Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI
“PERSAINGAN ANTAR TANAMAN SEJENIS (INTRASPESIFIK)”

Oleh Kelompok 1 :
Aditya Rico Armydani 170210103012
Ina Zusdiana 170210103010
Ajeng Purwaningtyas 170210103017
Nur Lailin Najah 170210103024
Alivinda Aulia Safira Musyarofah 170210103031
Afridatul Rofi’ah 170210103043

Kelas A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii


BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3
BAB III. METODE PENELITIAN......................................................................... 8
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 8
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................... 8
3.3 Desain Percobaan ..................................................................................... 8
3.4 Prosedur Percobaan .................................................................................. 9
3.5 Skema alur percobaan ............................................................................ 10
BAB IV. HASIL PENGAMATAN ...................................................................... 12
4.1 Analisis Tinggi Tanaman ....................................................................... 12
4.2 Analisis Panjang Daun ........................................................................... 14
4.3 Analisis Lebar Daun ............................................................................... 17
BAB V. PEMBAHASAN ..................................................................................... 20
BAB VI. PENUTUP ............................................................................................. 25
6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27
LAMPIRAN .......................................................................................................... 28

ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makhluk hidup dalam suatu ekosistem saling berinteraksi antar satu
spesies dengan spesies lain. Interaksi tersebut ada yang bersifat positif dan
bersifat negatif. Interaksi yang bersifat positif dalah interaksi yang saling
menguntungkan diantara spesies dan iteraksi yang bersifat negatif salah satu
contohnya adalah kompetisi. Dampak dari adanya kompetisi adalah makhluk
hidup tetap eksis mempertahankan hidup bagi yang memenangkan kompetisi
dan bagi yang kalah dalam kompetisi akan menderita atau tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya. Kompetisi tumbuhan dapat mempengaruhi dari
pertumbuhan tanaman itu sendiri. Hal ini karena nutrisi, air, serta cahaya yang
digunakan untuk pertumbuhan tumbuhan didapatkan secara bersaing, apabila
tumbuhan tersebut kalah dalam persaingan maka pertumbuhan terhambat.
Kompetisi dapat dilihat melalui jarak tanam pada tanaman terutama pada
tanaman sejenis.
Mengingat pentingnya mengetahui mengenai jarak tanaman ideal untuk
pertumbuhan tanaman agar terjadinya kompetisi dapat berkurang, maka
dilakukan praktikum mengenai antar tanaman sejenis (intraspesifik) yang
didalamnya terdapat peristiwa kompetisi. Sarana pertumbuhan yang sering
menjadi pembatas dan menyebabkan terjadinya persaingan diantaranya adalah
air, nutrisi, cahaya, karbondioksida, serta ruang. Faktor utama yang
mempengaruhi terjadinya persaingan atau kompetisi adalah kerapatan atau
jarak tanam pada tanaman terutama tanaman sejenis. Pengaruh kerapatan tanam
sehingga mengakibatkan kompetisi dapat dilihat melalui laju pertumbuhan
tanaman.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud kompetisi intraspesifik ?
1.2.2 Bagaimana syarat terjadinya kompetsisi dan apakah praktikum yang
dilakukan sudah memenuhi syarat tersebut ?

1
2

1.2.3 Mengapa dalam praktikum ini, pada setiap perlakuan dilakukan


pengulangan, berapa pengulangan yang ideal digunakan pada suatu
penelitian ?
1.2.4 Bagaimanakah variabel-variabel yang digunakan pada praktikum ini ?
1.2.5 Mengapa dalam praktikum ini menggunakan analisis anova ?
1.2.6 Bagaimanakah analisis hasil yang di dapatkan ? (menurut analisis anova
dan grafik)
1.2.7 Bagaimanakah hasil yang didapatkan dari pengukuran akhir berat
tanaman (bandingkan individu pot 1 dengan individu yang ada di pot 2,3,
dst) ?
1.2.8 Apa sajakah faktor yang mempengaruhi intraspesifik ?
1.2.9 Bagaimana apabila terdapat hasil praktium yang tidak sesuai dengan teori
? (praktikum intraspesifik).
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi kompetisi intraspesifik.
1.3.2 Mengetahui syarat terjadinya kompetisi pada praktikum dan yang sesuai
menurut syarat terjadinya kompetisi.
1.3.3 Mengetahui tujuan dilakukan pengulangan pada praktikum.
1.3.4 Mempelajari variabel-variabel yang digunakan pada praktikum ini.
1.3.5 Mengetahui cara menganalisis anova pada praktikum ini.
1.3.6 Mengetahui analisis yang didapatkan sesuai dengan anova dan grafik.
1.3.7 Mengetahui hasil yang di dapat dari pengukuran akhir berat tanaman dan
membandingkan dengan individu lain pada perlakuan.
1.3.8 Mengetahui faktor yang mempengaruhi intraspesifik.
1.3.9 Membandingkan hasil dengan teori yang ada.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Kompetisi diartikan sebagai perjuangan dua organisme atau lebih untuk


