Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karna berkat rahmat dan

karunia-NYAlah sehingga kami masih di berikan kesehatan serta kekuatan di dalam

mengerjakan sekaligus menyelesaikan Hasil Hutan Non Kayu.

Kami menyadari di dalam pembuatan makalah ini, masih jauh dari tingkat kesempurnaan.

Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaannya sangat kami

harapkan. Mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Palu, Agustus 2016

Penulis
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Hutan sebagai salah satu sumber daya alam yang telah memberikan manfaat yang besar

bagi kehidupan manusia, sejak kehidupan primitif sampai dengan kehidupan modern. Dengan

semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan semakin meningkat pula

kemampuan manusia dalam memahami manfaat yang lebih besar dari keberadaan hutan,

diantaranya hutan dapat memberikan kontribusi yang besar baik yang berupa kayu maupun non

kayu. Namun kegiatan eksploitasi hutan dengan orientasi hasil kayu yang berlebihan seperti

perambahan menjadi ancaman yang merusak tatanan kehidupan sekelilingnya. Dengan kondisi

seperti itu hutan masih dapat memberikan manfaat berupa komoditi hasil hutan non kayu.

Hasil hutan non kayu yang banyak diusahakan oleh petani di Indonesia salah satunya

adalah lebah madu hutan, karena dapat menambah penghasilan yang sangat menguntungkan.

Khasiat madu sudah dikenal pada zaman dahulu kala dimana madu digunakan sebagai bahan

pemanis dan juga obat-obatan, ini yang membuat manusia ingin mengkonsumsi madu karena

memiliki manfaat yang sangat besar bagi kesehatan.

Kehidupan lebah madu hutan (Apis dorsata) sangat bergantung pada pakannya, karena

pakan merupakan salah satu faktor utama yang harus dipenuhi dalam kelangsungan hidupnya.

Pada saat musim kemarau dan tidak musim bunga, sumber nektar dan polen menjadi terbatas.

Kompetisi terjadi apabila dua spesies atau lebih memanfaatkan sumberdaya yang sama dalam

waktu yang sama (Oldroyd et al. 1992). Hal ini didukung oleh Johnson dan Hubbel (1975)

bahwa kompetisi dalam memperebutkan sumber pakan antar A. cerana dengan A. mellifera akan
terjadi apabila kondisi koloni dari spesies tesebut sama. Keberadaan A. mellifera akan

menggantikan dan mengurangi jumlah A. cerana dari sumber pakan (Thapa 2006).

Potensi tanaman pakan lebah madu di Indonesia diyakini cukup besar, tetapi belum banyak

informasi tentang tanaman-tanaman tersebut. Rusfidra (2006) menyatakan, sekitar 25.000

tanaman berbunga tumbuh dan berkembang baik di Indonesia, dan keragaman jenis tanaman

yang sangat besar itu memungkinkan ketersediaan nektar sepanjang tahun.

Agar menjaga keberadaan lebah tetap ada di dalam kawasan hutan maka yang perlu

dilakukan adalah menjaga pohon yang merupakan jenis pakan lebah, yaitu dengan tidak

melakukan penebangan pohon sembarangan yang dapat merusak habitat aslinya, juga

menggunakan teknik pemanenenan yang benar dan tidak melakukan pembakaran yang bisa saja

membuat lebah madu hutan (Apis dorsata) berpindah tempat atau mengalami kepunahan.

Perlindungan akan kelestarian hutan perlu ditingkatkan di mana hutan menghasilkan

vegetasi yang menjadi pakan lebah madu hutan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Mengenal salah satu hasil hutan Non kayu yaitu lebah madu hutan

2. Mempelajari kehidupan lebah madu hutan

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi keberadaan lebah madu hutan

1.3. Maksud dan Tujuan

Agar dapat mempelajari kehidupan dan faktor – faktor yang mempengaruhi keberadaan

dari lebah madu hutan.

1.4..     Metode Penulisan


Penyusun menggunakan ide pemikiran sendiri dan menggambil referensi dari buku
perpustakaan, serta mendownload artikel dari web.
II. DASAR TEORI

Gambaran Umum Lebah Madu

Lebah termasuk serangga bersayap dan merupakan keluarga yang bersifat sosial. Lebah

madu termasuk golongan serangga berdarah dingin, sehingga dalam aktifitas kehidupan

dipengaruhi perubahan suhu sekitarnya. Pada suhu 33C-34C merupakan suhu optimal bagi lebah

dalam melakukan kegiatannya. Di Indonesia, temperatur rata-rata 26C, sehingga belum

mengganggu kehidupan lebah. Lebah madu tergolong pada suku Apidae (Samadi, 2004).

