Anda di halaman 1dari 9

Pengertian OJK adalah sebuah lembaga negara yang memiliki fungsi dan tugas dalam

penyelenggaraan sistem pengaturan dan pengawasan terhadap industri jasa keuangan secara
terintegrasi.
Beberapa yang termasuk dalam industri jasa keuangan yang masuk dalam pengawasan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) diantaranya adalah:
 Perbankan
 Pasar modal
 Asuransi
 Dana pensiun
 Lembaga pembiayaan
 Dan beberapa lembaga jasa keuangan lainnya
Otoritas Jasa Keuangan (JOK) dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2011. OJK
merupakan lembaga negara yang sifatnya independen dan bebas dari campur tangan pihak lain
dalam menjalankan tugasnya.
Latar Belakang Didirikannya OJK
Latar belakang pembentukan OJK adalah karena adanya kebutuhan dalam hal penataan beberapa
lembaga pelaksana yang bertugas mengatur dan memberikan pengawasan di sektor jasa
keuangan. Mengacu pada pengertian OJK di atas, berikut ini adalah beberapa hal yang melandasi
pembentukan Otoritas Jasa Keuangan:
1. Amanat Undang-Undang
Adanya amanat Undang-undang untuk melakukan pembentukan lembaga pengawasan di sektor
jasa keuangan yang mencakup Perbankan, Asuransi, Sekuritas, Dana Pensiun, Modal Ventura,
Jasa Pembiayaan, dan badan-badan lain yang melakukan pengelolaan dana masyarakat.
2. Perkembangan Industri Jasa Keuangan
Adanya globalisasi dan inovasi dalam sistem keuangan serta kemajuan teknologi informasi yang
begitu pesat, membuat industri keuangan menjadi sangat dinamis, kompleks, dan saling
terhubung.
3. Konglomerasi Lembaga Jasa Keuangan
Pengawasan perlu dilakukan terhadap lembaga jasa keuangan yang memiliki beberapa anak
perusahaan di bidang jasa keuangan yang berbeda kegiatan usaha (konglomerasi). Sebagai
contoh, Bank punya anak perusahaan di bidang jasa Asuransi, Pembiayaan, Sekuritas, dan Dana
Pensiun.
4. Perlindungan Konsumen
Semakin kompleksnya layanan jasa keuangan tentu permasalah dan pelanggaran di industri ini
juga semakin meningkat. Oleh karena itu, diperlukan fungsi edukasi, perlindungan konsumen
dan pembelaan hukum terhadap konsumen dari pihak-pihak terkait.
Tugas dan Wewenang OJK
Seperti yang disebutkan sekilas pada pengertian OJK di atas, secara umum OJK memiliki tugas
dan wewenang dalam hal penyelenggaraan sistem pengaturan dan pengawasan terhadap industri
jasa keuangan di Indonesia.
Sesuai dengan pengertian OJK di atas, berikut ini adalah beberapa tugas dan wewenang Otoritas
Jasa Keuangan:
1. Tugas OJK
Secara umum ada 3 tugas OJK, diantaranya:
 Mengatur dan mengawasi kegiatan jasa keuangan, baik di sektor Perbankan maupun Non
Perbankan.
 Mengatur dan mengawasi kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal.
 Mengatur dan mengawasi aktivitas jasa keuangan di sektor Asuransi, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Keuangan Lainnya.
2. Wewenang OJK
Berikut ini adalah beberapa wewenang OJK dalam tugas pengaturan dan tugas pengawasan:
 Menetapkan peraturan perundang-undangan di industri jasa keuangan.
 Membuat dan menetapkan peraturan tentang pengawasan di industri jasa keuangan.
 Membuat dan menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan tugas OJK.
 Mengatur tentang tata cara penetapan pengelola statuter di lembaga jasa keuangan.
 Mengatur tentang struktur organisasi dan infrastruktur, serta pengelolaan kekayaan dan
kewajiban.
 Membuat dan menetapkan peraturan tentang tata cara pemberian sanksi berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di sektor jasa keuangan.
 Membuat dan menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengawasan terhadap industri
jasa keuangan.
 OJK dapat melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, dan perlindungan
konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan.
 Memberikan sanksi administratif kepada pihak yang melanggar peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan.
 OJK berwenang memberikan dan/ atau mencabut ijin usaha, pengesahan, dan penetapan
lain dalan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
Asas-asas Otoritas Jasa Keuangan
Berikut ini adalah beberapa asas dalam pelaksanaan tugas Otoritas Jasa Keuangan (OJK):
1. Asas Independensi
Seperti yang telah disebutkan pada pengertian OJK, lembaga negara ini bekerja secara
independen dalam mengatur jasa keuangan di Indonesia.
