Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
EKOLOGI
“LAPORAN STUDI LAPANG EKOLOGI DI TAMAN NASIONAL, BALURAN,
SITUBONDO, JAWA TIMUR”
Oleh Kelompok 1 :
Aditya Rico Armydani 170210103012
Ina Zusdiana 170210103010
Ajeng Purwaningtyas 170210103017
Nur Lailin Najah 170210103024
Alivinda Aulia Safira Musyarofah 170210103031
Afridatul Rofi’ah 170210103043
Kelas A
ii
BAB I. PENDAHULUAN
1
2
3
4
diantara lingkungan darat dan laut dan memiliki kelompok mikroorganisme yang
kaya dan beragam (Sengupta et al., 2015).
Hutan evergreen sebagai paru-paru dunia berperan dalam menjaga
kelestarian lingkungan maupun kebutuhan oksigen manusia. Sebagai fungsi
kelestarian lingkungan, hutan evergreen berperan dalam berbagai hal diantaranya
penyerap dan penyaring kadar karbondioksida, penyedia sumber air, penghasil
oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, penyeimbang lingkungan dan
mencegah terjadinya pemanasan global (Rani et al., 2019).
Biologi Konservasi merupakan area penelitian yang dikembangkan oleh
gerakan taman nasional yang didalamnya berfungsi untuk konservasi satwa liar.
Konservasi berfokus pada perlindungan tanah (taman nasional) atau spesial
individu yang memiliki nilai ikonik. Konservasi bertujuan agar ekosistem,
keanekaragaman habitat dan spesies tetap dipertahankan (Harvey et al., 2017).
Keanekaragaman hayati (keanekaragaman taksonomi, fungsional dan filogenik)
merupakan bagian dari ekosistem atau fungsi ekosistem. Ekosistem didalamnya
terdapat produksi primer, dekomposisi, siklus nutrisi, dan interaksi topik.
Ekosistem didalamya juga terdapat pengaturan iklim, pengendalian hama serta
penyerbukan (Mori et al., 2017).
BAB III. METODE PENELITIAN
7
8
Memasuki kawasan hutan 10m dari jalan, membuat plot dengan ukuran 25m x
25m menggunakan tambang(melakukan pada semua ekosistem yang akan diamati
sesuai arahan asisten
10
Mencatat dan menghitung jumlah vegetasi yang ditemukan pada setiap ekosistem,
kemudian mempotret sebagai bukti adanya vegetasi tersebut(mengambil sampel
dari setiap vegetasi yang telah ditemukan)
Kelompok Abiotik
No dan waktu pH
pengamatan S KU IC KT KA KS TT
T
1. Raudia 2
2. Kendal 3
3. Timoho 6
4. Serut 8
5. Liana 5
6. Gebang 2
7. Pepohon 5
8. Manting 1
9. Duri 1
12
13
Kelompok Abiotik
No. dan waktu pH
pengamatan S KU IC KT KA KS TT
T
65.000 45 1,5
1. 440C 32% 7 1% Kering
Cd m/s cm
Kelompok 1
21.200 50 0,5
2. dan 08.00- 420C 32% 6,9 1% Kering
Cd m/s cm
08.30 WIB
35.400 40
3. 340C 40% 6,9 1% 3 cm Kering
Cd m/s
1. Dadap 1
2. Kendal 10
3. Citrus sp. 18
Kelompok Abiotik
No. dan waktu pH
pengamatan S KU IC KT KA KS TT
T
64.000 57
1. Kelompok 1 340C 62% 7 1% 1 cm Lempung
Cd m/s
dan 13.15-
13.45 WIB 15.000 52
2. 340C 61% 7 1% 1 cm Lempung
Cd m/s
14
97.200 86
3. 340C 63% 7 1% 1 cm Lempung
Cd m/s
1. Manting 11
Kelompok Abiotik
No. dan waktu pH
pengamatan S KU IC KT KA KS TT
T
22.000 17
1. 350C 58% 5,5 7% - Pasir
Cd m/s
Kelompok 1
23.400 34
2. dan 10.00- 340C 58% 4 7% - Pasir
Cd m/s
10.30 WIB
19.600 70
3. 340C 60% 5,5 8% - Pasir
Cd m/s
1. Mangrove 30
Kelompok Abiotik
No. dan waktu pH
pengamatan S KU IC KT KA KS TT
T
15
1. Gebang 25
4.2.6 Savana
