Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam mempelajari ilmu pendididkan, sering dikemukakan pertanyaan berupa
”mengapa seseorang perlu belajar?” untuk menjawab pertanyaan ini, sepertinya kita
sependapat bahwa di dunia ini tak ada makhluk hidup yang ketika baru dilahirkan dapat
melakukan segala sesuatu dengan sendirinya, begitu juga dengan manusia. Sejak ia bayi,
bahkan ketika dewasa pun, ia pasti membutuhkan bantuan orang lain.
Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan dari manusia dewasa
lainnya, tentu ia akan binasa. Ia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik oleh
manusia. Oleh karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Selain itu, manusia juga
makhluk berbudaya, sehingga belajar merupakan kebutuhan yang vital sejak manusia
dilahirkan. Manusia selalu memerlukan dan melakukan perbuatan belajar kapan saja dan
dimana saja ia berada.
Banyak ilmuan yang telah menemukan teori belajar. Salah satu teori belajar tersebut
adalah teori belajar dari Robert M. Gagne, yang akan kami bahas dalam maklah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang kami buat adalah:
1. Bagaimana belajar menurut pandangan Gagne?
2. Apa saja tipe-tipe belajar menurut Gagne ?
3. Apa saja jenis-jenis belajar menurut Gagne ?
4. Apa saja fase-fase belajar menurut Gagne ?
5. Bagaimana implikasi dan aplikasi teori Gagne dalam pembelajaran?
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori Gagne ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan memahami belajar menurut pandangan Gagne.
2. Untuk mengetahui tipe-tipe belajar menurut Gagne.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis belajar menurut Gagne.
4. Untuk mengetahui fase-fase belajar menurut Gagne.
5. Untuk mengetahui dan memahami implikasi dan aplikasi teori Gagne dalam
pembelajaran.
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori Gagne.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Belajar Menurut Pandangan Gagne


Sebagaimana tokoh-tokoh dalam psikologi pembelajaran, Gagne berpendapat bahwa
belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling besar
pengaruhnya adalah lingkungan individu seseorang. Lingkungan individu seseorang meliputi
lingkungan rumah, geografis, sekolah, dan berbagai lingkungan sosial. Berbagai lingkungan
itulah yang akan menentukan apa yang akan dipelajari oleh seseorang dan selanjutnya akan
menentukan akan menjadi apa ia nantinya.
Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu
bersifat kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan
mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan, perubahan
sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut bersifat menetap
meskipun hanya sementara.
Kematangan menurut Gagne, bukanlah belajar sebab perubahan tingkah laku yang
terjadi dihasilkan dari pertumbuhan struktur dan diri manusia itu sendiri. Dengan demikian
belajar terjadi bila individu merespon terhadap stimulus yang datangnya dari luar sedangkan
kematangan datangnya memang dari dalam diri orang itu. Perubahan tingkah laku yang tetap
sebagai hasil belajar harus terjadi bila orang tersebut berinteraksi dengan lingkungannya.
Komponen- komponen dalam proses belajar menurut Gagne dapat digambarkan
sebagai S-R. S adalah situasi yang memberi stimulus, R adalah respons atas stimulus itu, dan
garis di antaranya adalah hubungan diantara stimulus dan respon yang terjadi dalam diri
seseorang yang tidak dapat kita amati yang berkaitan dengan sistem alat saraf dimana terjadi
transformasi perangsang yang diterima melalui alat indera. Stimulus ini
merupakan input yang berada di luar individu dan respon adalah outputnya yang juga berada
di luar individu sebagai hasil belajar yang dapat diamati.
Robert M. Gagne merupakan salah seorang penganut aliran psikologi tingkah laku.
Gagne memiliki pandangan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang
kegiatannya mengikuti suatu hirarki kemampuan yang dapat diobservasi atau diukur. Oleh
karena itu, teori belajar yang dikemukakan Gagne dikenal sebagai Teori Hirarki Belajar.
Teori hirarki belajar ditemukan oleh Rober M. Gagne yang didasarkan atas hasil riset tentang

