sedangkan pelaku ekonomi yang berpenghasilan tinggi ongkos untuk
mengorganisasikannya murah. Ongkos untuk mengorganisasi konsumen yang banyak
dan berpendapatan relatif kecil jauh lebih mahal dibanding ongkos untuk
mengorganisasi produsen atau pelobi yang berjumlah sedikit dan berpendapatan
tinggi, Olson (1965). Selain mahalnya ongkos organisasi, untuk mencapai suatu
tujuan, konsumen menghadapi derajat free-rider problem yang lebih tinggi dibanding
produsen atau pelobi. Oleh karena itu, hambatan perdagangan lebih mudah muncul
dari pada menghilangkannya.
EKMA4312/MODUL 7 7.35
will come down to $ 7.5 an hour.” Oleh karena itu, kelompok yang merasa
berpotensi dirugikan akan berusaha untuk mendapatkan proteksi berdasarkan
argumen tersebut.
Ada beberapa kesalahan dalam argumen tersebut. Pertama, tenaga kerja
AS mempunyai tingkat gaji yang lebih tinggi karena produktivitasnya tinggi.
Kedua, yang harus ditekankan adalah pola perdagangan disebabkan oleh
keunggulan komparatif, bukan karena tingkat gaji ataupun keunggulan
absolut, dan tingkat upah ditentukan oleh efisiensi atau produktivitas pekerja,
bukan karena hambatan perdagangan.
2. Retaliasi
Hambatan perdagangan, misalnya tarif, bisa muncul karena alasan
retaliasi (balasan). Negara A mengenakan tarif terhadap produk tertentu dari
negara B karena B mengenakan tarif terhadap produk dari A.
Tarif war ini selain bisa memunculkan tarif, juga memberikan insentif
bagi suatu negara untuk tidak memulai mengenakan tarif terhadap produk
dari negara lain. Oleh karena itu, rule of the game dalam perdagangan
internasional yang berpola tit-for-tat ini justru mampu mengeliminasi tarif. 6
Dalam picking winner, pemerintah menentukan produk unggulan (the
winner) dalam perekonomian, misalnya tekstil. Namun, yang menentukan the
winner adalah pasar (harga), bukan pemerintah. Harga (pasar) akan
mengarahkan sumber daya secara benar. Ingat bahwa harga mempunyai
kemampuan untuk mengalokasikan sumber daya yang paling efisien.
6
Argumen ini adalah argumen game theory. Game theory digunakan secara intensif
dalam mempelajari berbagai kebijakan yang bersifat strategis dan proses kompetisi.
Untuk aplikasi game theory untuk kebijakan moneter lihat Sunaryo (1996).
7.36 Ekonomi Manajerial
yang terbatas. Oleh karena itu, tarif dan nontarif akan membuat pertumbuhan
perekonomian menjadi timpang.
Biasanya, untuk perekonomian sebuah negara agraris yang sedang
berkembang akan cenderung mengandalkan sektor non-agraria sebagai
lokomotif pertumbuhan karena permintaan akan komoditi agraria tidak elastis
(Engel’s law). Hal ini akan memunculkan dilema, di negara agraris tersebut
sektor agraria menjadi terbelakang. (Negara agraris adalah negara yang
sebagian besar penduduknya bekerja di sektor agraria).
Tarif untuk suatu barang biasanya mempunyai dampak negatif terhadap
barang lainnya. Tarif untuk memberikan proteksi industri yang sedang turun
kinerjanya karena adanya inefisiensi dari kompetisi internasional akan
menolong mengurangi pengangguran di industri tersebut. Akan tetapi, di lain
pihak, konsumen harus menanggung beban harga yang lebih tinggi.
menjahit lebih bagus dibanding tenaga kerja Cina. Namun, perusahaan lebih
menguntungkan merelokasi aktivitas penjahitan ke Cina. Cina mempunyai
keunggulan komparatif dalam menjahit terhadap Amerika Serikat.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Pemerintah mendapatkan pembenaran untuk melakukan intervensi
apabila ada kegagalan pasar. Kegagalan pasar bisa muncul dalam bentuk
monopoli (kekuatan pasar), eksternalitas, barang publik, dan
kesenjangan informasi. Kegagalan pasar mengakibatkan inefisiensi. Oleh
karena itu, mengurangi atau mengeliminasi kegagalan pasar
meningkatkan efisiensi.
Selain alasan efisiensi, regulator meregulasi perekonomian karena
alasan politik. Baik produsen, konsumen atau buruh (yang mempunyai
faktor tenaga kerja) mampu mengorganisasikan kekuatan untuk
mempengaruhi regulator dalam menentukan kebijakan atau regulasinya.
Mancur Olson memperkirakan bahwa regulator akan cenderung
memihak kelompok dengan jumlah anggota kecil, namun mempunyai
kekayaan besar.
7.38 Ekonomi Manajerial
TES F OR M AT IF 2
Glosarium
Daftar Pustaka
Analisis Risiko
Dr. T. Sunaryo
PEN D A HU L UA N
Modul ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah Expected
Utility Theory dan yang kedua adalah Manajemen Risiko.
EKMA4312/MODUL 8 8.3
Kegiatan Belajar 1
2. Peluang Kejadian
a. Peluang muncul muka: 0,5
b. Peluang muncul ekor: 0,5
Keuntungan besar selalu diikuti dengan risiko besar (ingat prinsip there
is no such a free lunch). Misalnya, untuk kasus permainan lempar koin.
apabila A ingin hadiah 1.000, A harus siap rugi 1.000. Permainan dengan
hadiah (–1.000, + 1.000) lebih berisiko dibanding dengan permainan dengan
hadiah (–100, + 100). Implikasinya, apabila A memilih pilihan investasi yang
menawarkan imbal hasil (returns) 10% per bulan (120% per tahun),
sementara suku bunga deposito rupiah per tahun hanya 10%, A harus siap
apabila menderita kerugian 100% pada akhir tahun.
High risk high returns juga mengajarkan untuk tidak menanggapi
telepon yang memberi tahu bahwa A menang lotre sebuah mobil. Apabila A
tidak mengambil risiko, A tidak akan mendapatkan returns. Tentu saja kita
harus menghindari khayalan untuk mendapatkan segepok uang di jalan.
Investor mempunyai pilihan yang relatif banyak untuk berinvestasi.
Deposito dengan risiko amat rendah. Bonds dengan risiko sedang. Stocks
(saham) dengan risiko relatif tinggi. Produk finansial derivatif seperti futures
atau option dengan risiko tinggi. Investor memilih produk finansial ini
dengan menyesuaikan tingkat toleransinya terhadap risiko. Apabila A
mempunyai tingkat toleransi terhadap risiko besar, A cenderung memilih
saham dan produk derivatif.