Kelompok Abiotik
No. dan waktu pH
pengamatan S KU IC KT KA KS TT
T
63.600 60 Kering
1. 430C 39% 7 1% 4 cm
Cd m/s pecah
Kelompok 1
62.600 83 5,5 Kering
2. dan 09.00- 440C 38% 7 1%
Cd m/s cm pecah
09.30 WIB
64.900 75 3,5 Kering
3. 440C 37% 7 1%
Cd m/s cm pecah
1. Bidara 1
2. Asem 3
3. Mimba 2
16
4.2 Penentuan Luas penutupan menggunakan excel pada setiap vegetasi yang
di dapat
17
BAB V. PEMBAHASAN
18
19
maka akan terkena dampak perbedaan jenis tanahnya juga, yang juga akan
mempengaruhi kadar air yang diserap oleh tanah. Faktor ekologi selain
kelembaban tanah yang dapat menyebabkan perbedaan kemampuan vegetasi
untuk tumbuh adalah suhu, kelembaban, intensitas cahaya, tekstur tanah, struktur
tanah, ketebalan serasah, pH tanah, dan kecepatan angin.
Secara geologi Taman Nasional Baluran memiliki dua jenis golongan
tanah, yaitu tanah pegunungan yang terdiri dari jenis tanah aluvial dan tanah
vulkanik, serta tanah dasar laut yang terbatas hanya pada dataran pasir sepanjang
pantai daerah-daerah hutan mangrove. Keadaan tanahnya terdiri dari beberapa
jenis yang kaya akan mineral tetapi miskin akan bahan-bahan organik, dan
mempunyai kesuburan kimia yang tinggi tetapi kondisi fisiknya kurang baik
karena sebagian besar berpori-pori dan tidak dapat menyimpan air dengan baik.
Tanah yang berwarna hitam yang meliputi luas kira-kira setengah dari luas
daratan rendah, ditumbuhi rumput savana.
Daerah ini merupakan daerah yang sangat subur, serta membantu
keanekaragaman kekayaan makanan bagi jenis satwa pemakan rumput. Akan
tetapi, tanah ini mempunyai ciri khas, yaitu mudah longsor dan sangat berlumpur
pada musim hujan, sebaliknya bila musim kemarau permukaan tanahnya pecah-
pecah dengan sedalam ± 80 cm dan lebar ± 15 cm. Tanah-tanah di Taman
Nasional Baluran mempunyai kedalaman efektif yang cukup bervariasi, yaitu 60-
90 cm, bahkan lebih pada tanah-tanah datar (savana, semak belukar) dan pada
tempat yang tinggi mempunyai kedalaman efektif lebih kecil dari 60 cm.
Sedangkan tekstur penyusun tanah pada seluruh areal berupa lempung (sedang).
Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson kawasan Taman Nasional
Baluran beriklim kering tipe F dengan temperatur berkisar antara 27,2 oC-30,9oC,
kelembaban udara 77 %, kecepatan angin 7 nots dan arah angin sangat
dipengaruhi oleh arus angin tenggara yang kuat. Musim hujan pada bulan
November-April, sedangkan musim kemarau pada bulan April-Oktober dengan
curah hujan tertinggi pada bulan Desember-Januari. Namun secara faktual,
perkiraan tersebut sering berubah sesuai dengan kondisi global yang
mempengaruhi. Taman Nasional Baluran memang memiliki iklim kering dengan
20
arus angin sangat kuat dari arah tenggara. Bila kemarau tiba, padang rumput
seluas 10 ribu hektare terlihat gersang. Sumber air pun sulit dicari. Kalaupun ada
bakal menjadi pusat persinggahan kawanan satwa untuk melepas dahaga. Namun
kondisi itu akan berubah ketika musim penghujan datang. Kehidupan flora dan
fauna di sana pun kembali bergairah. Seiring dengan itu, rumput yang selama ini
menjadi sumber makanan utama binatang herbivora mulai tumbuh subur di setiap
sudut sabana tersebut.
