Anda di halaman 1dari 24

MODUL 3

KOMUNIKASI PADA KELUARGA,


KELOMPOK DAN MASYARAKAT

PENULIS/EDITOR
SURYANDA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BATURAJA
TAHUN 2016
MODUL 3

Judul / Topik : Komunikasi pada keluarga, kelompok dan


masyarakat
Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa mampu memahami pengertian dan
prinsip komunikasi pada keluarga, kelompopk
dan masyarakat.
Indikator : A. Teori 50%
1. 10 % Sikap
2. 20% UTS
3. 30% UTS
4. 40% UAS
B. Praktikum
1. Sikap 15%
2. Responsi 15%
3. Keterampilan/ skills 70%

KOMUNIKASI PADA KELUARGA, KELOMPOK DAN


MASYARAKAT

Komunikasi Pribadi Dalam Kehidupan Keluarga


Komunikasi antar pribadi dalam kehidupan keluarga merupakan
proses pengriman dan penerimaan pesan di antara anggota keluarga dengan
berbagai efek dan umpan balik. Di antara anggota keluarga yang
berkomunikasi saling bertukar informasi, pikiran, gagasan sebagai suatu
proses transaksi. Komunikasi pribadi sebagai suatu proses , merupakan
rangkaian tindakan, kejadian yang terjadi terus menerus.Batasan awal dan
akhirnya komunikasi antarpribadi tidak jelas. Komunikasi antar pribadi bukan
sesuatu yang statis, tetapi suatu yang dinamis.
Segala sesuatu yang tercakup dalam komunikasi pribadi selalu dalam
keadaan berubah yaitu yang melakukan komunikasi, pesan maupun

2
lingkungannya.Proses komunikasi pribadi tergambarkan sebagai proses
sirkuler,yaitu setiap orang yang terlibat dalam komunikasi bertindak sebagai
pembicara sekali gus sebagai pendengar, sebagai actor sekali gus sebagai
reactor. Tujuan komunikasi antar pribadi dalam keluarga, yaitu :
1. Untuk mendapat perspektif baru dalam lebih memahami dan sikap
diri di antara anggota keluarga
2. Untuk lebih memahami kondisi keluarga yang lebih baik
3. Menciptakan dan memelihara hubungan yang lebih bermakna
4. Mengubah sikap dan perilaku anggota keluarga
5. Bercengkrama untuk memberi suasana melepas ketegangan dan
kejenuhan.
Komponen-komponen komunikasi antar pribadi saling berkaitan dan
tergantung satu sama lain. Antar komponen secara keseluruhan mempunyai
kaitan, sehingga tidak ada pengirim tanpa penerima, tidak ada pesan tanpa
pengirim dan tidak ada umpan balik tanpa penerima.
Sifat saling tergantung antar komponen ini, maka perubahan pada
satu komponen, maka menyebabkan perubahan pada komponen yang
lain.Tidak aksi dan reaksi yang dapat diulang. Komunikasi antar pribadi
memiliki perspektif humanistik dan pragmatis yang saling melengkapi.
Perspektif humanistik yaitu memiliki sifat keterbukaan, perilaku suportif,
perilaku positif, emparti dan kesamaan.
Perspektif pragmatis yaitu memiliki sifat bersikap yakin,
kebersamaan,manjemen interaktif, perilaku ekspresif dan orientasi pada
orang lain. Pada umumnya sifat – sifat yang telah dikemukakan akan
membantu interaksi menjadi leih berarti, jujur dan memuaskan. Keterbukaan
untuk mengetahui pendapat, pikiran dan gagasan akan memudahkan dalam
berkomunikasi. Kemauan untuk memberikan tanggapan pada orang lain
dengan jujur dan terus terang, merupakan sifat keterbukaan.
Dengan berempati dalam komunikasi, kita berusaha untuk melihat dan
merasakan seperti yang dilihat dan dirasakan orang lain.Keterbukaan dan
empati dapat berlangsung , dalam suasana suportif.
3
Tiga perilaku yang menimbulkan suasana suportif yaitu : deskriptif,
spontanitas dan provisionalisme. Sebaliknya suasana defensif ditandai
dengan perilaku evaluatf, strategi dan kepastiian.

