Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

KONSEP DASAR KARYA DAN TAHAP PERSIAPAN PENYUSUNAN


KARYA TULIS ILMIAH
(Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Karya Tulis Ilmiah)
Dosen: Ns. Sriyatin, APP., S. Kep., M. Kes.

Disusun Oleh :
Kelompok 1 – 5

3B KEPERAWATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya  sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.

Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah Pengantar Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “Konsep Dasar Karyadan Tahap Persiapan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah”.

Terima kasih kami sampaikan kepada Ns. Sriyatin, APP, SKp, M. Kep selaku dosen
mata kuliah Pengantar Karya Tulis Ilmiah yang telah membimbing dan memberikan kuliah
demi terselesaikannya tugas makalah ini.

Demikian tugas ini kami susun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi tugas mata
kuliah Pengantar Karya Tulis Ilmiahdan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat
bagi diri kami dan khususnya untuk pembaca. Tak ada gading yang tak retak, begitulah
adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif
dan membangun sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan
makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Cirebon, 17 Agustus 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penulisan karya ilmiah dalam pembelajaran bahasa Indonesia telah
diperkenalkan pada siswa sejak pendidikan tingkat menengah pertama. Kemudian
akan dilanjutkan pada tingkat menengah atas, hingga perguruan tinggi. Namun,
apakah pengetahuan seorang siswa akan terus meningkat mengenai penulisan karya
ilmiah seiring seringnya berlatih menulis karya ilmiah dari jenjang yang mudah
hingga tingkat kesulitannya cukup rumit.
Pembahasan mengenai penulisan karya ilmiah telah menjadi persoalan
serius di kalangan pelajar baik tingkat menengah hingga perguruan tinggi. Maraknya
isu plagiat dan mudahnya mengakses berbagai informasi melalui dunia maya menjadi
kendala yang cukup berat bagi pengajar maupun pelajar. Kegiatan komunikasi
keilmuan secara tertulis menuntut pelajar untuk memiliki kemampuan dalam
menyampaikan argumen keilmuan dalam karya ilmiah. Jenis karya ilmiahpun
beragam, ada yang berupa artikel, laporan kajian, makalah, skripsi, tesis, dan disertasi.
Tidak sedikit di antara mereka yang mengalami kesulitan di dalam menuangkan
gagasan-gagasan ilmiahnya secara tertulis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu karya ilmiah?
2. Apa fungsi karya ilmiah?
3. Apa jenis-jenis karya ilmiah?
4. Apa prinsip-prinsip umum karya ilmiah?
5. Apa urgensi karya ilmiah?
6. Bagaimana pemilihan topik dan masalah?
7. Bagaimana pembatasan topik?
8. Bagaimana dalam penentuan judul?
9. Bagaimana pembuataan kerangka karya ilmiah?

C. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian karya ilmiah
2. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan fungsi karya ilmiah
3. Mahasiswa dapat memahami dan membedakan jenis- jenis karya ilmiah
4. Mahasiswa dapat memahamiprinsip-prinsip umum karya ilmiah
5. Mahasiswa dapat memahami urgensi karya ilmiah
6. Mahasiswa dapat memahamipemilihan topik dan masalah
7. Mahasiswa dapat memahami pembatasan topik
8. Mahasiswa dapat memahami Bagaimana dalam penentuan judul
9. Mahasiswa dapat memahami pembuataan kerangka karya ilmiah
BAB II
ISI
A. PENGERTIAN
Karya tulis ilmiah adalah sebuah karya tulis yang disajikan secara ilmiah
dalam sebuah forum atau media ilmiah. Karakteristik keilmiahan sebuah karya
terdapat pada isi, penyajian, dan bahasa yang digunakan. Isi karya ilmiah tentu
bersifat keilmuan, yakni rasional, objektif, tidak memihak, dan berbicara apa
adanya. Isi sebuah karya ilmiah harus fokus dan bersifat spesifik pada sebuah
bidang keilmuan secara mendalam. Kedalaman karya tentu sangat disesuaikan
dengan kemampuan sang ilmuwan. Bahasa yang digunakan juga harus bersifat
baku, disesuaikan dengan sistem ejaan yang berlaku di Indonesia. Bahasa ilmiah
tidak menggunakan bahasa pergaulan, tetapi harus menggunakan bahasa ilmu
pengetahuan, mengandung hal-hal yang teknis sesuai dengan bidang
keilmuannyaKata ―ilmiah dalam berbagai kesempatan seringkali dipandang
sebagai sesuatu yang rumit, terbatas, milik pihak tertentu dan tentu saja sulit
dilakukan. Temu ilmiah, misalnya terbatas pada ahli-ahli dalam bidang tertentu.
Karya ilmiah juga biasanya menggunakan media ilmiah, seperti jurnal ilmiah
atau forum ilmiah.Menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan
belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika) (DeProter,
1999:179). Peran otak kanan (emosi) dalam kegiatan menulis adalah memberikan
semangat, melakukan spontanitas, memberi warna emosi, memberikan imajinasi,
membuat gairah, memberikan nuansa unsur baru, dan memberikan corak
kegembiraan dalam tulisan sedangkan peran otak kiri (logika) dalam menulis
adalah membuat perencanaan (outline), menggunakan tatabahasa, melakukan
penyuntingan, mengerjakan penulisan kembali, dan melakukan penelitian tanda
baca.Camel Bird (2001:32) menyatakan bahwa seorang penulis di depan komputer
itu ibarat kucing yang terperangkap di balkon; mereka kadang menulis paling baik
ketika mereka terjebak dalam bahaya, menjerit untuk menyelamatkan hidup
mereka. Jika saya mengurung siswa-siswa saya di balkon, kadang saya mendapat
hasil berupa suara mereka.
B. FUNGSI KARYA ILMIAH
Secara mendasar fungsi karya ilmiah adalah sebagai sarana komunikasi
akademik dalam sebuah bidang kajian keilmuan. Di samping itu terdapat fungsi
dan manfaat yang bersifat pragmatis bagi guru yang menulis karya ilmiah. Hal ini
berkait dengan karir dan kepangkatan guru sebagai tenaga profesional. Menurut
Soehardjono (2006) prestasi kerja guru tersebut, sesuai dengan tupoksinya, berada
dalam bidang kegiatannya:
(1) pendidikan
(2) proses pembelajaran
(3) pengembangan profesi
(4) penunjang proses pembelajaran.
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 84/1993
tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, serta Keputusan bersama
Menteri Pendidikan dan kebudayaan dan Kepala BAKN Nomor 0433/P/1993,
nomor 25 tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya, pada prinsipnya bertujuan untuk membina karier kepangkatan
dan profesionalisme guru. Kebijakan itu di antaranya mewajibkan guru untuk
melakukan keempat kegiatan yang menjadi bidang tugasnya, dan hanya bagi
mereka yang berhasil melakukan kegiatan dengan baik diberikan angka kredit.
Selanjutnya angka kredit itu dipakai sebagai salah satu persyaratan peningkatan
karir. Penggunaan angka kredit sebagai salah satu persyaratan seleksi peningkatan
karir, bertujuan memberikan penghargaan secara lebih adil dan lebih professional
terhadap kenaikan pangkat yang merupakan pengakuan profesi, serta kemudian
memberikan peningkatan kesejahteraannya.