Sebagai serangga sosial, lebah dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu yang hidup

soliter dan yang hidup berkoloni. Yang hidup soliter lebih banyak jenisnya dibandingkan dengan

yang berkoloni. Lebah berkoloni adalah lebah yang hidup bersama dalam suatu kelompok besar

dan membentuk suatu masyarakat. Setiap anggotanya tidak bisa dipisahkan dari anggota lainnya

(Sarwono, 2001). Menurut Borror dan Dellong (1954) dalam Yatap (1998), taksonomi lengkap

lebah madu adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia
Super Phylum : Invertebrata
Phylum (Divisio) : Arthropoda
Sub Phylum : Mandibulata
Kelas : Insecta (Hexapoda)
Ordo : Hymnenopetra
Suku : Apidae
Sub suku : Apoidae
Genera : Apis
Jenis : Apis cerana, Apis mellifera, Apis dorsta, Apis florae
Jenis lebah sangat banyak sedangkan yang paling umum dikenal yaitu jenis lebah madu:

Apis mellifica atau sering disebut dengan Apis mellifera, apis indica atau sering disebut juga

Apis mellifera indica atau Apis cerena, Apis dorsata, Apis florae, dan Trigona (Arminudin

2007).
III. PEMBAHASAN

3.1. Pengenalan Lebah Hutan

Lebah madu Apis dorsata hanya berkembang di kawasan sub-tropis dan tropis Asia,

seperti Indonesia, philipina, dan pulau-pulau lainya. Apis dorsata tidak ditemukan di luar Asia.

Sejak jaman dahulu, madu dari lebah ini telah di perdagangkan sebagai madu hutan yang

terkenal di kawasan Asia. Sarang Apis dorsata di bangu secara tunggal dengan jumlah sisiran

sarang hanya selembar. Sarang tersebut di gantung di cabang pohon, tebing, batuan, atau pada

celah-celah bangunan. Ukuran sarang bervariasi dengan ukuran terpanjang dan tertinggi dapat

mencapai dua meter. Oleh karana keagresifan dan keganasaanya, sampai sekarang Apis dorsata

belum berhasil di budidayakan. Produksi madu sangat bervariasi, tergantung musim dan

komposisi populasi dalam koloni.

Di Indonesia lebah ini tersebar hampir di seluruh kepulauan. Madu alam yang banyak

dihasilkan dari Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian, dan Pulau-pulau di Nusa Tengara

Barat (NTB) serta Nusa Tengara Timur (NTT) berasal dari lebah A. dorsata. Sarang lebah

menggantung pada dahan pohon yang tinggi di hutan primer maupun hutan sekunder. Lebah

jenis ini juga merupakan penghasil madu yang cukup potensial. Suatu penelelitian di sulawesi

menunjukan bahwa produktivitas madu mencapai puncaknya pada saat berbunganya pohon

Eucalyptus yang hampir mendominasi kawasan hutan diseluruh Sulawesi.

Jenis lebah hutan hidup dihutan yang jauh dari pemukiman penduduk yaitu pada pohon-

pohon yang tinggi dengan kanopi sedikit terbuka. Biasanya pohon yang dihinggapi atau sebagai

habitat lebah hutan ini disebut “sialang”. Jenis-jenis pohon yang biasa sebagai habitat lebah
antara lain: Kempas (Koompassia spp), Shorea (Shorea sp), Rengas (Gluta renghas), Beringin

(Ficus sp), Keruing (dipterocarpus sp), Pulai (Alstonia sp), Pudak Air (Gonoithalamus sp),

Jelutung (Alstonia sp), Asam (Tamarindus Indica), Angsana (Pterocarpus indica), Eucaliptus

(Eucalyptus sp).