Dinamika Komunikasi Dalam Interaksi Keluarga


Kekurangan mampuan dalam hubungan insasi , mengakibatkan
timbulnya jurang komunikasi, yang menimbulkan kesukaran dalam
hidup.Manusia tumbuh dalam kelompok apabila ia terbuka untuk kecam puji
dan berani hadap diri. Sikap sabar untuk menerima apa yang dapat dirubah,
memberikan saham dalam kegiatan kelompok sesuai dengan kemampuan
dirinya.
Kita harus berani mengambil risiko berinvestasi, berkarya dalam
kelompok. Sembilan cara untuk merubah pikiran orang tanpa menimbulkan
rasa kecewa dan mendongkol , yaitu :
1. Mulailah dengan memberikan pujian yang ikhlas
2. Jika menunjukkan kesalahan orang, lakukanlah dengan cara yang
tidak langsung
3. Berbicaralah tentang kesalahan diri sendiri, sebelum mengecam
orang lain
4. Berilah perintah dalam bentuk usul
5. Usahakan jangan sampai menyinggung perasaan orang
6. Pujilah perbaikan-perbaikan yang bagaimanapun kecilnya dan jika
memberikan pujian lakukan dengan ikhlas
7. Berilah reputasi (nama baik) , supaya ia mempertahankannya
8. Bersikaplah seolah-olah kesalahan mereka mudah diperbaiki dan
pekerjaannnya mudah dilakukan
9. Usahakan supaya orang lain suka melakukan, apa yang kita
inginkan.
Dalam interaksi keluarga dapat digunakan jenis-jenis komunikasi.
Jenis-jenis komunikasi dapat dikelompokaan dalam empat macam, yaitu :
1. Komunikasi tertulis : Komunikasi yang disampaikan secara tertulis.
4
Keuntungannya : telah dipersiapkan terlebih dahulu secara baik
dan dapat dibaca berulang-ulang, menurut prosedur tertentu dan
mengurang biaya.
Kerugiannnya : memrlukan dokumentasi yang cukup banyak,
kadang-kadang tidak jelas dan tidak langsung mendapat umpan
balik.
2. Komunikasi lisan : Komunikasi dilakukan secara lisan.
Kebaikannya : dilakukan cepat, langsung, terhindar dari salah
faham, jelas dan informal.
3. Komunikasi nonverbal : Komunikasi dengan menggunakan mimik,
pantonim, bahasa isyarat.
Kekurangannya menimbulkan salah tafsir.
4. Komunikasi satu arah : Komunikasi berbentuk perintah, intruksi,
memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi.
5. Komunikasi dua arah lebih bersifat informative dan persuasive dan
memerlukan hasil.
Pola Komunikasi dalam interaksi keluarga, yaitu pola roda, pola rantai,
pola lingkaran dan pola bintang. Pola roda terjadi bila seseorang
berkomunikasi dengan banyak orang. Komunikasi Pola rantai yaitu
seseorang berkomunikasi dengan orang kesatu, kemudian dengan orang
kedua, ketiga, keempat dst.
Pola lingkaran seperti pola rantai, tetapi yang terakhir berkomunikasi
pula dengan orang yang mengajak komunikasi pertama. Pola bintang, semua
anggota saling berkomunikasi. Penyampaian pesan dari komunikator dapat
berbagai cara yang dapat ditempuh, proses komunikasi satu tahap, dua
tahap dan komunikasi banyak tahap tergantung pada pengetahuan,
pendidikan,sosial budaya dan latar belakang anggota keluarga.

Hambatan Komunikasi Dalam Interaksi Keluarga


Problem komunikasi biasanya merupakan suatu gejala bahwa ada
sesuatu yang tidak beres.Hambatan komunikasi ada yang berasal dari
5
pengirim, transmisi dan penerima. Berbagai hambatan yang timbul dalam
komunikasi, yaitu :
1. Kebisingan
2. Keadaan psikologis komunikan
3. Kekurangan komunikator atau komunikan
4. Kesalahan penilaian oleh komunikator
5. Keterbatasan pengetahuan komunikator atau komunikan
6. Bahasa
7. Isi pesan berlebihan
8. Bersifat satu arah
9. Faktor teknis
10. Kepentingan atau interes
11. Prasangka
12. Cara penyajian yang verbalistis
Untuk mengatasi hambatan tersebut di atas, dapat ditanggulangi
dengan cara sebagai berikut :
1.Mengecek arti dan maksud yang dikatakan
2. Meminta penjelasan lebih lanjut
3. Mengecek umpan balik atau hasil
4. Mengulang pesan yang disampaikan
5.Memperkuat dengan bahsa isyarat
6.Mengakrabkan pengirim dan penerima
7.Membuat pesan selalu singkat
8.Mengurangi banyaknya mata rantai
9.Menggunakan orientasi penerima