Fungsi utama karya ilmiah sebagaimana dipaparkan di atas adalah fungsi
akademik. Melalui karya ilmiah terjalin komunikasi akademik antarberbagai
komponen dalam sebuah bidang keilmuan. Seorang guru akan mengetahui model-
model terbaru dalam pembelajaran bahasa apabila membaca jurnal ilmiah atau
tulisan dari berbagai sumber. Demikian pula apabila menuliskan temuannya, guru
yang lain akan mengetahui hasil penelitian guru yang lain.
Fungsi lainnya adalah sebagai fungsi ekpresif dan fungsi instrumental. Fungsi
ekspresif adalah seseorang dapat menuangkan berbagai gagasan tertulis yang
dikomunikasikan kepada pihak lain. Menulis berdasarkan fungsi ini adalah usaha
pemenuhan kebutuhan diri seseorang sebagai ilmuwan atau sebagai manusia yang
berpikir. Sementara itu, fungsi instrumental adalah bahwa menulis menjadi media
bagi seseorang untuk meraih tujuan-tujuan lainnya. Apabila kita bersepakat bahwa
menulis itu berkomunikasi dengan orang lain, maka akan didapati fungsi menulis
sebagaimana fungsi komunikasi, yakni:
1. Fungsi sosial. Menulis akan menentukan citra diri dan eksistensi diri para
penulis secara sosial. Bagi kalangan akademik, kemampuan menulis
merupakan kebanggaan, karenamereka menyadari bahwa menulis
merupakan keterampilan tingkat tinggi yang tidak dimiliki setiap orang.
Dengan kemampuan menulis, orang akan mendapatkan posisi-posisi sosial
yang sebelumnya tidak diperoleh. Popularitas dan legalitas sosial
merupakan hal yang secara nyata bersignifikan dengan kebiasaan menulis
seseorang.
2. Fungsi ekspresi. Menulis diyakini sebagai media untuk mengekspresikan
pikiran, ide, gagasan, imajinasi si penulis. Melalui tulisan, para penulis
bisa menyampaikan keinginan, penyesalan, kegalauan, angan-angan,
ambisi, pendapat, bahkan cita-cita hidupnya. Melalui tulisan pula
seseorang bisa mengetahui pikiran dan perasaan orang lain.
3. Fungsi Ritual. Mungkin saja dengan menulis dan membacakannya
kegiatan ritual disampaikan. Melalui tulisan orang menyampaikan bela
sungkawa. Melalui tulisan pula orang menyampaikan doa dan ucapan
selamat. Tulisan mungkin saja telah menyebabkan orang yang stress dan
prustasi menjadi semangat dan optimis. Menulis ternyata bisa berfungsi
ritual dalam konteks ini.
4. Fungsi instrumental. Menulis juga bisa menjadi alat untuk mengubah
sesuatu (informasi, sikap, pendapat, pandangan) seseorang terhadap
sesuatu. Seseorang yang semula berpandangan picik terhadap reformasi
mahasiswa, mungkin saja berubah ketika membaca sebuah tulisan tentang
reformasi. Seseorang yang memiliki sikap jahat mungkin saja sadar akan
perbuatannya setelah membaca sebuah buku keagamaan. Inilah yang
dimaksud dengan fungsi intrumental menulis.
C. JENIS-JENIS KARYA ILMIAH
Karya tulis ilmiah secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori,
yakni KTI sebagai laporan hasil pengkajian/penelitian, dan KTI berupa hasil
pemikiran yang bersifat ilmiah. Keduanya dapat disajikan dalam bentuk laporan
hasil penelitian, buku, diktat, modul, karya terjemahan, makalah, tulisan di jurnal,
atau berupa artikel yang dimuat di media masa. Namun, karya yang dimuat di
media massa (koran, majalah) sebagian orang menyebutnya sebagai jenis karya
tulis ilmiah populer. Penamaan ini didasarkan pada prinsip bahwa koran dan
majalah merupakan media populer yang penggunaan bahasanya tidak resmi dan
baku sebagaimana bahasa yang harus disajikan dalam laporan penelitian. Namun
demikian, KTI populer ini juga mendapatkan penghargaan walaupun dengan nilai
yang berbeda dari karya tulis lainnya.
Menurut Soehardjono (2006) meskipun berbeda macam dan besaran angka
kreditnya, semua KTI (sebagai tulisan yang bersifat ilmiah) mempunyai
kesamaan, yaitu hal yang dipermasalahkan berada pada kawasan pengetahuan
keilmuan kebenaran isinya mengacu kepada kebenaran ilmiah kerangka sajiannya
mencerminan penerapan metode ilmiah tampilan fisiknya sesuai dengan tata cara
penulisan karya ilmiah. Secara lebih rinci beberapa contoh jenis karya ilmiah
tersebut dapat diuraikan berikut ini.
1. Laporan hasil penelitian
