Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karna berkat rahmat dan
Kami menyadari di dalam pembuatan makalah ini, masih jauh dari tingkat kesempurnaan.
Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaannya sangat kami
Penulis
I. PENDAHULUAN
Hutan sebagai salah satu sumber daya alam yang telah memberikan manfaat yang besar
bagi kehidupan manusia, sejak kehidupan primitif sampai dengan kehidupan modern. Dengan
semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan semakin meningkat pula
kemampuan manusia dalam memahami manfaat yang lebih besar dari keberadaan hutan,
diantaranya hutan dapat memberikan kontribusi yang besar baik yang berupa kayu maupun non
kayu. Namun kegiatan eksploitasi hutan dengan orientasi hasil kayu yang berlebihan seperti
perambahan menjadi ancaman yang merusak tatanan kehidupan sekelilingnya. Dengan kondisi
seperti itu hutan masih dapat memberikan manfaat berupa komoditi hasil hutan non kayu.
Hasil hutan non kayu yang banyak diusahakan oleh petani di Indonesia salah satunya
adalah lebah madu hutan, karena dapat menambah penghasilan yang sangat menguntungkan.
Khasiat madu sudah dikenal pada zaman dahulu kala dimana madu digunakan sebagai bahan
pemanis dan juga obat-obatan, ini yang membuat manusia ingin mengkonsumsi madu karena
Kehidupan lebah madu hutan (Apis dorsata) sangat bergantung pada pakannya, karena
pakan merupakan salah satu faktor utama yang harus dipenuhi dalam kelangsungan hidupnya.
Pada saat musim kemarau dan tidak musim bunga, sumber nektar dan polen menjadi terbatas.
Kompetisi terjadi apabila dua spesies atau lebih memanfaatkan sumberdaya yang sama dalam
waktu yang sama (Oldroyd et al. 1992). Hal ini didukung oleh Johnson dan Hubbel (1975)
bahwa kompetisi dalam memperebutkan sumber pakan antar A. cerana dengan A. mellifera akan
terjadi apabila kondisi koloni dari spesies tesebut sama. Keberadaan A. mellifera akan
menggantikan dan mengurangi jumlah A. cerana dari sumber pakan (Thapa 2006).
Potensi tanaman pakan lebah madu di Indonesia diyakini cukup besar, tetapi belum banyak
tanaman berbunga tumbuh dan berkembang baik di Indonesia, dan keragaman jenis tanaman
Agar menjaga keberadaan lebah tetap ada di dalam kawasan hutan maka yang perlu
dilakukan adalah menjaga pohon yang merupakan jenis pakan lebah, yaitu dengan tidak
melakukan penebangan pohon sembarangan yang dapat merusak habitat aslinya, juga
menggunakan teknik pemanenenan yang benar dan tidak melakukan pembakaran yang bisa saja
membuat lebah madu hutan (Apis dorsata) berpindah tempat atau mengalami kepunahan.
1. Mengenal salah satu hasil hutan Non kayu yaitu lebah madu hutan
Agar dapat mempelajari kehidupan dan faktor – faktor yang mempengaruhi keberadaan
Lebah termasuk serangga bersayap dan merupakan keluarga yang bersifat sosial. Lebah
madu termasuk golongan serangga berdarah dingin, sehingga dalam aktifitas kehidupan
dipengaruhi perubahan suhu sekitarnya. Pada suhu 33C-34C merupakan suhu optimal bagi lebah
mengganggu kehidupan lebah. Lebah madu tergolong pada suku Apidae (Samadi, 2004).
Sebagai serangga sosial, lebah dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu yang hidup
soliter dan yang hidup berkoloni. Yang hidup soliter lebih banyak jenisnya dibandingkan dengan
yang berkoloni. Lebah berkoloni adalah lebah yang hidup bersama dalam suatu kelompok besar
dan membentuk suatu masyarakat. Setiap anggotanya tidak bisa dipisahkan dari anggota lainnya
(Sarwono, 2001). Menurut Borror dan Dellong (1954) dalam Yatap (1998), taksonomi lengkap
Kingdom : Animalia
Super Phylum : Invertebrata
Phylum (Divisio) : Arthropoda
Sub Phylum : Mandibulata
Kelas : Insecta (Hexapoda)
Ordo : Hymnenopetra
Suku : Apidae
Sub suku : Apoidae
Genera : Apis
Jenis : Apis cerana, Apis mellifera, Apis dorsta, Apis florae
Jenis lebah sangat banyak sedangkan yang paling umum dikenal yaitu jenis lebah madu:
Apis mellifica atau sering disebut dengan Apis mellifera, apis indica atau sering disebut juga
Apis mellifera indica atau Apis cerena, Apis dorsata, Apis florae, dan Trigona (Arminudin
2007).
