Anda di halaman 1dari 5

Nama : FADHLIL ALMAJRI

NIM : 170105096
MK : HAM DALAM ISLAM
Dosen : Dr. HASANUDDIN YUSUF ADAN, MCL, M.A

HADITS YANG BERKAITAN DENGAN HAM

 Hadits Rasulullah SAW tentang menjaga jiwa


“Sesungguhnya hancurnya dunia itu lebih ringan di sisi Allah, dari pada terbunuhnya seorang
muslim.” HR. Nasa’i
Islam menempatkan manusia sebagai makhluk terhormat dan mulia. Oleh karena itu,
perlindungan dan perhormatan terhadap jiwa manusia merupakan tuntutan ajaran islam yang
wajib dikerjakan. Dan Islam mendudukkan nyawa manusia pada derajat yang paling tinggi.
Karenanya, diantara salah satu dari lima maqashid syariat yang diungkapkan oleh As-syathibi
dalam karyanya Al-Muwafaqat adalah hifzhu an-nafs yang diartikan sebagai penjagaan
diri/nyawa.
Para pemberontak bukan jiwa yang terjaga dalam islam karena sejatinya mereka adalah
musuh islam. Menumpahkan darah mereka lebih mulia dalam perspektif syar’i daripada
membiarkan mereka hidup, karenakeislaman, membayar jizyah dan jaminan keamanan
adalah penentu terjaganya jiwa manusia dalam syari’at islam.
Meskipun jiwa seseorang terjaga dengan ketiga hal di atas, namun syari’at islam tetap
membolehkan bagi seorang hakim untuk menghilangkan nyawa dengan memberlakukan
syari’at qishash dan rajam.
Pelaksananan qishahsh dan rajam bukan berarti menunjukan bahwa islam tidak
menghargai nyawa manusia, justru dengan pelaksanaan tersebut menunjukan bahwa islam
adalah agama yang sangat memperhatikan dan menghargai jiwa. Karena dengan
melaksanakannya akan terjaga jiwa dari praktik bunuh-membunuh dan balas dendam yang
tidak ada ujungnya.
Adapun bentuk perlindungan dan penghormatan islam terhadap jiwa manusia adalah sebagai
berikut
Pejelasan Tentang Haram Menghilangkan Nyawa Manusia
1. Membunuh Hukumnya Haram
Banyak disebutkan dalam al qur’an dan as sunnah akan haramnya membunuh orang tanpa
sebab yang benar, perbuatan tersebut tergolong sebagai perbuatan dosa besar karena tidak ada
dosa besar setelah perbuatan syirik melainkan dosa membunuh. Allah swt mengancam
seorang pembunuh dengan balasan yang berat dan siksa yang pedih di akherat. Adapun ayat-
ayat yang menjelaskan tentang kaharaman pembunuhan tersebut, diantaranya adalah sebagai
berikut:
Allah swt berfirman, “Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan
sengaja, maka balasannnya ialah jahannam, Kekal ia di dalamnya dan Allah murka
kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. (QS. 4:93)
Adapun hadist yang menjelaskan akan keharaman membunuh diantaranya adalah sebagai
berikut, nabi Muhammad saw bersabda, “Tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi
bahwa tidak ada Ilah selain Allah dan bahwa saya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam)
adalah utusan Allah kecuali dengan tiga sebab : Orang tua yang berzina, membunuh orang
lain (dengan sengaja), dan meninggalkan agamanya berpisah dari jamaahnya.” (Riwayat
Bukhori dan Muslim)
2. Adanya upaya preventif dalam menjaga jiwa
Yaitu larangan membunuh dan menghunus pedang kepada sesama muslim. Sebagaimana
sabda Nabi Muhammad saw bersabda, “Barang siapa menghunus pedang kepada kami,
maka ia bukanlah dari golongan kami.” i
Menghunus pedang kepada sesama muslim dilarang karena dapat mendatangkan fitnah
dan dapat melahirkan upaya pembunuhan. Juga sabda nabi saw, “Mencela sesama muslim
adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran.” HR. Bukhari Muslimii
Juga sabda nabi saw, “Jika terjadi saling membunuh antara dua orang muslim maka
yang membunuh dan yang terbunuh keduanya masuk neraka. Para sahabat bertanya, “Itu
untuk si pembunuh, lalu bagaimana tentang yang terbunuh?” Nabi Saw menjawab, “Yang
terbunuh juga berusaha membunuh kawannya.” (HR. Bukhari)
Bahkan dalam syari’at islam perbuatan yang lebih ringan dari menghunus pedang juga
diharamkan, seperti mencerca dan mencela. Dampak dari celaan dan cercaan tersebut adalah
permusuhan yang berujung pada pembunuhan. Dalam islam segala bentuk perbuatan yang
dapat menyebabkan terbunuhnya jiwa adalah perbuatan yang diharamkan.
3. Menunda Pelaksaan Hukuman Mati Jika Ditakutkan Dapat Membahayakan Nyawa
Orang Lain.

Penjagaan ini adalah bukti kuat yang menunjukan bahwa islam adalah agama yang sangat
menjunjung tinggi kehormatan nyawa. Hukuman had dalam islam tidak dapat dilaksanakan
jika membahayakan jiwa yang lain, seorang wanita yang hamil tidak bisa diqishash sampai ia
melahirkan janin yang dikandungnya dan menyusuinya bahkan sampai bayi yang
dilahirkannya dapat mengunyah makanan jika tidak terdapat orang yang menyusui. Karena
jika ia dibunuh dalam keadaan hamil dan masih menyusui, maka janin yang dikandungnya
akan mati. Oleh sebab itu, nabi Muhammad saw menunda pelaksanaan hukuman rajam bagi
wanita ghomidiyah sampai melahirkan janinnya, menyusuinya dan sampai menyapihnya.