Teknologi Komunikasi Dalam Interaksi Keluarga


Globalisasi, modernisasi dan atau teknologisasi merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan adanya tekanan perubahan social terhadap
individu dan struktur keluarga.Dengan adanya perubahan sosial ini, berbagai
nilai dan norma di dunia, simpang siur, interaktif dan saling mempengaruhi.
6
Kenichi Ohmae menyatakan ada empat faktor yang memberikan pengaruh
pada perubahan global yang terjadi saat ini, yaitu industri, investasi, individu
dan informasi. Industri, khususnya teknologi informasi dan komunikasi yang
menjadi perantara terjadinya komunikasi global antar penjuru dunia.
Globalisasi teknlogi komunikasi ini diikuti oleh moving investasi dari
wilayah ke wilayah yang lain. Globalisasi ditandai pula adanya gerakan
demografi dari wilayah satu ke wilayah yang lain, yang merupakan adanya
globalisasi individu.Mobilitas demografi ini akan menimbulkan semakin tinggi
kompetisi antara individu di masa depan dan akan adanya penaruh
terhadapkeutuhan, ketahanan keluarga.
Terakhir globalisasi adanya perkembangan dan silang informasi antar
berbagai belahan dunia, tenologi internet merupakan wahana utama yang
mendukung, membangundan mengembagkan globalisasi informasi.Setiap
individu modern, tidak perlu susah-susah untuk mendapatkan informasi yang
terjadi di belahan dunia ini, tinggal memijit keyboard dan koneksi jaringan
internet.Globalisasi dan modernisasi telah membuka ruang ang sangat
terbuka untuk terjadinya interaksi antar nilai budaya dan agama yang ada di
jagat kehidupan ini.

Prinsip-Prinsip Dasar Komunikasi Kelompok


Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas
kita sehari-hari. Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder,
merupakan wahana bagi setiap orang untuk dapat mewujudkan harapan dan
keinginannya berbagi informasi dalam hampir semua aspek kehidupan.
Kelompok bisa menjadi media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan
pribadi (keluarga sebagai kelompok primer), Kelompok juga dapat menjadi
sarana untuk meningkatkan pengetahuan para anggotanya (kelompok
belajar) dan kelompok juga bisa menjadi alat untuk memecahkan persoalan
bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecahan masalah).
Jadi, banyak manfaat yang dapat kita petik bila kita ikut terlibat dalam suatu
kelompok yang sesuai dengan rasa ketertarikan (interest) kita. Orang yang
7
memisahkan atau mengisolasi dirinya dengan orang lain adalah orang yang
penyendiri, orang yang benci kepada orang lain (misanthrope) atau dapat
dikatakan sebagai orang yang antisosial.
Ada empat elemen yang muncul dari definisi yang dikemukakan di atas,
yaitu:
a. Elemen pertama, interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor
yang penting, karena melalui interaksi inilah, kita dapat melihat perbedaan
antara kelompok dengan istilah yang disebut dengan coact. Coact adalah
sekumpulan orang yang secara serentak terkait dalam aktivitas yang sama
namun tanpa komunikasi antara satu sama lain. Misalnya, mahasiswa
yang hanya secara pasif mendengarkan suatu perkuliahan, secara teknis
belum dapat disebut sebagai kelompok. Mereka dapat dikatakan sebagai
kelompok apabila sudah mulai mempertukarkan pesan dengan dosen atau
rekan mahasiswa yang lain.
b. Elemen yang kedua adalah waktu. Sekumpulan orang yang berinteraksi
untuk jangka waktu yang singkat, tidak dapat digolongkan sebagai
kelompok. Kelompok mempersyaratkan interaksi dalam jangka waktu yang
panjang, karena dengan interaksi ini akan dimiliki karakteristik atau ciri
yang tidak dipunyai oleh kumpulan yang bersifat sementara.
c. Elemen yang ketiga adalah ukuran atau jumlah partisipan dalam
komunikasi kelompok. Tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah
anggota dalam suatu kelompok. Ada yang memberi batas 3-8 orang, 3-15
orang dan 3-20 orang. Untuk mengatasi perbedaan jumlah anggota
tersebut, muncul konsep yang dikenal dengan smallness, yaitu
kemampuan setiap anggota kelompok untuk dapat mengenal dan memberi
reaksi terhadap anggota kelompok lainnya. Dengan smallness ini,
kuantitas tidak dipersoalkan sepanjang setiap anggota mampu mengenal
dan memberi rekasi pada anggota lain atau setiap anggota mampu melihat
dan mendengar anggota yang lain atau seperti yang dikemukakan dalam
definisi pertama.