memperebutkan objek yang sama. Baik gulma maupun tanaman mempunyai
keperluan dasar yang sama untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal,
yaitu unsur hara, air, cahaya, bahan ruang tumbuh dan CO2. persaingan terjadi bila
unsur-unsur penunjang pertumbuhan tersebut tidak tersedia dalam jumlah yang
cukup bagi keduanya. Persaingan antara gulma dengan tanaman adalah
persaingan interspesifik karena terjadi antar spesies tumbuhan yang berbeda,
sedangkan persaingan yang terjadi antar spesies tumbuhan yang sama merupakan
persaingan intraspesifik (Nurmiati, 2016). Faktor intraspesifik muncul karena
kepadatan populasi bertambah dengan cepat sehingga kebutuhan akan makanan,
tempat tinggal, dan kebutuhan hidup lainnya tidak mencukupi lagi (Maisyaroh,
2014: 17).
Hubungan kunci dalam kehidupan suatu organisme adalah interaksinya
dengan individu individu dari berbagai spesies lain dalam komunitas. Salah satu
jenis interaksi adalah kompetisi. Suatu organisme yang berkompetisi aka nada
yang bersifat unggul dala,m memperoleh makanandan bahwa dua spesies yang
berkompetisi memperebutkan sumber daya pembatas yang sama tidak dapat hidup
di tempat yang sama (Campbell dan Reece, 2012: 380).
Teori menunjukkan bahwa perbedaan sifat di antara individu yang
bersaing atau spesies memengaruhi kekuatan kompetisi. Secara khusus, individu
yang serupa harus bersaing lebih kuat jika koeksistensi didorong oleh diferensiasi
niche(membatasi kesamaan), sedangkan spesies yang berbeda harus bersaing
lebih kuat jika ada fenotip kompetitif dominan. Seperti itu variasi sifat
intraspesifik memiliki potensi kuat untuk mempengaruhi hasil kompetitif (Bennett
et al., 2016).
Secara independen, berkurang ketersediaan sumber daya tanah atau
cahaya dapat mengubah biomassa tanaman. Namun, jika sumber cahaya dan tanah
terbatas,tingkat plastisitas fenotipik dapat sangat dikurangi. Meskipun beberapa
variasi ini diduga disebabkan oleh keterbatasan sumber daya, aspek-aspek tertentu

3
4

dari perilaku-perilaku ini kemungkinan besar adalah respons adaptif terhadap


lingkungan kompetitif. Variasi sifat intraspesifik yang disebabkan oleh persaingan
memengaruhi hasil kompetitif. Di bawah batas kesamaan, kompetisi akan menjadi
yang terkuat di antara spesies atau individu yang serupa yaitu spesies dengan
jarak terkecil di antara mereka dalam ruang sifat fungsional. Jika ada hierarki
kompetitif, kompetisi harus menjadi yang terkuatdi antara individu yang berbeda
dengan pesaing yang lebih lemah mengalami persaingan yang jauh lebih besar.
Karena itu,di antara individu yang paling jauh secara fungsional,kompetisi akan
menjadi yang terkuat untuk satu dan terlemah untuk lainnya (Bennett et al., 2016).
Efek dari ekspresi sifat yang diubah pada kompetisi akan tergantung pada
perbedaan sifat atau jarak yang dihasilkan antara pesaing. Kepentingan relatif
perbedaan sifat dan sifat intraspesifik variasi dapat bervariasi antara kedua jenis
kompetisi. Perbedaan antar spesies dalam kekuatan intraspesifik kompetisi
terutama dikaitkan dengan variabilitas danperubahan pada root: rasio shoot. Ini
menunjukkan yang memiliki daun besar dan realokasi sumber daya jauh dariakar
adalah bagian dari strategi tunggal untuk menghindari intraspesifik kompetisi
(Bennett et al., 2016).
Persaingan antar individu mempengaruhi pertumbuhan, bentuk dan
struktur, kelangsungan hidup, serta distribusi, perubahan, dan keanekaragaman
spesies komunitas vegetasi. Persaingan didorong oleh pemerolehan sumber daya
lingkungan oleh spesies di Indonesia dalam satu habitat. Perubahan dalam partisi
biomassa dari organ tanaman adalah mekanisme penting untuk mempertahankan
produktivitas. Perubahan alokasi biomassa yang disebabkan oleh keterbatasan
sumber daya bawah tanah menjelaskan penyimpangan dari hubungan massa-
kepadatan diprediksi oleh teori penskalaan metabolik. Terdapat hubungan yang
kuat antara biomassa akar tumbuhan lain dan Intensitas kompetitif di bawah tanah.
Pemangkasan akar dapat meningkatkan permukaan di atas biomassa (Zhou et al.,
2018).
Indeks persaingan menunjukkan bahwa proporsi biomassa batang dan
akar menurun dengan meningkatnya indeks persaingan. Tinggi tanaman adalah
faktor utama yang mempengaruhi penangkapan cahaya fotosintesis. Pertumbuhan
5

daun sangat dipengaruhi oleh cahaya tetapi efek air, nutrisi, dan tanah kondisi juga
secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan. Distribusi Posisi daun juga
dihubungkan dengan tinggi pohon, ranting lokasi, dan kerapatan mahkota, dan
kemudian efek ukuran dan struktur seluruh mahkota (Zhou et al., 2018).
Persaingan adalah fenomena yang terjadi pada komunitas tumbuhan.
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, tanaman bersaing dengan
individu yang berdekatan untuk mendapatkan air, cahaya dan nutrisi sumber daya.
Dalam penelitian ini, batang dan biomassa cabang. Terdapat pengaruh yang
signifikan kompetisi pada batang, dan biomassa cabang. Berdasarkan teori alokasi
biomassa, persaingan ringan yang intens. Contoh persaingan di atas tanah adalah
untuk sumber daya cahaya. DBH dan ketinggian pohon terkait erat dengan
penangkapan cahaya. Dengan meningkatnya persaingan dan intensitas, DBH dan
tinggi tumbuhan berkurang (Zhou et al., 2018).
Rasio beda tinggi tumbuhan berkorelasi positif secara signifikan dengan
intensitas kompetisi. Individu yang memiliki tekanan kompetitif tinggi,
pertumbuhan radial secara signifikan dibatasi. Tinggi tanaman adalah faktor
utama yang mempengaruhi penangkapan cahaya untuk keperluan fotosintesis.
Rasio besar kanopi mencerminkan ukuran seluruh kanopi dan mengukur
persaingan di antara pohon-pohon. Semakin besar kanopi maka tumbuhan mampu
menyerap cahaya lebih baik. Tumbuhan yang berada dibawah akan kalah
berkompetisi untuk mendapatkan cahaya matahari. Saat tanaman tumbuh,
lingkungan kompetitif berubah secara konstan dan tekanan kompetitif pada
tanaman juga berubah. Fungsi berbagai elemen dan nutrisi juga diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tumbuhan akan membentuk cabang
akar yang halus untuk berkompetisi mendapatkan nutrisi di dalam tanah (Zhou et
al., 2018).
Peran kompetisi antar spesies dalam penataan komunitas ekologi dan
diversifikasi evolusi adalah hal yang masih jadi perdebatan diantara ahli ekologi.
Teori persaingan mengatakan bahwa spesies harus berbeda dalam relung ekologis
mereka untuk mencapai koeksistensi yang stabil. Apabila tidak, spesies serupa
secara ekologis memiliki daya terbatas dan terjadi kompetisi. Kompetisi antar
6

