EKOLOGI
“PERSAINGAN ANTAR TANAMAN SEJENIS (INTRASPESIFIK)”
Oleh Kelompok 1 :
Aditya Rico Armydani 170210103012
Ina Zusdiana 170210103010
Ajeng Purwaningtyas 170210103017
Nur Lailin Najah 170210103024
Alivinda Aulia Safira Musyarofah 170210103031
Afridatul Rofi’ah 170210103043
Kelas A
ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makhluk hidup dalam suatu ekosistem saling berinteraksi antar satu
spesies dengan spesies lain. Interaksi tersebut ada yang bersifat positif dan
bersifat negatif. Interaksi yang bersifat positif dalah interaksi yang saling
menguntungkan diantara spesies dan iteraksi yang bersifat negatif salah satu
contohnya adalah kompetisi. Dampak dari adanya kompetisi adalah makhluk
hidup tetap eksis mempertahankan hidup bagi yang memenangkan kompetisi
dan bagi yang kalah dalam kompetisi akan menderita atau tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya. Kompetisi tumbuhan dapat mempengaruhi dari
pertumbuhan tanaman itu sendiri. Hal ini karena nutrisi, air, serta cahaya yang
digunakan untuk pertumbuhan tumbuhan didapatkan secara bersaing, apabila
tumbuhan tersebut kalah dalam persaingan maka pertumbuhan terhambat.
Kompetisi dapat dilihat melalui jarak tanam pada tanaman terutama pada
tanaman sejenis.
Mengingat pentingnya mengetahui mengenai jarak tanaman ideal untuk
pertumbuhan tanaman agar terjadinya kompetisi dapat berkurang, maka
dilakukan praktikum mengenai antar tanaman sejenis (intraspesifik) yang
didalamnya terdapat peristiwa kompetisi. Sarana pertumbuhan yang sering
menjadi pembatas dan menyebabkan terjadinya persaingan diantaranya adalah
air, nutrisi, cahaya, karbondioksida, serta ruang. Faktor utama yang
mempengaruhi terjadinya persaingan atau kompetisi adalah kerapatan atau
jarak tanam pada tanaman terutama tanaman sejenis. Pengaruh kerapatan tanam
sehingga mengakibatkan kompetisi dapat dilihat melalui laju pertumbuhan
tanaman.
1
2
3
4
daun sangat dipengaruhi oleh cahaya tetapi efek air, nutrisi, dan tanah kondisi juga
secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan. Distribusi Posisi daun juga
dihubungkan dengan tinggi pohon, ranting lokasi, dan kerapatan mahkota, dan
kemudian efek ukuran dan struktur seluruh mahkota (Zhou et al., 2018).
Persaingan adalah fenomena yang terjadi pada komunitas tumbuhan.
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, tanaman bersaing dengan
individu yang berdekatan untuk mendapatkan air, cahaya dan nutrisi sumber daya.
Dalam penelitian ini, batang dan biomassa cabang. Terdapat pengaruh yang
signifikan kompetisi pada batang, dan biomassa cabang. Berdasarkan teori alokasi
biomassa, persaingan ringan yang intens. Contoh persaingan di atas tanah adalah
untuk sumber daya cahaya. DBH dan ketinggian pohon terkait erat dengan
penangkapan cahaya. Dengan meningkatnya persaingan dan intensitas, DBH dan
tinggi tumbuhan berkurang (Zhou et al., 2018).
Rasio beda tinggi tumbuhan berkorelasi positif secara signifikan dengan
intensitas kompetisi. Individu yang memiliki tekanan kompetitif tinggi,
pertumbuhan radial secara signifikan dibatasi. Tinggi tanaman adalah faktor
utama yang mempengaruhi penangkapan cahaya untuk keperluan fotosintesis.
Rasio besar kanopi mencerminkan ukuran seluruh kanopi dan mengukur
persaingan di antara pohon-pohon. Semakin besar kanopi maka tumbuhan mampu
menyerap cahaya lebih baik. Tumbuhan yang berada dibawah akan kalah
berkompetisi untuk mendapatkan cahaya matahari. Saat tanaman tumbuh,
lingkungan kompetitif berubah secara konstan dan tekanan kompetitif pada
tanaman juga berubah. Fungsi berbagai elemen dan nutrisi juga diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tumbuhan akan membentuk cabang
akar yang halus untuk berkompetisi mendapatkan nutrisi di dalam tanah (Zhou et
al., 2018).
Peran kompetisi antar spesies dalam penataan komunitas ekologi dan
diversifikasi evolusi adalah hal yang masih jadi perdebatan diantara ahli ekologi.
