MODUL3
MODUL3
PENULIS/EDITOR
SURYANDA
2
lingkungannya.Proses komunikasi pribadi tergambarkan sebagai proses
sirkuler,yaitu setiap orang yang terlibat dalam komunikasi bertindak sebagai
pembicara sekali gus sebagai pendengar, sebagai actor sekali gus sebagai
reactor. Tujuan komunikasi antar pribadi dalam keluarga, yaitu :
1. Untuk mendapat perspektif baru dalam lebih memahami dan sikap
diri di antara anggota keluarga
2. Untuk lebih memahami kondisi keluarga yang lebih baik
3. Menciptakan dan memelihara hubungan yang lebih bermakna
4. Mengubah sikap dan perilaku anggota keluarga
5. Bercengkrama untuk memberi suasana melepas ketegangan dan
kejenuhan.
Komponen-komponen komunikasi antar pribadi saling berkaitan dan
tergantung satu sama lain. Antar komponen secara keseluruhan mempunyai
kaitan, sehingga tidak ada pengirim tanpa penerima, tidak ada pesan tanpa
pengirim dan tidak ada umpan balik tanpa penerima.
Sifat saling tergantung antar komponen ini, maka perubahan pada
satu komponen, maka menyebabkan perubahan pada komponen yang
lain.Tidak aksi dan reaksi yang dapat diulang. Komunikasi antar pribadi
memiliki perspektif humanistik dan pragmatis yang saling melengkapi.
Perspektif humanistik yaitu memiliki sifat keterbukaan, perilaku suportif,
perilaku positif, emparti dan kesamaan.
Perspektif pragmatis yaitu memiliki sifat bersikap yakin,
kebersamaan,manjemen interaktif, perilaku ekspresif dan orientasi pada
orang lain. Pada umumnya sifat – sifat yang telah dikemukakan akan
membantu interaksi menjadi leih berarti, jujur dan memuaskan. Keterbukaan
untuk mengetahui pendapat, pikiran dan gagasan akan memudahkan dalam
berkomunikasi. Kemauan untuk memberikan tanggapan pada orang lain
dengan jujur dan terus terang, merupakan sifat keterbukaan.
Dengan berempati dalam komunikasi, kita berusaha untuk melihat dan
merasakan seperti yang dilihat dan dirasakan orang lain.Keterbukaan dan
empati dapat berlangsung , dalam suasana suportif.
3
Tiga perilaku yang menimbulkan suasana suportif yaitu : deskriptif,
spontanitas dan provisionalisme. Sebaliknya suasana defensif ditandai
dengan perilaku evaluatf, strategi dan kepastiian.
8
d. Elemen terakhir adalah tujuan yang mengandung pengertian bahwa
keanggotaan dalam suatu kelompok akan membantu individu yang
menjadi anggota kelompok tersebut dapat mewujudkan satu atau lebih
tujuannya.
2. Fasilitasi Sosial
Fasilitasi berasal dari bahasa Prancis facile, yang berarti mudah, ini
menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton
oleh kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih
mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain
9
dianggap menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek
ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya di depan orang yang
menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertinggi
kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah
perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar,
terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah,
terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang
dominan adalah respon yang banar; karena itu peneliti melihat kelompok
mampu mempertinggi kualitas kerja individu.
Contohnya, seorang anak sekolah ketika berada di rumah akan terlihat
baik perilakunya. Akan tetapi, ketika anak ini berada di tengah-tengah
kelompoknya (contoh: Geng Nero), maka perilakunya akan berubah menjadi
nakal dan agresif. Bahkan ibunya terheran-heran dibuatnya, karena tidak
menyangka anaknya bisa seperti itu, padahal di rumah ia terlihat pendiam
dan kalem.
3. Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila
sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung
tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung
tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak
menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih
keras. Jadi polarisasi adalah proses mengkutub, baik ke arah mendukung
atau positif atau pro maupun ke arah menolak atau negatif atau kontra dalam
suatu masalah yang diperdebatkan.
12
Kohesi kelompok berarti adanya semangat kelompok yang tinggi,
hubungan interpersonal yang akrab, kestiakawanan, dan perasaan “kita”
yang dalam. Kohesi kelompok merupakan kekuatan yang mendorong
anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan
mencegahnya meninggalkan kelompok. Kohesi kelompok dapat diukur
dari: keterikatan anggota secara interpersonal antara satu sama lain,
ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok, dan sejauh
mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan
kebutuhan personalnya.