spesies dapat dikurangi dengan cara penggunaan habitat yang berbeda pada
spesies sama dan memungkinkan terjadinya kompetisi. Relung habitat spesies
tidak boleh tumpang tindih ketika spesies yang kompetisis (bersaing) hidup
berdampingan secara stabil. Pola seleksi habitat menyeimbangkan biaya
kompetitif intra dan interspesifik untuk kebugaran spesies yang bersaing dapat
secara bersamaan menggunakan habitat bersama tergantung pada kedua
kepadatan spesies. Oleh karena itu, pelepasan ekologis dari kompetisi
interspesifik harus menjadi proses yang bergantung pada kepadatan pergeseran
ceruk tergantung pada intensitas kompetisi. Persaingan intraspesifik
mengakibatkan penggunaan sumber daya yang beragam dan memperluas ceruk
spesies (Tarjuelo et al., 2017).
Teori seleksi habitat menyatakan bahwa spesies hidup berdampingan
menyelesaikan persaingan dengan segresi lengkap di habitat yang berbeda, hal ini
tidak selalu benar, karena suatu spesies masih dapat menggunakan habitat pesaing
bahkan jika pilihan habitat pesaing dimodifikasi sebagai fungsi dari kepadatan
pesaing, hal ini menunjukkan intraspesifik sedang terjadi. Persaingan mendorong
variasi tergantung kepadatan dalam luas serta posisi niche menuju peningkatan
penggunaan habitat utama. Keserdiaan makananlah pada suatu habitat yang dapat
menyebabkan suatu kompetisi. Interspeisfik persaingan dapat menyebabkan
perubahan pada ekologi pada skala yang lebih kecil. Kepadatan tergantung efek
dari kompetisi intra dan interspesifik ceruk habitat. Pemilihan dimensi niche
merupakan langkah penting dalam mengevaluasi peran kompetisi interspeisfik
dalam pergeseran karena niche bergantung pada pengetahuan terperinci tentang
persyaratan (Tarjuelo et al., 2017).
Mekanisme rantai makanan atau jaring makanan juga akan terjadi
kompetisi untuk mendapatkan suatu sumber daya yang sama yang ketersediannya
di alam terbatas. Kompetisi ini akan terjadi antarindividu dalam populasi yang
sama (intraspesifik) dan antarspesies yang berbeda (interspesifik). Dengan adanya
kompetisi tersebut menyebabkan terjadinya pembagian sumber daya, migrasi, dan
kematian bagi organisme yang kalah karena tidak memperoleh sumber daya yang
dibutuhkan. Kompetisi intraspesifik dapat mempengaruhi kepadatan populasi
7

(density dependent) karena kompetisi tersebut mempengaruhi tingkat kematian,


kelahiran, pertumbuhan, dan kelangsungan hidup individu dalam suatu populasi
(Tuwo dan Dietriech, 2019 : 24).
Persaingan terjadi ketika organisme baik dari spesies yang sama maupun
dari spesies yang berbeda menggunakan sumber daya alam. Di dalam
menggunakan sumber daya alam, tiap-tiap organisme yang bersaing akan
memperebutkan sesuatu yang diperlukan untuk hidup dan pertumbuhannya.
Persaingan yang dilakukan organisme-organisme dapat memperebutkan
kebutuhan ruang (tempat), makanan, unsure hara, air, sinar, udara, agen
penyerbukan, agen dispersal, atau faktor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber
daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan pertumbuhannya
(Kusumawati, 2018).
BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Praktikum Interspesifik dilakukan di Greenhouse, Universitas Jember pada
tanggal 2 Oktober- 6 November 2019.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Pot plastik
2. Cetok
3. Penggaris
3.2.2 Bahan
1. Tumbuhan Jagung
2. Tumbuhan Sorgum
3. Tanah
4. Air
5. Benang
6. Tusuk Sate
7. Kertas Label
8. Isolasi
9. Gunting
10. Alat Tulis
3.3 Desain Percobaan

8
9

Perlakuan 1
1 tanaman Perlakuan 1 Perlakuan 1
jagung 2 tanaman 4 tanaman
jagung jagung

Pot 1 Pot 2 Pot 3

Perlakuan 1
6 tanaman Perlakuan
Perlakuan 11 Perlakuan 1
jagung 88 tanaman
tanaman 10 tanaman
tanaman
jagung
jagung jagung