8
d. Elemen terakhir adalah tujuan yang mengandung pengertian bahwa
keanggotaan dalam suatu kelompok akan membantu individu yang
menjadi anggota kelompok tersebut dapat mewujudkan satu atau lebih
tujuannya.

Pengaruh Kelompok Pada Prilaku Komunikasi


1. Konformitas
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju
(norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang real atau
dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau
melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan
dan melakukan hal yang sama. Jadi, jika Anda merencanakan untuk menjadi
ketua kelompok, aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok.
Ketika Anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan Anda
secara menyetujuan pendapat Anda. Tumbuhkan seakan-akan seluruh
anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota
berikutnya untuk setuju juga.
Contohnya, pada waktu pemilihan Ketua Umum sebuah partai politik
yang dihadiri oleh 33 orang perwakilan daerah. Salah seorang calon ketua
umum (misalnya A) merancang 5 orang perwakilan daerah tersebut untuk
berbicara dalam rapat pemilihan tersebut dan menyatakan pilihannya pada A.
Maka setelah kelima orang tersebut selesai berbicara, anggota-anggota
perwakilan daerah lainnya tanpa sadar akan ”terbawa” pada pendapat atau
pilihan kelima orang tersebut, sehingga akan terpilih Calon A menjadi Ketua
Umum.

2. Fasilitasi Sosial
Fasilitasi berasal dari bahasa Prancis facile, yang berarti mudah, ini
menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton
oleh kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih
mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain
9
dianggap menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek
ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya di depan orang yang
menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertinggi
kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah
perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar,
terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah,
terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang
dominan adalah respon yang banar; karena itu peneliti melihat kelompok
mampu mempertinggi kualitas kerja individu.
Contohnya, seorang anak sekolah ketika berada di rumah akan terlihat
baik perilakunya. Akan tetapi, ketika anak ini berada di tengah-tengah
kelompoknya (contoh: Geng Nero), maka perilakunya akan berubah menjadi
nakal dan agresif. Bahkan ibunya terheran-heran dibuatnya, karena tidak
menyangka anaknya bisa seperti itu, padahal di rumah ia terlihat pendiam
dan kalem.
     
 3. Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila
sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung
tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung
tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak
menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih
keras. Jadi polarisasi adalah proses mengkutub, baik ke arah mendukung
atau positif atau pro maupun ke arah menolak atau negatif atau kontra dalam
suatu masalah yang diperdebatkan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Kelompok


Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan,
yaitu:
a. Melaksanakan tugas kelompok
b. Memelihara moral anggota-anggotanya.
10
      
Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok atau prestasi
(performance), tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation).
Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya
kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak
informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat
memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok.
Efektivitas kelompok dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: faktor
situasional atau karateristik kelompok dan faktor personal atau karateristik
para anggota kelompok. Faktor situasional meliputi: ukuran kelompok,
jaringan komunikasi, kohesi kelompok, dan kepemimpinan. Sedangkan faktor
personal meliputi: kebutuhan interpersonal, tindak komunikasi, dan peranan.
Ada 4 faktor situasional yang mempengaruhi efektifitas komunikasi
kelompok sebagai berikut:
1)   Ukuran kelompok
Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi kerja kelompok
atauperformance bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan
oleh kelompok. Sehubungan dengan hal tersebut, ada dua tugas
kelompok, yaitu tugas koaktif dan tugas interaktif. Pada tugas koaktif,
masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak
berinteraksi. Pada tugas interaktif, anggota-anggota kelompok
berinteraksi secara terorganisasi untuk menghasilkan produk, atau
keputusan.
Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan
ukuran kelompok adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok
memerlukan kegiatan yang konvergen (mencapai satu pemecahan yang
benar), maka hanya diperlukan kelompok kecil supaya sangat produktif,
terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber,
ketrampilan, dan kemampuan yang terbatas. Bila tuga memerlukan
kegiatan yang divergen (menghasilkan berbagai gagasan kreatif),
diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih besar.
11
2)    Jaringan komunikasi
Pada jaringan komunikasi model roda, seseorang (biasanya pemimpin)
menjadi fokus perhatian. Ia dapat berhubungan dengan semua anggota
kelompok, tetapi setiap anggota kelompok hanya bisa berhubungan
dengan pemimpinnya. Pada jaringan komunikasi rantai, A dapat
berkomunikasi dengan B, B dapat berkomunikasi dengan dengan C, C
dapat berkomunikasi dengan dengan D, dan begitu seterusnya. Pada
jaringan komunikasi Y, tiga orang anggota dapat berhubungan dengan
orang-orang di sampingnya seperti pada pola rantai, tetapi ada dua orang
yang hanya dapat berkomunikasi dengan hanya seseorang di
sampingnya. Pada jaringan komunikasi lingkaran, setiap orang hanya
dapat berkomunikasi dengan dua orang, di samping kiri dan kanannya.
Dengan perkataan lain, dalam model ini tidak ada pemimpin. Pada
jaringan komunikasi bintang, disebut juga jaringan komunikasi semua
saluran (all channel), setiap anggota dapat berkomunikasi dengan semua
anggota kelompok yang lain.
Dalam hubungannya dengan prestasi kelompok, Leavit menemukan
bahwa jaringan komunikasi roda, yaitu yang paling memusat dari seluruh
jaringan komunikasi, menghasilkan produk kelompok yang tercepat dan
terorganisasi. Sedangkan kelompok lingkaran, yang paling tidak
memusat, adalah yang paling lambat dalam memacahkan masalah.
Jaringan komunikasi lingkaran cenderung melahirkan sejumlah
kesalahan. Penelitian-penelitian selanjutnya membuktikan bahwa pola
komunikasi yang paling efektif adalah pola semua saluran. Karena pola
semua saluran tidak terpusat pada satu orang pemimpin, dan pola ini
juga paling memberikan kepuasan kepada anggota serta paling cepat
menyelesaikan tugas bila tugas itu berhubungan dengan masalah yang
sulit. Pola roda adalah pola komunikasi yang memberikan kepuasan
paling rendah.
3)   Kohesi kelompok

12
Kohesi kelompok berarti adanya semangat kelompok yang tinggi,
hubungan interpersonal yang akrab, kestiakawanan, dan perasaan “kita”
yang dalam. Kohesi kelompok merupakan kekuatan yang mendorong
anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan
mencegahnya meninggalkan kelompok. Kohesi kelompok dapat diukur
dari: keterikatan anggota secara interpersonal antara satu sama lain,
ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok, dan sejauh
mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan
kebutuhan personalnya.
Menurut Bestinghaus, ada beberapa implikasi komunikasi dalam
kelompok kohesif, sebagai berikut:
a)   Komunikator dengan mudah berhasil memperoleh dukungan
kelompok.  Jika gagasannya sesuai dengan mayoritas anggota
kelompok.
b)   Pada umumnya kelompok yang lebih kohesif lebih mungkin
dipengaruhi persuasi. Ada tekanan ke arah uniformitas dalam
pendapat, keyakinan, dan tindakan.
c)   Komunikasi dengan kelompok yang kohesif harus memperhitungkan
distribusi komunikasi di antara anggota-anggota kelompok.
d)   Dalam situasi pesan tampak sebagai ancaman kepada kelompok,
kelompok yang lebih kohesif akan cenderung menolak pesan.
e)   Sebagai konsekuensi dari poin 4 di atas, maka komunikator dapat
meningkatkan kohesi kelompok agar kelompok mampu menolak
pesan yang bertentangan.

Kepemimipinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi
kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah
faktor yang paling menentukan keefektifan komunikasi kelompok. Ada tiga
gaya kepemimpinan, yaitu otoriter, demokratis, dan laissez faire.

13
Bentuk-bentuk Komunikasi Kelompok
      Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan
sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi
kelompok.
1. Kelompok Primer dan Sekunder
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat,
1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang
anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati
dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah
kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak
personal, dan tidak menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik
komunikasinya, sebagai berikut:
a. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas.
Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi,
menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan
dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang
menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok
sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
b. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan
kelompok sekunder nonpersonal.
c. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan
daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
d. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan
kelompok sekunder instrumental.
e. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan
kelompok sekunder formal.