III. PEMBAHASAN
Lebah madu Apis dorsata hanya berkembang di kawasan sub-tropis dan tropis Asia,
seperti Indonesia, philipina, dan pulau-pulau lainya. Apis dorsata tidak ditemukan di luar Asia.
Sejak jaman dahulu, madu dari lebah ini telah di perdagangkan sebagai madu hutan yang
terkenal di kawasan Asia. Sarang Apis dorsata di bangu secara tunggal dengan jumlah sisiran
sarang hanya selembar. Sarang tersebut di gantung di cabang pohon, tebing, batuan, atau pada
celah-celah bangunan. Ukuran sarang bervariasi dengan ukuran terpanjang dan tertinggi dapat
mencapai dua meter. Oleh karana keagresifan dan keganasaanya, sampai sekarang Apis dorsata
belum berhasil di budidayakan. Produksi madu sangat bervariasi, tergantung musim dan
Di Indonesia lebah ini tersebar hampir di seluruh kepulauan. Madu alam yang banyak
dihasilkan dari Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian, dan Pulau-pulau di Nusa Tengara
Barat (NTB) serta Nusa Tengara Timur (NTT) berasal dari lebah A. dorsata. Sarang lebah
menggantung pada dahan pohon yang tinggi di hutan primer maupun hutan sekunder. Lebah
jenis ini juga merupakan penghasil madu yang cukup potensial. Suatu penelelitian di sulawesi
menunjukan bahwa produktivitas madu mencapai puncaknya pada saat berbunganya pohon
Jenis lebah hutan hidup dihutan yang jauh dari pemukiman penduduk yaitu pada pohon-
pohon yang tinggi dengan kanopi sedikit terbuka. Biasanya pohon yang dihinggapi atau sebagai
habitat lebah hutan ini disebut “sialang”. Jenis-jenis pohon yang biasa sebagai habitat lebah
antara lain: Kempas (Koompassia spp), Shorea (Shorea sp), Rengas (Gluta renghas), Beringin
(Ficus sp), Keruing (dipterocarpus sp), Pulai (Alstonia sp), Pudak Air (Gonoithalamus sp),
Jelutung (Alstonia sp), Asam (Tamarindus Indica), Angsana (Pterocarpus indica), Eucaliptus
(Eucalyptus sp).
Koloni lebah mempunyai sifat polimorfisme, yaitu setiap anggota koloni mempunyai
keunikan anatomi, fisiologis dan fungsi biologis yang berbeda satu golongan dengan golongan
yang lainnya. Setiap koloni (keluarga) lebah biasanya dihuni oleh tiga kasta lebah yang
mempunyai tugas sendiri-sendiri. Pembagian tugas tersebut berjalan sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Ketiga kasta lebah tersebut adalah lebah ratu (queen), lebah jantan (drones) dan
lebah pekerja (worker bees). Menurut Warisno (1996) setiap koloni lebah biasanya dihuni oleh
tiga macam lebah. Ketiga macam lebah tersebut terdiri dari ratu lebah, lebah jatan dan lebah
pekerja
1. Ratu Lebah
Ratu lebah mempunyai ukuran tubuh dua kali panjang lebah pekerja dan lebah jantan. Tugas
wajibnya adalah bertelur terus-menerus sampai kemampuan bertelur berakhir. Ratu lebah
mampu bertelur sebanyak 1000-2000 butir telur perhari. Umurnya dapat mencapai 3-5 tahun.
Dalam satu koloni lebah madu hanya ada seekor ratu lebah.
Setiap meninggalkan sarangnya, ratu lebah selalu diikuti oleh ribuan lebah lainnya, baik
lebah jantan maupun lebah pekerja. Selain itu, ratu lebah juga mampu mengeluarkan bau yang
Setiap koloni lebah dalam periode tertentu akan mengalami pergantian, dimana ratu baru
yang dihasilkan akan mempunyai kemampuan menghasilkan telur lebih tinggi. Terbentuknya
ratu baru didasarkan pada keadaan sebagai berikut : koloni sudah terlalu padat, kemampuan ratu
lama dalam menghasilkan telur sudah terlalu rendah atau ratu lama mati. Pergantian ratu lama
menghasilkan telur sudah terlalu rendah atau ratu lama mati. Pergantian ratu baru diawali
dengan pembentukan sel ratu yang baru. Pada saat ratu baru ini lahir, ratu lama akan keluar dari
sarang dan diikuti dengan sebagian koloninya (The Nature Conservacy, 1997).
