Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan seru sekalian alam
atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Makalah Peraturan Menteri Kesehatan
Republik indonesia Nomer 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Rumah Sakit dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30
Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak. kami mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT bimbingan dan arahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, serta kedua orang tua, keluarga
besar kami, dan rekan-rekan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
yang selalu berdoa dan memberikan motivasi kepada kami.
kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tulisan
ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata kami berharap kerangka acuan makalah ini dapat
memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan
kami pada khusunya
Penyusun
Kelompok 8B
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. RUMUSAN MASALAH
Dalam pembahasan makalah ini kami membatasi masalah kedalam
beberapa bagian, yaitu :
a. Apa Pengertian Rumah Sakit?
b. Apa Pengertian Puskemas?
c. Bagaimana PERMENKES No. 58 Tahun 2014 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit?
d. Bagaimana PERMENKES No. 30 Tahun 2014 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas?
BAB II PEMBAHASAN
b. Pengertian Puskesmas
Jika ditinjau dari sistim pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peranan dan
kedudukan puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistim pelayanan kcsehatan di
Indonesia. Sebagai sarana pelayanan kesehatan terdepan di Indonesia, maka
Puskesmas bertanggungjawab dalam menyelenggarakan pelayartan kesehatan
masyarakat, juga bertanggung jawab dalatn menyelenggarakan pelayanan
kedokteran.
TENTANG
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
5. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
6. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
7. Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh.
8. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
10. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
11. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam
menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
Pasal 2
c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
Pasal 3
(2) Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. pemilihan; b.
perencanaan kebutuhan; c. pengadaan; d. penerimaan; e. penyimpanan; f.
pendistribusian; g. pemusnahan dan penarikan; h. pengendalian; dan i.
administrasi.
(3) Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. pengkajian dan pelayanan Resep; b. penelusuran riwayat penggunaan Obat;
c. rekonsiliasi Obat; d. Pelayanan Informasi Obat (PIO); e. konseling; f. visite;
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO); h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO); i.
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO); j. dispensing sediaan steril; dan k.
Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD);
(4) Pelayanan farmasi klinik berupa dispensing sediaan steril sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf j hanya dapat dilakukan oleh Rumah Sakit yang
mempunyai sarana untuk melakukan produksi sediaan steril. (5) Ketentuan lebih
lanjut mengenai pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan ayat (3) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 4
Pasal 5
(1) Untuk menjamin mutu Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, harus dilakukan
Pengendalian Mutu Pelayananan Kefarmasian yang meliputi: a. monitoring;
dan b. evaluasi.
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 11
TENTANG
MEMUTUSKAN:
4. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.
5. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
6. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
Pasal 3
(2) Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi: a. perencanaan kebutuhan; b. permintaan; c.
penerimaan; d. penyimpanan: e. pendistribusian; f. pengendalian; g.
pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan; dan h. pemantauan dan evaluasi
pengelolaan.
(3) Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi: a. pengkajian resep, penyerahan Obat, dan pemberian informasi
Obat; b. Pelayanan Informasi Obat (PIO); c. konseling; d. ronde/visite pasien
(khusus Puskesmas rawat inap); e. pemantauan dan pelaporan efek samping
Obat; f. pemantauan terapi Obat; dan g. evaluasi penggunaan Obat.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan pelayanan farmasi klinik
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini
Pasal 4
(2) Sumber daya kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a.
sumber daya manusia; dan b. sarana dan prasarana.
Pasal 5
Pasal 6
(2) Ruang farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang
Apoteker sebagai penanggung jawab.
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, bagi Puskesmas yang belum
memiliki Apoteker sebagai penanggung jawab, penyelenggaraan Pelayanan
Kefarmasian secara terbatas dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian atau
tenaga kesehatan lain.
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8B
NAMA :
MUHAMMAD MUNTHAHA
RUMI
SUNARTI
TITHANIA PRAMITA
2. RUMI ..........
5. SUNARTI ..........
Daftar Isi
BAB II PEMBAHASAN ……………………………….......………. 5
A. Pengertian Rumah Sakit ………....…………….……… 5
B. Pengertian Puskesmas ………………………….…….. 5
C. PerMenKes RI No 58 tahun 2014 …………………..... 6
D. PerMenKes RI No 30 tahun 2014 ……………………. 13
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………....………. 22