2
faktor-faktor yang kompleks pada proses belajar manusia. Penelitiannya dimaksudkan untuk
menemukan teori pembelajaran yang efektif.
Analisanya dimulai dari identifikasi konsep hirarki belajar, yaitu urut-urutan
kemampuan yang harus dikuasai oleh pembelajar (peserta didik) agar dapat mempelajari hal-
hal yang lebih sulit atau lebih kompleks. Orton dalam Warsita Hirarki belajar menurut
Gagne harus disusun dari atas ke bawah atau top down. Dimulai dengan menempatkan
kemampuan, pengetahuan, ataupun keterampilan yang menjadi salah satu tujuan dalam
proses pembelajaran dipuncak hirarki belajar tersebut, diikuti kemampuan, keterampilan atau
pengetahuan prasyarat yang harus mereka kuasai lebih dahulu agar mereka berhasil
mempelajari keterampilan atau pengetahuan diatasnya. Hirarki ini juga memungkinkan
prasyarat yang berbeda untuk kemampuan yang berbeda pula.
Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus,
dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi. Selanjutnya, Gagne
juga mengemukakan tentang sistematika delapan tipe belajar, sistematika lima jenis belajar,
fase-fase belajar, implikasi dalam pembelajaran, serta aplikasi dalam pembelajaran.

2.2 Tipe-Tipe belajar menurut Robert Gagne


Menurut Robert M. Gagne, ada 8 tipe belajar, yaitu:
a. Belajar Isyarat (Signal Learning)
Bentuk pembelajaran yang paling sederhana, dan pada dasarnya terdiri
dari pengkondisian klasik yang pertama kali dijelaskan oleh psikolog perilaku
Pavlov. Dalam hal ini, subjek 'dikondisikan' untuk memancarkan respons yang
diinginkan sebagai akibat stimulus yang biasanya tidak menghasilkan respons
tersebut. Hal ini dilakukan dengan terlebih dahulu mengekspos subjek pada
stimulus yang dipilih (dikenal sebagai stimulus terkondisi) bersamaan dengan
stimulus lain (dikenal sebagai stimulus tak berkondisi) yang menghasilkan
respons yang diinginkan secara alami; Setelah sejumlah pengulangan stimulus
ganda, ditemukan bahwa subjek memancarkan respons yang diinginkan saat
terkena stimulus terkondisi sendiri. Penerapan pengkondisian klasik dalam
memfasilitasi pembelajaran manusia sangat terbatas.Belajar isyarat mirip dengan
conditioned respons atau respon bersyarat. Seperti menutup mulut dengan
telunjuk, isyarat mengambil sikap tidak bicara. Lambaian tangan, isyarat untuk
datang mendekat. Menutup mulut dan lambaian tangan adalah isyarat, sedangkan
diam dan datang adalah respons. Tipe belajar semacam ini dilakukan dengan

3
merespons suatu isyarat. Jadi respons yang dilakukan itu bersifat umum, kabur
dan emosional. Menurut Krimble (1961) bentuk belajar semacam ini biasanya
bersifat tidak disadari, dalam arti respons diberikan secara tidak sadar.
b. Belajar Stimulus – Respons ( Stimulus Respons Learning)
Bentuk pembelajaran yang agak canggih ini, yang juga dikenal sebagai
pengkondisian operan, pada awalnya dikembangkan oleh Skinner. Ini melibatkan
pengembangan obligasi stimulus-respons yang diinginkan dalam subjek melalui
jadwal penguatan yang direncanakan dengan hati-hati berdasarkan penggunaan
'penghargaan' dan 'hukuman'. Pengondisian operan berbeda dari pengkondisian
klasik karena agen penguat ('hadiah' atau 'hukuman') disajikan setelah respon.
Tipe pengkondisian inilah yang membentuk dasar pembelajaran terprogram
dalam berbagai manifestasinya.Berbeda dengan belajar isyarat, respons bersifat
umum, kabur dan emosional. Tipe belajar S – R, respons bersifat spesifik. 2 x 3 =
6 adalah bentuk suatu hubungan S-R. Mencium bau masakan sedap, keluar air
liur, itupun ikatan S-R. Setiap respons dapat diperkuat dengan reinforcement.
c. Belajar Rangkaian (Chaining)
Bentuk pembelajaran yang lebih maju dimana subjek mengembangkan
kemampuan untuk menghubungkan dua atau lebih ikatan stimulus-respons yang
dipelajari sebelumnya ke dalam urutan yang terkait. Ini adalah proses dimana
keterampilan psikomotor yang paling kompleks (misalnya mengendarai sepeda
atau bermain piano) dipelajari.
d. Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)
Asosiasi verbal dalah bentuk chaining dimana hubungan antara item yang
terhubung bersifat verbal. Asosiasi verbal adalah salah satu proses kunci dalam
pengembangan kemampuan bahasa. Contoh suatu kalimat “unsur itu berbangun
limas” adalah contoh asosiasi verbal. Seseorang dapat menyatakan bahwa unsur
berbangun limas kalau ia mengetahui berbagai bangun, seperti balok, kubus, atau
kerucut. Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk jika unsur-unsurnya terdapat
dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti yang lain.
e. Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning)
Pembelajaran ini melibatkan pengembangan kemampuan untuk membuat
tanggapan yang sesuai (berbeda) terhadap serangkaian rangsangan serupa yang
berbeda secara sistematis. Prosesnya dibuat lebih kompleks (dan karenanya lebih
sulit) oleh fenomena gangguan, dimana satu hal belajar menghambat yang lain.