Orang yang memilih bekerja di sektor yang berisiko tinggi tentu saja
layak mendapatkan rewards yang tinggi pula. Pengusaha besar, seperti
konglomerat adalah orang yang mengambil risiko besar. Sebaliknya,
pengusaha kecil seperti warung tegal tentu saja mempunyai risiko yang relatif
kecil. Apabila perekonomian dalam kondisi resesi tentu saja orang yang
mengambil risiko besar yang akan “jatuh” lebih dulu. Pengusaha kecil tentu
saja lebih tidak rentan terhadap pengaruh eksternal karena memang mereka
mengambil risiko kecil.
EKMA4312/MODUL 8 8.5
C. RISK TOLERANCE
1. Fungsi Utility
Fungsi utility (utility/kepuasan) menggambarkan hubungan antara
kekayaan seseorang dengan tingkat utility-nya. Semakin besar kekayaan
seseorang, semakin besar utility-nya. Namun, kenaikan utility seseorang
terhadap peningkatan kekayaan adalah menurun. Jadi ada law of diminishing
utility dalam kepemilikan kekayaan, lihat Gambar 8.2.
Gambar 8.2
Fungsi Utility
Gambar 8.3
Tingkat Toleransi Risiko
Tabel 8.1
U(100)-U(200) U(300)-U(200)
Individu U(100) U(200) U(300)
(Punsihment) (Temptation)
A 2 13 14 -11 1
B 2 11 14 -9 3
C 2 8 14 -6 6
D 2 4 14 -2 10
A : risk averse derajat relatif tinggi;
B : risk averse;
C : risk neutral;
D : risk lover.
2. Punishment
Perhatikan bahwa untuk penurunan kekayaan yang sama, misalnya dari
200 ke 100, penurunan utility A , B, C, dan D masing-masing adalah 11, 9, 6,
dan 2. Penurunan utility ini mengindikasikan tingkat toleransi risiko
8.8 Ekonomi Manajerial
3. Temptation
Untuk penambahan kekayaan, misalnya dari 200 ke 300, kenaikan utility
A, B, C, dan D masing-masing adalah 1, 3, 6, dan 10. Temptation adalah
kenaikan utility dikalikan dengan peluangnya. Temptation adalah ekspektasi
kenaikan utility dalam pilihan berisiko.
Tabel 8.2.
Evaluasi Expected Utility
1 5.039
Peluang B kalah adalah: 1
5.040 5.040
Expected value dari permainan tersebut adalah:
1 5.039
10.000 (100) 98
5.040 5.040
Permainan tersebut tidak adil secara aktuaria.
1 5.039
x (100) 0
5.040 5.040
x 503 900
Hadiah yang adil secara aktuaria adalah 503 900, bukan 10.000.
EKMA4312/MODUL 8 8.11
Meskipun permainan ini tidak adil secara aktuaria, namun ada orang
yang menerima permainan ini. Ingat bahwa dalam mengevaluasi sebuah
pilihan berisiko bukan berdasarkan expected value permainan, namun
berdasarkan expected utility permainan tersebut. Orang akan mengambil
permainan tersebut apabila permainan tersebut memberikan temptation yang
lebih besar dibanding punishment-nya.
Orang dengan wealth relatif rendah, permainan tersebut cenderung
memberikan temptation yang relatif lebih besar dibanding punishment-nya,
lihat fungsi utility, Gambar 8.1. Dalam kasus ini, hadiah uang yang menjadi
alasan utama kenaikan utility, bukan “kenikmatan” permainan karena
menang dalam permainan. Untuk orang dengan wealth tinggi, penambahan
utility karena tambahan hadiah uang relatif kecil, kenikmatan menang
permainan memberikan kepuasan yang relatif tinggi. Bagi orang dengan
wealth rendah dan tinggi, temptation permainan relatif lebih tinggi dibanding
punishment-nya. Mereka cenderung menjadi partisipan permainan tersebut.
1. Certainty Equivalent
Certainty equivalent sebuah pilihan berisiko adalah nilai pasti yang
memberikan utility yang sama dengan suatu pilihan berisiko tersebut.
Misalnya, A seorang pegawai baru, mendapatkan sebuah tawaran gaji
berisiko. A mendapat gaji 200 dengan peluang 0,5. A juga mendapat gaji 0
dengan peluang 0,5. Berapa gaji tetap yang ekuivalen (certainty equivalent)
dengan gaji berisiko tersebut. Gambar 8.4 menggambarkan gaji berisiko dan
certainty equivalent-nya.
8.12 Ekonomi Manajerial
Gambar 8.4
Certainty equivalent dari gaji berisiko
2. Membeli Asuransi
Gambar 8.4 di atas mempunyai interpretasi lain. A mempunyai kekayaan
200. A dapat sakit dengan peluang 0,5. Ongkos berobat di rumah sakit adalah
160. Perusahaan asuransi menawarkan asuransi kesehatan dengan premi 100.
Apakah A akan membeli asuransi?
EKMA4312/MODUL 8 8.13
Untuk kasus peluang sakit yang lebih besar ini, A memilih untuk
membeli asuransi. Fenomena ini menggambarkan perilaku adverse selection
dalam asuransi. Orang yang datang untuk membeli produk asuransi adalah
mereka yang mempunyai peluang besar untuk sakit.
Formula ini biasa disebut dengan interest rate parity (IRP) condition.
Biasanya formula ini ditampilkan dalam bentuk pendekatannya yang lebih
mudah, yaitu:
F0,1 S0 (r r*)
Risk Lovers
Gambar 8.5 menampilkan fungsi utility orang yang risk lover.
Gambar 8.5
Fungsi Utility Risk Lover
lebih dari 10. Jadi, semakin besar kekayaannya, risk lover akan semakin
ingin menambah kekayaannya. Apabila demikian, risk lover tidak
mempunyai batas nilai utility-nya.
Perhatikan bahwa orang risk lovers yang mempunyai kekayaan 300,
apabila kehilangan 100, utility-nya turun 10. Dengan kekayaan awalnya 200,
apabila kehilangan 100, utility-nya akan turun 2. Jadi, orang risk lovers akan
semakin pelit apabila dia semakin kaya.
Kondisi ini tidak realistis. Apabila skenario ini diaplikasikan dalam
kasus konsumsi tempe, orang akan semakin lapar setelah makan sebuah
tempe berikutnya. Akibatnya, dia tidak pernah akan berhenti makan tempe.
Skenario risk lover ini tidak sesuai dengan realita.
LAT IH A N
1) Pelajari subbab C.
2) Pelajari subbab D.2.
3) Pelajari subbab C.1.
4) Pelajari subbab E.1.