2. Asas Kepastian Hukum
Dalam pembentukan dan penyelenggaraan lembaga OJK berlandaskan pada hukum dan Undang-
Undang yang berlaku di Indonesia.
3. Asas Kepentingan Umum
OJK dibentuk dan menjalankan tugasnya mengacu kepada kepentingan umum (konsumen).
Dengan kata lain, dalam pelaksanaan tugas OJK harus melindungi dan membela kepentingan
konsumen.
4. Asas Keterbukaan
OJK memberikan akses terbuka kepada masyarakat apabila ingin memberikan informasi yang
jujur dan tidak diskriminatif terkait dengan adanya pelanggaran di sektor jasa keuangan.
5. Asas Profesionalisme
OJK terdiri dari individu-individu yang profesional sehingga dalam pelaksaan tugas dan
wewenangnya OJK harus berlandaskan asas profesionalisme.
6. Asas Integritas
Dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya, OJK harus berpegang teguh kepada nilai-nilai
moral dan norma yang berlaku.
7. Asas Akuntabilitas
Segala tindakan dan keputusan yang dilakukan oleh OJK adalah untuk kebaikan konsumen dan
dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Bank Syariah
Prinsip Syariah
Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan (penyimpanan dana dan/atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya) berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga
Dewan Syariah Nasional (DSN) yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.
Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan
menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank Umum
Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
(UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah).
Tujuan Perbankan Syariah  
Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Kegiatan usaha bank syariah antara lain:
Penghimpunan Dana:
Dana yang ditempatkan nasabah di Bank Syariah dalam bentuk Simpanan atau Investasi berdasarkan
Akad antara Bank Syariah dan Nasabah yang bersangkutan.
 Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh Nasabah kepada Bank Syariah dan/atau UUS
berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dalam
bentuk Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
 Tabungan adalah Simpanan berdasarkan Akad wadi’ah atau Investasi dana berdasarkan Akad
mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya
hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat
ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
 Deposito adalah Investasi dana berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan Akad antara Nasabah Penyimpan dan Bank Syariah dan/atau UUS.
 Giro adalah Simpanan berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet
giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan.
 Investasi adalah dana yang dipercayakan oleh Nasabah kepada Bank Syariah dan/atau UUS
berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah
dalam bentuk Deposito, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Penyaluran Dana (Pembiayaan)  
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
 Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
 Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya
bittamlik;
 Transaksi jual beli dengan memperoleh keuntungan dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna;
 Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan
 Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan
pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. 
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan keuntungan, ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
Prinsip Operasi Bank Syariah
Bank Syariah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:
Persamaan komponen Bunga & Riba
Bunga Riba
Transaksi berdasarkan pinjaman (Qardh) Akad berdasarkan pinjaman (Qardh)
Tambahan ke atas pokok Tambahan ke atas pokok
Tambahan tersebut berbentuk nominal, prosentase Tambahan tersebut bisa berbentuk nominal, flat,
tetap (flat) dan atau majemuk. majemuk, barang dan atau manfaat.
Dalam bentuk prosentase, selalu dikaitkan
Prosentase tersebut dikaitkan dengan jumlah pokok
dengan jumlah pokok
Besarnya bunga dikaitkan dengan tempo Besarnya tambahan bisa dikaitkan dengan
pembayaran tempo pembayaran
Perbedaan Bunga & Bagi Hasil
Bunga Bagi Hasil
Bagi hasil hanya terjadi pada akad Bagi Hasil
Bunga biasanya terjadi dalam transaksi pinjaman
(Mudharabah & Musyarakah) bukan akad
(kredit) dan penghimpunan dana.
Pinjaman (Qardh).
Dana untuk pembayaran bunga bisa diambil dari Dana bagi hasil hanya bisa diambil dari hasil
penghasilan manapun pengelolaan dana tersebut.
Besarnya bagi hasil berdasarkan pada jumlah
Besarnya prosentase bunga dikaitkan dengan
keuntungan/pendapatan yang diperoleh dan
jumlah uang yang dipinjamkan
nisbah yang disepakati.
Bagi hasil adalah bagi untung dan bagi rugi.
Bunga harus tetap dibayar walaupun proyek
Kalau untung dibagi menurut nisbah dan kalau
merugi.
rugi ditanggung oleh penyandang dana.
Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat
Jumlah bagi hasil meningkat seiring dengan
sekalipun jumlah keuntungan proyek yang dibiayai
peningkatan jumlah keuntungan.
berlipat.
Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi
oleh semua agama termasuk Islam. hasil.
Perbedaan Bunga & Margin Keuntungan Bunga
Bunga Marjin Keuntungan
Bunga biasanya terjadi dalam transaksi pinjaman Marjin keuntungan  hanya terjadi pada akad jual
(kredit) dan penghimpunan dana beli.
Besarnya prosentase bunga dikaitkan dengan Prosentase marjin keuntungan didasarkan pada
jumlah uang yang dipinjamkan. kesepakatan antara pembeli dan penjual.
Marjin keuntungan adalah hak penjual dan
Bunga harus tetap dibayar walaupun proyek
merupakan bagian dari harga yang disepakati
merugi.
antara pembeli dan penjual.
Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) Tidak ada yang meragukan marjin keuntungan
oleh semua agama termasuk Islam. atas transaksi jual beli.
Perbedaan Bunga & Upah/Sewa (Ujrah)
Bunga Upah/Sewa (Ujrah)
Bunga biasanya terjadi dalam transaksi pinjaman Upah sewa  hanya terjadi pada akad Ijarah
(kredit) dan penghimpunan dana. (sewa menyewa).
Bunga biasanya berbentuk prosentase. Upah sewa biasanya berbentuk nominal.
Tidak ada yang meragukan upah ataupun sewa
Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam)
dalam transkasi sewa-menyewa atau upah-
oleh semua agama termasuk Islam.
mengupah.
1.   PENGERTIAN LEASING ( SEWA GUNA USAHA )
Istilah sewa guna usaha merupakan terjemahan yang diambil dari bahasa Inggris yaitu leasing yang
berasal dari kata lease berarti sewa atau lebih umum sebagai sewa-menyewa.
Secara umum Sewa Guna Usaha merupakan suatu equipment funding yaitu, suatu kegiatan pembiayaan
dalam bentuk peralatan atau barang modal pada perusahaan untuk digunakan dalam proses produkesi.
Menurut Amin Widjaja Tunggal , bahwa Leasing adalah Perjanjian (kontrak) antara lessor dan lesse
untuk menyewa suatu jenis barang modal tertentu yang dipilih/ditentukan oleh lesse. Hak ata pemilikan
barang modal tersebut ada pada lessor, adapun lessee hanya menggunakan barang modal tersebut
berdasarkan pembayaran uang sewa yang telah ditentukan dalam suatu jangka waktu tertentu.
Dalam SK bersama Menteri Keuangan, Perindustrian dan perdagangan No.122,No. 32 dan No. 30 tahun
1974 tentang perizinan usaha leasing dalam pasal 1 ayat 1 bahwa leasing adalah setiap kegiatan
pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan
dalam jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (opsi) bagi
perusahaan tersebut untuk membeli barang modal yang bersangkutan,atau memperpanjang jangka waktu
leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.
Dalam Keppres No. 9 tahun 1988 tentang lembaga pembiayaan pasal 1 ayat 1 bahwa leasing company
adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik
secara finance lease maupun operation lease untuk digunakan oleh penyewa guna usaha selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
Unsur-unsur leasing (sewa guna usaha) :
1.    Pembiayaan perusahaan;
2.    Penyediaan barang modal;
3.    Pembayaran sewa secara berkala;
4.    Jangka waktu tertentu;
5.    Adanya hak pilih (opsi) bagi lessee;
6.    Nilai sisa (residual value).
2.    PENGATURAN SEWA GUNA USAHA
Lembaga pembiayaan leasing secara formal masih relativ baru yaitu baru pada tahun 1974 dengan
dikeluarkannya surat Keputusan Menteri yaitu :
a.    Surat Keputusan bersama Menteri Keuangan Perdagangan dan Perindustrian No. 22, No. 32 dan No.
30 tahun 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing;
b.    Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 649 Tahun 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing;
c.    Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 650 tahun 1974.