4
Gangguan dianggap salah satu penyebab utama lupa.Tipe belajar ini adalah
pembedaan terhadap berbagai rangkaian. Seperti membedakan berbagai bentuk
wajah, waktu, binatang, atau tumbuh-tumbuhan.
f. Belajar Konsep (Concept Learning)
Melibatkan pengembangan kemampuan untuk membuat respons yang
konsisten terhadap rangsangan yang berbeda yang membentuk kelas atau kategori
umum. Ini membentuk dasar kemampuan untuk menggeneralisasi,
mengklasifikasikan dll.Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari
hasil membuat tafsiran terhadap fakta. Dengan konsep dapat digolongkan
binatang bertulang belakang menurut ciri-ciri khusus (kelas), seperti kelas
mamalia, reptilia, amphibia, burung, ikan. Kemampuan membentuk konsep ini
terjadi jika orang dapat melakukan diskriminasi.
g. Belajar Aturan (Rule Learning)
Proses kognitif tingkat tinggi yang melibatkan kemampuan untuk
mempelajari hubungan antara konsep dan menerapkan hubungan ini dalam situasi
yang berbeda, termasuk situasi yang sebelumnya tidak dihadapi. Ini menjadi
dasar pembelajaran peraturan umum, prosedur, dll.Tipe belajar ini banyak
terdapat dalam semua pelajaran di sekolah, seperti benda memuai jika
dipanaskan, besar sudut dalam segitiga sama dengan 180 o. Setiap dalil atau rumus
yang dipelajari harus dipahami artinya.
h. Belajar Pemecahan Masalah ( Problem Solving Learning)
Tingkat tertinggi proses kognitif menurut Gagné. Ini melibatkan
pengembangan kemampuan untuk menciptakan aturan, algoritma, atau prosedur
yang kompleks untuk memecahkan satu masalah tertentu, dan kemudian
menggunakan metode untuk memecahkan masalah lain yang serupa.Upaya
pemecahan masalah dilakukan dengan menghubungkan berbagai urusan yang
relevan dengan masalah itu. Dalam pemecahan masalah diperlukan waktu,
adakalanya singkat adakalanya lama. Juga seringkali harus dilalui berbagai
langkah, seperti mengenal tiap unsur dalam masalah itu, mencari hubungannya
dengan aturan (rule) tertentu. Dalam segala langkah diperlukan pemikiran.
Tampaknya pemecahan masalah terjadi dengan tiba-tiba. Dengan ulangan-
ulangan masalah tidak terpecahkan, dan apa yang dipecahkan sendiri-yang
penyelesaiannya ditemukan sendiri lebih mantap dan dapat ditransfer kepada

5
situasi atau problem lain. Kesanggupan memecahkan masalah memperbesar
kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah lain.