Laporan hasil penelitian dilakukan sebagai bukti bahwa seseorang telah
melakukan penelitian. Laporan hasil penelitian disusun berdasarkan
langkah-langkah penelitian dan temuan yang diperoleh pada saaat
penelitian dilakukan. Laporan hasil penelitian memuat hal-hal yang sejak
awal penelitian (proposal penelitian) disusun oleh peneliti untuk
dilaporkan. Laporan hasil penelitian mencakup hal-hal berikut:
pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian dan
pembahasan, kesimpulan dan saran. Komponen-komponen ini merupakan
hal-hal pokok dalam laporan penelitian, meskipun penyusunannya
didasarkan pada gaya selingkung setiap institusi atau lembaga.
Dengan demikian salah satu karakteristik yang harus ada dalam
laporan penelitian adalah sistematika laporan yang berurutan sebagaimana
dikemukakan di atas. Laporan yang demikian menunjukkan kerangka
penelitian yang sistematis dan lazim digunakan dalam dunia akademik.
Laporan penelitian juga harus memperhatikan aspek lainnya di luar
sistematika di atas, yakni bahasa yang digunakan harus menggunakan
bahasa Indonesia ilmiah, isi yang dituliskan harus benar-benar hasil
penelitian yang dilakukan. Data yang dicantumkan harus objektif
berdasarkan temuan dan teori yang disajikan harus mendukung data dan
temuan penelitian.
2. Makalah
Makalah sering diartikan sebagai sebuah karya ilmiah yang memuat
topik tertentu yang disajikan pada sebuah forum ilmiah atau disusun untuk
sebuah kepentingan tertentu, misalnya tugas kuliah. Makalah dapat
dihasilkan dari sebuah penelitian, namun juga dapat dihasilkan dari hasil
pemikiran dan kajian literatur yang memadai. Namun, fokus makalah
harus disusun berdasarkan sebuah topik keilmuan tertentu.
Makalah dapat dikategorikan ke dalam makalah biasa (comman paper)
dan makalah posisi (position paper) (UPI, 2007:5). Makalah biasa disusun
para mahasiswa untuk menyelesaikan tugas perkuliahan. Sementara
makalah posisi disusun untuk menentukan sebuah posisi keilmuan
(teoretik). Makalah posisi tidak hanya mendeskripsikan masalah atau topik
teoretis yang dibahas, namun juga menunjukkan di mana posisi makalah
(penulis) dalam topik teoretis tersebut.
3. Artikel jurnal ilmiah
Artikel jurnal disusun untuk kepentingan publikasi karya ilmiah
penulisnya dan menentukan posisi keilmuan seseorang. Artikel jurnal
ilmiah dapat disusun berdasarkan hasil sebuah penelitian atau hasil
pemikiran yang disertai kajian kepustakaan yang relevan dan
komprehensif. Artikel jurnal ilmiah disusun berdasarkan panduan umum
penulisan artikel jurnal dan gaya selingkung yang ditetapkan oleh masing-
masing pengelola jurnal.
Penulisan artikel jurnal ilmiah disusun berdasarkan sistematika: judul,
penulis, abstrak, kata kunci, pendahuluan, metode, hasil penelitian,
pembahasan, kesimpulan dan saran. Sementara itu artikel yang disusun
berdasarkan hasil pemikiran disusun sebagaiberikut: judul, penulis,
abstrak, kata kunci, pendahuluan, isi (terdiri atas beberapa subtopik), dan
simpulan. Prinsip utama tulisan jurnal adalah spesifik dan mendalam.
Spesifik artinya tulisan yang disajikan harus memuat bidang keilmuan
yang khusus, tidak bersifat umum. Oleh karena itu, penulis jurnal harus
orang yang memiliki keilmuan di bidangnya. Penulis jurnal adalah seorang
spesialis, bukan generalis. Mendalam berarti kajian yang disajikan harus
benar-benar menyentuh esensi keilmuan atau esensi topik yang
dibahasnya.
4. Bahasa karya ilmiah
Karya tulis ilmiah harus menggunakan bahasa ilmiah, yakni bahasa
resmi yang digunakan dalam bidang keilmuan. Bahasa keilmuan tentu
bukan bahasa pergaulan sehari-hari atau bahasa populer yang disajikan di
berbagai media. Karena karya ilmiah terbatas pembaca dan medianya,
maka bahasa yang digunakannya lebih terbatas pula, mungkin hanya
dipahami oleh mereka yang memiliki bidang keilmuan yang
sama.Secaraumum, bahasa ilmiah adalah bahasa Indonesia
yang baku (resmi) dan mengandung hal-hal teknis yang sesuai
dengan bidang keilmuannya. Bahasa yang demikian memiliki
karakteristik-karakteristik berikut.