Menurut Abdul Kadir Muhammad; bahwa sewa guna usaha sebagai salah satu bentuk bisnis
Pembiayan bersumber dari berbagai ketentuan Hukum;
a.    Segi Hukum Perdata
1.    Asas kebebasan berkontrak yaitu pasal 1320 KUHPerdata dan Pasal 1338 (1) KUHPerdata.
2.    Undang-Undang Dibidang Hukum Perdata;
a.    Perjanjian sewa-menyewa (pasal 1548-1580 KUHPerdata);
b.    Segi Perdata diluar KUHPerdata;
-    UU Persereoan;
-    UU Perkoperasian;
-    UU Pokok Agraria;
-    UU Perlindungan Konsumen.
b. Segi Hukum Publik
1. Undang-undang di bidanga hukum publik
a. UU No. 3 tahun 1983 tentang wajib daftar perusahaan;
b. UU No. 7 tahun 1992 jo UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan;
c. UU No. 8 tahun 1991 tentang Perpajakan;
d. UU No. 8 tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan;
e. UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
2. Peraturan Lembaga Pembiayaan
a. Keppres No. 61 tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan;
b. SK Mentri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata cara pelaksanaan
pembiayaan leasing.
c. Peraturan Khusus tentang sewa guna usaha, yaitu Keputusan Menteri Keuangan No. 1169 tahun 1991
tentang kegiatan usaha perjanjian sewa guna usaha.
3. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN SEWA GUNA USAHA
a. Keunggulan
1. Adanya fleksibilitas; Dalam hal dokomentasi, jaminan, struktur kontraknya, besar dan jangka waktu
pembayaran ansuran oleh lessee;
2. Biaya relative murah; prosedurnya sederhana;
3. Penghemat pajak;
4. Pengaturannya tidak terlalu kompleks sebagaiman kreditur bank;
5. Kriteria lessee yang longgar, dibandingkan dengan fasilitas kredit bank;
6. Resiko pemutusan kontrak, di beri kemudahan lessee untuk memutuskan kontrak;
7. Pembukuan yang lebih mudah;
8. Pembiayaan penuh;
9. Perlindungan dampak kemajuan teknologi.
b. Kelemahan;
a. Biaya bunga yang tinggi; karena perusahaan sewa guna usaha juga memperoleh biaya dari bank;
b. Biaya marginal tinggi; kedudukan lessor sebagai perantara antara penyedia dana (bank) dengan pihak
lessee;
c. Kurangnya perlindungan hukum;
d. Proses eksekusi yang sulit; dalam hal pembayaran cicilan macet.
4. PIHAK-PIHAK DALAM SEWA GUNA USAHA

1. Pihak Perusahaan Sewa Guna Usaha (lessor) adalah Pihak yang memberikan jasa pembiayaan untuk
pengadaan barang modal kepada pihak yang membutuhkannya;
2. Pihak penyewa guna usaha (lessee) adalah pihak yang memperoleh pembiayaan dari lessor;
3. Penjual (supplier) adalah perusahaan atau pabrikan sebagai pihak yang menyediakan atau menjual
barang modal yang dibutuhkan lessee;
4. Bank adalah sebagai sumber dana pembiayaan pihak lessor;
5. Asuransi adalah sebagai pihak yang menanggung resiko terhadap hal-hal yang dijanjikan antara lessor
dan lessee.
5. KLASIFIKASI SEWA GUNA USAHA
Dilihat dari teknik transaksi sewa guna usaha dapat dibedakan atas 2 jenis klasifikasi;
1.    Finance Lease; yaitu lessee menghubungi lessor untuk meilih, memesan, memeriksa, dan
memelihara barang modal yang dibutuhkan, selama masa sewa lessee membayar sewa secara berkala dari
jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayarn nilai sisa (residu value). Pada akhir kontrak ada hak opsi
atas barang modal untuk mengembalikan, membeli, atau memperpanjang masa kontraknya.
Adapun karakteristtik dari Finance Lease;
a.    Barang modal bisa dalam bentuk barang bergerak atau tidak bergerak yang berumur maksimum sama
dengan masa kegunaan ekonomis barang tersebut;
b.    Barang modal tetap milik lessor sampai berlakunya hak opsi;
c.    Jumlah sewa yang dibayar secara angsuran perbulan meliputi biaya perolehan barang ditambah biaya-
biaya lain dan keuntungan yang diharapkan lessor;
d.    Besarnya harga sewa dan hak opsi harus menutupi hrga barang ditambah keuntungan yang
diharapkan lessor;
e.    Jangka waktu berlakunya kontrak leasing relative panjang;
f.    Resiko biaya pemeliharaan, kerusakan, pajak, dan asuransi ditanggung oleh lessee;
g.    Kontrak sewa guna usaha tidak dapat di batalkan sepihak oleh lessor;
h.    Pada masa akhir kontrak lessee diberi hak opsi untuk mengembalikan atau membeli barang modal
tersebut atau memperpanjang masa kontrak.
Sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) dalam praktek ada beberapa bentuk variatif, yaitu;
1.    Direct Lease; true lease merupakan suatu bentuk transaksi sewa guna usaha dimana lessor membelu
transaksi sewa guna usaha dimana lessor membeli barang modal atas permintaan lessee kepada supplier,
kemudian disewa gunakan kepada lessee;
2.    Sela and lease back; merupakan jenis sewa guna usaha dengan mana barang modal sebenarnya
berasal dari lessee, kemudian di beli oleh lessor dan selanjutnya disewa kembali oleh lessee;
3.    Syndicate Lease; merupakan pembiayaan SGU yang dilakukan oleh lebih dari satu lessor atas suatu
barang modal yang diperlukan lessee. Hal ini terjadi apabila kemampuan dana lessor terbatas.
2.    Operation Lease
Merupakan jenis SGU dimana lessor hanya menyediakan barang modal untuk disewa oleh lessee dengan
tanpa adanya hak opsi di akhir masa kontrak. Oleh karena itu menghitung jumlah seluruh pembayaran
sewa secara angsuran tidak termasuk biaya yang dikeluarkan.
Adapun karakteristik operation lease yaitu;
1.    Operation lease biasanya dilakukan oleh pebrikan atau leveransir, karena biasanya mereka
mempunyai keahlian terhadap barang modal;

2.    Barang modal dalam operation lease biasanya berupa barang yang mudah terjual setelah kontrak
berakhir;
3.    Besarnya harga sewa lebih kecil dari pada harga barang ditambah keuntungan yang diharapkan;
4.    Harga sewa setiap bulannya pada umurnya dibayar dengan jumlah yang tetap;
5.    Segala resiko ekonomi atas barang modal ditanggung oleh lessor;
6.    Jangka waktu kontrak SGU relative lebih pendek lebih jika dibandingkan dengan umur ekonomis
barang modal;
7.    Kontrak sewa guna usaha dapat dibatalkan sepihak oleh lessee dengan mengembalikan barang modal
kepada lessor;
8.    Pada masa akhir kontrak SGU lessee tidak diberikan hak opsi sehingga wajib mengembalikan barang
modal kepada lessor.
Pengertian Dana PensiunSebelum mengetahui apa itu dana pensiun, perlu Anda ketahui bahwa pada
umumnya batas usia pensiun normal adalah 55 tahun dan usia pensiun wajib maksimum 60 tahun.Dalam
UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pemerintah tidak mengatur kapan saatnya pensiun dan
berapa Batas Usia Pensiun (BUP) untuk pekerja sektor swasta.Jadi selama ini ketentuan mengenai batas
usia pensiun ditetapkan dalam Perjanjian Kerja (PK), Peraturan Perusahaan (PP)/ Perjanjian Kerja
Bersama (PKB) atau Peraturan Perundangan yang berkaitan dengan masa pensiun menurut Pasal 154
huruf c UU Ketenagakerjaan.LLlu, apa yang dimaksud dengan dana pensiun adalah hak pekerja berupa
penghasilan yang diperoleh setelah bekerja selama sekian tahun dan memasuki usia pensiun.Dana ini
dapat diambil sekaligus secara langsung atau diambil setiap bulannya, tergantung kebijakan masing-
masing perusahaan.Perlu dicatat bahwa dana pensiun harus terdaftar secara hukum sehingga para
pesertanya tetap mendapat kepastian hukum dari program jaminan pensiun yang diikutinya.
Ketentuan & Undang-Undang
Ada 3 Undang-Undang yang mengatur mengenai uang pensiun, yaitu:UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan pasal 167 dan Pasal 156 Ayat 4UU ini menetapkan bahwa jika pengusaha telah
mengikutsertakan karyawan mereka pada program pensiun yang iurannya dibayarkan sepenuhnya oleh
perusahaan, maka karyawan tidak berhak lagi mendapatkan uang pesangon (pasal 156 ayat 2) dan uang
penghargaan masa kerja (pasal 156 ayat 3).Melainkan, karyawan tetap berhak atas uang penggantian hak
dengan ketentuan:
 Besar dana pensiun yang ada pada program dari perusahaan lebih kecil daripada jumlah 2 kali
uang pesangon dan 1 kali uang penghargaan masa kerja. Selisih dana tersebut akan dibayar oleh
perusahaan.
 Karyawan telah didaftarkan dalam program dana pensiun yang iurannya dibayarkan perusahaan
dan karyawan terkait. Karyawan tetap berhak mendapatkan uang pesangon sebesar selisih uang
pensiun yang didapat dari iuran yang dibayar perusahaan.