Teori persaingan mengatakan bahwa spesies harus berbeda dalam relung ekologis
mereka untuk mencapai koeksistensi yang stabil. Apabila tidak, spesies serupa
secara ekologis memiliki daya terbatas dan terjadi kompetisi. Kompetisi antar
6
spesies dapat dikurangi dengan cara penggunaan habitat yang berbeda pada
spesies sama dan memungkinkan terjadinya kompetisi. Relung habitat spesies
tidak boleh tumpang tindih ketika spesies yang kompetisis (bersaing) hidup
berdampingan secara stabil. Pola seleksi habitat menyeimbangkan biaya
kompetitif intra dan interspesifik untuk kebugaran spesies yang bersaing dapat
secara bersamaan menggunakan habitat bersama tergantung pada kedua
kepadatan spesies. Oleh karena itu, pelepasan ekologis dari kompetisi
interspesifik harus menjadi proses yang bergantung pada kepadatan pergeseran
ceruk tergantung pada intensitas kompetisi. Persaingan intraspesifik
mengakibatkan penggunaan sumber daya yang beragam dan memperluas ceruk
spesies (Tarjuelo et al., 2017).
Teori seleksi habitat menyatakan bahwa spesies hidup berdampingan
menyelesaikan persaingan dengan segresi lengkap di habitat yang berbeda, hal ini
tidak selalu benar, karena suatu spesies masih dapat menggunakan habitat pesaing
bahkan jika pilihan habitat pesaing dimodifikasi sebagai fungsi dari kepadatan
pesaing, hal ini menunjukkan intraspesifik sedang terjadi. Persaingan mendorong
variasi tergantung kepadatan dalam luas serta posisi niche menuju peningkatan
penggunaan habitat utama. Keserdiaan makananlah pada suatu habitat yang dapat
menyebabkan suatu kompetisi. Interspeisfik persaingan dapat menyebabkan
perubahan pada ekologi pada skala yang lebih kecil. Kepadatan tergantung efek
dari kompetisi intra dan interspesifik ceruk habitat. Pemilihan dimensi niche
merupakan langkah penting dalam mengevaluasi peran kompetisi interspeisfik
dalam pergeseran karena niche bergantung pada pengetahuan terperinci tentang
persyaratan (Tarjuelo et al., 2017).
Mekanisme rantai makanan atau jaring makanan juga akan terjadi
kompetisi untuk mendapatkan suatu sumber daya yang sama yang ketersediannya
di alam terbatas. Kompetisi ini akan terjadi antarindividu dalam populasi yang
sama (intraspesifik) dan antarspesies yang berbeda (interspesifik). Dengan adanya
kompetisi tersebut menyebabkan terjadinya pembagian sumber daya, migrasi, dan
kematian bagi organisme yang kalah karena tidak memperoleh sumber daya yang
dibutuhkan. Kompetisi intraspesifik dapat mempengaruhi kepadatan populasi
7
8
9
Perlakuan 1
1 tanaman Perlakuan 1 Perlakuan 1
jagung 2 tanaman 4 tanaman
jagung jagung
Perlakuan 1
6 tanaman Perlakuan
Perlakuan 11 Perlakuan 1
jagung 88 tanaman
tanaman 10 tanaman
tanaman
jagung
jagung jagung
12
13
Perlakuan M0 M1 M2 M3 M4 M5
P1 23,5000 41,9091 57,5000 82,0000 91,3333 74,2340
P2 21,7500 38,5263 60,5000 61,4667 72,8676 60,0122
P3 20,9897 26,6081 52,4375 60,4697 71,8552 56,9729
P4 22,0275 37,6596 59,6803 67,7311 75,2733 65,1822
P5 18,7358 34,2000 49,4526 62,6226 68,9947 57,5337
P6 18,1212 31,3814 50,8720 58,3223 69,2451 56,0274
14
Tinggi Tanaman
100,0000
80,0000
60,0000
40,0000
20,0000
,0000
1 2 3 4 5 6
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Keterangan :
P1 : Perlakuan 1
P2 : Perlakuan 2
P3 : Perlakuan 3
P4 : Perlakuan 4
P5 : Perlakuan 5
P6 : Perlakuan 6
Analisis:
Between-Subjects Factors
N
Minggu .00 210
1.00 296
2.00 380
3.00 456
4.00 516
5.00 614
Ulangan 1.00 1283
2.00 1189
Perlakuan 1.00 94
2.00 164
3.00 329
4.00 482
5.00 620
6.00 783
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:PanjangDaun
