Anda di halaman 1dari 6

RESPONSI MATA KULIAH HUKUM DAN PENANAMAN MODAL

HARI MINGGU, TANGGAL 28 JUNI 2020 PUKUL 16.10 WITA

NAMA : ANDI MUHAMMAD RIZKI


NIM : 003902502019
KELAS : MH 6
NO. ABSEN : 07

Penanaman modal asing adalah kegiatan untuk melakukan usaha di wilayah


Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam
modal dalam negeri. Pada dasarnya, Negara-negara sedang berkembang seperti
Indonesia sangat membutuhkan investasi, khususnya investasi asing. Tujuan investasi
adalah mempercepat laju pembangunan di Negara tersebut.

Secara umum, aspek hukum dari kerjasama usaha dalam rangka kegiatan
Penanaman Modal Asing di Indonesia adalah perjanjian. Oleh karenanya Joint venture
agreement merujuk kepada ketentuan umum hukum perjanjian yang diatur di dalam
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) khususnya Buku III mengenai
perikatan yang meliputi Pasal 1313 (pengertian perjanjian), Pasal 1320 (syarat sahnya
perjanjian, Pasal 1338 (perjanjian berlaku sebagai undang-undang/pacta sun
servanda).

Berbagai macam kendala yang dihadapi oleh Pemodal Dalam Negeri dengan
Penanaman Modal Asing dalam Rangka Kerja Sama Patungan (Joint Venture) yakni
dimulai sejak permulaan suatu usaha kerja sama sampai pada pengelolaan perusahaan.
Adapun kendala yang dihadapi oleh pemodal dalam negeri dengan penanam modal
asing dalam bentuk joint venture dilihat dari tiga aspek antara lain :
a. Dari segi politik, penanaman modal asing dapat mengeruk keuntungan melalui
praktik-praktik yang tidak wajar seperti transfer pricing, penyelundupan pajak
dan penguasaan pasar dengan monopoli.
b. Dari segi hukum perlu dipahami oleh kedua belah pihak bahwa terdapat
persinggungan dua sistem hukum yang berbeda dengan sifat karakter maupun
prinsipnya. Masalah lainnya yaitu choice of law atau “pilihan hukum” yakni
hukum mana yang digunakan untuk mendasari perjanjian kerja sama tersebut
agar dalam sengketa nantinya dapat ditentukan posisi hukum kedua belah
pihak.
c. Dari segi ekonomi, perimbangan kedua belah pihak, pembagian keuntungan,
kerja (management), masalah alih teknologi serta Indonesianisasi. Ketiga aspek
tersebut harus diperhatikan oleh kedua belah pihak bilamana akan
melaksanakan suatu usaha kerja sama patungan (joint venture).

Analisa terkait kasus yang dilakukan PMA melakukan kegiatan ataupun tindakan
yang tidak sesuai isi kontrak, bahkan cenderung pihak PMDN cq partner lokal yang
menjadi sasaran kesalahan :

a. Akibat hukum bagi Penanam Modal Asing yang melakukan perjanjian kerja
sama (kontrak) yang dilakukan oleh penanam modal asing yang sifatnya teknik
operasional seperti ahli teknologi tidak jalan alias mandeg, peningkatan skill
tenaga lokal tidak jalan, manajemen yang diterapkan terlalu individualistis
dapat mengakibatkan akibat hukum. Adapun akibat hukum bagi penanam
modal asing yang lalai atau melakukan pelanggaran kontrak, dapat
menimbulkan akibat hukum yang menurut Handri Raharjo, yaitu:
1) menuntut pemenuhan perikatan;
2) menuntut pemutusan perikatan atau apabila perikatan tersebut bersifat
timbal-balik, menurut pembatalan perikatan;
3) menuntut ganti rugi;
4) menuntut pemenuhan perikatan dengan disertai ganti rugi;
5) menuntut pemutusan atau pembatalan perikatan dengan ganti rugi.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007


Tentang Penanaman Modal, penanam modal asing yang tidak memenuhi
kewajiban seperti yang disebutkan dalam Pasal 15 yang mengatakan: Setiap
penanam modal berkewajiban:

1) menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;


2) melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;
3) membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan
menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;
4) menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha
penanaman modal; dan
5) mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dapat menimbulkan akibat hukum yang juga diatur didalam pasal 34 yang
menyebutkan : Ayat (1) Badan usaha atau usaha perorangan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana
disebutkan dalam pasal 15 dapat dikenai sanksi administrasi berupa: a.
peringatan tertulis; b. pembatasan kegiatan usaha; c. pembekuan kegiatan usaha
dan atau fasilitas penenman modal; d. pencabutan kegiatan usaha dana atau
fasilitas penanaman modal. Ayat (2) Sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh instansi atau lembaga yang berwenang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ayat (3) Selain
dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat
dikenai sansi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan sanksi lainnya seperti yang dimaksud dalam pasal 34 ayat (3)
dimaksudkan untuk merujuk pada Undang-Undang terkait pelanggaran dari
investor asing yang bersangkutan dilihat/ dikaji secara kasuistis, misalnya
investor asing tersebut melanggar hal-hal yang dilarang di bidang
pertambangan, maka investor tersebut akan dikenakan sanksi berdasarkan
Undang-Undang dan peraturan perundang-undangan terkait pertambangan.
Sehingga pelanggar tersebut dapat di kenakan sanksi administrasi, pidana
maupun perdata sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.