3.2. Kehidupan Lebah Madu

Koloni lebah mempunyai sifat polimorfisme, yaitu setiap anggota koloni mempunyai

keunikan anatomi, fisiologis dan fungsi biologis yang berbeda satu golongan dengan golongan

yang lainnya. Setiap koloni (keluarga) lebah biasanya dihuni oleh tiga kasta lebah yang

mempunyai tugas sendiri-sendiri. Pembagian tugas tersebut berjalan sesuai dengan fungsinya

masing-masing. Ketiga kasta lebah tersebut adalah lebah ratu (queen), lebah jantan (drones) dan

lebah pekerja (worker bees). Menurut Warisno (1996) setiap koloni lebah biasanya dihuni oleh

tiga macam lebah. Ketiga macam lebah tersebut terdiri dari ratu lebah, lebah jatan dan lebah

pekerja

1. Ratu Lebah

Ratu lebah mempunyai ukuran tubuh dua kali panjang lebah pekerja dan lebah jantan. Tugas

wajibnya adalah bertelur terus-menerus sampai kemampuan bertelur berakhir. Ratu lebah

mampu bertelur sebanyak 1000-2000 butir telur perhari. Umurnya dapat mencapai 3-5 tahun.

Dalam satu koloni lebah madu hanya ada seekor ratu lebah.

Setiap meninggalkan sarangnya, ratu lebah selalu diikuti oleh ribuan lebah lainnya, baik

lebah jantan maupun lebah pekerja. Selain itu, ratu lebah juga mampu mengeluarkan bau yang

spesifik yang dapat menarik lebah-lebah lainnya (Warisno, 1996).

Setiap koloni lebah dalam periode tertentu akan mengalami pergantian, dimana ratu baru

yang dihasilkan akan mempunyai kemampuan menghasilkan telur lebih tinggi. Terbentuknya
ratu baru didasarkan pada keadaan sebagai berikut : koloni sudah terlalu padat, kemampuan ratu

lama dalam menghasilkan telur sudah terlalu rendah atau ratu lama mati. Pergantian ratu lama

menghasilkan telur sudah terlalu rendah atau ratu lama mati. Pergantian ratu baru diawali

dengan pembentukan sel ratu yang baru. Pada saat ratu baru ini lahir, ratu lama akan keluar dari

sarang dan diikuti dengan sebagian koloninya (The Nature Conservacy, 1997).

Bila terjadi induk lebah baru (ratu baru) dari telur yang menetas, maka segera induk lebah

(ratu) tersebut memisahkan diri dan membentuk koloni lebah yang baru (Warisno, 1996).

2. Lebah Jatan

Bentuk badan lebah jantan lebih besar dari lebah pekerja, tetapi lebih kecil daripada ratu

lebah. Lebah jantan tidak mempunyai sengat sehingga tidak dapat menyengat (Warisno, 1996).

Lebah jantan memiliki corak berwarna hitam, sekutelum dan segmen pada abdomennya

berwarna hitam kecoklatan. Lebah jantan tidak mempunyai sengat, tidak mempunyai organ

untuk mengumpulkan tepung sari (pollen basket), probosis lebih pendek dari lebah pekerja dan

mata lebih besar. Lebah jantan berasal dari telur yang tidak di buahi jumlahnya berasal dari

beberapa puluh sampai beberapa ratus dalam satu koloni. Lebah jantan hanya berfunsi

mengawini lebah ratu dan diberi makan oleh lebah pekerja karena tidak mampu mencerna

makanan.

Lebah jantan merupakan kasta lebah yang mempunyai peranan paling sedikit. Mereka hanya

mau keluar dari sarang pada saat hari cerah, dan hanya terbang tinggi jika ingin mengawini ratu.

Kejantanan lebah jantan yang jumlahnya cukup banyak tidak termanfaatkan secara optimal. Pada

musim yang sulit dimana lebah pekerja sulit mendapatkan makanan di alam, lebah pekerja akan
membunuh lebah jantan. Hal ini dimaksudkan agar koloni dapat bertahan hidup dengan

terbatasnya jumlah makanan di alam (The Nature Conservacy, 1997).

Di dalam satu koloni lebah terdapat beberapa ratus lebah jantan, yakni rata-rata sekitar 200

ekor (Warisno, 1996). Lebah jantan yang terbang bersuara keras, bahkan dapat menimbulkan

kebisingan. Lebah jantan hanya sering hilir mudik saja di dalam sarang lebah. Bila cuaca siang

hari cukup panas lebah jantan akan terbang keluar sarang untuk berusaha mengawini ratu lebah

(Sumoprastowo dan Suprapto, 1993).

3. Lebah Pekerja

Bentuk badan lebah pekerja paling kecil dibandingkan dengan lebah jantan dan ratu lebah.

Lebah pekerja dikenal juga sebagai lebah lapangan yang bertugas mencari nektar, pollen dan air

yang dilakukan mulai pagi hari hingga matahari terbenam (Warisno, 1996). Lebah ini dapat

mengidentifikasi letak pakan serta dapat memilih bunga yang mengandung nektar paling banyak.