Bila terjadi induk lebah baru (ratu baru) dari telur yang menetas, maka segera induk lebah
(ratu) tersebut memisahkan diri dan membentuk koloni lebah yang baru (Warisno, 1996).
2. Lebah Jatan
Bentuk badan lebah jantan lebih besar dari lebah pekerja, tetapi lebih kecil daripada ratu
lebah. Lebah jantan tidak mempunyai sengat sehingga tidak dapat menyengat (Warisno, 1996).
Lebah jantan memiliki corak berwarna hitam, sekutelum dan segmen pada abdomennya
berwarna hitam kecoklatan. Lebah jantan tidak mempunyai sengat, tidak mempunyai organ
untuk mengumpulkan tepung sari (pollen basket), probosis lebih pendek dari lebah pekerja dan
mata lebih besar. Lebah jantan berasal dari telur yang tidak di buahi jumlahnya berasal dari
beberapa puluh sampai beberapa ratus dalam satu koloni. Lebah jantan hanya berfunsi
mengawini lebah ratu dan diberi makan oleh lebah pekerja karena tidak mampu mencerna
makanan.
Lebah jantan merupakan kasta lebah yang mempunyai peranan paling sedikit. Mereka hanya
mau keluar dari sarang pada saat hari cerah, dan hanya terbang tinggi jika ingin mengawini ratu.
Kejantanan lebah jantan yang jumlahnya cukup banyak tidak termanfaatkan secara optimal. Pada
musim yang sulit dimana lebah pekerja sulit mendapatkan makanan di alam, lebah pekerja akan
membunuh lebah jantan. Hal ini dimaksudkan agar koloni dapat bertahan hidup dengan
Di dalam satu koloni lebah terdapat beberapa ratus lebah jantan, yakni rata-rata sekitar 200
ekor (Warisno, 1996). Lebah jantan yang terbang bersuara keras, bahkan dapat menimbulkan
kebisingan. Lebah jantan hanya sering hilir mudik saja di dalam sarang lebah. Bila cuaca siang
hari cukup panas lebah jantan akan terbang keluar sarang untuk berusaha mengawini ratu lebah
3. Lebah Pekerja
Bentuk badan lebah pekerja paling kecil dibandingkan dengan lebah jantan dan ratu lebah.
Lebah pekerja dikenal juga sebagai lebah lapangan yang bertugas mencari nektar, pollen dan air
yang dilakukan mulai pagi hari hingga matahari terbenam (Warisno, 1996). Lebah ini dapat
mengidentifikasi letak pakan serta dapat memilih bunga yang mengandung nektar paling banyak.
Kemampuan terbangnya dapat mencapai radius 2-3 km. Kecepatan terbangnya sewaktu
berangkat bekerja sekitar 65 km per jam, dan ketika membawa beban kira-kira seberat ¾ kali
badannya ia masih mampu terbang dengan kecepatan sekitar 35 km per jam. Aktivitas Apis
cerana mencari pakan pada bunga Fagopyrum asculentum di Kirtipur, Kathmandu dimulai pukul
06.14 dan berhenti pada pukul 17.28. Puncak aktivitas Apis cerana mecari pakan terjadi pada
Lebah pekerja adalah lebah betina yang organ reproduksinya tidak berkembang sempurna.
Lebah pekerja yang mengatur segala hal di dalam sarang disebut lebah rumah tangga, sedang
tugas di luar sarang menjadi tanggung jawab lebah lapangan. Jenis tugas yang harus dikerjakan
oleh lebah pekerja dipengaruhi oleh keadaan anatomi dan fisik lebah, rangsangan lingkungan dan
ketentuan koloni dalam melakukan tugas yang dilakukan pada saat tertentu tegantung pada umur
Keistimewaan lain dari lebah pekerja adalah kemampuannya untuk mengenali jalan yang
telah dilewati sehingga lebsah pekerja tidak akan tersesat saat mengumpulkan nektar, polen dan
air. Hal ini disebabkan lebah mempunyai alat pembau (home sense) yang sangat kuat untuk
dapat kembali ke sarangnya (Sumoprastowo dan Suprapto, 1993). Pembagian tugas lebah
21- mati Menjadi lebah lapangan untuk mencari nektar, pollen dan air
Sumber : Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, 1996
Sistem pembagian pekerjaan berdasarkan umur seperti pada table 1, tidak berlaku mutlak.