2.3 Jenis-jenis Belajar Menurut Gagne


Terdapat lima jenis hasil belajar atau yang bisa disebut dengan sistematika “ lima
jenis belajar”. Sistematika ini tidak jauh berbeda dengan sistematika delapan tipe belajar,
dimana isinya merupakan bentuk penyederhanaan dari sistematika delapan tipe belajar.
Uraian tentang sistematika lima jenis belajar ini memperhatikan pada hasil belajar yang
diperoleh siswa. Hasil belajar ini merupakan kemampuan internal yang telah menjadi milik
pribadi seseorang dan memungkinkan orang tersebut melakukan sesuatu yang dapat
memberikan ptrestasi tertentu.
Sistematika ini mencakup semua hasil belajar yang dapat diperoleh, namun tidak
menunjukkan setiap hasil belajar atau kemampuan internal satu-persatu. Akan tetapi
mengelompokkan hasil-hasil belajar yang memiliki ciri-ciri sama dalam satu kategori dan
berbeda sifatnya dari kategori lain. Maka dapat dikatakan, bahwa sistematika Gagne meliputi
lima kategori hasil belajar. Kelima kategori hasil belajar tersebut adalah Informasi verbal,
Kemahiran intelektual, Pengaturan kegiatan kognitif, Keterampilan motorik, dan Sikap.
a. Informasi Verbal (Verbal Information)
Merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan
dalam bentuk bahasa, lisan, dan tertulis. Pengetahuan tersebut diperoleh dari
sumber yang juga menggunakan bahasa, lisan maupun tertulis. Informasi verbal
meliputi ”cap verbal” dan ”data/fakta”. Cap verbal yaitu kata yang dimiliki
seseorang untuk menunjuk pada obyek-obyek yang dihadapi, misalnya ’kursi’.
Data/fakta adalah kenyataan yang diketahui, misalnya ’Ibukota negara Indonesia
adalah Jakarta’.
b. Kemahiran Intelektual (Intellectual Skill)
Adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya
sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai
lambang/simbol (huruf, angka, kata, dan gambar). Kategori kemahiran intelektual
terbagi lagi atas empat subkemampuan, yaitu:
1) Diskriminasi jamak: yaitu kemampuan seseorang dalam mendeskripsikan
benda yang dilihatnya.
2) Konsep:yaitu satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang memiliki ciri-
ciri sama. Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus

6
didefinisikan. Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada obyek-
obyek dalam lingkungan fisik. Konsep yang didefinisiskan adalah konsep
yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas
dalam lingkungan hidup fisik.
3) Kaidah: yaitu kemampuan seseorang untuk menggabungkan dua konsep atau
lebih sehingga dapat memahami pengertiannya.
4) Prinsip: yaitu telah terjadi kombinasi dari beberapa kaidah, sehingga
terbentuk suatu kaidah yang bertaraf lebih tinggi dan lebih kompleks.
Berdasarkan prinsip tersebut, seseorang mampu memecahkan suatu
permasalahan, dan kemudian menerapkan prinsip tersebut pada permasalahan
yang sejenis.
c. Pengaturan Kegiatan Kognitif (Cognitive Strategy)
Merupakan suatu cara seseorang untuk menangani aktivitas belajar dan
berpikirnya sendiri, sehingga ia menggunakan cara yang sama apabila
menemukan kesulitan yang sama.
d. Keterampilan Motorik (Motor Skill)
Adalah kemampuan seseorang dalam melakukan suatu rangkaian gerak-gerik
jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik
berbagai anggota badan secara terpadu.
e. Sikap (Attitude)
Merupakan kemampuan seseorang yang sangat berperan sekali dalam
mengambil tindakan, apakah baik atau buruk bagi dirinya sendiri.

2.4 Fase-fase Belajar Menurut Gagne


Menurut Gagne, belajar melalui empat fase utama yaitu:
1. Fase Pengenalan (Apprehending Phase)
Pada fase ini siswa memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap
artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri
dengan berbagai cara. Dengan kata lain pada fase ini, rangsang diterima oleh
seseorang yang belajar. Ini ada beberapa langkah. Pertama timbulnya perhatian,
kemudian penerimaan, dan terakhir adalah pencatatan (dicatat dalam jiwa tentang
apa yang sudah diterimanya). Ini berarti bahwa belajar adalah suatu proses yang
unik pada tiap siswa, dan sebagai akibatnya setiap siswa bertanggung jawab
terhadap belajarnya karena cara yang unik yang dia terima pada situasi belajar.