Pot 4 Pot 5 Pot 6

3.4 Prosedur Percobaan


1. Menyediakan 6 pot plastik yang sudah berisi tanah
2. Memilih tanaman jagung yang baik
3. Menanam tanaman jagung tersebut didalam pot yang sudah dipersiapkan
dengan pengaturan sebagai berikut :
a) Pot 1 ditanami 1 tanaman jagung
b) Pot 2 ditanami 2 tanaman jagung
c) Pot 3 ditanami 4 tanaman jagung
d) Pot 4 ditanami 6 tanaman jagung
e) Pot 5 ditanami 8 tanaman jagung
f) Pot 6 ditanami 10 tanaman jagung
10

4. Penyiraman dilakukan setiap tiga hari sekali sampai tanaman berumur 5


minggu
5. Pengamatan dilakukan setiap minggu meliputi penampakan tanaman dan
ukur tinggi tanaman sampai berumur 5 minggu
6. Setelah berumur 5 minggu, mencabut tanaman dan menimbang bobot
tanaman tanpa akar
7. Rancangan lingkungan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
8. Untuk mengetahui pengaruh efek perlakuan, melakukan uji statistik dengan
menggunakan program SPSS
3.5 Skema alur percobaan

Menyediakan 12 pot plastik yang sudah berisi tanah

Memilih tanaman jagung dan tanaman sorgum yang baik

Menanam tanaman jagung tersebut didalam pot yang sudah


dipersiapkan dengan pengaturan sebagai berikut :
a) Pot 1 ditanami 1 tanaman jagung
b) Pot 2 ditanami 2 tanaman jagung
c) Pot 3 ditanami 4 tanaman jagung
d) Pot 4 ditanami 6 tanaman jagung
e) Pot 5 ditanami 8 tanaman jagung
f) Pot 6 ditanami 10 tanaman jagung
11

Penyiraman dilakukan setiap hari sampai tanaman berumur 4 minggu

Pengamatan dilakukan setiap minggu meliputi penampakan tanaman dan


ukur tinggi tanaman sampai berumur 4 minggu

Setelah berumur 4 minggu, mencabut tanaman dan menimbang bobot


tanaman tanpa akar

Rancangan lingkungan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

Untuk mengetahui pengaruh efek perlakuan, melakukan uji statistik


dengan menggunakan program SPSS
BAB IV. HASIL PENGAMATAN

4.1 Analisis Tinggi Tanaman


Between-Subjects Factors
N
Minggu .00 210
1.00 296
2.00 380
3.00 457
4.00 516
5.00 615
Ulangan 1.00 1283
2.00 1191
Perlakuan 1.00 94
2.00 164
3.00 329
4.00 482
5.00 621
6.00 784

12
13

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable:Tinggi
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 974925.144a 71 13731.340 69.016 .000
Intercept 3804660.376 1 3804660.376 19122.930 .000
Minggu 489886.338 5 97977.268 492.452 .000
Ulangan 1246.040 1 1246.040 6.263 .012
Perlakuan 34049.318 5 6809.864 34.228 .000
Minggu * Ulangan 3435.961 5 687.192 3.454 .004
Minggu * Perlakuan 14982.661 25 599.306 3.012 .000
Ulangan * Perlakuan 40783.380 5 8156.676 40.997 .000
Minggu * Ulangan * 42163.155 25 1686.526 8.477 .000
Perlakuan
Error 477897.174 2402 198.958
Total 1.014E7 2474
Corrected Total 1452822.318 2473
a. R Squared = ,671 (Adjusted R Squared = ,661)
Kesimpulan:
Bahwa perlakuan perbedaan jumlah individu tanaman jagung per pot
berpengaruh sangat signifikan terhadap tinggi tanaman jagung (F=34,228, df=5,
D=0,00) dan perlakuan dengan perbedaan jumlah individu perpot dengan jumlah
minggu sebanyak 5 minggu berpengaruh sangat signifikan terhadap tinggi tanaman
jagung ( F: 3.012, df: 25, P: 0,00)

Perlakuan M0 M1 M2 M3 M4 M5
P1 23,5000 41,9091 57,5000 82,0000 91,3333 74,2340
P2 21,7500 38,5263 60,5000 61,4667 72,8676 60,0122
P3 20,9897 26,6081 52,4375 60,4697 71,8552 56,9729
P4 22,0275 37,6596 59,6803 67,7311 75,2733 65,1822
P5 18,7358 34,2000 49,4526 62,6226 68,9947 57,5337
P6 18,1212 31,3814 50,8720 58,3223 69,2451 56,0274
14

Tinggi Tanaman
100,0000
80,0000
60,0000
40,0000
20,0000
,0000
1 2 3 4 5 6

P1 P2 P3 P4 P5 P6

Keterangan :

P1 : Perlakuan 1

P2 : Perlakuan 2

P3 : Perlakuan 3

P4 : Perlakuan 4

P5 : Perlakuan 5

P6 : Perlakuan 6

Analisis:

Berdasarkan grafik diatas menunjukkan tinggi kompetisi terjadi pada


minggu ke 2. Kompetisi paling terlihat pada perlakuan 6 karena jumlah individu
nya lebih banyak yaitu 10 tanaman.