Pada musim bunga berlimpah, lebah yang bertugas sebagai pengumpul nektar dimulai pada umur
14 - 18 hari, dengan konsekuensi umurnya menjadi lebih pendek. Selain itu, pada kondisi lain,
bila koloni kekurangan lebah pekerja muda sebagai perawat larva, tugas perawat dapat diambil
alih oleh lebah pekerja lapangan (Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, 1996).
sebagai berikut; telur, ulat/larva, kepompong/pupa dan dewasa. Siklus hidup setiap jenis lebah
madu memiliki lama yang berbeda tergantung dengan jenisnya. Secara ringkas waktu yang
dibutuhkan dalam perkembangan lebah madu dari stadium telur hingga dewasa ditampilkan pada
tabel 2.
Larva (anakan) 5 5 7
Pupa 8 13 14
Dewasa 21 16 24
Sumber : Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, 1996
Pakan lebah madu hutan terdiri atas nektar, tepung sari, dan air. Nektar adalah suatu zat
yang memiliki susunan sangat kompleks yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar nektaria dalam
bunga, berbentuk larutan gula yang pekat dan terdiri atas larutan gula-gula monosakarida
terutama glukosa, fruktosa, dan disakarida (sukrosa) serta senyawa organik lainnya. Apabila
cairan nektar tersebut diisap oleh lebah madu maka zat-zat tersebut akan mengalami proses
menjadi madu. Faktor-faktor lingkunggan yang mempengaruhi aktivitas mencari pakan antara
lain: ketinggian, temmperatur udara, intesitas cahaya, kelembapan udara, kecepatan angin, dan
dalam bentuk larutan gula dengan konsentrasi yang berfariasi. Komponen utama dari nektar
adalah sukrosa, fruktosa, dan glukosa disamping terdapat juga dalam jumlah sedikit zat-zat gula
lainnya. Zat-zat lain yang jumlahnya sangat sedikit juga terdapat seperti asam-asam organik,
resin, protein, garam, dan mineral. Tepung sari sangat besar peranannya bagi serangga, karena
merupakan sumber gizi utamanya, disamping air dan karbohidrat yang diperlukan oleh serangga
(Winarno, 1982).
Rahman (1992) dalam Luky Lucia Purnama (2011), menyatakan bahwa semua jenis-jenis
tanaman sumber pakan lebah di daerah tropika terdapat di dalam tipe-tipe sebagai berikut :
1. Hutan hujan tropika dataran rendah. Vegetasi hutan ini biasanya sangat kaya akan jenis
dan iklim yang hampir-hampir tidak mengalami musim kering, memungkinkan lebah
mendapatkan nektar dan pollen sepanjang tahun. Jenis-jenis anggota durio merupakan
2. Hutan pegunungan tropika. Jenis-jenis yang penting pada tipe hutan ini adalah anggota
3. Vegetasi savana dan hutan monsoon. Vegetasi ini banyak terdapat di Indonesia, bagian
timur seperti Sumbawa dan NTT, dimana daerah ini mempunyai musim kering yang
sangat panjang dan banyak pohon-pohon luruh daun. Jenis Tamarinus indica banyak
dijumpai pada tipe ini dan merupakan pakan lebah yang penting.
4. Hutan payau atau mangrove. Dari segi pemeliharaan lebah madu, di antara hutan-hutan
rawa, hutan mangrove dianggap yang penting. Di Pantai British Guiana dan Florida,
Genus Avicennia merupakan jenis tumbuhan utama sebagai sumber utama pakan lebah
madu.
5. Vegetasi lain, disamping jenis-jenis tanaman yang tumbuh secara alami, masih banyak
lagi jenis tanaman yang tumbuh secara alami, masih banyak lagi tanaman sumber pakan
lebah yang merupakan tanaman budidaya maupun tumbuhan liar lainnya. Jenis-jenis
biasa yang ditanam oleh kehutanan antara lain Eucalyptus alba dan Paraserianthes sp.
Keserasian suatu habitat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suplai makanan dan
air hendaknya selalu tersedia bagi satwa di dalam habitat aslinya. Jika kedua komponen habitat
ini tidak ada ataupun kurang persediaannya dari jumlah yang dibutuhkan sebagai tempat untuk
berlindung dari serangan predator dan tempat untuk berkembang biak (Alikodra dalam Labiro,
2001).