Kemampuan terbangnya dapat mencapai radius 2-3 km. Kecepatan terbangnya sewaktu

berangkat bekerja sekitar 65 km per jam, dan ketika membawa beban kira-kira seberat ¾ kali

badannya ia masih mampu terbang dengan kecepatan sekitar 35 km per jam. Aktivitas Apis

cerana mencari pakan pada bunga Fagopyrum asculentum di Kirtipur, Kathmandu dimulai pukul

06.14 dan berhenti pada pukul 17.28. Puncak aktivitas Apis cerana mecari pakan terjadi pada

pukul 08.30-11.30 dan 11.30-14.30 (Singh 2008).

Lebah pekerja adalah lebah betina yang organ reproduksinya tidak berkembang sempurna.

Lebah pekerja yang mengatur segala hal di dalam sarang disebut lebah rumah tangga, sedang

tugas di luar sarang menjadi tanggung jawab lebah lapangan. Jenis tugas yang harus dikerjakan

oleh lebah pekerja dipengaruhi oleh keadaan anatomi dan fisik lebah, rangsangan lingkungan dan
ketentuan koloni dalam melakukan tugas yang dilakukan pada saat tertentu tegantung pada umur

sejak keluar dari pupa (Damayanti E. 2008).

Keistimewaan lain dari lebah pekerja adalah kemampuannya untuk mengenali jalan yang

telah dilewati sehingga lebsah pekerja tidak akan tersesat saat mengumpulkan nektar, polen dan

air. Hal ini disebabkan lebah mempunyai alat pembau (home sense) yang sangat kuat untuk

dapat kembali ke sarangnya (Sumoprastowo dan Suprapto, 1993). Pembagian tugas lebah

pekerja sesuai umurnya dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pembagian Tugas Lebah Pekerja

Umur (hari) Tugas


3 Membersihkan sarang

4-9 Merawat dan menyuapi larva

10 - 16 Membangun sel sarang

17 - 19 Menerima nektar dan pollen yang dibawa lebah pekerja

lapangan untuk disimpan

20 Menjaga sarang dari musuh-musuhnya

21- mati Menjadi lebah lapangan untuk mencari nektar, pollen dan air
Sumber : Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, 1996

Sistem pembagian pekerjaan berdasarkan umur seperti pada table 1, tidak berlaku mutlak.

Pada musim bunga berlimpah, lebah yang bertugas sebagai pengumpul nektar dimulai pada umur

14 - 18 hari, dengan konsekuensi umurnya menjadi lebih pendek. Selain itu, pada kondisi lain,

bila koloni kekurangan lebah pekerja muda sebagai perawat larva, tugas perawat dapat diambil

alih oleh lebah pekerja lapangan (Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, 1996).

3.3. Siklus Hidup


Siklus hidup lebah madu adalah adalah siklus hidup sempurna (holometabola) dengan urutan

sebagai berikut; telur, ulat/larva, kepompong/pupa dan dewasa. Siklus hidup setiap jenis lebah

madu memiliki lama yang berbeda tergantung dengan jenisnya. Secara ringkas waktu yang

dibutuhkan dalam perkembangan lebah madu dari stadium telur hingga dewasa ditampilkan pada

tabel 2.

Tabel 2. Siklus Hidup Lebah Madu.

Tingkat Kehidupan Ratu Pekerja Pejantan

(Stadium) (hari) (hari) (hari)


Telur 3 3 3

Larva (anakan) 5 5 7

Pupa 8 13 14

Dewasa 21 16 24
Sumber : Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, 1996

3.4. Pakan Lebah Madu Hutan

Pakan lebah madu hutan terdiri atas nektar, tepung sari, dan air. Nektar adalah suatu zat

yang memiliki susunan sangat kompleks yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar nektaria dalam

bunga, berbentuk larutan gula yang pekat dan terdiri atas larutan gula-gula monosakarida

terutama glukosa, fruktosa, dan disakarida (sukrosa) serta senyawa organik lainnya. Apabila

cairan nektar tersebut diisap oleh lebah madu maka zat-zat tersebut akan mengalami proses

menjadi madu. Faktor-faktor lingkunggan yang mempengaruhi aktivitas mencari pakan antara

lain: ketinggian, temmperatur udara, intesitas cahaya, kelembapan udara, kecepatan angin, dan

curah hujan (Faheem et al. 2004)


Nektar adalah suatu senyawa kompleks yang dihasilkan oleh kelenjar “necteritier” tanaman

dalam bentuk larutan gula dengan konsentrasi yang berfariasi. Komponen utama dari nektar

adalah sukrosa, fruktosa, dan glukosa disamping terdapat juga dalam jumlah sedikit zat-zat gula

lainnya. Zat-zat lain yang jumlahnya sangat sedikit juga terdapat seperti asam-asam organik,

resin, protein, garam, dan mineral. Tepung sari sangat besar peranannya bagi serangga, karena

merupakan sumber gizi utamanya, disamping air dan karbohidrat yang diperlukan oleh serangga

(Winarno, 1982).