Musim hujan, tanah yang hitam sedikit sekali dapat ditembus air dan air
mengalir di permukaan tanah, membentuk banyak kubangan (terutama di sebelah
selatan daerah yang menghubungkan Talpat dengan Bama). Pada musim kemarau
air tanah di permukaan tanah menjadi sangat terbatas dan persediaan air pada
beberapa mata air tersebut menjadi berkurang. Lereng-lereng gunung dibelah oleh
lembah yang dalam dibagian gunung yang tinggi dan diikuti jurang-jurang berbatu
di bagian yang rendah. Jurang-jurang ini di musim penghujan akan menampung
air, dan menjadi kering di musim kemarau.
Taman Nasional Baluran mempunyai tata air radial, terdapat sungai-sungai
besar termasuk sungai Kacip yang mengalir dari kawah menuju Pantai Labuhan
Merak, Sungai Klokoran dan Sungai Bajulmati yang menjadi batas Taman
Nasional Baluran di bagian Barat dan Selatan. Banyak dasar sungai yang berisi air
selama musim penghujan yang pendek, akan tetapi banyak air yang meresap
melalui abu vulkanik yang berpori-pori sampai mencapai lapisan lava yang keras
di bawah tanah dan keluar lagi pada permukaan tanah sebagai mata air -mata air
pada sumber air di daerah pantai (Popongan, Kelor, Bama, Mesigit, Bilik, Gatal,
Semiang dan Kepuh), daerah kaki bukit (sumber air Talpat), pada daerah ujung
pantai (teluk Air Tawar) dan air laut (dekat Tanjung Sedano).
Tipe ekosistem yang ada di daerah Taman Nasional Baluran yaitu ada
ekosistem hutan evergreen, hutan musim, savana, hutan pantai, hutan mangrove
dan hutan ekoton. Tipe-tipe hutan tersebut memiliki ciri khas tertentu baik ditinjau
dari komponen biotik, abiotik dan keanekaragaman jenis tumbuhan penyusun
masing-masing tipe ekosistem. Hutan evergreen adalah hutan yang memiliki
karakteristik selalu hijau di sepanjang tahun. Hutan ini banyak dijumpai tumbuhan
21
daerah itu optimal bagi tumbuhan gebang misalnya daya dukung terhadap
herbivora yang aktif dengan struktur gebang termasuk rangkong yang tipikal
makanan besar yaitu biji keras misalnya gebang. Karakteristik batang semakin ke
dalam struktur kayunya semakin keropos, berbeda dengan kelapa yang struktur
bagian dalam tidak keropos. Siklus hidupnya satu kali, setelah berbunga dan
tubuh buah maka akan mati.
Savana merupakan eksoistem yang karakteristiknya didominasi oleh
rerumputan. Tumbuhan berhabitus pohon sangat jarang dan apabila ada jaraknya
renggang sehingga intensitas cahaya yang masuk tinggi. Keadaannya saat musim
kemarau menjadi gersang dan terik. Savana merupakan campuran padang rumput
dan pohon-pohon yang kurang kerapatannya dan iklimnya sangat kering. Hutan
savana adalah hutan yang berupa padang rumput dalam hamparan yang sangat
luas. Pada areal hutan savana didominasi vegetasi penutup lantai hutan dan tidak
dijumpai vegetasi berkayu walaupun ada sangat sedikit. Tipe jenis hutan ini
sangat rentan terhadap perubahan kondisi habitat apabila dilakukan pemanfaatan
di wilayah ini sehingga perlu mendapat perhatian secara baik dalam pengelolaan
kawasan hutan ini di masa mendatang.