7
2. Fase Perolehan (Acqusition Phase)
Pada fase ini siswa memperoleh pengetahuan baru (dapat berupa fakta,
keterampilan, konsep atau prinsip) dengan menghubungkan informasi yang
diterima dengan pengetahuan sebelumya. Dengan kata lain pada fase ini siswa
membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama. Pemilikan
pengetahuan dapat ditentukan dengan mengamati atau mengukur apa yang telah
dimilikinya itu. Hal ini perlu dilakukan di dalam proses belajar mengajar agar
supaya guru dapat mengetahui apa yang telah dimiliki dan apa yang belum
dimiliki.
3. Fase Penyimpanan (Storage Phase)
Fase storage/retensi adalah fase penyimpanan informasi. Sarana menyimpan
bagi manusia adalah ingatan (memory). Penelitian mengindikasikan bahwa
terdapat dua tipe memori, yaitu memori jangka pendek (short term memory) dan
memori jangka panjang (long term memory). Memori jangka pendek mempunyai
kapasitas terbatas dan hanya bertahan dalam waktu singkat. Banyak orang dapat
menahan (menyimpan) tujuh atau delapan informasi berbeda dalam memori
selama tiga puluh detik. Memori jangka panjang adalah kemampuan kita
mengingat informasi selama lebih dari tiga puluh detik, dan ini disimpan dalam
pikiran secara permanen.
Gagne mendeskripsikan beberapa ciri yang mungkin dimiliki fase ini, sebagai
berikut.
a) Apa yang telah dipelajari mungkin tersimpan di dalam suatu bentuk yang
permanen, tetap intens selama bertahun-tahun.
b) Beberapa hal yang dipelajari mungkin memudar sedikit demi sedikit sejalan
dengan berlalunya waktu.
c) Gudang ingatan mungkin mengalami pencampuradukan dalam arti ingatan
yang baru mengaburkan ( atau mungkin menghapus) yang terlebih dulu
karena mereka bercampur baur.
Informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek
ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali
(rehearsal), praktek (practice), elaborasi atau lain-lainnya. Sesuatu yang telah
dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga dapat digunakan bila
diperlukan dan kemampuan baru yang telah diperoleh dipertahankan atau diingat.
Fase ini berhubungan dengan ingatan dan kenangan.

8
4. Fase Pengungkapan Kembali (Retrieval Phase)
Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau memanggil
kembali informasi yang ada dalam memori. Apa yang telah dipelajari, dimiliki,
dan disimpan (dalam ingatan) dengan maksud untuk digunakan (memecahkan
masalah) bila diperlukan, baik itu yang menyangkut fakta, keterampilan, konsep,
maupun prinsip. Jika kita akan menggunakan apa yang disimpan, maka kita harus
mengeluarkannya dari tempat penyimpanan tersebut, dan inilah yang disebut
dengan pengungkapan kembali.
Kadang-kadang dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan
hubungan dengan memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu
informasi yang baru dan yang lama disusun secara terorganisasi, diatur dengan
baik atas pengelompokan-pengelompokan menjadi katagori, konsep sehingga
lebih mudah dipanggil. Misalnya kadang-kadang informasi yang diinginkan,
misalnya “nama”, tidak dapat dipanggil keluar dari memori atas permintaan
seseorang, tetapi kemudian mungkin saja ke luar pada saat orang itu memikirkan
sesuatu yang tidak ada kaitan dengan “nama” tadi. Fase ini meliputi penyadaran
akan apa yang telah dipelajari dan dimiliki, serta mengungkapkannya dengan
kata-kata (verbal) apa yang telah dimiliki tidak berubah-ubah.
Jadi bagian penting dalam belajar adalah belajar memperoleh hubungan
dengan apa yang telah dipelajari, untuk memangil informasi yang telah dipelajari
sebelumnya.
Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan stimulus, dimana
terjadinya proses belajar,sedangkan  pada fase ketiga dan keempat merupakan
hasil belajar. Keempat fase belajar manusia ini telah disatukan menyerupai model
sistem komputer, meskipun sedikit lebih kompleks daripada yang ada pada
manusia. komputer menangkap rangsangan listrik dari pengguna komputer,
memperoleh stimulus dalam central processing unit, menyimpan informasi dalam
stimulus pada salah satu bagian memori, dan mendapatkan kembali informasi
pada penyimpanannya.
Contoh kasus : jika siswa mempelajari prosedur menentukan nilai pendekatan
akar kuadrat dari bilangan yang bukan kuadrat sempurna, mereka harus
memahami metode, memperoleh metode, menyimpan di dalam memori, dan
memanggil kembali ketika dibutuhkan.