Rahman (1992) dalam Luky Lucia Purnama (2011), menyatakan bahwa semua jenis-jenis

tanaman sumber pakan lebah di daerah tropika terdapat di dalam tipe-tipe sebagai berikut :

1. Hutan hujan tropika dataran rendah. Vegetasi hutan ini biasanya sangat kaya akan jenis

dan iklim yang hampir-hampir tidak mengalami musim kering, memungkinkan lebah

mendapatkan nektar dan pollen sepanjang tahun. Jenis-jenis anggota durio merupakan

tanaman sumber pakan lebah yang paling penting.

2. Hutan pegunungan tropika. Jenis-jenis yang penting pada tipe hutan ini adalah anggota

famili Mimosaceae, Paraserianthes sp, dan lain-lain.

3. Vegetasi savana dan hutan monsoon. Vegetasi ini banyak terdapat di Indonesia, bagian

timur seperti Sumbawa dan NTT, dimana daerah ini mempunyai musim kering yang

sangat panjang dan banyak pohon-pohon luruh daun. Jenis Tamarinus indica banyak

dijumpai pada tipe ini dan merupakan pakan lebah yang penting.

4. Hutan payau atau mangrove. Dari segi pemeliharaan lebah madu, di antara hutan-hutan

rawa, hutan mangrove dianggap yang penting. Di Pantai British Guiana dan Florida,

Genus Avicennia merupakan jenis tumbuhan utama sebagai sumber utama pakan lebah

madu.
5. Vegetasi lain, disamping jenis-jenis tanaman yang tumbuh secara alami, masih banyak

lagi jenis tanaman yang tumbuh secara alami, masih banyak lagi tanaman sumber pakan

lebah yang merupakan tanaman budidaya maupun tumbuhan liar lainnya. Jenis-jenis

biasa yang ditanam oleh kehutanan antara lain Eucalyptus alba dan Paraserianthes sp.

Keserasian suatu habitat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suplai makanan dan

air hendaknya selalu tersedia bagi satwa di dalam habitat aslinya. Jika kedua komponen habitat

ini tidak ada ataupun kurang persediaannya dari jumlah yang dibutuhkan sebagai tempat untuk

berlindung dari serangan predator dan tempat untuk berkembang biak (Alikodra dalam Labiro,

2001).

3.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberadaan Lebah Madu Hutan

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberadaan lebah madu dalam kaitannya

dengan kontinuitas dan kelangsungan hidupnya. Diantaranya adalah faktor ketersediaan pakan,

iklim, kebutuhan air dan ada tidaknya gangguan. Masing-masing faktor tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut :

a. Ketersediaan Pakan

Lebah madu sebagaimana mahluk hidup lainnya memerlukan makan untuk

mempertahankan hidupnya. Sumber pakan bagi lebah madu sebagian besar dihasilkan oleh

tanaman, yaitu berupa pollen (tepung sari) dan nektar (cairan manis di bunga) atau ekstrafloral

(cairan manis pada bagian tanaman selain bunga). Jenis-jenis bagian tanaman yang dapat

menghasilkan pakan bagi lebah dinamakan pakan lebah (Perum Perhutani Jakarta, 1992).

b. Kebutuhan Air
Di daerah tropis dimana musim kemarau panjang, sumber nektar dan air sangat kurang,

koloni akan pindah ketempat lain yang lebih subur. Sama halnya dengan cukup persediaan

makanan tetapi tidak ada air, koloni juga tidak suka tinggal di tempat itu. Tiap koloni

memerlukan air sebanyak setengah liter sehari (Sumoprastowo dan Suprapto, 1993).