BAB II
ISI
A. Prinsip-Prinsip Umum Karya Ilmiah
Prinsip umum karya ilmiah adalah sesuatu yang harus digunakan sebagai
pedoman dalam penulisan karya ilmiah. Dalam prinsip umum karya ilmiah terdapat
beberapa prinsip yang harus di patuhi yaitu sistematik, keutuhan, relevansi, konsistensi,
sederajat, fungsional, logika sederhana, efisiensi dan efektivitas.
1. Sistematik
Sistematika merupakan suatu penjabaran secara deskriptif tentang hal-hal yang
akan ditulis, yang secara garis besar dalam prosedur format penulisan pembuatan
makalah terdapat 3 hal utama yang menja di unsur pembuatan karya tulis terdiri dari
Bagian Awal, Bagian Isi dan Bagian akhir ?
2. Keutuhan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia arti kata utuh adalah sempurna
sebagaimana adanya atau sebagaimana semula (tidak berubah, tidak rusak, tidak
berkurang. Jadi keutuhan dalam karya ilmiah adalah karya ilmiah harus dibuat
sempuma dan tidak boleh berubah-ubah, tidak rusak dan tidak berkurang dari isi
karya ilmiahnya.
3. Relevansi
Setiap keterangan yang diperoleh dari sumber pustaka dan dicantumkan dalam
karya tulis wajib diikuti keterangan acuan (rujukan).
4. Konsistensi
Karya tulis ilmiah yang dihasilkan harus memperlihatkan keajegan dan
konsistensi pemikiran yang utuh, baik secara keseluruhan maupun hubungan antar
bab/antar bagian dalam karya tulis yang disajikan.
5. Sederajat
Sederajat dalam karya ilmiah merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang
disetarakan melalui ciri-ciri logis, sistematis, jelas, terbuka, absolut, menyeluruh
seksama objektif dan kebenarannya dapat diuji.
Sehingga dapat bermanfaat dalam penelitian lain. Derajat dalam penulisan
karya ilmiah ada 3 yaitu:
a. Derajat I : Frontier Science atau Primary Literature: adalah karya yang
merupakan gabungan dari berbegai usaha untuk mendapatkan pengetahuan baru
dengan segala cara yang dapat diterima oleh manusia, seperti dengan cara
eksperimen sederhana, mencoba atau memikirkan sesuatu dengan serius.
b. Derajat II : Secondary Literature: karya pada derajat I yang telah dipublikasikan
dan banyak diacu atau dirujuk dalam penulisan karya ilmiah (misalnya
monograf, review artikel, graduate textbooks).
c. Derajat III : Tertiary Literature atau Textbook Science, karya yang telah
menjadi textbook dan kebenarannya seakan absolut, sehingga menjadi sejenis
materi pengejaran dogmatis.
6. Fungsional
Setiap karya ilmiah memiliki fungsional adalah sebagai alat pengembangan
ilmu pengetahuan, tambahan bahan pustaka, dan kepentingan praktis di lapangan
dalam satu disiplin ilmu tertentu.
7. Logika
Sederhana Logika sederhana dalam penulisan karya ilmiah pemikiran atau
pengetahuan yang dapat dipahami secara akal dan terbukti secara ilmiah yang tidak
berlebihan.
8. Efisiensi dan Efektivitas
a. Efisiensi Maksudnya hanya mempergunakan kata/kalimat yang penting dan
mudah dipahami.
b. Efektivitas Maksudnya adalah baik alinea atau subbab harus menunjukkan
adanya satukebulatan pikiran, ada penekanan dan ada pengembangan.
B. Urgensi Karya Tulis Ilmiah
Hakekat pengetahuan dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang
mendorong penelitian untuk melakukan penelitian. Setiap orang mempunyai motivasi
yang berbeda, diantaranya dipengaruhi oleh tujuan dan profesi masing-masing. Motivasi
dan tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama yaitu bahwa penelitian
merupakan refleksi dari keinginan manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk
melakukan penelitian.
Secara umum urgensi dari metode penelitian menurut Sutrisno Hadi, ialah untuk
menemukan pengetahuan baru, mengembangkan pengetahuan dan menguji kebenaran
suatu pengetahuan.
a. Urgensi Menulis Ilmiah
1) Syarat kelulusan kuliah (Sarjana-Doktor).
2) Bukti keahlian dan keilmuan (pakar) → peneliti, dosen, pustakawan, praktisi
(cendekiawan) dan PNS pejabat fungsional lainnya.
3) Tuntutan eksistensi profesi (kenaikan pangkat/golongan, target kinerja
Lembaga).
4) Syarat menjadi pengelola publikasi ilmiah (jurnal/prosiding) → editor in chief,
editor dan reviewer.
5) Pemimpin kegiatan riset Lembaga → universitas, lemlitbag, industri (R&D).
6) Kolaborator riset (penyedia referensi, pengelola data dan seminator hasil riset,
sumber dana riset).
7) Promosi dan bisnis (popularitas, royalty, hak cipta dan paten).