Menurut Bestinghaus, ada beberapa implikasi komunikasi dalam
kelompok kohesif, sebagai berikut:
a) Komunikator dengan mudah berhasil memperoleh dukungan
kelompok. Jika gagasannya sesuai dengan mayoritas anggota
kelompok.
b) Pada umumnya kelompok yang lebih kohesif lebih mungkin
dipengaruhi persuasi. Ada tekanan ke arah uniformitas dalam
pendapat, keyakinan, dan tindakan.
c) Komunikasi dengan kelompok yang kohesif harus memperhitungkan
distribusi komunikasi di antara anggota-anggota kelompok.
d) Dalam situasi pesan tampak sebagai ancaman kepada kelompok,
kelompok yang lebih kohesif akan cenderung menolak pesan.
e) Sebagai konsekuensi dari poin 4 di atas, maka komunikator dapat
meningkatkan kohesi kelompok agar kelompok mampu menolak
pesan yang bertentangan.
Kepemimipinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi
kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah
faktor yang paling menentukan keefektifan komunikasi kelompok. Ada tiga
gaya kepemimpinan, yaitu otoriter, demokratis, dan laissez faire.
13
Bentuk-bentuk Komunikasi Kelompok
Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan
sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi
kelompok.
1. Kelompok Primer dan Sekunder
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat,
1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang
anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati
dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah
kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak
personal, dan tidak menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik
komunikasinya, sebagai berikut:
a. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas.
Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi,
menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan
dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang
menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok
sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
b. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan
kelompok sekunder nonpersonal.
c. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan
daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
d. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan
kelompok sekunder instrumental.
e. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan
kelompok sekunder formal.
Pengertian Komunitas
Para ahli mendefinisikan komunitas dari berbagai sudut pandang, yaitu
sebagai berikut:
1. Komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu
memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama serta berinterksi satu
sama lain untuk mencapai tujuan ( Wahid Iqbal Mubarak 2009:2).
2. Koendjaraningrat (1990) komunitas sebagai satu kesatuan hidup manusia
yang menempati suatu wilayah nyata dan berinteraksi menurut satu
system adat istiadat serta terikat oleh identitas suatu komunitas.
Maka bertitik tolak dari defenisi komunikasi dan komunitas yang telah
dikemukakan di atas dikemukakan pengertian bahwa komunikasi
keperawatan komunitas adalah proses timbal balik ( resiplokal) pertukaran
sinyal untuk memberi informasi, membujuk, memberi perintah, berdasarkan
makna yang sama dan dikondisikan oleh kontek para komunikator dan
kontek sosialnya yang dilakukan oleh perawat kepada masyarakat sebagai
penerima informasi.melalui komunikasi yang dilakukan oleh perawat dalam
komunitasnya upaya – upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan
16
masyarakat melalui pelayanan keperawatan secara langsung terhadap
individu, keluarga sehingga dengan demikian indivudu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1. Mengidentipikasi masalah kesehatan yang dialami.
2. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut.
3. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan.
4. Menanggulangi masalah kesehatah yang mereka hadapi.
5. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara
kesehatan secara mandiri (self care).
Fungsi Komunikasi
Komunikasi pada komunitas berfungsi untuk pengendalian, motivasi,
pengungkapan emosi, dan informasi. Berfungsi mengendalikan artinya hirarki
wewenang dan garis panduan formal yang harus dipatuhi oleh masyarakat
bila ingin mengkomunikasikan setiap keluhan yang berkaitan dengan
kesehatannya. Sementara itu berfungsi memperkuat motivasi artinya yaitu
dengan memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang apa yang harus
dilakukan, seberapa baik mereka menjaga kesehatannya dan apa yang dapat
dikerjakan untuk memperbaiki derajat kesehatannya.
Sedangkan komunikasi sebagai pengungkapan emosi artinya dimana
melaliu komunikasi yang terjadi didalam komunitas itu merupakan
mekanisme masyarakat menunjukkan kekecewaan dan kepuasan terhadap
lingkungannya. Dan yang terakhir komunikasi berfungsi sebagai informasi
artinya komunitas dapat mengambil keputusan melalui penyampaian data
guna mengenali dan mengevaluasi pilihan – pilihan alternatif.