4.2 Analisis Panjang Daun


15

Between-Subjects Factors
N
Minggu .00 210
1.00 296
2.00 380
3.00 456
4.00 516
5.00 614
Ulangan 1.00 1283
2.00 1189
Perlakuan 1.00 94
2.00 164
3.00 329
4.00 482
5.00 620
6.00 783
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:PanjangDaun
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 89065.892a 71 1254.449 2.598 .000
Intercept 613924.706 1 613924.706 1271.351 .000
Minggu 31731.709 5 6346.342 13.142 .000
Ulangan 296.895 1 296.895 .615 .433
Perlakuan 9896.649 5 1979.330 4.099 .001
Minggu * Ulangan 1178.480 5 235.696 .488 .785
Minggu * Perlakuan 6539.612 25 261.584 .542 .969
Ulangan * Perlakuan 5397.124 5 1079.425 2.235 .048
Minggu * Ulangan * 9854.100 25 394.164 .816 .725
Perlakuan
Error 1158939.663 2400 482.892
Total 2558257.010 2472
16

Corrected Total 1248005.555 2471


a. R Squared = ,071 (Adjusted R Squared = ,044)
Kesimpulan:
Bahwa perlakuan perbedaan jumlah individu tanaman jagung per pot
berpengaruh sangat signifikan terhadap panjang daun tanaman jagung (F=4,099,
df=5, D=0,001) dan perlakuan dengan perbedaan jumlah individu perpot dengan
jumlah minggu sebanyak 5 minggu tidak berpengaruh signifikan terhadap panjang
daun tanaman jagung ( F: 0,542, df: 25, P: 0,969)

Perlakuan M0 M1 M2 M3 M4 M5
P1 10,9375 19,1455 22,5357 31,7294 31,7952 26,5000
P2 11,3929 19,3000 21,3250 27,3167 30,9176 23,8610
P3 11,1621 15,3000 21,5604 22,8333 26,8567 21,3696
P4 12,0075 23,6421 26,6197 30,4089 25,8188 27,0485
P5 11,3396 17,1813 22,5392 25,4530 25,3351 22,7442
P6 10,3258 16,0959 21,7727 23,8109 23,8093 20,8660

Panjang Daun
35,0000

30,0000

25,0000

20,0000

15,0000

10,0000

5,0000

,0000
1 2 3 4 5 6

P1 P2 P3 P4 P5 P6

Keterangan :

P1 : Perlakuan 1

P2 : Perlakuan 2
17

P3 : Perlakuan 3

P4 : Perlakuan 4

P5 : Perlakuan 5

P6 : Perlakuan 6

Analisis:

Berdasarkan grafik diatas menunjukkan panjang daun yang mengalami


kompetisi terjadi pada minggu ke-5. Kompetisi paling terlihat pada perlakuan 6
dengan jumlah individu sebanyak 10.

4.3 Analisis Lebar Daun

Between-Subjects Factors
N
Minggu .00 210
1.00 296
2.00 380
3.00 456
4.00 516
5.00 614
Ulangan 1.00 1283
2.00 1189
Perlakuan 1.00 94
2.00 164
3.00 329
4.00 482
5.00 620
6.00 783
18

Dependent Variable:LebarDaun
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 136.977a 71 1.929 2.204 .000
Intercept 2087.180 1 2087.180 2383.955 .000
Minggu 8.340 5 1.668 1.905 .090
Ulangan .070 1 .070 .080 .778
Perlakuan 31.697 5 6.339 7.241 .000
Minggu * Ulangan 4.753 5 .951 1.086 .366
Minggu * Perlakuan 11.612 25 .464 .531 .973
Ulangan * Perlakuan 27.150 5 5.430 6.202 .000
Minggu * Ulangan * 17.320 25 .693 .791 .757
Perlakuan
Error 2101.227 2400 .876
Total 5847.980 2472
Corrected Total 2238.205 2471
a. R Squared = ,061 (Adjusted R Squared = ,033)
Kesimpulan:
Bahwa perlakuan perbedaan jumlah individu tanaman jagung per pot
berpengaruh sangat signifikan terhadap lebar daun tanaman jagung (F=7,241, df=5,
D=0,000) dan perlakuan dengan perbedaan jumlah individu perpot dengan jumlah
minggu sebanyak 5 minggu tidak berpengaruh signifikan terhadap lebar daun
tanaman jagung ( F: 0,531, df: 25, P: 0,973).

P1 1,2500 1,5273 1,2357 1,7941 1,6333 1,4913


P2 1,2357 1,4053 1,5833 1,4433 1,5971 1,2209
P3 1,2517 1,1432 1,2313 1,0864 1,2537 ,9098
P4 1,3025 1,4632 1,4684 1,4444 1,2703 1,2008
P5 1,2189 1,2413 1,2835 1,2583 1,1779 1,1785
P6 1,1045 1,1948 1,1711 1,1297 1,0290 ,9392
19

Lebar Daun
2,0000

1,5000

1,0000

,5000

,0000
1 2 3 4 5 6

P1 P2 P3 P4 P5 P6

Keterangan :

P1 : Perlakuan 1 P4 : Perlakuan 4

P2 : Perlakuan 2 P5 : Perlakuan 5

P3 : Perlakuan 3 P6 : Perlakuan 6

Analisis:

Berdasarkan grafik diatas menunjukkan lebar daun yang mengalami


kompetisi terjadi pada minggu ke-2. Kompetisi paling terlihat pada perlakuan 6
dengan jumlah individu sebanyak 10.
BAB V. PEMBAHASAN