9
Untuk membantu siswa melangkah maju melalui empat tahap dalam
mempelajari algoritma akar kuadrat, guru menimbulkan pemahaman dengan
mengerjakan suatu contoh pada papan tulis, memudahkan akusisi setelah setiap
siswa mengerjakan contoh dengan mengikutinya, langkah demi langkah, daftar
petunjuk, membantu penyimpanan dengan memberikan soal-soal untuk pekerjaan
rumah, dan memunculkan pemanggilan kembali dengan memberikan kuis pada
hari berikutnya.
Kemudian fase-fase belajar lainnya adalah sebagai berikut:
1. Fase Motivasi
Siswa (yang belajar) harus diberi motivasi untuk belajar dengan
harapan, bahwa belajar akan memperoleh hadiah. Misalnya, siswa-siswa
dapat mengharapkan bahwa informasi akan memenuhi keingintahuan mereka
tentang suatu pokok bahasan, akan berguna bagi mereka atau dapat
menolong mereka untuk memperoleh angka yang lebih baik. 
2. Fase Generalisasi (Generalization Phase)
Tujuan belajar bukanlah sekedar untuk menambah pengetahuan atau
mengubah kelakuan, akan tetapi agar apa yang dipelajari itu dapat digunakan
dalam berbagai situasi lain, sehingga mantap dan dapat terus
digunakan. Menggunakan apa yang dipelajari dalam situasi-situasi yang baru
yang belum pernah dihadapi sebelumnya disebut transfer. Menurut Gagne,
konteks yang bervariasi untuk belajar merupakan suatu hal yang esensial
yang dapat menjamin terjadinya transfer dalam proses belajar.
Transfer dapat bersifat horizontal, yakni apa yang dipelajari itu dapat
digunakan untuk situasi-situasi lain yang bersamaan dan setaraf tingkatnya.
Misalnya prinsip-prinsip yang dipelajari dalam matematika dapat digunakan
dalam ilmu bumi, fisika, atau kimia. Di samping itu ada lagi transfer vertikal.
Apa yang  dipelajari dapat digunakan untuk mencapai prinsip yang lebih
tinggi.
3.  Fase Penampilan (Performance Phase)
Dalam fase ini, siswa menampilkan tindakan/tingkah laku yang
merefleksikan apa yang sudah ia pelajari. Tingkah laku baru yang
ditampilkan sebagai hasil belajar ini, penting bagi siswa karena akan
memberikan kepuasan, dan selanjutnya akan mendorongnya untuk belajar

10
lebih lanjut. Fase ini memberikan gambaran apakah tujuan belajar telah
tercapai atau belum.
4.  Fase Umpan Balik ( Feedback Phase)
Para siswa memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka yang
menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang
diajarkan. Belajar tidak dengan sendirinya berhasil baik. Oleh sebab itu
pelajar harus mengetahui apakah jawabannya tepat. Feedback pada manusia
merupakan tanda bahwa jawabannya benar. Di sini pun tak perlu selalu
dikatakan bahwa jawabannya itu benar. Sering anak mengetahuinya dari
senyuman, anggukan kepala, pandangan mata guru atau isyarat
lain. Feedback mempertinggi efektivitas dan efisiensi belajar.
Feedback dapat juga dilakukan oleh murid sendiri, yakni bila ia dapat
atau diberi jalan untuk memeriksa sendiri benar tidaknya jawabannya.
Mengetahui keberhasilan belajar memberi kepuasan yang mempercepat
proses belajar. Siswa yang sanggup men-check kebenaran hasil belajarnya
telah sanggup untuk belajar secara individual dan belajar sepanjang
hidupnya. Tidak ada metode mengajar yang menjamin keberhasilan.
Keberhasilan  baru diketahui bila ada penilaian yang dapat menunjukkan
kesalahan dan kekurangan sebagai feedback untuk diperbaiki. Mengabaikan
feedback adalah meniadakan salah satu aspek yang penting dalam proses
belajar.