5) Pelajari subbab E.2
EKMA4312/MODUL 8 8.17
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
2) Kekayaan seseorang naik satu juta rupiah, utilitynya naik 1. Pada saat
kekayaannya turun satu juta rupiah utilitynya turun 2. Perilaku ini
diakatakan
A. risk neutral
B. risk lover
8.18 Ekonomi Manajerial
C. risk averse
D. risk tolerance
Kegiatan Belajar 2
Manajemen Risiko
B. MENGIDENTIFIKASI RISIKO
karena Leeson menjadi trader dan kepala back office (yang mencatat
kerugian), Leeson dapat menyembunyikan tanpa ada koreksi sejak awal
terhadap kesalahannya. Kekalahan Leeson semakin besar dan membuat Bank
Baring bangkrut. Dalam kasus ini, kerugian terjadi karena perilaku Leeson
dan sistem organisasi yang membolehkan Leeson melakukan aktivitas di dua
fungsi yang seharusnya dipisah, yaitu front office (trader) dan back office
(pencatatan).
C. MENGUKUR RISIKO
n
( i )2
i 1
n 1
n
(ri r )2
i 1
r
n 1
r : imbal hasil (returns), satuan imbal hasil adalah persen (atau tanpa
satuan)
EKMA4312/MODUL 8 8.23
Gambar 8.6
Kerugian Menyebar Normal
Catatan:
Kerugian negatif adalah keuntungan atau keuntungan negatif adalah
kerugian. Oleh karena fokus manajemen risiko adalah pada sisi kerugian
maka sumbu horizontal sering kali diberi label kerugian. Gambar di atas
disebut distribusi kerugian.
Keuntungan yang menyebar normal menunjukkan bahwa keuntungan
yang paling mungkin (expected value) adalah keuntungan sebesar rata-
ratanya. Peluang keuntungan besar sekali atau kecil sekali amat kecil.
Sebaran keuntungan bersifat simetris. Keuntungan atau kerugian mempunyai
peluang sama. Rata-rata keuntungan ada di tengah-tengah sebaran atau sama
dengan nilai mediannya. Keuntungan/kerugian investasi pada saham biasanya
diasumsikan menyebar normal.
8.24 Ekonomi Manajerial
D. VALUE AT RISK
Gambar 8.7
Value at Risk
1. Nilai
Nilai alpha adalah nilai variabel normal baku (z). Peluang nilai z di
sebelah kiri -2,326 (biasanya ditampilkan -2,33) adalah 1 persen. Peluang
nilai z di sebelah kiri -1,645 adalah 5 persen. Nilai -2,326 disebut kuantil
bawah dengan peluang (tingkat kepercayaan) 99%. Nilai -1,645 disebut
kuantil bawah dengan peluang (tingkat kepercayaan) 95%.
Tabel 8.3
Kuantil Bawah dari Distribusi Normal Baku
L X
di mana
X : eksposur
: voltiltias faktor risiko dalam persen
VAR X
8.26 Ekonomi Manajerial
2. Ilustrasi
a. Investor Z memegang saham senilai 1.000. Keuntungan/kerugian dari
memegang saham menyebar normal. Volatilitas perubahan harga saham
(keuntungan/kerugian) adalah 20. Berapa VAR dengan tingkat
kepercayaan 99%.
VAR L 2.326 20 46,52
1. Interpretasi VAR
VAR dengan tingkat kepercayaan 95 persen adalah 100. Artinya:
a. Potensi kerugian maksimum yang dapat ditoleransi adalah 100.
b. VAR sama dengan 100 adalah dana cadangan (disebut juga capital atau
risk capital) untuk menyerap risiko dengan tingkat keamanan 95%.
EKMA4312/MODUL 8 8.27
Tabel 8.4
Distribusi Nilai Tukar
Keuntungan (rp)
Nilai Tukar
(Kerugian)
Peluang (%) pi ( i )2
9600 -400 0,025 4000
9700 -300 0,025 2250
9800 -200 0,05 2000
9900 -100 0,20 2000
1.0000 0 0,40 0
10100 100 0,20 2000
10200 200 0,05 2000
10300 300 0,025 2250
10400 400 0,025 4000
2 =20500
143.18
Data hipotetis.
Keuntungan rata-rata, 0
Deviasi standar keuntungan nilai tukar dalam rupiah dalam sehari adalah
143,18.
Nilai peluang didapatkan dari data historis, misalnya setelah mengamati
1.000 data, nilai tukar akan bergerak dari 1.0000 ke 10400 terjadi 25 kali,
dari 1.0000 tidak berubah terjadi 40 kali.
berubah (rugi sebesar nol) dengan peluang tertinggi, 0,4. Peluang untung
sebesar 400 adalah 0,025.
Nilai rata-rata (nilai harapan/expected value) nilai tukar besok adalah
10.000. Untuk menghitung rata-rata nilai tukar, kalikan nilai tukar dengan
peluangnya, kemudian jumlahkan. Tanpa harus menghitung, secara intuisi,
kita dapat mengetahui dengan mudah rata-rata dari nilai tukar.
Volatilitas (deviasi standar atau sigma) nilai tukar adalah 143,18. Ingat
bahwa ukuran volatilitas bukan varians, tetapi deviasi standar. Jadi, deviasi
standar yang digunakan acuan untuk ukuran risiko. VAR menggunakan
sigma sebagai dasar ukuran, bukan varians.
Nilai VAR dari investasi sebesar $1 dengan tingkat keamanan
(kepercayaan) 99% adalah:
3. VAR Saham
Tabel 8.5 menunjukkan ilustrasi distribusi kerugian investasi saham.
Nilai saham awal adalah 1.0000. Sama dengan ilustrasi nilai tukar di atas,
pada periode berikutnya (besok), investor akan menikmati keuntungan 200
dengan peluang 0,025. Kemungkinan besar, investor akan menikmati
keuntungan sebesar nol.
EKMA4312/MODUL 8 8.29
Tabel 8.5
Distribusi Nilai Saham
Keuntungan (Rp)
Nilai Saham
(Kerugian)
Peluang (%) pi ( i )2
9800 -200 2.5 1.000
9850 -150 2.5 562.5
9900 -100 5 500
9950 -50 20 500
1.0000 0 40 0
10050 50 20 500
10100 100 5 500
10150 150 2.5 562.5
10200 200 2.5 1.000
2 = 5125
71.59
Deviasi standar keuntungan saham (rp) adalah 71,59.
2 (0,5 ) 0,52 2 ( )
(0,5 ) 0,5 ( )
Misalnya, portofolio senilai 20.000 terdiri dari 10.000 ($1) pada nilai
tukar dan 10.000 pada (selembar) saham. Tabel 8.3 menampilkan distribusi
keuntungan (kerugian) portofolio dalam satuan mata uang (rupiah).