C. Prinsip-Prinsip Umum Karya Ilmiah


Prinsip umum karya ilmiah adalah sesuatu yang harus digunakan sebagai
pedoman dalam penulisan karya ilmiah. Dalam prinsip umum karya ilmiah terdapat
beberapa prinsip yang harus di patuhi yaitu sistematik, keutuhan, relevansi, konsistensi,
sederajat, fungsional, logika sederhana, efisiensi dan efektivitas.
9. Sistematik
Sistematika merupakan suatu penjabaran secara deskriptif tentang hal-hal yang
akan ditulis, yang secara garis besar dalam prosedur format penulisan pembuatan
makalah terdapat 3 hal utama yang menja di unsur pembuatan karya tulis terdiri dari
Bagian Awal, Bagian Isi dan Bagian akhir ?
10. Keutuhan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia arti kata utuh adalah sempurna
sebagaimana adanya atau sebagaimana semula (tidak berubah, tidak rusak, tidak
berkurang. Jadi keutuhan dalam karya ilmiah adalah karya ilmiah harus dibuat
sempuma dan tidak boleh berubah-ubah, tidak rusak dan tidak berkurang dari isi
karya ilmiahnya.
11. Relevansi
Setiap keterangan yang diperoleh dari sumber pustaka dan dicantumkan dalam
karya tulis wajib diikuti keterangan acuan (rujukan).
12. Konsistensi
Karya tulis ilmiah yang dihasilkan harus memperlihatkan keajegan dan
konsistensi pemikiran yang utuh, baik secara keseluruhan maupun hubungan antar
bab/antar bagian dalam karya tulis yang disajikan.
13. Sederajat
Sederajat dalam karya ilmiah merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang
disetarakan melalui ciri-ciri logis, sistematis, jelas, terbuka, absolut, menyeluruh
seksama objektif dan kebenarannya dapat diuji.
Sehingga dapat bermanfaat dalam penelitian lain. Derajat dalam penulisan
karya ilmiah ada 3 yaitu:
d. Derajat I : Frontier Science atau Primary Literature: adalah karya yang
merupakan gabungan dari berbegai usaha untuk mendapatkan pengetahuan baru
dengan segala cara yang dapat diterima oleh manusia, seperti dengan cara
eksperimen sederhana, mencoba atau memikirkan sesuatu dengan serius.
e. Derajat II : Secondary Literature: karya pada derajat I yang telah dipublikasikan
dan banyak diacu atau dirujuk dalam penulisan karya ilmiah (misalnya
monograf, review artikel, graduate textbooks).
f. Derajat III : Tertiary Literature atau Textbook Science, karya yang telah
menjadi textbook dan kebenarannya seakan absolut, sehingga menjadi sejenis
materi pengejaran dogmatis.
14. Fungsional
Setiap karya ilmiah memiliki fungsional adalah sebagai alat pengembangan
ilmu pengetahuan, tambahan bahan pustaka, dan kepentingan praktis di lapangan
dalam satu disiplin ilmu tertentu.
15. Logika
Sederhana Logika sederhana dalam penulisan karya ilmiah pemikiran atau
pengetahuan yang dapat dipahami secara akal dan terbukti secara ilmiah yang tidak
berlebihan.
16. Efisiensi dan Efektivitas
c. Efisiensi Maksudnya hanya mempergunakan kata/kalimat yang penting dan
mudah dipahami.
d. Efektivitas Maksudnya adalah baik alinea atau subbab harus menunjukkan
adanya satukebulatan pikiran, ada penekanan dan ada pengembangan.