Kelompok Keanggotaan Dan Kelompok Rujukan


Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan
(membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok
14
keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara
administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok
rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk
menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi
komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam
sebagai kelompok rujukan saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan
status saya sekarang (fungsi komparatif. Islam juga memberikan kepada
saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus saya miliki-kerangka
rujukan untuk membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan apa yang
harus saya capai (fungsi normatif).
Selain itu, Islam juga memberikan kepada saya cara memandang
dunia ini-cara mendefinisikan situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan
memberikan makna pada berbagai objek, peristiwa, dan orang yang saya
temui (fungsi perspektif). Namun Islam bukan satu-satunya kelompok rujukan
saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah
kelompok rujukan saya, di samping menjadi kelompok keanggotaan saya.
Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat dipengaruhi, termasuk
perilaku saya dalam berkomunikasi.
     
Kelompok Deskriptif Dan Kelompok Presikriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok
menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan
klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara
alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok
deskriptif dibedakan menjadi tiga:
a. kelompok tugas;
b. kelompok pertemuan; dan
c. kelompok penyadar.
Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya
transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok
15
pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai
acara pokok.
Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang
dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok
pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan
identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada
tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak.
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus
ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan
Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi
meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur
parlementer.

Pengertian Komunitas
Para ahli mendefinisikan komunitas dari berbagai sudut pandang, yaitu
sebagai berikut:
1. Komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu
memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama serta berinterksi satu
sama lain untuk mencapai tujuan ( Wahid Iqbal Mubarak 2009:2).
2. Koendjaraningrat (1990) komunitas sebagai satu kesatuan hidup manusia
yang menempati suatu wilayah nyata dan berinteraksi menurut satu
system adat istiadat serta terikat oleh identitas suatu komunitas.

Maka bertitik tolak dari defenisi komunikasi dan komunitas yang telah
dikemukakan di atas dikemukakan pengertian bahwa komunikasi
keperawatan komunitas adalah proses timbal balik ( resiplokal) pertukaran
sinyal untuk memberi informasi, membujuk, memberi perintah, berdasarkan
makna yang sama dan dikondisikan oleh kontek para komunikator dan
kontek sosialnya yang dilakukan oleh perawat kepada masyarakat sebagai
penerima informasi.melalui komunikasi yang dilakukan oleh perawat dalam
komunitasnya upaya – upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan
16
masyarakat melalui pelayanan keperawatan secara langsung terhadap
individu, keluarga sehingga dengan demikian indivudu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1. Mengidentipikasi masalah kesehatan yang dialami.
2. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut.
3. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan.
4. Menanggulangi masalah kesehatah yang mereka hadapi.
5. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara
kesehatan secara mandiri (self care).

Fungsi Komunikasi
Komunikasi pada komunitas berfungsi untuk pengendalian, motivasi,
pengungkapan emosi, dan informasi. Berfungsi mengendalikan artinya hirarki
wewenang dan garis panduan formal yang harus dipatuhi oleh masyarakat
bila ingin mengkomunikasikan setiap keluhan yang berkaitan dengan
kesehatannya. Sementara itu berfungsi memperkuat motivasi artinya yaitu
dengan memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang apa yang harus
dilakukan, seberapa baik mereka menjaga kesehatannya dan apa yang dapat
dikerjakan untuk memperbaiki derajat kesehatannya.
Sedangkan komunikasi sebagai pengungkapan emosi artinya dimana
melaliu komunikasi yang terjadi didalam komunitas itu merupakan
mekanisme masyarakat menunjukkan kekecewaan dan kepuasan terhadap
lingkungannya. Dan yang terakhir komunikasi berfungsi sebagai informasi
artinya komunitas dapat mengambil keputusan melalui penyampaian data
guna mengenali dan mengevaluasi pilihan – pilihan alternatif.

Proses Komunikasi
Sebelum komunikasi berlangsung dalam komunitas diperlukan tujuan
yang dinyatakan sebagai pesan yang harus disampaikan.Pesan itu

17
disampaikan dari sumber ke penerima diubah kedalam bentuk simbolik dan
diteruskan melalui sejumlah media kepenerima.
Menurut Stepen p. Robbin (2007 : 393) komunikasi terdiri atas tujuh
bagian yaitu :
1. Sumber komunikasi
2. Pengkodean.
3. Pesan
4. Saluran
5. Dekoding
6. Penerima
7. Umpan balik

Sumber mengawali pesan dengan mengkodekan pikiran. Pesan


adalah produk fisik aktual dari sumber yang melakukan pengkodean. Bila kita
berbicara, pembicaraan itu adalah pesan. Bila kita menulis, tulisan itulah
pesan. Ketika kita melakukan gerakan isyarat, gerakan tangan dan ekspresi
wajah kita itu merupakan pesan. Saluran adalah, medium tempat pesan
diantarkan. Dekoding adalah penterjemahan symbol-simbol kedalam bentuk
yang dapat dimengerti oleh penerima. Penerima adalah objek yang menjadi
tujuan penyampain pesan, selanjtnya umpan balik adalah pengecekan
mengenai seberapa sucses kita menyampaikan pesan seperti yang
dimaksudkan semula.