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberadaan lebah madu dalam kaitannya
dengan kontinuitas dan kelangsungan hidupnya. Diantaranya adalah faktor ketersediaan pakan,
iklim, kebutuhan air dan ada tidaknya gangguan. Masing-masing faktor tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Ketersediaan Pakan
mempertahankan hidupnya. Sumber pakan bagi lebah madu sebagian besar dihasilkan oleh
tanaman, yaitu berupa pollen (tepung sari) dan nektar (cairan manis di bunga) atau ekstrafloral
(cairan manis pada bagian tanaman selain bunga). Jenis-jenis bagian tanaman yang dapat
menghasilkan pakan bagi lebah dinamakan pakan lebah (Perum Perhutani Jakarta, 1992).
b. Kebutuhan Air
Di daerah tropis dimana musim kemarau panjang, sumber nektar dan air sangat kurang,
koloni akan pindah ketempat lain yang lebih subur. Sama halnya dengan cukup persediaan
makanan tetapi tidak ada air, koloni juga tidak suka tinggal di tempat itu. Tiap koloni
memerlukan air sebanyak setengah liter sehari (Sumoprastowo dan Suprapto, 1993).
Air merupakan kebutuhan pokok lebah selain polen dan nektar. Air diperlukan untuk
c. Iklim
Secara langsung maupun tidak langsung, iklim mempengaruhi aktifitas hidup seperti
mencari makan, perkembangan populasi lebah madu hutan perawatan keturunan serta
Jenis-jenis pohon maupun tanaman yang menjadi pakan lebah madu ialah: Enau, asam,
belimbing, kembang pengantin, jagung, kedelai, cempaka, padi, jeruk, kacang tanah, kelapa,
pisang, salam, ketimun, Durian, tomat, kosambi, rambutan, kopi, dan kapok ( Teguh Hariyanto,
2011).
Gangguan yang dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup lebah dapat berupa hama,
penyakit atau mahluk hidup lain seperti manusia atau binatang besar. Hama yang sering
mengganggu adalah semut, kecoak, ngengat lilin, dan laba-laba. Sedangkan untuk
mempertahankan koloni juga di dukung juga dengan keberadaan lebah penyengat (stinger) lebah
penyengat memiliki usia rata-rata 19 hari. Lebah ini akan memberikan respon terhadap adanya
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
menghasilkan produk pangan yang berkualitas untuk meningkatkan gizi dan dan
penghasilan masyarakat.
2. Lebah merupakan ternak yang memiliki metamorphosis lengkap, sehingga terdapat empat
tahap kehidupan yaitu : telur, larva (berbentuk ulat), pupa (kepompong), dan imago
(lebah dewasa).
3. Makanan pokok lebah yaitu serbuksari (pollen), nektar (larutan gula yang berasal dari
tanaman) dan honeydew atau nambur madu. Bagi lebah, serbuk sari adalah sumber
4. Faktor yang mempengaruhi keberadaan dari lebah madu adalah Ketersediaan Pakan,
Kebutuhan Air, Iklim, Pohon-Pohon atau Jenis Tanaman yang Menjadi Pakan Lebah
4.2 Saran
Mengingat peran dan manfaat lebah madu yang sangat besar, maka keberadaannya perlu
dijaga dan pemanfaatannya perlu ditingkatkan. Serta perlu menjaga kelestarian tanaman dan
Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, 1996. Petunjuk Pengusahaan Ternak Lebah Madu (Apis
cerana dan Apis mellifera). Biro Produksi Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, Surabaya.
Perum Perhutani Jakarta, 1992. Petunjuk Praktis Budidaya Lebah Madu (Apis cerana). PHT,
Jakarta.
Sidiyasa., 2006. Hutan Desa Setulung Dan Sengayan Malinau, Kalimantan Timur. Center For
International Forestry Reserch (CIFOR). Bogor.
Sihombing, D.T.H., 1997. Ilmu Ternak Lebah Madu. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Sumoprastowo, C. D. A. Dan Suprapto, B. A., 1993. Beternak Lebah Madu Penerbit Bharata
Niaga Media, Jakarta.
Teguh Hariyanto, 2011. Budi Daya Lebah Madu. Caraka Darma Aksara, Mataram, Nusa Tengara Barat.
Thapa RB. 2006. Honeybees and other insect pollinators of cultivated plants: A review. J Ints
Agric Anim Sci 27:1-23.
The Nature Conservacy, 1997. Materi Pelatihan Pemeliharaan Lebah Madu. Palu Field Office,
Palu.
Winarno, F. G., 1982. Madu Teknologi dan Khasiat. Graha Indonesia, Bandung