Kompetisi intraspesies atau intraspesifik merupakan interaksi antara spesies


yang sama dengan kemampuan yang sama dan memperebutkan sumber daya yang
sama, contoh : rumput di ladang. Kompetisi terjadi apabila terdapat 2 atau beberapa
makhluk hidup yang tinggal dalam satu ekosistem dan mereka memiliki jenis
makanan yang sama sedangkan sumber daya yang tersedia dalam keadaan terbatas.
Misalnya saat menanam tumbuhan dalam pot.
Praktikum ini menggunakan RAL karena praktikum ini dilakukan didalam
green house yang merupakan suatu tempat yang memiliki tingkat homogenitas
dalam hal lingkungan yang tinggi, sehingga praktikum kali ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap. RAL pada praktikum ini yaitu dengan mengacak semua
komponen secara lengkap, terutama pada perlakuan pada tiap pot diacak secara
lengkap agar terdistribusi secara random. Sehingga dengan tingkat homogenitas
dan bervariasi maka dilakukan.
Pengulangan merupakan perlakuan dasar lebih dari satu kali dari suatu
percobaan atau satuan percobaan artinya dalam satu kelompok perlakuan terdapat
beberapa satuan percobaan yang dilakukan dengan perlakuan yang sama. Fungsi
adanya pengulangan yaitu mampu memberikan dugaan dari kekeliruan percobaan,
meningkatkan ketelitian dalam percobaan melalui simpangan baku dan nilai tengah
perlakuan, memperluas cakupan dalam kesimpulan, mengendalikan ragam
kekeliruan, serta dengan adanya pengulangan mampu memperkuat akan hasil yang
diperoleh bahwasanya perbedaan jumlah individu jagung per pot berpengaruh
signifikan terhadap tinggi tanaman jagung. Pengulangan yang efisien dan efektif
dilakukan sebagai minimal 3 karena jika terlalu banyak pengulangan dapat
memboros waktu serta biaya sedangkan jika terlalu sedikit perbedaan antar
perlakuan tertutupi oleh perbedaan antara unit percobaan sehingga dengan
pengulangan sebanyak 3 kali mampu memberikan data pendukung terkait
hubungan dalam percobaan kita sedangkan pada praktikum kali ini hanya
menggunakan 2 kali pengulangan untuk menghemat waktu sehingga terdapat
beberapa data yang kurang signifikan.

20
21

Variabel-variabel yang digunakan dalam praktikum persaingan antar


tanaman sejenis (intraspesifik) antara lain; variabel kontrol, variabel bebas, dan
variabel terikat. Variabel kontrol merupakan variabel yang sengaja dibuat sama
pada semua perlakuan dalam praktikum. Variabel kontrol dalam praktikum kali ini
adalah spesies tanaman (jagung), waktu penanaman, media tanam, jumlah
pengulangan, dan tempat peletakan dari tanaman yang telah di tanam (Green
House). Variabel selanjutnya adalah variabel bebas, dimana variabel ini sengaja
dibuat bebas atau tidak sama dalam praktikum. Variabel bebas pada praktikum kali
ini adalah jumlah tanaman dalam setiap pot. Terakhir adalah variabel terikat, ini
merupakan variabel yang didapat karena adanya respon atau hubungan antara
variabel bebas serta variabel kontrol. Variabel terikat pada praktikum kali ini adalah
tinggi tanaman jagung, lebar daun jagung dan panjang daun jagung.
Data hasil praktikum intraspesifik ini perlu digunakan analisis anova atau
analisis sidik ragam karena untuk mengetahui pengaruh perlakuan jumlah tanaman
Jagung per pot terhadap tinggi tanaman Jagung, panjang daun Jagung, dan lebar
daun Jagung. Berdasarkan data hasil analisis tinggi tanaman Jagung yang
diperoleh, dinyatakan bahwa perlakuan perbedaan jumlah individu tanaman jagung
per pot berpengaruh sangat signifikan terhadap tinggi tanaman jagung (F=34,228,
df=5, D=0,00) dan perlakuan dengan perbedaan jumlah individu perpot dengan
jumlah minggu sebanyak 5 minggu berpengaruh sangat signifikan terhadap tinggi
tanaman jagung ( F: 3.012, df: 25, P: 0,00). Berdasarkan grafik, menunjukkan tinggi
kompetisi terjadi pada minggu ke 2. Kompetisi paling terlihat pada perlakuan 6
karena jumlah individu nya lebih banyak yaitu 10 tanaman.
Data hasil analisis panjang daun, dinyatakan bahwa perlakuan perbedaan
jumlah individu tanaman jagung per pot berpengaruh sangat signifikan terhadap
panjang daun tanaman jagung (F=4,099, df=5, D=0,001) dan perlakuan dengan
perbedaan jumlah individu perpot dengan jumlah minggu sebanyak 5 minggu tidak
berpengaruh signifikan terhadap panjang daun tanaman jagung ( F: 0,542, df: 25,
P: 0,969). Berdasarkan grafik, menunjukkan panjang daun yang mengalami
kompetisi terjadi pada minggu ke-5. Kompetisi paling terlihat pada perlakuan 6
dengan jumlah individu sebanyak 10.
22