8.30 Ekonomi Manajerial
Tabel 8.6
Distribusi Nilai Portofolio dan Keuntungan Portofolio
Keuntungan
Nilai Tukar Nilai Saham Nilai Portofolio Peluang
Portofolio
9600 9800 19400 - 600 0.025
9700 9850 19550 - 450 0.025
9800 9900 19700 - 300 0.05
9900 9950 19850 - 150 0.20
1.0000 1.0000 20000 0 0.40
10100 10050 20150 150 0.20
10200 10100 20300 300 0.05
10300 10150 20450 450 0.025
10400 10200 20600 600 0.025
( P) 1,5 ( NT ) 3 ( S )
( NT , P) 1
( S , P) 1
Tabel 8.7
Keuntungan Portofolio dan Komponen-komponennya
Tabel 8.8
VAR
VAR
Instrumen j
j
x
1. Hedging
Prinsip hedging adalah menutupi kerugian posisi aset awal dengan
keuntungan dari posisi instrumen hedging. Sebelum hedging, hedger hanya
memegang sejumlah aset awal. Setelah hedging, hedger memegang sejumlah
aset awal dan sejumlah tertentu instrumen hedging. Portofolio yang terdiri
dari aset awal dan instrumen hedging-nya disebut portofolio hedging.
Portofolio hedging ini mempunyai risiko yang lebih rendah dibanding risiko
aset awal.
Misalkan, sebelum melakukan hedging, hedger mempunyai risiko 100.
Setelah hedging, risiko protofolio hedging-nya adalah 20. Hedging dapat
menurunkan risiko sebesar 80. Dikatakan bahwa efektivitas hedging sebesar
80 persen.
Tentu saja penurunan risiko tersebut tidak gratis. Penurunan risiko
dibarengi dengan penurunan keuntungan. Ingat bahwa prinsip hedging adalah
menutupi kerugian posisi aset awal dengan keuntungan posisi instrumen
hedging. Implikasinya, adalah apabila posisi aset awal memberikan
keuntungan, posisi instrumen hedging mengalami kerugian. Akibatnya,
keuntungan dari posisi aset awal menutupi kerugian dari posisi instrumen
hedging.
Selain keuntungan yang menurun, ongkos penurunan risiko adalah
ongkos hedging. Hedging memerlukan ongkos transaksi instrumen hedging.
Kandidat instrumen hedging yang terbaik adalah futures dari aset awalnya.
Ongkos transaksi futures secara umum relatif kecil. Jadi, ongkos transaksi
hedging adalah relatif kecil.
EKMA4312/MODUL 8 8.33
Tabel 8.9
Ilustrasi Hedging Sempurna
Perubahan Perubahan
Harga Kebalikan
Harga Perubahan Harga Nilai Posisi
t Futures Perubahan
Emas Harga Emas Futures Portofolio
Emas Harga Emas
Emas Hedging
1 100 100
2 105 105 5 5 -5 0
3 110 110 5 5 -5 0
4 100 100 -10 -10 10 0
5 115 115 15 15 -15 0
6 120 120 5 5 -5 0
Profit: 20 Profit: 20 Profit: -20 Profit: 0
St.dev.:0
2. Realitas Hedging
Efektivitas hedging sama dengan 100 persen atau satu hanyalah utopia.
Dalam realita, efektivitas hedging tentu saja kurang dari satu. Efektivitas
8.34 Ekonomi Manajerial
hedging bisa rendah terutama apabila futures aset dasarnya tidak tersedia.
Misalnya, untuk hedging nilai emas futures emas tidak tersedia. Hedger
terpaksa memilih instrumen hedging berupa futures dari aset bukan emas.
Hedging nilai posisi aset dengan menggunakan futures bukan dari aset yang
bersangkutan disebut cross hedging. Korelasi perubahan harga emas dan
perubahan harga futures bukan emas tentu saja tidak tinggi. Korelasi rendah
antara keduanya ini mengakibatkan hedging menghasilkan efektivitas yang
rendah.
3. Mengapa Hedging
Pada prinsipnya, hedging adalah mengurangi risiko sebuah posisi tanpa
harus menghilangkan posisi tersebut. Manajer investasi yang memegang
portofolio optimalnya tentu saja tidak akan mengubah komposisinya atau
bahkan menjualnya. Manajer investasi dapat saja menjual portofolionya,
kemudian membelinya kembali. Namun, ongkos transaksi portofolio ini
dapat menjadi mahal. Pilihan yang optimal adalah melakukan hedging
dengan menggunakan produk derivative, seperti futures yang ongkos
transaksinya murah.
Mengapa manajer investasi tidak membiarkan portofolionya berkinerja
jelek untuk sementara? Tentu saja manajer investasi tidak bersedia
mempunyai kinerja jelek. Oleh karena itu, pilihan melakukan hedging adalah
pilihan optimal.
H. UKURAN KINERJA
di mana
r : returns dari investasi, misalnya return sebuah saham atau nilai tukar;
rf : risk free rate, suku bunga tanpa risiko, misalnya suku bunga deposito
atau Sertifikat Bank Indonesia;
r : volatilitas returns.
1. Ilustrasi
Saham A memberikan returns sebesar 5% sebulan. Deposito sebulan
menghasilkan returns 1%. Risiko returns saham A untuk sebulan adalah 6%.
Sharpe ratio saham A per bulan adalah:
r rf 5% 1% 2
SR
r 6% 3
profit
RAPM
VAR
8.36 Ekonomi Manajerial
Ukuran kinerja dengan basis VAR ini biasa disebut risk adjusted
performance measures (RAPM). Dengan menggunakan kriteria RAPM,
perusahaan yang mempunyai kinerja tinggi adalah perusahaan mampu
menghasilkan keuntungan per satuan risiko yang tinggi.
RAPM mempunyai informasi yang lebih dibandingkan Sharpe’s ratio.
RAPM memperhitungkan besarnya eksposur investor terhadap faktor risiko.
Selain itu, VAR yang menjadi penyebut RAPM mengukur risiko kapital
(risiko kapital) yang mempunyai interpretasi peluang, yaitu peluang kerugian
lebih dari nilai VAR. Nilai VAR mempunyai interpretasi kapital, yaitu
jumlah dana yang disetor investor dalam aktivitas bisnis. Nilai VAR dalam
aktivitas bisnis riil adalah nilai saham dan nilai bond (utang jangka panjang)
perusahaan.
w w q
misalnya:
w 50 10q
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Tes Formatif 1
1) A
2) C
3) C
4) B
5) C
Tes Formatif 2
1) A
2) A
3) C
4) D
5) B
EKMA4312/MODUL 8 8.41
Glosarium
Interest rate parity : investasi Rupiah (mata uang domestik) dan USD
condition (mata uang asing) mempunyai return yang sama
apabila dievaluasi dalam mata uang yang sama.
Moral hazard : perilaku pembeli asuransi yang semakin ceroboh
setelah membeli asuransi.
Pemainan adil : permainan yang mempunyai nilai harapan nol.
(secara aktuaria)
Portofolio hedging : portofolio yang terdiri dari aset awal dan
instrumen hedging dengan perbandingan satu
dibanding dengan hedge ratio.