Spesies-spesies tumbuhan yang ditemukan di ekosistem hutan evergreen
Taman Nasional Baluran yaitu Raudia sp., Kendal, Timoho, Serut, Liana,
Gebang, Pohpohan, dan Manting. Kendal merupakan tanaman semak dengan daun
berseling berbentuk lonjong hingga bulat telur dan berwarna hijau. Ujung daun
dan batang daun meruncing atau lancip hingga membulat dengan tepi agak
berombak. Bunga kendal berupa bunga majemuk yang terdapat di ketiak daun.
Warna bunga mulai putih kekuningan hingga hijau. Buahnya berbentuk bulat telur
berwarna putih kekuningan hingga orange dan menjadi berwarna merah muda
ketika matang. Buah kendal berukuran kecil dengan panjang sekitar 0,5-1,5 cm.
Kendal (Cordia dichotoma) tumbuh di bukit-bukit pantai, di pinggir hutan bakau,
juga di hutan terbuka, belukar dan savana.
Timoho berhabitus pohon dengan tinggi mencapai 20 meter. Batang
berwarna pucat kekuningan, daun bertangkai panjang berbentuk jantung lebar.
Daun tunggal berseling berbentuk bulat telur sampai berbentuk jantung. Daun-
23
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Taman Nasional Baluran ini terdapat 6 jenis ekosistem sekaligus di
suatu area yang sangat berdekatan. Ekosistem hutan evergreen, hutan
musim, hutan pantai, ekoton, hutan mangrove, dan savanna, dan
terumbu karang. Pengamatan yang kami amati hanya 5 ekosistem tanpa
ekosistem terumbu karang. Ekosistem hutan evergreen adalah
ekosistem yang memiliki ciri khas selalu hijau sepanjang tahun.
Ekosistem hutan musim adalah ekosistem hutan yang rimbun hanya
pada waktu tertentu saja. ekosistem hutan pantai merupakan ekosistem
yang menjadi pertemuan antara daratan dan perairan (laut). Hutan
mangrove merupakan daerah transisi antara pantai dan daratan.
Ekosistem ekoton adalah ekosistem yang membatasi ekosistem hutan
pantai dan hutan musim. Ekosistem savana merupakan ekosistem yang
dominan tumbuhannya adalah rumput.
6.1.2 Setiap ekosistem yang ada pada Taman Nasional Baluran memiliki
dominan vegetasi tertentu yang dapat membedakan antara ekosistem
satu dengan ekosistem lainnya. Ekosistem evergreen memiliki
keanekaragaman yang tinggi sehingga dominansi vegetasi tidak terlalu
signifikan tetapi tumbuhan yang paling banyak ditemui adalah serut
dengan frekuensi sebanyak 8 pohon. Ekosistem hutan musim ditemukan
3 jenis vegetasi yaitu; kendal, Citrus sp., dan dadap dengan vegetasi
dominan yang ditemukan adalah Citrus sp. sebanyak 18. Hutan
mangrove vegetasi dominan yang ditemui adalah mangrove dengan
frekuensi 20. Hutan pantai memiliki 1 jenis vegetasi dominan yaitu
manting dengan frekueni 11. Hutan ekoton memiliki 1 jenis tanaman
vegetasi yang paling dominan adalah gebang dengan frekuensi 20.
Savana memiliki 3 jenis vegetasi yaitu bidara dengan frekuensi 1, asam
dengan frekuensi 3 dan mimba dengan frekuensi 2. Tidak ada vegetasi
yang mendominasi secara signifikan namun tumbuhan yang tumbuh di
28
29
30
LAMPIRAN
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
Hutan Musim
50
51
Hutan Evergreen
52
53
Hutan Pantai