Air merupakan kebutuhan pokok lebah selain polen dan nektar. Air diperlukan untuk

melarutkan dan mencampur senyawa-senyawa dan garam-garam organik didalam sarang

sebelum dimanfaatkan oleh larva (Gery 1992 dalam Anendra 2010).

c. Iklim

Secara langsung maupun tidak langsung, iklim mempengaruhi aktifitas hidup seperti

mencari makan, perkembangan populasi lebah madu hutan perawatan keturunan serta

mempengaruhi tanaman yang dapat menjadi sumber pakan lebah.

d. Pohon-Pohon dan Jenis Tanaman yang Menjadi Pakan Lebah Madu

Jenis-jenis pohon maupun tanaman yang menjadi pakan lebah madu ialah: Enau, asam,

belimbing, kembang pengantin, jagung, kedelai, cempaka, padi, jeruk, kacang tanah, kelapa,

pisang, salam, ketimun, Durian, tomat, kosambi, rambutan, kopi, dan kapok ( Teguh Hariyanto,

2011).

e. Hama dan Penyakit

Gangguan yang dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup lebah dapat berupa hama,

penyakit atau mahluk hidup lain seperti manusia atau binatang besar. Hama yang sering

mengganggu adalah semut, kecoak, ngengat lilin, dan laba-laba. Sedangkan untuk

mempertahankan koloni juga di dukung juga dengan keberadaan lebah penyengat (stinger) lebah
penyengat memiliki usia rata-rata 19 hari. Lebah ini akan memberikan respon terhadap adanya

ganggguan dari luar (Breed et al. 2004).

IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Perlebahan memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi masyarakat karena

menghasilkan produk pangan yang berkualitas untuk meningkatkan gizi dan dan

penghasilan masyarakat.

2. Lebah merupakan ternak yang memiliki metamorphosis lengkap, sehingga terdapat empat

tahap kehidupan yaitu : telur, larva (berbentuk ulat), pupa (kepompong), dan imago

(lebah dewasa).

3. Makanan pokok lebah yaitu serbuksari (pollen), nektar (larutan gula yang berasal dari

tanaman) dan honeydew atau nambur madu. Bagi lebah, serbuk sari adalah sumber

protein, sementara nektar adalah sumber karbohidrat

4. Faktor yang mempengaruhi keberadaan dari lebah madu adalah Ketersediaan Pakan,

Kebutuhan Air, Iklim, Pohon-Pohon atau Jenis Tanaman yang Menjadi Pakan Lebah

Madu, Hama dan Penyakit.

4.2 Saran

Mengingat peran dan manfaat lebah madu yang sangat besar, maka keberadaannya perlu

dijaga dan pemanfaatannya perlu ditingkatkan. Serta perlu menjaga kelestarian tanaman dan

pohon penghasil pakan lebah madu seperti bunga.


DAFTAR PUSTAKA

Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, 1996. Petunjuk Pengusahaan Ternak Lebah Madu (Apis
cerana dan Apis mellifera). Biro Produksi Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, Surabaya.

Perum Perhutani Jakarta, 1992. Petunjuk Praktis Budidaya Lebah Madu (Apis cerana). PHT,
Jakarta.

Rusfidra A. 2006. Tanaman Pakan Lebah Madu.


http://www.bunghata.info/content.php.article.141.2. [16 juli 2006].

Samadi, B., 2004. Budidaya Lebah Madu. Aneka Ilmu. Semarang

Sarwono, B., 2001. Lebah Madu. Agromedia Pustaka. Jakarta

Sidiyasa., 2006. Hutan Desa Setulung Dan Sengayan Malinau, Kalimantan Timur. Center For
International Forestry Reserch (CIFOR). Bogor.

Sihombing, D.T.H., 1997. Ilmu Ternak Lebah Madu. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Segianto, A., 1994. Ekologi Kuantitatif. Usaha Nasyonal. Surabaya.

Sumoprastowo, C. D. A. Dan Suprapto, B. A., 1993. Beternak Lebah Madu Penerbit Bharata
Niaga Media, Jakarta.

Teguh Hariyanto, 2011. Budi Daya Lebah Madu. Caraka Darma Aksara, Mataram, Nusa Tengara Barat.

Thapa RB. 2006. Honeybees and other insect pollinators of cultivated plants: A review. J Ints
Agric Anim Sci 27:1-23.

The Nature Conservacy, 1997. Materi Pelatihan Pemeliharaan Lebah Madu. Palu Field Office,
Palu.

Warisno, 1996. Budidaya Lebah Madu. Kanisius, Yogyakarta.

Winarno, F. G., 1982. Madu Teknologi dan Khasiat. Graha Indonesia, Bandung

Anda mungkin juga menyukai