Preference toward : kesukaan seseorang terhadap risiko.
risk
Punishment : ekspektasi penurunan utility karena mengambil
keputusan berisiko.
Risiko : kerugian karena kejadian yang tidak diharapkan
muncul.
Risk adjusted : ukuran kinerja investasi yang menggunakan basis
performance value at risk (VAR).
measure (RAPM)
Risk averse : orang yang utility-nya naik relatif rendah apabila
kekayaannya naik dibanding dengan besarnya
penurunan utility apabila kekayaannya turun.
Risk neutral : orang yang utility-nya naik relatif sama apabila
kekayaannya naik dibanding dengan besarnya
penurunan utility apabila kekayaannya turun.
Orang yang netral terhadap risiko tidak
memperhitungkan risiko dalam mengambil
keputusan. Tentu saja perlakuan ini benar apabila
pilihannya tidak berisiko.
Risk lover : orang yang utility-nya naik relatif tinggi apabila
kekayaannya naik dibanding dengan besarnya
penurunan utility apabila kekayaannya turun.
Risiko operasional : risiko karena kesalahan orang, proses atau sistem.
Risk tolerance : toleransi seseorang terhadap risiko. Orang yang
mempunyai toleransi terhadap risiko besar dapat
menerima kerugian relatif besar.
EKMA4312/MODUL 8 8.43
Daftar Pustaka
Allen, Bruce, Neil, Doherty, Keith Weighlt, dan Edwin Mansfield. (2005).
Managerial Economics. Sixth Edition. New York: Norton.
Penganggaran Modal
Dr. T. Sunaryo
PEN D A HU L UA N
ekspektasi aliran kas masuk secara periodik. Modul ini menganalisis tentang
penganggaran modal. Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan
mampu menjelaskan:
1. konsep present value;
2. nilai sekarang neto (net present value) untuk mengevaluasi sebuah
proyek;
3. ongkos kapital ekuiti;
4. ongkos kapital bond;
5. ongkos kapital;
6. pengaruh bond terhadap ongkos kapital;
7. internal rate of return untuk mengevaluasi sebuah proyek;
8. profitability index untuk mengevaluasi sebuah proyek;
9. payback period untuk mengevaluasi sebuah proyek;
10. kelebihan dan kekurangan dari net percent value, internal rate of
returns, profitability index dan payback period untuk mengevaluasi
proyek;
11. prinsip penghitungan aliran kas proyek;
12. faktor-faktor yang membuat net present value menjadi positif;
13. postaudit sebuah proyek.
Modul ini dibagi dua bagian, penganggaran Modal 1 dan 2. Judul topik
tidak dibedakan untuk menjaga kesinambungan tampilan.
EKMA4312/MODUL 9 9.3
Kegiatan Belajar 1
Penganggaran Modal 1
V1 V0 (1 r )
di mana
V0 : nilai pada periode sekarang
V1 : nilai pada periode satu
r : imbal hasil (return)
Apabila nilai 100 pada bulan Januari tahun 2010 (V0) dihitung nilainya
pada tahun 2011 (V1) dengan r sebesar 0,1 maka nilai pada tahun 2011
adalah:
V1
V0
(1 r )
r : discount rate
1
: discount factor V1
(1 r )
110
V0 100
(1 0,10)
V2 V0 (1 r ) (1 r ) V0 (1 r )2
dan
V3 V0 (1 r ) (1 r ) (1 r ) V0 (1 r)3 .
Vn V0 (1 r )n
Vn
V0
(1 r ) n
1
: discount factor untuk Vn
(1 r ) n
Perhatikan bahwa dalam kasus ini discount rate sama dengan imbal hasil
(return) instrumen investasi.
Nilai sekarang dana sebesar 100 pada periode sepuluh adalah 38,55.
Artinya, dana sebesar 38,55 apabila diinvestasikan pada instrumen investasi
dengan imbal hasil 10% per periode, hasil investasi pada periode ke 10
adalah 100.
9.6 Ekonomi Manajerial
Keuntungan atau aliran kas neto pada periode t t dari sebuah proyek
adalah pendapatan atau aliran kas masuk (cash inflows) pada periode t
dikurangi dengan aliran kas keluar (cash outflows) pada periode t.
t CIt COt
t : keuntungan atau aliran kas neto (net cash flows) pada periode t.
CIt : aliran kas masuk (cash inflows) pada periode t.
COt : aliran kas keluar (cash outflows) pada periode t.
T
NPV (1 tr )t
t 1
i
: nilai sekarang dari keuntungan periode t
(1 r )t
T : akhir periode proyek
Formula nilai sekarang dari sebuah proyek tentu saja bisa ditampilkan
sebagai nilai sekarang dari aliran kas masuk (cash inflows) atau pendapatan
investasi proyek dikurangi dengan nilai sekarang dari aliran kas keluar (cash
outflows) atau ongkos investasi proyek.
T T
NPV PV (CI )t PV (CO)t
t 1 t 1
EKMA4312/MODUL 9 9.7
10 10 100
NPV 100 0
(1 0,10) (1 0,10) 2
(1 0,10) 2
Pada periode dua ada dua aliran pendapatan, yaitu bunga deposito (10) dan
prinsipalnya (100).
Perhatikan bahwa nilai sekarang ongkos proyek sebesar 100 dibayar
(disetor) pada periode sekarang. Dalam kasus ini formula NPV adalah:
2
(1 r )2 C0
CI
NPV
t 1
9.8 Ekonomi Manajerial
Sebuah proyek akan mempunyai NPV positif apabila imbal hasil proyek
lebih besar dibanding dengan ongkos kapital (cost of capital) yang
digunakan untuk mendanai proyek tersebut. NPV sebuah proyek akan
bernilai positif apabila
r c
Selisih antara imbal hasil proyek dan ongkos proyek pada satu periode
r c disebut imbal hasil neto dari investasi (net return to investment).
EKMA4312/MODUL 9 9.9
15% 100 20% 100 100 12% 100 12% 100 100
NPV
2
(1 12%) (1 12%) (1 12%) (1 12%) (1 12%) (1 12%) 2
2 2
Catatan:
12% 100 12% 100 100
100
(1 12%) (1 12%) (1 12%) 2
2
Pada periode satu, proyek menggunakan kapital dengan ongkos 12% dan
memberikan imbal hasil sebesar 15%. Perusahaan menggunakan kapital
sebesar 100. Pada periode satu, proyek menciptakan nilai sebesar 3. Pada
periode kedua, proyek menciptakan nilai sebesar 8. Keuntungan atau
tambahan nilai sebesar 3 dan 8 ini disebut economic value added (EVA).
EVA periode satu dan dua masing-masing adalah 3 dan 8. Secara umum,
EVA adalah keuntungan dalam satu periode setelah memperhitungkan
ongkos kapital. Penjumlahan dari semua nilai sekarang dari EVA sama
dengan NPV.