Prinsip dan Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Perawatan Komunitas


Wahid IQbal Mubarak (2009:23) mengemukakan bahwa tempat
pelaksanaan kegiatan perawatan komunitas adalah: Puskesmas, rumah,
sekolah, perusahaan-perusahaan, dan panti-panti. Selanjutnya yang menjadi
sasaran dari pelayan perawatan komunitas adalah: individu, keluarga,
kelompok khusus, dan masyarakat. Berangkat dari sasaran pelaksanaan
keperawatan komunitas yang telah dikemukakan di atas, dikethui bahwa

18
sasaran (objek) dari pelaksanaan perawatan komunitas terdiri dari 4 (empat)
yaitu:
(1), individu,
(2), keluarga,
(3), kelompok khusus, dan
(4), masyarakat.
Dengan demikian, teknik komunikasi yang diterapkan harus
menggunakan pendekatan yang sesuai. Pengalaman ilmu untuk menolong
sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar
(Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan
kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan
interpersonal yang tercermin dalam perilaku “caring” atau kasih saying/ cinta
(Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak
saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah
terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam
pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta
citra rumah sakit (Achir Yani), tetapi yang paling penting adalah
mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama
manusia.
Dalam profesi keperawatan, komunikasi sangat penting antara
perawat dengan perawat, dan perawat dengan klien, khususnya komunikasi
antar perawat dengan klien dimana dalam komunikasi itu perawat dapat
menemukan beberapa solusi dari permasalahan yang sedang dialami klien,
dan komunikasi ini dinamakan dengan komunikasi terapeutik. Akan tetapi
dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik ini ada fase-fase, tehnik-tehnik,
dan faktor-faktor, serta proses komunikasi terapeutik tersebut dalam
perawatan sehingga pelayanan/asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
baik serta memberikan tingkat kepuasan pada klien.
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada
19
kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang
optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan keperawatan (Spradley, 1985; Logan and Dawkin, 1987).
Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu
sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang dilaku¬kan untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat. Praktik keperawatan
kesehatan komunitas ini bersifat menye¬luruh dengan tidak membatasi
pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan
melibatkan masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan
kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang
merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan
kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan
fungsi kehidupan manusia secara optimal.
Tiga unsur komunikasi yaitu:
1. Pengirim pesan atau sering juga disebut sebagai sender,
komunikator.
Pengirim pesan harus dapat menuliskan atau menyandikan pesan
dengan baik dan jelas. Dan Juga membuat encoding yang
ditujukan kepada seseorang atau beberapa orang, dan memilih
media, serta meminta kejelasan kepada penerima apakah pesan
telah diterima.
2. Penerima pesan atau sering disebut sebagai reciever atau
komunikan.
Penerima pesan harus mendengarkan atau berkonsentrasi agar
pesan dapat diterima dengan benar, dan memberikan umpan balik
20
yang disebut dengan decoding kepada pengirim pesan bahwa
pesan telah diterima dengan benar.
3. Media atau saluran yang digunakan sebagai alat untuk
mengirimkan pesan.
4. Proses komunikasi harus merupakan komunikasi dua arah. Yakni,
pengirim menuliskan dan mengirimkan pesan melalui media yang
dipilihnya, dan penerima pesan menuliskan kembali pesan yang
dia telah terima, serta menyampaikan bahwa pesan telah diterima
dengan baik dan benar. Pesan ada yang informatif yaitu pesan
yang disampaikan berupa informasi dan pesan yang persuasif yaitu
pesan yang disampaikan untuk mempengaruhi orang lain agar
tertarik pada ide dari pesan yang disampaikan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi
sehubungkan dengan pesan yang disampaikan yaitu :
1. Bila pesan sering diulang, panjang maka pesan akan berlalu
begitu saja.
2. Apabila pesan / ide yang dikemukakan/ditawarkan dengan gaya
persuasif orang akan tertarik akan ide tersebut.
3. Bila pesan/ide tidak disampaikan kepada orang maka mereka
tidak akan memegangnya dan menanyakannya.
Dalam proses komunikasi dapat terjadi adanya gangguan
(noise) yang disebabkan oleh berita yang disampaikan tidak
jelas, sehingga penerima berita mengartikannya tidak secara
menyeluruh, atau gangguan lain yag mempengaruhi media
komunikasi.
4. Komunikasi yang efektif dapat terjadi apabila pesan yang dikirim
oleh komunikator/ sender dapat diterima dengan baik
(menyenangkan, aktual/nyata) oleh komunikan/ reciever.
Kemudian penerima pesan menyampaikan kembali bahwa
pesan telah diterima dengan baik dan benar. Artinya ada
komunikasi dua arah atau komunikasi yang timbal balik.
21
Lima aspek yang harus dipahami dalam membangun komunikasi yang
efektif adalah clarity, accuracy, contex, flow dan culture. Strategi dalam
membangun komunikasi efektif : ketahui mitra bicara (audience), ketahui
tujuan, perhatikan konteks, pelajari kultur, dan pahami bahasa.
Dalam komunikasi lisan, informasi disampaikan secara lisan/verbal melalui
kata-kata. Penyampaikan informasi seperti ini dinamakan berbicara.
Komunikasi lisan akan menjadi lebih efektif apabila diikuti dengan tinggi
rendah, lemah lembut, dan perubahan nada suara yang disesuaikan.
Dengan demikian kata-kata adalah isi sebuah pesan, sedangkan
bahasa tubuh, nada suara adalah konteks dimana pesan itu melekat.
Komunikasi non verbal menunjukkan adanya lima fungsi yaitu: Repetition,
Contradiction, Substitution, Complemneting, dan Accenting.
Perbedaan budaya dalam komunikasi dapat berakibat lebih buruk
dibandingkan dengan perbedaan dalam bahasa dalarn komunikasi, bahasa
mempunyai peran yang sangat penting, walaupun kadang-kadang keliru
dalam mengartikannya sebagai akibat seluk beluk bahasa yang tidak
dimengerti. Didalam bahasa, ada kata-kata denotasi / harafiah, dan ada
kata_kata konotasi, dan dengan menggunakan logat bahasa tertentu dapat
menimbulkan perbedaan pengertian.
Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas
harus rnempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana
semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat
yang besar bagi komunitas, pelayanan keperawatan kesehatan komunitas
dilakukan bekerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat
berkelanjutan serta melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral,
asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi,
klien dan, lingkungannya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik
mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan, pelayanan keperawatan
komunitas juga harus memperhatikan prinsip keadilan dimana tindakan yang
dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu.