2.5 Implikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran


Ada beberapa pendekatan dan langkah-langkah agar bisa menerapkan teori Gagne
dalam proses pembelajaran. Berikut merupakan konsep Sembilan Kondisi Intruksional Gagne
yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menerapkan teroi Gagne dalam pembelajaran:

1. Mengarahkan Perhatian
Kegiatan ini merupakan proses guru dalam memberikan stimulus kepada
siswa dengan cara meyakinkan siswa bahwa mempelajari materi tersebut itu
penting. Hal ini bisa dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan ringan seputar
materi yang akan disajikan.
2. Memberikan Informasi Tujuan Pembelajaran

11
Dalam hal ini guru harus mengupayakan untuk memberitahu siswa akan
tujuan pembelajaran. Sehingga siswa mengetahui tujuan dari materi pembelajaran
yang dipelajarinya. Ini sangat penting dilakukan agar siswa lebih termotivasi
untuk bisa mencapai tujuan pembelajaran.
3. Merangsang siswa untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari
Upaya merangsang siswa dalam mengingat materi yang lalu bisa dilakukan
dengan cara bertanya tentang materi yang telah diajarkan.
4. Menyajikan stimulus
Menyajikan stimulus bisa dilakukan dengan cara guru menyajikan materi
pembelajaran secara menarik dan menantang. Sehingga siswa merasa tertarik
untuk mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung.
5. Memberikan bimbingan kepada siswa
Pada konsep ini guru harus membimbing siswa dalam proses belajarnya.
Sehingga siswa dapat terarah dalam pembelajarannya.
6. Memancing Kinerja
Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan untuk
menerapkan apa yang telah dipelajari itu.
7. Memberikan balikan
Memberikan feedback atau balikan dengan memberitahukan kepada murid
apakah hasil belajarnya benar atau tidak.
8. Menilai hasil belajar
Menilai hasil-belajar dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk
mengetahui apakah ia telah benar menguasai bahan pelajaran itu dengan
memberikan beberapa soal.
9. Mengusahakan transfer
Mengusahakan transfer dengan memberikan contoh-contoh tambahan untuk
menggeneralisasi apa yang telah dipelajari itu sehingga ia dapat menggunakannya
dalam situasi-situasi lain.

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Menurut Gagne


A. Kelebihan Teori Belajar Menurut Gagne yaitu :
1. Mendorong guru untuk merencanakan pembelajaran

12
Teori Gagne mendorong guru untuk merencanakan pembelajaran yang
akan dilakukan. Sehingga pembelajaran menjadi lebih terarah dan terstruktur.
Selain itu agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi sebaik mungkin.
Dimana inti dari kegiatan pembelajaran adalah menyajikan cirri-ci
stimulis,memberikan pedoman belajar,memunculkan kinerja,dan
memberikan tanggapan dan umpan balik.
2. Memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan kebiasaan
Teori Gagne sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang
membutuhkan prakrik dan kebiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti
kecepatan spontanitas kelenturan reflek, dan daya tahan. menurut gagne
rancangan pembelajaran untuk keterampilan yang kompleks menyajikan
peristiwa pembelajaran untuk urutan keterampilan yang ada dalam prosedur
dan hirarki belajar.
3. Cocok untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran
orang dewasa
Menyajikan stimulus bisa dilakukan dengan cara guru menyajikan materi
pembelajaran secara menarik dan menantang. Sehingga siswa merasa tertarik
untuk mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal ini dapat
dilakukan langsung bagi siswa pendidikan dasar.
4. Dapat dikendalikan
Dapat dikendalikan melalui cara mengganti mengganti stimulus alami
dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang
diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh
stimulus yang berasal dari luar dirinya. Mulai dari identifikasi kapabilitas
yang akan dipelajari, analisis tugas atas tujuan, pemilihan peristiwa
pembelajaran yang cocok, semua dapat disusun. Sehingga pembelajaran yang
diinginkan dapat dikendalikan guru agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Pada teori ini, analisis tugas merupakan kunci bagi pengajaran yang efektif.
Untuk mengajarkan tugas apapun, paling tidak guru harus memastikan bahwa
semua komponen yang diperlukan telah dipelajari, yaitu bisa jadi
mensyaratkan pengajaran-pengajaran setiap komponen pembelajaran.
B. Sedangkan kekurangan teori belajar menurut Gagne yaitu :
1. Pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher centered learning), dimana
guru bersifat otoriter.