Ketentuan mengenai sanksi pidana tidak ditentukan secara tegas dalam


Undang Undang Penanaman Modal No. 25 tahun 2007 ini, namun secara
penafsiran dapat diperoleh suatu kondisi dimana sanksi pidana dapat
dijatuhkan. Padahal suatu peraturan dalam bentuk Undang Undang harus
menyebutkan dengan jelas kriteria dan sanksi yang dijatuhkan dan tidak
menggantungkan kepada ketentuan perundang-undangan lain, apalagi pada
peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tingkatannya.

Dalam Pasal 33 ayat (3) UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
disebutkan adanya perbuatan pidana yang dapat dikenakan sanksi pidana
kepada Penanam Modal, yaitu melakukan kejahatan korporasi berupa tindak
pidana perpajakan, penggelembungan biaya pemulihan, dan bentuk
penggelembungan biaya lainnya untuk memperkecil keuntungan yang
mengakibatkan kerugian Negara. Namun mengenai sanksi pidananya sama
sekali tidak diatur dan kembali hanya menggantungkan kepada peraturan
perundang-undangan lain. Hal ini tidak memberikan kepastian hukum karena
dapat mengakibatkan kesewenangan dari pejabat dalam memberikan sanksi
hukum. Terlebih dari itu, kejahatan korporasi yang termaktub dalam Pasal
tersebut hanya mencakup pada kelalaian keuangan, padahal sesungguhnya
kejahatan lingkungan, pelanggaran HAM.

b. Ditinjau dari aspek sosial, ekonomi dan politik bagi Penanam Modal Asing
yang melakukan tindakan yang tidak sesuai isi kontrak yaitu:
1) Terjadinya pelanggaran
Pelanggaran yang dimaksud antara lain kerusakan lingkungan. Seperti
pembakaran hutan tanpa izin dan pencemaran lingkungan. Misalnya
pembuangan limbah pabrik di sembarang tempat.
2) Masuknya bidang usaha yang tidak diperbolehkan
Bidang usaha atau jenis usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan
persyaratan ditetapkan melalui peraturan presiden disusun dalam suatu
daftar yang berdasarkan standar klasifikasi tentang bidang usaha atau
jenis usaha yang berlaku di Indonesia, yaitu Klasifikasi Buku Lapangan
Usaha Indonesia (KBLI) dan/atau International for Industrial
Classification (ISIC). Pasal 12 ayat (2) disebutkan bahwa, bidang usaha
tertutup bagi penanam modal asing adalah a. produksi senjata, mesiu,
alat peledak dan peralatan perang, dan b. bidang usaha yang secara
eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-undang.
3) Negara Indonesia sangan bergantung dengan penanam modal asing, jika
penanam modal asing di Indonesia akan menimbulkan dampak negatif
bagi Indonesia yaitu: a) Keluarnya penanam modal asing atau investor
asing akan mengakibatkan perekonomian menjadi lambat, dan
akibatnya pengangguran bertambah karena para pekerja kehilangan
pekerjaannya, b) Berkurangnya lapangan pekerjaan karena keluarnya
investor asing mengakibatkan berkurangnya lapangan pekerjaan, c)
akan menimbulkan terjadinya konflik akibat tidak ada pekerjaan bagi
para pekerja dan menimbulkan kejahatan seperti pencurian,
pembunuhan dan lain-lain di karenakan faktor ekonomi. Sebab tanpa
topangan penanaman modal, tentu saja target pemerintah untuk
mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6% per tahun tidak
akan mudah tercapai.

Seringnya terjadi sengketa penanaman modal diakibatkan adanya


ketidakpatuhan terhadap kontrak bisnis yang telah disetujui oleh para pihak.
Dalam praktik ternyata pelaksanaan kontrak yang sudah disetujui oleh kedua
belah pihak tersebut, seringkali tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Ketidakpatuhan terhadap kontrak yang sudah disepakati dapat terjadi karena
beberapa sebab yakni :

1) Adanya perbedaan interpretasi terhadap isi kontrak yang telah


disepakati oleh kedua belah pihak.
2) Adanya perubahan terhadap kebijakan pemerintah atau ada perubahan
peraturan
perundang - undangan yang membawa dampak terhadap kontrak yang
sudah disepakati oleh kedua belah pihak.
3) Adanya keadaan memaksa (force majeure) yang mengakibatkan salah
satu pihak tidak dapat lagi memenuhi kewajibannya.

Anda mungkin juga menyukai