Anda di halaman 1dari 3

DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI ,SUKU BUNGA,INFLASIDAN

KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP INVESTASI DI INDONESIA


Abstract

Kesulitan menemukan pendanaan investasi telah membuat suatu negara menggunakan segala
cara untuk mengumpulkan mereka. Sumber dana investasi berasal dari dalam negeri maupun
dari luar negeri. Pemerintah harus dapat mendorong investor asing untuk tertarik berinvestasi
di Indonesia, serta bagaimana membuat pemilik modal di negara tersebut tetap bersedia
melakukan investasi di Indonesia sehingga mereka tidak menanamkan modalnya di luar
negeri. Dalam hal ini, pemerintah harus dapat menyiapkan iklim investasi yang kondusif di
negara tersebut (pertumbuhan ekonomi, suku bunga, inflasi, dan kebijakan ekonomi makro di
negara ini) agar para pelaku ekonomi merasa aman dalam kegiatan mereka. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk melihat dampak modal domestik dan modal asing dalam transaksi
investasi di Indonesia. Metodologi yang digunakan adalah regresi dengan deret waktu.
Analisis menunjukkan bahwa perubahan kondisi ekonomi makro seperti pertumbuhan, suku
bunga, dan inflasi di beberapa negara maju, termasuk Amerika dan negara-negara Eropa di
kawasan tersebut tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap Investasi Asing Indonesia,
oleh karena itu dampak dari krisis keuangan yang parah di Amerika dan Eropa saat ini
tentang Penanaman Modal Asing Indonesia masih dalam batas toleransi. Oleh karena itu,
walaupun ada masalah dalam iklim investasi di Indonesia, prospek investasi Indonesia untuk
periode mendatang masih bagus, meskipun mungkin dengan pertumbuhan investasi yang
melambat.
Kata kunci : PERTUMBUHAN EKONOMI ,SUKU BUNGA,INFLASIDAN KEBIJAKAN
FISKAL TERHADAP INVESTASI DI INDONESIA

Pengenalan:
Dalam ilmu ekonomi, inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai
termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.[1] Dengan kata lain, inflasi
juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari
suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap
tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat
perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus
dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan
adalah CPI dan GDP Deflator.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan
hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10%
setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan
hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100%
setahun.
Reference:
Dornbusch, R., Fisher, S., Startz, R. (2008). Makroekonomi, edisi kesepuluh, PT Media
Global Edukasi.
Instruksi Presiden (INPRES) No. 3 tahun 2006.
Mankiw, G. (2007). Makroekonomi, edisi keenam, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Mankiw, G. (2007). Macroeconomics, 6th ed., New York: Worth Publishers.
Perkembangan Data Ekonomi Makro Indonesia, Biro Pusat Statistik.
Perkembangan Data Ekonomi Makro Negara Mitra Dagang Utama dan Negara Pesaing,
World Bank, ADB.
Perkembangan Kebijakan Fiskal di Indonesia tahun 1990 - 2008, Departemen Keuangan.
Realisasi Investasi di Indonesia menurut Sumber Pendanaan Dalam Negeri tahun 1990 -
2008, Bank Indonesia.
Realisasi Investasi di Indonesia menurut Sumber Pendanaan Luar Negeri, Bank Indonesia.
World Economic Forum, The Global Competitiveness Report 2006– 2007, 2008.

Anda mungkin juga menyukai