22
Sendiri, prinsip yang lanilla yaitu otonomi dimana klien atau komunitas
diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif
terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.

Ringkasan
Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral seorang
perawat serta salah satu upaya yang dilakukan oleh perawat untuk
mendukung proses keperawatan yang diberikan kepada klien. Untuk dapat
melakukannya dengan baik dan efektif diperlukan strategi yang tepat dalam
berkomunikasi sehingga efek terapeutik yang menjadi tujuan dalam
komunikasi terapeutik dapat tercapai.
Peranan komunikasi dalam pembangunan dan dalam proses
keperawatan sangatlah penting. Komunikasi yang digunakan dalam proses
keperawatan adalah komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah
suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku pasien.
Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama
dan pengalaman dengan menggunakan berbagai tekhnik komunikasi agar
perilaku klien berubah ke arah positif seoptimal mungkin. Untuk
melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif perawat harus mempunyai
keterampilan yang cukup dan memahami tentang dirinya.
Pentingnya komunikasi dalam kehidupan kita sehari – hari terutama
dalam proses pembangunan dan dalam proses keperawatan dan diharapkan
juga bagi pembaca agar dapat menggunakan bahasa yang sesuai dalam
pergaulan sehari – hari, khususnya bagi pembaca yang berprofesi sebagai
seorang perawat atau tenaga medis lainnya agar dapat berkomunikasi yang
baik dengan pasien guna untuk menjalin kersama dengan pasien dalam
melakukan proses keperawatan yang bertujuan untuk kesehatan pasien serta
berkomunikasi dengan baik terhadap rekan kerja dan siapapun yang terdapat
di tempat kita bekerja.

23
24

Anda mungkin juga menyukai