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 89065.892a 71 1254.449 2.598 .000
Intercept 613924.706 1 613924.706 1271.351 .000
Minggu 31731.709 5 6346.342 13.142 .000
Ulangan 296.895 1 296.895 .615 .433
Perlakuan 9896.649 5 1979.330 4.099 .001
Minggu * Ulangan 1178.480 5 235.696 .488 .785
Minggu * Perlakuan 6539.612 25 261.584 .542 .969
Ulangan * Perlakuan 5397.124 5 1079.425 2.235 .048
Minggu * Ulangan * 9854.100 25 394.164 .816 .725
Perlakuan
Error 1158939.663 2400 482.892
Total 2558257.010 2472
16
Perlakuan M0 M1 M2 M3 M4 M5
P1 10,9375 19,1455 22,5357 31,7294 31,7952 26,5000
P2 11,3929 19,3000 21,3250 27,3167 30,9176 23,8610
P3 11,1621 15,3000 21,5604 22,8333 26,8567 21,3696
P4 12,0075 23,6421 26,6197 30,4089 25,8188 27,0485
P5 11,3396 17,1813 22,5392 25,4530 25,3351 22,7442
P6 10,3258 16,0959 21,7727 23,8109 23,8093 20,8660
Panjang Daun
35,0000
30,0000
25,0000
20,0000
15,0000
10,0000
5,0000
,0000
1 2 3 4 5 6
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Keterangan :
P1 : Perlakuan 1
P2 : Perlakuan 2
17
P3 : Perlakuan 3
P4 : Perlakuan 4
P5 : Perlakuan 5
P6 : Perlakuan 6
Analisis:
Between-Subjects Factors
N
Minggu .00 210
1.00 296
2.00 380
3.00 456
4.00 516
5.00 614
Ulangan 1.00 1283
2.00 1189
Perlakuan 1.00 94
2.00 164
3.00 329
4.00 482
5.00 620
6.00 783
18
Dependent Variable:LebarDaun
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 136.977a 71 1.929 2.204 .000
Intercept 2087.180 1 2087.180 2383.955 .000
Minggu 8.340 5 1.668 1.905 .090
Ulangan .070 1 .070 .080 .778
Perlakuan 31.697 5 6.339 7.241 .000
Minggu * Ulangan 4.753 5 .951 1.086 .366
Minggu * Perlakuan 11.612 25 .464 .531 .973
Ulangan * Perlakuan 27.150 5 5.430 6.202 .000
Minggu * Ulangan * 17.320 25 .693 .791 .757
Perlakuan
Error 2101.227 2400 .876
Total 5847.980 2472
Corrected Total 2238.205 2471
a. R Squared = ,061 (Adjusted R Squared = ,033)
Kesimpulan:
Bahwa perlakuan perbedaan jumlah individu tanaman jagung per pot
berpengaruh sangat signifikan terhadap lebar daun tanaman jagung (F=7,241, df=5,
D=0,000) dan perlakuan dengan perbedaan jumlah individu perpot dengan jumlah
minggu sebanyak 5 minggu tidak berpengaruh signifikan terhadap lebar daun
tanaman jagung ( F: 0,531, df: 25, P: 0,973).
Lebar Daun
2,0000
1,5000
1,0000
,5000
,0000
1 2 3 4 5 6
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Keterangan :
P1 : Perlakuan 1 P4 : Perlakuan 4
P2 : Perlakuan 2 P5 : Perlakuan 5
P3 : Perlakuan 3 P6 : Perlakuan 6
Analisis:
20
21
memiliki biomassa sebesar 5,75 gram. Sehingga memiliki batang yang kecil dan
relatif banyak yang kurang sehat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persaingan antar tanaman
sejenis (intraspesifik) antara lain; jenis tanaman, kepadatan tanaman, penyebaran
tanaman. Jenis tanaman faktor ini meliputi sifat biologi tumbuhan, system
perakaran, bentuk pertumbuhan secara fisiologis. Faktor selanjutnya dalah
kepadatan atau jarak tanam. Jarak yang sempit antar tanaman pada suatu lahan
dapat menyebabkan persaingan terhadap zat-zat makanan. Hal ini karena zat hara
yang tersedia tidak dapat mencukupi semua pertumbuhan tanaman. Faktor lain
adalah penyebaran tanaman, untuk penyebaran tanaman yang dilakukan dengan
menggunakan penyebaran biji mempunyai kemampuan besaing lebih tinggi
daripada tanaman yang menyebar dengan rimpang. Persaingan yang terjai karena
faktor penyebaran tanaman sangat dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain seperti
suhu, cahaya, oksigen, dan air. Faktor terakhir adalah waktu, lamanya periode
tanaman sejenis hidup bersama dapat memberikan tanggapan tertentu yang
mempengaruhi kegiatan fisiologis tanaman.