UU ini menetapkan bahwa jika perusahaan tidak mendaftarkan karyawannya yang mengalami pemutusan
hubungan kerja (PHK) dalam program dana pensiun, maka perusahaan wajib memberikan:
 Uang pesangon sebesar 2 kali (pasal 156 ayat 2)
 Uang penghargaan masa kerja 1 kali (pasal 156 ayat 3)
 Uang penggantian hak (pasal 156 ayat 4)
UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Dalam pasal 14 ditetapkan bahwa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang resmi bertanggung jawab
mengelola dana pensiun untuk sektor swasta adalah Jamsostek. Dana pensiun atau yang juga disebut
sebagai Jaminan Hari Tua (JHT) dapat dibayarkan sekaligus atau berkala.Karyawan yang berhak
menerima JHT ini adalah mereka yang telah mencapai usia 55 tahun atau mereka yang dinyatakan cacat
tetap oleh dokter (pasal 14 ayat 1). Jika karyawan bersangkutan meninggal dunia, maka dana JHT akan
diserahkan kepada pihak keluarga inti.
UU No. 11 tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai (Pegawai Negeri Sipil) dan Pensiun Janda/Duda
PegawaiSejumlah kebijakan yang diatur dalam UU ini adalah:
 Pegawai negeri sipil (PNS) dan anggota militer yang sudah memasuki usia pensiun berhak
mendapatkan tunjangan pensiun bulanan dan tunjangan hari tua yang dibayarkan sekaligus.
 Besar dana pensiun bulanan yang diberikan adalah 2,5% dari gaji bulanan dikalikan dengan
jumlah tahun pengabdian, sampai maksimum 80%.
 Jumlah dana pensiun secara keseluruhan yang diberikan merupakan jumlah tahun pengabdian,
gaji akhir dan 0,6%.
Jenis Dana Pensiun
Berdasarkan UU No. 11 tahun 1992, terdapat 2 jenis dana pensiun, yaitu:
 Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) yang dibentuk dan dikelola oleh perusahaan untuk
memberikan program dana pensiun bagi karyawannya.
 Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) yang didirikan oleh bank atau perusahaan asuransi
jiwa bagi masyarakat umum, baik karyawan maupun pekerja mandiri.
Manfaat Jaminan Pensiun
Pada dasarnya dana pensiun diberikan dengan tujuan memberikan jaminan pendapatan bulanan seumur
hidup bagi karyawan bersangkutan dan keluarga mereka. Tentu saja ada ketentuan yang harus dipenuhi
untuk bisa menerima dana ini, seperti:
 Pensiun hari tua, diterima karyawan yang pensiun sampai meninggal dunia
 Pensiun cacat, diterima karyawan bersangkutan akibat kecelakaan atau penyakit sampai
menginggal dunia
 Pensiun janda/duda, diterima oleh janda/duda ahli waris karyawan pensiunan bersangkutan
sampai meninggal dunia atau menikah lagi
 Pensiun anak, diterima anak sebagai ahli waris karyawan pensiunan bersangkutan sampai
menginjak umur 23 tahun, bekerja atau menikah
 Pensiun orang tua, diterima orang tua ahli waris karyawan pensiunan sampai batas waktu yang
ditentukan UU

Baca juga:  Cara Mendirikan PT & Syarat yang Harus Dilengkapi Terbaru 2019

Selain itu, pemberian dana pensiun juga bisa diterima ketika:


 Setelah memenuhi masa iuran minimal 15 tahun
 Jika karyawan pensiunan meninggal dunia pada masa pembayaran iuran tersebut, ahli waris tetap
berhak mendapatkan dana pensiun
Kelemahan Program Dana Pensiun
Selain manfaat dan kelebihan program dana pensiun seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tentu saja
program ini memiliki beberapa kelemahan.
 Perusahaan harus mengeluarkan banyak biaya bahkan menanggung resiko kekurangan dana.
 Tidak mudah mengelola administrasi dana pensiun.
 Banyaknya bermacam-macam kasus yang sulit untuk disesuaikan dengan ketentuan.
 Masih banyak perusahaan atau pebisnis yang tidak mempedulikan program ini untuk
karyawannya, sementara di sisi lain bukan hal yang mudah bagi pemerintah untuk memastikan
semua badan usaha (yang sesuai dengan ketentuan) untuk menjalankan program ini.

Anda mungkin juga menyukai