Data hasil analisis lebar daun, dinyatakan bahwa perlakuan perbedaan


jumlah individu tanaman jagung per pot berpengaruh sangat signifikan terhadap
lebar daun tanaman jagung (F=7,241, df=5, D=0,000) dan perlakuan dengan
perbedaan jumlah individu perpot dengan jumlah minggu sebanyak 5 minggu tidak
berpengaruh signifikan terhadap lebar daun tanaman jagung ( F: 0,531, df: 25, P:
0,973). Berdasarkan grafik, menunjukkan lebar daun yang mengalami kompetisi
terjadi pada minggu ke-2. Kompetisi paling terlihat pada perlakuan 6 dengan
jumlah individu sebanyak 10.
Setelah melakukan pengamatan sampai dengan 5 minggu, maka tanaman
jagung pada setiap perlakuan ditimbang biomassanya. Hasil yang pengulangan 1
pot 1 (24 gram), pot 2 (27 gram), pot 3 (55 gram), pot 4 (50 gram), pot 5 (61 gram),
pot 6 (58 gram) sedangkan pada pengulangan 2 dengan hasil pot 1 (20 gram), pot 2
(22 gram), pot 3 (50 gram), pot 4 (52 gram), pot 5 (56 gram), pot 6 (57 gram). Untuk
mengetahui akan perbedaan setiap individu dari penglangan 1 dan 2 maka yang
harus dilakukan adalah mencari rata-rata pada setiap pot. Sehingga hasil yang
didapat pot 1 (22 gram), pot 2 (24,5 gram), pot 3 (52,5 gram), pot 4 (51 gram), pot
5 (58,5 gram), pot 6 (57,5 gram). Hasil tersebut dapat dilakukan analisis pemberian
perlakuan pada setiap individu.
Pot 1 dengan rerata berat biomassa 22 gram memiliki berat yang paling
tinggi dibandingkan dengan individu yang lain pada pot 2 sampai dengan 6. Hal
tersebut dikarenakan pada pot 1 tidak terjadinya suatu kompetisi makanan, sehingga
nutrisi yang ada pada pot satu dapat dimanfaatkan oleh satu tumbuhan secara
keseluruhan. Apabila dibandingkan dengan individu yang ada pada pot 2 maka
kemungkinan biomassa tanaman lebih kecil. Pot 2 dengan rerata 24,5 gram dengan
jumlah tanaman 2 tanaman jagung, maka dalam hal tersebut telah terjadi suatu
kompetisi dalam mendapatkan makanan. Individu pada pot 2 memiliki berat setiap
individunya sebesar 12,25 gram. Akan tetapi pada pot 2 kompetisi masih dapat
dikatakan kecil. Apabila dibandingkan dengan individu yang berada pada pot 6
dengan jumlah tanaman sebanyak 10 tanaman jagung. Maka akan benar-benar
terjadi kompetisi besar-besaran. Apabila individu pada pot 6 tidak dapat adaptif dan
kalah maka individu tersebut akan mengalami kematian. Pot 6 setiap individu
23

memiliki biomassa sebesar 5,75 gram. Sehingga memiliki batang yang kecil dan
relatif banyak yang kurang sehat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persaingan antar tanaman
sejenis (intraspesifik) antara lain; jenis tanaman, kepadatan tanaman, penyebaran
tanaman. Jenis tanaman faktor ini meliputi sifat biologi tumbuhan, system
perakaran, bentuk pertumbuhan secara fisiologis. Faktor selanjutnya dalah
kepadatan atau jarak tanam. Jarak yang sempit antar tanaman pada suatu lahan
dapat menyebabkan persaingan terhadap zat-zat makanan. Hal ini karena zat hara
yang tersedia tidak dapat mencukupi semua pertumbuhan tanaman. Faktor lain
adalah penyebaran tanaman, untuk penyebaran tanaman yang dilakukan dengan
menggunakan penyebaran biji mempunyai kemampuan besaing lebih tinggi
daripada tanaman yang menyebar dengan rimpang. Persaingan yang terjai karena
faktor penyebaran tanaman sangat dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain seperti
suhu, cahaya, oksigen, dan air. Faktor terakhir adalah waktu, lamanya periode
tanaman sejenis hidup bersama dapat memberikan tanggapan tertentu yang
mempengaruhi kegiatan fisiologis tanaman.
Berdasarkan teori persaingan intraspesifik adalah kompetisi yang terjadi
antarindividu dalam populasi yang sama. Munculnya persaingan terjadi akibat
individu-individu tersebut mempunyai kebutuhan yang sama terhadap faktor-faktor
tertentu yang tersedia dalam jumlah yang tidak mencukupi di lingkungan di mana
individu tersebut berada. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah makanan,
tempat hidup, cahaya, oksigen, air, dan lain-lainnya. Praktikum ini terdapat dua
ulangan dengan enam perlakuan. Pot satu ditanami dengan 1 biji jagung, pot dua
dengan dua biji jagung, pot tiga dengan empat biji jagung, pot empat dengan enam
biji jagung, pot lima dengan delapan biji jagung, dan pot enam dengan ditanami
dengan sepuluh biji jagung. Berdasarkan teori berarti maka hasilnya persaingan
yang tertinggi seharusnya terdapat pada pot dengan jumlah tanaman terbanyak. Hal
itu karena semakin banyak individu yang terdapat dalam populasi yang sama
dengan kebutuhan yang sama maka semakin tinggi pula persaingan antarindividu
sehingga jagung dengan perbandingan satu tanaman dalam satu pot seharusnya
lebih tumbuh dengan baik daripada tanaman yang banyak dengan satu pot sama.
24