Proses Komunikasi
Sebelum komunikasi berlangsung dalam komunitas diperlukan tujuan
yang dinyatakan sebagai pesan yang harus disampaikan.Pesan itu
17
disampaikan dari sumber ke penerima diubah kedalam bentuk simbolik dan
diteruskan melalui sejumlah media kepenerima.
Menurut Stepen p. Robbin (2007 : 393) komunikasi terdiri atas tujuh
bagian yaitu :
1. Sumber komunikasi
2. Pengkodean.
3. Pesan
4. Saluran
5. Dekoding
6. Penerima
7. Umpan balik
18
sasaran (objek) dari pelaksanaan perawatan komunitas terdiri dari 4 (empat)
yaitu:
(1), individu,
(2), keluarga,
(3), kelompok khusus, dan
(4), masyarakat.
Dengan demikian, teknik komunikasi yang diterapkan harus
menggunakan pendekatan yang sesuai. Pengalaman ilmu untuk menolong
sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar
(Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan
kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan
interpersonal yang tercermin dalam perilaku “caring” atau kasih saying/ cinta
(Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak
saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah
terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam
pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta
citra rumah sakit (Achir Yani), tetapi yang paling penting adalah
mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama
manusia.
Dalam profesi keperawatan, komunikasi sangat penting antara
perawat dengan perawat, dan perawat dengan klien, khususnya komunikasi
antar perawat dengan klien dimana dalam komunikasi itu perawat dapat
menemukan beberapa solusi dari permasalahan yang sedang dialami klien,
dan komunikasi ini dinamakan dengan komunikasi terapeutik. Akan tetapi
dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik ini ada fase-fase, tehnik-tehnik,
dan faktor-faktor, serta proses komunikasi terapeutik tersebut dalam
perawatan sehingga pelayanan/asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
baik serta memberikan tingkat kepuasan pada klien.
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada
19
kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang
optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan keperawatan (Spradley, 1985; Logan and Dawkin, 1987).
Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu
sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang dilaku¬kan untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat. Praktik keperawatan
kesehatan komunitas ini bersifat menye¬luruh dengan tidak membatasi
pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan
melibatkan masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan
kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang
merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan
kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan
fungsi kehidupan manusia secara optimal.
Tiga unsur komunikasi yaitu:
1. Pengirim pesan atau sering juga disebut sebagai sender,
komunikator.
Pengirim pesan harus dapat menuliskan atau menyandikan pesan
dengan baik dan jelas. Dan Juga membuat encoding yang
ditujukan kepada seseorang atau beberapa orang, dan memilih
media, serta meminta kejelasan kepada penerima apakah pesan
telah diterima.
2. Penerima pesan atau sering disebut sebagai reciever atau
komunikan.
Penerima pesan harus mendengarkan atau berkonsentrasi agar
pesan dapat diterima dengan benar, dan memberikan umpan balik
20
yang disebut dengan decoding kepada pengirim pesan bahwa
pesan telah diterima dengan benar.
3. Media atau saluran yang digunakan sebagai alat untuk
mengirimkan pesan.
4. Proses komunikasi harus merupakan komunikasi dua arah. Yakni,
pengirim menuliskan dan mengirimkan pesan melalui media yang
dipilihnya, dan penerima pesan menuliskan kembali pesan yang
dia telah terima, serta menyampaikan bahwa pesan telah diterima
dengan baik dan benar. Pesan ada yang informatif yaitu pesan
yang disampaikan berupa informasi dan pesan yang persuasif yaitu
pesan yang disampaikan untuk mempengaruhi orang lain agar
tertarik pada ide dari pesan yang disampaikan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi
sehubungkan dengan pesan yang disampaikan yaitu :
1. Bila pesan sering diulang, panjang maka pesan akan berlalu
begitu saja.
2. Apabila pesan / ide yang dikemukakan/ditawarkan dengan gaya
persuasif orang akan tertarik akan ide tersebut.
3. Bila pesan/ide tidak disampaikan kepada orang maka mereka
tidak akan memegangnya dan menanyakannya.