NPV mengevaluasi proyek investasi untuk sejumlah periode tertentu.
Sedangkan imbal hasil investasi neto (net return to investment) dan EVA
mengevaluasi investasi pada satu periode. Imbal hasil investasi neto
merupakan kinerja proyek (perusahaan) dalam satuan persen, sedangkan
EVA merupakan kinerja proyek dalam satuan rupiah. EVA menunjukkan
9.10 Ekonomi Manajerial
ukuran kapital yang digunakan dalam proyek, sedangkan imbal hasil neto
tidak menunjukkan ukuran kapital proyek.
Apabila diasumsikan bahwa imbal hasil proyek dan ongkos kapital
proyek sama untuk semua periode, NPV positif mengindikasikan imbal hasil
investasi neto positif dan EVA positif. Imbal hasil atau keuntungan sendiri
tidak cukup untuk menjadi ukuran kinerja sebuah proyek. Kinerja proyek
selain memperhitungkan imbal hasil atau keuntungannya, kinerja proyek
harus memperhitungkan ongkos kapital atau besarnya ongkos kapital proyek.
E. COST OF CAPITAL
F. BOND
Imbal hasil (yield) bond sering disebut imbal hasil hingga waktu jatuh
tempo (yield to maturity) karena imbal hasil bond merujuk pada lama periode
memegang bond. Dalam hal ini, diasumsikan bahwa investor memegang
bond dari awal hingga periode jatuh tempo. Sebaliknya, perusahaan (penerbit
bond) memenuhi kewajibannya dengan membayar kupon dan prinsipalnya
sesuai kontrak. Jadi, bagi perusahaan penerbit bond, ongkos utang dengan
instrumen bond adalah tetap sebesar suku bunga kupon (sama dengan yield
atau discount rate-nya) dari periode awal hingga periode akhir.
Bagi investor yang membeli bond, imbal hasilnya tetap dari periode awal
hingga periode akhir, yaitu sebesar suku bunga kupon yang diberikan secara
periodik oleh penerbit bond kepada investor. Investor bisa menjual bondnya
sebelum waktu jatuh tempo, namun penjualan ini tidak mempengaruhi
kewajiban perusahaan terhadap bond yang diterbitkannya.
Oleh karena fokus dari penganggaran modal adalah dari sisi perusahaan
maka diasumsikan bahwa perusahaan membayar kupon dan prinsipalnya
sesuai dengan kontrak. Oleh karena itu, ongkos dana dari menerbitkan bond
sama dengan yield (yield to maturity) bond. Ongkos ini sama dengan suku
bunga kuponnya.
Perhatikan bahwa struktur imbal hasil kupon sama dengan struktur imbal
hasil deposito. Bond berbeda dengan deposito pada risiko gagal bayarnya
EKMA4312/MODUL 9 9.13
(default/credit risk). Tentu saja risiko gagal bayar bond lebih tinggi
dibanding risiko gagal bayar deposito.
G. PERINGKAT BOND
y y0 yC y pr
Tabel 9.1
Pemeringkatan Bond
Bond (surat utang) dengan peringkat di atas Baa (Moody) atau BBB
(S & P) dikategorikan mempunyai peringkat investasi (investment-grade
bonds); di bawahnya dikategorikan spekulatif. Bonds yang bersifat spekulatif
biasa disebut dengan junk bond.
H. TAX DEDUCTIBILITY
Tabel 9.2
Dampak Pembiayaan Utang
Debt 0 5000
Equity 1000 5000
Capital 10000 10000
(nilai ini sama dengan imbalan hasil yang diterima investor), ongkos utang
perusahaan kurang dari 10%. Apabila pajak terhadap keuntungan sebesar
40%, ongkos utang perusahaan adalah 6%. Secara umum, ongkos pendanaan
dengan utang adalah sebesar.
rd r (1 t )
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
C. kreditor
D. bank
Kegiatan Belajar 2
Penganggaran Modal 2
A. COST OF EQUITY
rf : risk free rate, suku bunga tanpa risiko, misalnya imbal hasil bond
pemerintah atau sertifikat bank Indonesia (SBI).
rm : imbal hasil indeks harga saham, misalnya imbal hasil IHSG.
rm rf : premi risiko pasar, tambahan imbal hasil karena mengambil risiko
pasar saham.
i : beta saham i.
i : imbal hasil saham i yang tidak bisa dijelaskan oleh indeks harga
saham.
Risiko tidak sistematis (unsystematic risk atau specific risk) adalah risiko
yang disebabkan oleh faktor spesifik perusahaan. Perusahaan yang kecil
mempunyai risiko (tidak sistematik) yang berbeda dengan perusahaan dengan
ukuran sedang atau besar. Salah satu faktor risiko tidak sistematik adalah
ukuran perusahaan.
Secara umum, faktor risiko spesifik adalah variabel mikro (perusahaan),
sedangkan faktor risiko sistematis adalah faktor makro (ekonomi makro).
Faktor makro mempengaruhi semua imbal hasil saham perusahaan, namun
dengan sensitivitas yang bervariasi. Faktor mikro perusahaan hanya
mempengaruhi imbal hasil saham perusahaan yang bersangkutan. Faktor
mikro perusahaan A tidak mempengaruhi imbal hasil perusahaan B.
Risiko tidak sistematik bisa diturunkan dengan diversifikasi.
Diversifikasi diimplementasikan dengan memegang beberapa saham dengan
imbal hasil yang saling mengimbangi (offsetting). Dengan melakukan
diversifikasi, komponen imbal hasil dari kompensasi risiko tidak sistematik
masing-masing saham dalam portofolio saling meniadakan. Oleh karena
premi risiko tidak sistematis bisa ditekan dengan diversifikasi maka formula
CAPM tidak memasukkan premi risiko tidak sistematik.
Fokus dari diversifikasi di sini adalah imbal hasil yang muncul karena
faktor tidak sistematik (spesifik), bukan faktor sistematis. Misalnya, seorang
investor memegang saham A dan B. Faktor risiko tidak sistematik dari saham
A menghasilkan kerugian. Pada saat yang sama, faktor risiko tidak sistematik
dari saham B menghasilkan keuntungan. Dengan demikian, imbal hasil yang
ditimbulkan dari dua faktor spesifik tersebut saling mengimbangi
(meniadakan). Semakin banyak saham dalam sebuah portofolio, semakin
kecil komponen risiko tidak sistematik dari portofolio tersebut. Artinya,
semakin banyak elemen saham dalam sebuah portofolio, efek diversifikasi
akan semakin besar.
B. EKUITI
dengan uang sebesar 100 dari laba yang ditahan. Apabila uang 100 dari laba
yang ditahan digunakan untuk membeli saham perusahaan sendiri maka uang
100 tersebut akan mendapatkan ekspektasi keuntungan sama dengan yang
diharapkan pemegang saham lainnya. Argumen ini adalah aplikasi konsep
opportunity costs dalam ilmu ekonomi.