Hasil yang tidak sesuai seperti pertumbuhan antara jagung yang ada di pot
satu dengan jagung yang ada di pot enam sama kemungkinan terjadi karena
berbagai faktor. Faktor yang menyebabkan hasilnya tidak sesuai dengan teori
kemungkinan yang pertama faktor tanah yang ada di pot. Kemungkinannya adalah
dalam satu pot dengan tanaman yang banyak memiliki nutrisi yang terkandung
dalam tanah lebih mencukupi sehingga persaingan tidak berpengaruh terhadap
panjang, lebar dan tinggi tanaman. Kemungkinan yang kedua adalah nutrisi yang
ada di dalam tanah tersebar merata karena waktu penanaman tanaman tersebut
ditanam dengan jarak yang sama sehingga akhirnya persaingan tidak berpengaruh
terhadap panjang, lebar dan tinggi tanaman. Kemungkinan ketiga karena human
error yaitu kesalahan dalam pengukuran. Hal itu dikarenakan pada satu tumbuhan
terdapat daun yang rontok atau mati sehingga menyebabkan kesalahan dalam
pengukuran sehingga menyebabkan bias dan ketidaksesuaian hasil dengan teori.
BAB VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
6.1.1 Kompetisi intraspesies atau intraspesifik merupakan interaksi antara
spesies yang sama dengan kemampuan yang sama dan memperebutkan
sumber daya yang sama.
6.1.2 Kompetisi terjadi apabila terdapat 2 atau beberapa makhluk hidup yang
tinggal dalam satu ekosistem dan mereka memiliki jenis makanan yang
sama sedangkan sumber daya yang tersedia dalam keadaan terbatas.
Misalnya saat menanam tumbuhan dalam pot.
6.1.3 Pengulangan sangat perlu dalam suatu penelitian. Hal tersebut
dikarenakan pengulangan mampu memberikan dugaan dari kekeliruan
percobaan, meningkatkan ketelitian dalam percobaan melalui
simpangan baku dan nilai tengah perlakuan, memperluas cakupan
dalam kesimpulan, mengendalikan ragam kekeliruan, serta dengan
adanya pengulangan mampu memperkuat akan hasil yang diperoleh
bahwasanya perbedaan jumlah individu jagung per pot berpengaruh
signifikan terhadap tinggi tanaman jagung.
6.1.4 Variabel-variabel yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
variabel kontrol spesies tanaman (jagung), waktu penanaman, media
tanam, jumlah pengulangan, dan tempat peletakan dari tanaman yang
telah di tanam (Green House), variabel bebas jumlah tanaman dalam
setiap pot, dan variabel terikat tinggi tanaman jagung, lebar daun jagung
dan panjang daun jagung.
6.1.5 Menggunakan analisis anova karena untuk mengetahui pengaruh
perlakuan jumlah tanaman Jagung per pot terhadap tinggi tanaman
Jagung, panjang daun Jagung, dan lebar daun Jagung.
6.1.6 Hasil analisis yang didapat dapat mengetahui akan pada minggu
tertentu tumbuhan jagung pada pot tertentu akan melakukan
kompetisis. Berdasarkan grafik pot ke-6, menunjukkan lebar daun yang
mengalami kompetisi terjadi pada minggu ke-2. Kompetisi paling

25
26

terlihat pada perlakuan 6 dengan jumlah individu sebanyak 10.


Sedangkan panjang daun berdasarkan grafik, menunjukkan panjang
daun yang mengalami kompetisi terjadi pada minggu ke-5. Kompetisi
paling terlihat pada perlakuan 6 dengan jumlah individu sebanyak 10.
Lain halnya dengan tinggi tanaman berdasarkan grafik, menunjukkan
tinggi kompetisi terjadi pada minggu ke 2. Kompetisi paling terlihat
pada perlakuan 6 karena jumlah individu nya lebih banyak yaitu 10
tanaman.
6.1.7 Berat tanaman pada pot 1 memiliki biomassa yang paling besar dengan
rerata sebesar 22 gram. Hal tersebut dikarenakan pada pot 1 tidak terjadi
kompetisi, sedangkan pada pot 6 dengan jumlah individu sebanyak 10
tanaman jagung memiliki rerata individu dengan besar 5,57. Pot 2
sampai dengan pot 6 terjadi kompetisi. Kompetisi paling tertinggi
terjadi pada pot 2.
6.1.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persaingan antar tanaman
sejenis (intraspesifik) antara lain; jenis tanaman, kepadatan tanaman,
penyebaran tanaman. Jenis tanaman faktor ini meliputi sifat biologi
tumbuhan, system perakaran, bentuk pertumbuhan secara fisiologis dan
terdapat faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya kompetisi
suhu, cahaya, oksigen, dan air.
6.1.9 Hasil yang tidak sesuai seperti pertumbuhan antara jagung yang ada di
pot satu dengan jagung yang ada di pot enam sama kemungkinan terjadi
karena berbagai faktor. Hal itu dikarenakan pada satu tumbuhan
terdapat daun yang rontok atau mati sehingga menyebabkan kesalahan
dalam pengukuran sehingga menyebabkan bias dan ketidaksesuaian
hasil dengan teori.
6.2 Saran
Sebaiknya pengulangan dilakukan minimal tiga kali serta praktikum
dilakukan lebih awal karena membutuhkan waktu yang lebioh banyak untuk
pengukuran serta pelabelan.
DAFTAR PUSTAKA

Bennett, J. A., K. Riibak, R. Tamme, R. J. Lewis, dan M. Partel. 2016. The


Reciprocal Relationship Between Competition and Intraspecific Trait
Variation. Journal og Ecology.1 (4) : 1410-1420.

Campbell, N. A dan J.B. Reece. 2012. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Konarska, J., J. Uddling & B. Holmer, M. Lutz, F. Lindberg, H. Pleijel, dan S.


Thorsson. 2016. Transpiration Of Urban Trees and Its Cooling Effect
In A High Latitude City. International Journal Biometeorol. 60:159–
172.

Maisyaroh, W. 2014. Pemanfaatan Tumbuhan Liar dalam Pengendalian Hayati.


Malang: Universitas Brawijaya Press.

Nurmiati. 2016.Pengaruh Perbedaan Jenis Gulma Yang Hidup Secara Terkontrol


Terhadap Pertumbuhan Jagung (Zea mays L). Jurnal Pendidikan Biologi
dan Sains. 1 (2): 1-14.

Tarjuelo, R., M. B. Morales, B. Arroyo, S. Manosa, G. Bota, F. Casas, dan J. Traba.


2017.Intraspecific And Interspecific Competition Induces
Density-Dependent Habitat Niche Shifts In An Endangered Steppe Bird.
Wiley Ecology and Evolution. 7(1): 9720-9730.

Tuwo, A., dan D. G. Bengen. 2019. Ekologi Perairan Tropis. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.

Zhou, W., X. Cheng, R. Wu, H. Han, F. Kang, J. Zhu & Ping. 2018. Effect Of
Intraspecific Competition On Biomass Partitioning Of Larix Principis
Rupprechtii. Journal of Plant Interactions. 13(1): 1-8.

27
LAMPIRAN

28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42

Anda mungkin juga menyukai