13
2. Komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang
harus dipelajari murid.
3. Hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
4. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan
apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu
bersifat kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan
mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan,
perubahan sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut
bersifat menetap meskipun hanya sementara. Komponen- komponen dalam proses
belajar menurut Gagne dapat digambarkan sebagai S-R. S adalah situasi yang
memberi stimulus, R adalah respons atas stimulus itu. Gagne memiliki pandangan
bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang kegiatannya mengikuti suatu
hirarki kemampuan yang dapat diobservasi atau diukur. Menurut Gagne, ada tiga
elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus, dan responden yang
melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi.
2. Menurut Robert M. Gagne, ada delapan tipe belajar, yaitu: belajar isyarat (signal
learning), belajar stimulus – respons ( stimulus respons learning), belajar rangkaian
(chaining), asosiasi verbal (verbal assosiation), belajar diskriminasi (discrimination
learning), belajar konsep (concept learning), belajar aturan (rule learning), dan belajar
pemecahan masalah ( problem solving learning).
3. Menurut Gagne, ada lima jenis hasil belajar. Kelima kategori hasil belajar tersebut
adalah Informasi verbal (Verbal information), Kemahiran intelektual (Intellectual
skill), Pengaturan kegiatan kognitif (Cognitive strategy), Keterampilan motorik
(Motor skill), dan Sikap (attitude).

14
4. Menurut Gagne, belajar melalui empat fase utama yaitu: fase pengenalan
(apprehending phase), fase perolehan (acqusition phase), fase penyimpanan (storage
phase), dan fase pengungkapan kembali (retrieval phase). Menurut Gagne, fase
pertama dan kedua merupakan stimulus, dimana terjadinya proses
belajar,sedangkan  pada fase ketiga dan keempat merupakan hasil belajar. Kemudian
fase-fase belajar lainnya adalah fase motivasi, fase generalisasi (generalization
phase), fase penampilan (performance phase), dan fase umpan balik ( feedback
phase).
5. Implikasi atau penerapan teori Gagne dapat diterapkan diberbagai bidang
pembelajaran , namun untuk menerapkan teori Gagne harus memenuhi Sembilan
Kondisi Intruksional Gagne yang telah dibahas sebelumnya. Jika ada satu diantara
Sembilan Kondisi Instruksional Gagne yang tidak diterapkan maka teori Gagne gagal
dalam penerapannya.
6. Teori belajar menurut Gagne memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan teori
Gagne yaitu mendorong guru untuk merencanakan pembelajaran, memperoleh
kemampuan yang membutuhkan praktek dan kebiasaan, cocok untuk melatih anak-
anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, serta dapat
dikendalikan. Sedangkan kekurangan teori belajar menurut Gagne adalah
pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher centered learning), komunikasi
berlangsung satu arah, hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur, serta
murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa
yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
B. SARAN
Dari materi yang telah dibahas secara rinci tersebut, kiranya diharapkan agar
pemerintah, masyarakat serta lainnya yang berhubungan dengan dunia pendidikan
lebih mengerti dan memahami bagaimana terciptanya pendidikan yang baik, yaitu
salah satunya dengan menerapkan teori belajar Gagne agar peserta didik dapat
menambah pemahaman mengenai materi-materi yang diajarkan.

15

Anda mungkin juga menyukai