Nilai sebuah proyek dihitung pada waktu sekarang. Nilai sebuah proyek
adalah nilai sekarang neto (NPV) proyek tersebut. NPV dari sebuah proyek
positif artinya proyek tersebut mampu menghasilkan pendapatan melebihi
ongkosnya. Tentu saja, pendapatan dan ongkos proyek juga harus dinilai
pada waktu sekarang.
Ongkos pendanaan sebuah proyek adalah discount rate yang digunakan
untuk menghitung NPV proyek. Secara umum, pendanaan proyek terdiri atas
dana yang dihasilkan dari penerbitan saham dan surat utang (bond). Jadi,
ongkos proyek merupakan rata-rata tertimbang (weighted average) dari
ongkos saham dan ongkos bond. Ongkos saham dan ongkos bond masing-
masing sama dengan ekspektasi (harapan) imbal hasil investor memegang
saham dan bond tersebut. Notasi ongkos proyek adalah sebagai berikut.
E : jumlah dana dari menerbitkan saham.
D : jumlah dana dari menerbitkan surat utang atau bond.
V E D : total dana untuk membiayai proyek.
E
wE : bobot (porsi) dana yang berasal dari menerbitkan saham.
V
D
wD : bobot (porsi) dana yang berasal dari menerbitkan utang.
V
rE : imbal hasil (return) dari saham atau ongkos dana saham setiap
periode.
rD : imbal hasil dari bond atau ongkos dana bond setiap periode.
E D 70 30
WACC rE rD (1 t ) 21% 10%(1 30%) 16,80%
V V 100 100
Gambar 9.1
Hubungan WACC dan Dua Komponennya
EKMA4312/MODUL 9 9.25
Tabel 9.3
Proporsi Utang dan Ekuiti yang Optimal
Gambar 9.2
Menentukan Jumlah Proyek
Perusahaan mempunyai lima buah proyek dengan ukuran dan imbal hasil
yang berbeda-beda. Kelima proyek tersebut bisa menggambarkan peluang
investasi perusahaan. Proyek A memerlukan kapital sebanyak 4 dan
mempunyai imbal hasil yang paling tinggi, yaitu 20%. Proyek E memerlukan
EKMA4312/MODUL 9 9.27
kapital sebesar 5 dan mempunyai imbal hasil terendah sebesar 9%. Lima
proyek tersebut memerlukan kapital sebesar 20.
Marginal cost of capital (MCC) menggambarkan ongkos marjinal
kapital untuk investasi. Perhatikan bahwa kurva MCC adalah kurva WACC.
Diasumsikan bahwa ongkos marjinal kapital konstan hingga investasi sebesar
15. Setelah “meminjam” kapital sebesar 15 dengan ongkos 10%, ongkos
penambahan kapital semakin meningkat. Kurva MCC ini adalah potongan
sebelah kanan dari WACC. Potongan ini adalah potongan WACC yang
relevan. Apabila ongkos kapital masih rendah, perusahaan akan mempunyai
peluang investasi yang lebih banyak lagi atau perusahaan berpeluang besar
untuk menciptakan proyek yang mampu melompati hurdle rate (ongkos
kapital) yang rendah.
Bentuk dan logika dari MCC ini mirip dengan marginal cost biasa.
Marginal cost yang relevan adalah marginal cost yang naik, atau daerah law
of diminishing returns sudah bekerja. Law of diminishing returns juga
bekerja dalam penggalangan dana untuk pendanaan investasi. Semakin besar
dana untuk investasi, semakin besar ongkosnya. Argumen ini digambarkan
dengan MCC atau WACC.
Demand for capital menunjukkan willingness to pay perusahaan
terhadap sejumlah dana. Apabila perusahaan mempunyai proyek dengan
imbal hasil 20%, perusahaan bersedia membayar ongkos dana sebesar
(maksimum) 20%. Jadi, demand for capital menggambarkan imbal hasil
proyek-proyek perusahaan yang diurutkan berdasarkan masing-masing imbal
hasilnya dari yang besar. Proyek A mempunyai memberikan imbal hasil
sebesar 20%. Proyek E memberikan imbal hasil 9%.
Perusahaan akan merealisasikan proyek yang memberikan imbal hasil
lebih besar dibanding ongkosnya atau proyek dengan NPV positif. Untuk
kasus lima proyek di atas, perusahaan akan merealisasikan proyek A, B, C,
dan D. Proyek E tidak direalisasikan karena memberikan imbal hasil yang
lebih rendah dibanding ongkos pendanaannya. Imbal hasil proyek yang
diurutkan dari yang besar ke yang kecil mencerminkan imbal hasil marjinal
atau pendapatan marjinal.
Untuk sebuah proyek, selama imbal hasil masih lebih tinggi dibanding
ongkosnya, proyek tersebut masih menguntungkan. Perusahaan akan
merealisasikan proyek hingga keuntungan marjinal proyek terakhir sama
dengan nol. Keuntungan proyek terakhir sama dengan nol apabila imbal hasil
proyek sama dengan ongkos marjinalnya. Logika penentuan jumlah proyek
9.28 Ekonomi Manajerial
yang optimal ini sama dengan logika pendapatan marjinal sama dengan
ongkos marjinal (MR = MC).
H. PROFITABILITY INDEX
PVCI
PI
PVCO
Faktor krusial untuk menentukan nilai NPV sebuah proyek adalah nilai
aliran kas (cash flows), yaitu aliran kas masuk (cash inflows) dikurangi
dengan aliran kas keluar (cash outflows) atau pendapatan dikurangi
pengeluaran proyek dalam rupiah. Aliran kas harus dihitung dengan basis
incremental, yaitu berapa dampak cash flows yang dibangkitkan dari proyek
tersebut dibanding dengan kondisi apabila proyek tersebut tidak
direalisasikan (kondisi status quo). Aliran kas tentu saja harus
memperhitungkan pajak.
Aliran kas proyek perlu dianalisis berdasarkan “with and without
project” bukan “before versus after project”. Namun, yang diobservasi
adalah kondisi sebelum dan setelah proyek direalisasikan. Perusahaan yang
merealisasikan sebuah proyek tentu saja tidak bisa mengamati kondisi
apabila perusahaan tersebut tidak merealisasikan proyek tersebut. Sering kali
sebuah proyek memunculkan eksternalitas positif yang tidak teridentifikasi
atau sulit untuk di kuantifikasi sehingga NPV proyek menjadi kecil atau
bahkan negatif.
Proyek program S2 bagi sebuah universitas mempunyai efek positif
terhadap program S1 yang telah ada. Apabila dampak positif ini di
kuantifikasi, NPV meningkat. Kegagalan mengidentifikasi dampak positif
tersebut membuat NPV menjadi rendah dan proyek S2 tidak direalisasikan.