Berdasarkan teori persaingan intraspesifik adalah kompetisi yang terjadi
antarindividu dalam populasi yang sama. Munculnya persaingan terjadi akibat
individu-individu tersebut mempunyai kebutuhan yang sama terhadap faktor-faktor
tertentu yang tersedia dalam jumlah yang tidak mencukupi di lingkungan di mana
individu tersebut berada. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah makanan,
tempat hidup, cahaya, oksigen, air, dan lain-lainnya. Praktikum ini terdapat dua
ulangan dengan enam perlakuan. Pot satu ditanami dengan 1 biji jagung, pot dua
dengan dua biji jagung, pot tiga dengan empat biji jagung, pot empat dengan enam
biji jagung, pot lima dengan delapan biji jagung, dan pot enam dengan ditanami
dengan sepuluh biji jagung. Berdasarkan teori berarti maka hasilnya persaingan
yang tertinggi seharusnya terdapat pada pot dengan jumlah tanaman terbanyak. Hal
itu karena semakin banyak individu yang terdapat dalam populasi yang sama
dengan kebutuhan yang sama maka semakin tinggi pula persaingan antarindividu
sehingga jagung dengan perbandingan satu tanaman dalam satu pot seharusnya
lebih tumbuh dengan baik daripada tanaman yang banyak dengan satu pot sama.
24
Hasil yang tidak sesuai seperti pertumbuhan antara jagung yang ada di pot
satu dengan jagung yang ada di pot enam sama kemungkinan terjadi karena
berbagai faktor. Faktor yang menyebabkan hasilnya tidak sesuai dengan teori
kemungkinan yang pertama faktor tanah yang ada di pot. Kemungkinannya adalah
dalam satu pot dengan tanaman yang banyak memiliki nutrisi yang terkandung
dalam tanah lebih mencukupi sehingga persaingan tidak berpengaruh terhadap
panjang, lebar dan tinggi tanaman. Kemungkinan yang kedua adalah nutrisi yang
ada di dalam tanah tersebar merata karena waktu penanaman tanaman tersebut
ditanam dengan jarak yang sama sehingga akhirnya persaingan tidak berpengaruh
terhadap panjang, lebar dan tinggi tanaman. Kemungkinan ketiga karena human
error yaitu kesalahan dalam pengukuran. Hal itu dikarenakan pada satu tumbuhan
terdapat daun yang rontok atau mati sehingga menyebabkan kesalahan dalam
pengukuran sehingga menyebabkan bias dan ketidaksesuaian hasil dengan teori.
BAB VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Kompetisi intraspesies atau intraspesifik merupakan interaksi antara
spesies yang sama dengan kemampuan yang sama dan memperebutkan
sumber daya yang sama.
6.1.2 Kompetisi terjadi apabila terdapat 2 atau beberapa makhluk hidup yang
tinggal dalam satu ekosistem dan mereka memiliki jenis makanan yang
sama sedangkan sumber daya yang tersedia dalam keadaan terbatas.
Misalnya saat menanam tumbuhan dalam pot.
6.1.3 Pengulangan sangat perlu dalam suatu penelitian. Hal tersebut
dikarenakan pengulangan mampu memberikan dugaan dari kekeliruan
percobaan, meningkatkan ketelitian dalam percobaan melalui
simpangan baku dan nilai tengah perlakuan, memperluas cakupan
dalam kesimpulan, mengendalikan ragam kekeliruan, serta dengan
adanya pengulangan mampu memperkuat akan hasil yang diperoleh
bahwasanya perbedaan jumlah individu jagung per pot berpengaruh
signifikan terhadap tinggi tanaman jagung.
6.1.4 Variabel-variabel yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
variabel kontrol spesies tanaman (jagung), waktu penanaman, media
tanam, jumlah pengulangan, dan tempat peletakan dari tanaman yang
telah di tanam (Green House), variabel bebas jumlah tanaman dalam
setiap pot, dan variabel terikat tinggi tanaman jagung, lebar daun jagung
dan panjang daun jagung.
6.1.5 Menggunakan analisis anova karena untuk mengetahui pengaruh
perlakuan jumlah tanaman Jagung per pot terhadap tinggi tanaman
Jagung, panjang daun Jagung, dan lebar daun Jagung.
6.1.6 Hasil analisis yang didapat dapat mengetahui akan pada minggu
tertentu tumbuhan jagung pada pot tertentu akan melakukan
kompetisis. Berdasarkan grafik pot ke-6, menunjukkan lebar daun yang
mengalami kompetisi terjadi pada minggu ke-2. Kompetisi paling
25
26
Tuwo, A., dan D. G. Bengen. 2019. Ekologi Perairan Tropis. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Zhou, W., X. Cheng, R. Wu, H. Han, F. Kang, J. Zhu & Ping. 2018. Effect Of
Intraspecific Competition On Biomass Partitioning Of Larix Principis
Rupprechtii. Journal of Plant Interactions. 13(1): 1-8.
27
LAMPIRAN
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42