Dari Buraidah, Ia menuturkan: Seorang Wanita yang disebut Al Ghamidiyah datang


menemui Rasulullah Salallahu’alaihi wa sallam Ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku telah
berzina. Sucikanlah aku!” Tapi Rasulullah menolak pengakuannya tersebut. Keesokan
harinya, Ia datang kembali kepada Rasulullah seraya berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa
Anda menolak pengakuanku? Mungkin Anda menolakku sebagaimana menolak pengakuan
Ma’iz? Demi Allah, saat ini aku sedang Hamil”. Rasulullah mengatakan, “Baiklah, kalau
begitu kamu pergi dulu sampai kamu melahirkan anakmu”. Seusai melahirkan, Wanita itu
kembali menghadap Rasulullah sambil menggendong bayinya itu dalam selembar kain seraya
melapor, “Inilah bayi yang telah aku lahirkan”. Beliau bersabda,”susuilah bayi ini hingga di
sapih”. Setelah disapih, wanita tesebut kembali menghadap beliau dengan membawa bayinya
sedang ditangannya memegang sepotong roti. Ia berkata, “Wahai Nabi, aku telah
menyapihnya. Ia sudah bisa memakan makanan”. Beliau lalu menyerahkan anak itu kepada
seorang pria dari kalangan umat islam, kemudian Beliau memerintahkan agar menggali
lubang sampai diatas dada, lalu memerintahkan orang-orang untuk merajam wanita tersebut.
Saat itu Khalid bin Walid membawa batu di tangannya lantas melemparkannya kearah kepala
wanita itu hingga darahnya memuncrat hingga mengenai wajah Kholid bin Walid. Tak ayal
khalid memaki wanita itu. Mendengar makian khalid kepada wanita itu, Rasulullah
mengatakan,”Sabar khalid! Demi zat yang jiwaku ada ditangan-Nya, Sungguh dia telah
bertaubat dengan taubat yang seandainya dilakukan oleh seorang pemungut cukai (pajak)
niscaya ia akan diampuni”. Dalam sebuah riwayat disebutkan, Kemudian Rasulullah
mensholatkannya. Umar bertanya, ” Engkau mensholatinya, wahai Rasulullah, padahal ia
telah berzina?” Beliau menjawab, “Ia telah bertaubat dengan taubat yang sekiranya dibagikan
kepada 70 penduduk Madinah niscaya mencukupinya; apakah kamu menemukan taubat yang
lebih baik daripada orang yang menyerahkan jiwanya karena Allah”. (HR.Muslim)
Ibnu mundzir berkata, “ ulama bersepakat bahwa wanita hamil tidak dihukum rajam
sampai ia melahirkan janin yang dikandungnya.” iii

4. Sesuatu Yang Dilarang Menjadi Boleh Dalam Keadaan Terpaksa Yang Mengancam
Jiwa atau Nyawa.
Diantara penjagaan yang Allah syari’atkan untuk menjaga jiwa adalah bolehnya sesuatu
yang dilarang dalam kondisi darurat yang jika mengabaikannya dapat menyebabkan
kebinasaan dan hilangnya nyawa.Sebagaimana firman Allah swt, “Sesungguhnya Allah
hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang (yang ketika
disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa
(memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka
tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.
2:173)
Rasulullah SAW bersabda:
‫يَ ِّسرُوا َوالَ تُ َع ِّسرُوا‬

“Buatlah mudah, jangan mempersulit”. (HR. Bukhari dan Muslim).

‫ار‬ ِ َ‫ض َر َر َوال‬


َ ‫ض َر‬ َ  ‫ال‬
“Tidak boleh mendatangkan bahaya untuk diri sendiri dan orang lain” (HR. Ibnu
Majah).

Imam as-syuyuti berkata, ‘darurat itu adalah sebuah kedaan yang jika mengabaikannya
dapat mendatangkan kebinasaan, dan dalam kondisi tersebut sesuatu yang haram bisa
menjadi boleh.”iv
Jika manusia mendapati kedaan darurat yang dijelaskan oleh para ulama batasannya,
maka boleh baginya memakan bangkai asal diniatkan dalam rangka menjaga keselamatan
jiwa dari kematian. Bahkan menurut sebagian ulama memakan bangkai dalam kondisi darurat
tersebut hukumnya adalah wajib bersandar kepada firman Allah swt “dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan..”(QS. Al-baqarah:195)
Demikian penjagaan terhadap jiwa yang disebutkan dalam syari’at islam, dari uraian di
atas terbuktilah bahwa islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi kemuliaan jiwa.
Nyawa seseorang tidak bisa dibunuh kecuali dengan sebab yang dibenarkan syari’at. Mari
kita yakini dan amalkan bentuk penjagaan tersebut agar terjaga jiwa kita dari perbuatan yang
dilarang dan supaya tercipta kehidupan yang baik dan sejahtera.
i
Shahih Muslim No.145
ii
Sahih Bukhari No.46
iii
Kitab Al-Istis’ab Jilid I, hal 44
iv
Kitab Al-Ahbah Wa An-Nadhair, hal 85

Anda mungkin juga menyukai