Penghitungan NPV sebuah proyek harus memasukkan semua dampak yang
diakibatkan oleh proyek tersebut, tentu saja termasuk dampak negatif dari
9.32 Ekonomi Manajerial
sebuah proyek pada proyek yang sudah ada. Model proyek handphone yang
baru biasanya membuat penjualan model yang lama menurun. Fenomena ini
disebut kanibalisasi. Namun, apabila proyek HP baru tidak direalisasikan, HP
model lama “dimakan” oleh HP baru lain.
Prinsip penghitungan NPV hanya memperhitungkan aliran kas
mendatang, bukan aliran kas masa lalu. Dalam penghitungan NPV sebuah
proyek, ongkos masa lalu tidak relevan. Proyek yang memanfaatkan
infrastruktur yang sudah ada tidak mengeluarkan ongkos untuk infrastruktur
tersebut. Aliran dana keluar untuk infrastruktur tersebut tidak ada. Namun,
apabila infrastruktur tersebut belum tersedia, ongkos penyediaan infrastruktur
harus diperhitungkan dalam penghitungan NPV.
Dengan infrastruktur yang sudah ada dan dengan kapasitas berlebih, bagi
KFC, proyek memproduksi dan menjual ayam goreng pedas memerlukan
ongkos yang lebih rendah dibandingkan dengan Dunkin Donut, misalnya.
Dalam proyek ayam pedas ini KFC tidak perlu menghitung penyediaan
infrastruktur untuk menggoreng ayam. Sebaliknya, bagi Dunkin Donut
proyek ayam pedas tersebut perlu memperhitungkan penyediaan
infrastrukturnya.
Sebuah perusahaan dengan mesin antiknya merasa sayang untuk
mengganti dengan mesin yang lebih mutakhir. Menjual mesin tua barangkali
mirip dengan menjual besi tua. Meskipun mesin tua masih bisa beroperasi,
namun kurang ekonomis. Oleh karena itu, proyek penggantian mesin tua
dengan yang lebih baru perlu dipertimbangkan. Dalam mengevaluasi sebuah
proyek ongkos masa lalu tidak relevan. NPV yang menjadi kriteria proyek
mendasarkan pada ekspektasi aliran kas neto proyek.
K. PENGINTEGRASIAN PROYEK
L. PAYBACK PERIOD
dalam dua periode sebuah proyek bisa menghasilkan nilai sekarang aliran kas
masuk sama dengan nilai sekarang kas keluar maka periode balik modal
proyek tersebut adalah dua periode.
Tabel 9.4 menampilkan aliran kas dari tiga buah proyek A, B, dan C.
Tabel 9.4
Ilustrasi Periode Balik Modal
Aliran Kas
CO0 : aliran kas keluar (cash outflows) periode sekarang (periode nol)
CIi : aliran kas masuk (cash inflows) periode ke i, i = 1, 2, 3.
kelayakan sebuah proyek. Tentu saja aliran kas sekarang mempunyai nilai
yang lebih tinggi dibanding aliran kas periode mendatang.
M. POST AUDIT
Dalam penghitungan NPV aliran kas masuk dan aliran kas keluar
diprediksikan. Perusahaan tentu saja mengharapkan bahwa realisasi proyek
sesuai dengan skenario NPV. Namun, realisasi arus kas bisa menyimpang
dari prediksinya. Penyimpangan ini bisa terjadi karena kesalahan prediksi
atau faktor eksternal. Kesalahan prediksi perlu dikoreksi secepatnya sehingga
kesalahan prediksi bisa diperkecil. Post audit adalah evaluasi prediksi aliran
kas dengan nilai realisasinya dan upaya untuk meminimumkan perbedaan
keduanya.
Tim dalam perusahaan yang membuat proposal sebuah proyek
mempunyai insentif untuk membentuk reputasi untuk merealisasikan
proyeknya sesuai dengan skenarionya. Untuk itu, post audit menjadi
instrumen untuk memantau (memonitor) kinerja proyek yang mencerminkan
kinerja tim. Secara umum, orang cenderung akan bekerja lebih efisien
apabila tersedia instrumen pemantauan.
Adanya post audit untuk mengevaluasi realisasi proyek juga mencegah
munculnya proyek yang terlalu optimis. Perkiraan aliran kas yang terlalu
optimis sering terjadi dalam penganggaran modal. Sebuah studi dari suatu
perusahaan menunjukkan bahwa realisasi proyek perluasan penjualan
mempunyai NPV lebih rendah 40% dari yang diperkirakan; dan realisasi
proyek produk baru mempunyai NPV lebih rendah 90% dari yang
diperkirakan (Brealey dan Myers 1988 halaman 236). Post audit diharapkan
bisa menekan prediksi NPV yang bias ke atas tersebut. Selain itu, Mansfield
(1993) menunjukkan bahwa ongkos proyek riset dan pengembangan dari
perusahaan farmasi terkenal bias ke bawah atau terlalu kecil, lihat Tabel 9.5.
Perkiraan ongkos proyek yang bias ke bawah membuat terlalu banyak proyek
yang diterima.
9.36 Ekonomi Manajerial
Tabel 9.5
Rasio Ongkos Aktual dan Ongkos Perkiraan Proyek
sebuah Perusahaan Farmasi
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Tes Formatif 1
1) C
2) C
3) A
4) D
5) A
Tes Formatif 2
1) B
2) A
3) B
4) B
5) A
EKMA4312/MODUL 9 9.41
Glosarium
Net present value : nilai sekarang aliran dana masuk dikurangi aliran
dana keluar, konsep ini digunakan untuk
mengevaluasi sebuah proyek.
Payback period : Periode (waktu) yang diperlukan untuk
mengembalikan ongkos proyek.
Postaudit : pemantauan realisasi aliran dana dengan
proyeksinya dan upaya meminimalkan
perbedaannya.
Risk premium : premi risiko, tambahan imbal hasil kepada
investor untuk kompensasi karena menerima
tambahan risiko.
Profitability index : nilai sekarang aliran kas masuk dibagi dengan
nilai sekarang aliran kas keluar.
Systematic risk : risiko yang disebabkan faktor makro atau faktor
yang mengenai semua saham.
Speculative bond : bond dengan peluang gagal bayar tinggi (sering
disebut junk bond).
Unsystematic risk : risiko yang disebabkan faktor mikro atau
spesifik perusahaan.
Tax deductability : pengurangan keuntungan yang dikenai pajak
sebesar pembayaran bunga bond.
Weighted average : ongkos kapital, yaitu rata-rata tertimbang dari
cost of capital ekuiti dan bond serta memperhitungkan
(WACC) keuntungan pajak dari bond.
EKMA4312/MODUL 9 9.43
Daftar Pustaka