Dalam proses komunikasi dapat terjadi adanya gangguan
(noise) yang disebabkan oleh berita yang disampaikan tidak
jelas, sehingga penerima berita mengartikannya tidak secara
menyeluruh, atau gangguan lain yag mempengaruhi media
komunikasi.
4. Komunikasi yang efektif dapat terjadi apabila pesan yang dikirim
oleh komunikator/ sender dapat diterima dengan baik
(menyenangkan, aktual/nyata) oleh komunikan/ reciever.
Kemudian penerima pesan menyampaikan kembali bahwa
pesan telah diterima dengan baik dan benar. Artinya ada
komunikasi dua arah atau komunikasi yang timbal balik.
21
Lima aspek yang harus dipahami dalam membangun komunikasi yang
efektif adalah clarity, accuracy, contex, flow dan culture. Strategi dalam
membangun komunikasi efektif : ketahui mitra bicara (audience), ketahui
tujuan, perhatikan konteks, pelajari kultur, dan pahami bahasa.
Dalam komunikasi lisan, informasi disampaikan secara lisan/verbal melalui
kata-kata. Penyampaikan informasi seperti ini dinamakan berbicara.
Komunikasi lisan akan menjadi lebih efektif apabila diikuti dengan tinggi
rendah, lemah lembut, dan perubahan nada suara yang disesuaikan.
Dengan demikian kata-kata adalah isi sebuah pesan, sedangkan
bahasa tubuh, nada suara adalah konteks dimana pesan itu melekat.
Komunikasi non verbal menunjukkan adanya lima fungsi yaitu: Repetition,
Contradiction, Substitution, Complemneting, dan Accenting.
Perbedaan budaya dalam komunikasi dapat berakibat lebih buruk
dibandingkan dengan perbedaan dalam bahasa dalarn komunikasi, bahasa
mempunyai peran yang sangat penting, walaupun kadang-kadang keliru
dalam mengartikannya sebagai akibat seluk beluk bahasa yang tidak
dimengerti. Didalam bahasa, ada kata-kata denotasi / harafiah, dan ada
kata_kata konotasi, dan dengan menggunakan logat bahasa tertentu dapat
menimbulkan perbedaan pengertian.
Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas
harus rnempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana
semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat
yang besar bagi komunitas, pelayanan keperawatan kesehatan komunitas
dilakukan bekerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat
berkelanjutan serta melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral,
asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi,
klien dan, lingkungannya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik
mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan, pelayanan keperawatan
komunitas juga harus memperhatikan prinsip keadilan dimana tindakan yang
dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu.
22
Sendiri, prinsip yang lanilla yaitu otonomi dimana klien atau komunitas
diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif
terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.
Ringkasan
Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral seorang
perawat serta salah satu upaya yang dilakukan oleh perawat untuk
mendukung proses keperawatan yang diberikan kepada klien. Untuk dapat
melakukannya dengan baik dan efektif diperlukan strategi yang tepat dalam
berkomunikasi sehingga efek terapeutik yang menjadi tujuan dalam
komunikasi terapeutik dapat tercapai.
Peranan komunikasi dalam pembangunan dan dalam proses
keperawatan sangatlah penting. Komunikasi yang digunakan dalam proses
keperawatan adalah komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah
suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku pasien.
Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama
dan pengalaman dengan menggunakan berbagai tekhnik komunikasi agar
perilaku klien berubah ke arah positif seoptimal mungkin. Untuk
melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif perawat harus mempunyai
keterampilan yang cukup dan memahami tentang dirinya.
Pentingnya komunikasi dalam kehidupan kita sehari – hari terutama
dalam proses pembangunan dan dalam proses keperawatan dan diharapkan
juga bagi pembaca agar dapat menggunakan bahasa yang sesuai dalam
pergaulan sehari – hari, khususnya bagi pembaca yang berprofesi sebagai
seorang perawat atau tenaga medis lainnya agar dapat berkomunikasi yang
baik dengan pasien guna untuk menjalin kersama dengan pasien dalam
melakukan proses keperawatan yang bertujuan untuk kesehatan pasien serta
berkomunikasi dengan baik terhadap rekan kerja dan siapapun yang terdapat
di tempat kita bekerja.
23
24