D. Urgensi Karya Tulis Ilmiah


Hakekat pengetahuan dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang
mendorong penelitian untuk melakukan penelitian. Setiap orang mempunyai motivasi
yang berbeda, diantaranya dipengaruhi oleh tujuan dan profesi masing-masing. Motivasi
dan tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama yaitu bahwa penelitian
merupakan refleksi dari keinginan manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk
melakukan penelitian.
Secara umum urgensi dari metode penelitian menurut Sutrisno Hadi, ialah untuk
menemukan pengetahuan baru, mengembangkan pengetahuan dan menguji kebenaran
suatu pengetahuan.
b. Urgensi Menulis Ilmiah
8) Syarat kelulusan kuliah (Sarjana-Doktor).
9) Bukti keahlian dan keilmuan (pakar) → peneliti, dosen, pustakawan, praktisi
(cendekiawan) dan PNS pejabat fungsional lainnya.
10) Tuntutan eksistensi profesi (kenaikan pangkat/golongan, target kinerja
Lembaga).
11) Syarat menjadi pengelola publikasi ilmiah (jurnal/prosiding) → editor in chief,
editor dan reviewer.
12) Pemimpin kegiatan riset Lembaga → universitas, lemlitbag, industri (R&D).
13) Kolaborator riset (penyedia referensi, pengelola data dan seminator hasil riset,
sumber dana riset).
14) Promosi dan bisnis (popularitas, royalty, hak cipta dan paten).
BAB II
ISI

A. PEMILIHAN TOPIK DAN MASALAH


Topik berasal dari bahasa Yunani “topoi” yang berarti tempat. Menurut
(Widyamartaya dan Sudiati 1997:31; Sudarmoyo 2000:11; Arifin:8) Topik/masalah
adalah pokok pembicaraan. . Topik adalah inti utama dari seluruh isi tulisan yang
hendak disampaikan atau lebih dikenal dengan topik pembicaraan. Pemilihan topik
merupakan tahap awal dari suatu penulisan karya tulis dan sangat menentukan arah
kegiatan penulisan karya tulis berikutnya. Topik tidak serupa dengan judul, Topik
lebih luas dari judul karena mencakup isi pokok dan area yang akan dibahas dan
ditulis.
Contoh penulisan topik :

Hubungan Motivasi dengan Produktivitas Kerja Perawat di RSD Gunung Jati

Isi Pokok Area yang akan dibahas

Hal-hal yang patut dipertimbangkan dengan seksama oleh penyusun karya ilmiah
menurut Arifin (2003:8) :
1. Topik yang dipilih harus berada di sekitar kita, baik di sekitar pengalaman kita
maupun di sekitar pengetahuan kita. Hindarilah topik yang jauh dari diri kita
karena hal itu akan menyulitkan kita ketika menggarapnya.
2. Topik yang dipilih harus topik yang paling menarik perhatian kita.
3. Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan terbatas.
Hindari pokok masalah yang menyeret kita kepada pengumpulan informasi yang
beraneka ragam.
4. Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang objektif. Hindari topik yang
bersifat subjektif, seperti kesenangan atau angan-angan kita.
5. Topik yang dipilih harus kita ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya, walaupun serba
sedikit. Artinya topik yang dipilih itu janganlah terlalu baru bagi kita.
6. Topik yang dipilih harus memiliki sumber acuan, memiliki bahan kepustakaan
yang dapat memberikan informasi tentang pokok masalah yang hendak ditulis.
Sumber kepustakaan dapat berupa buku, majalah, jurnal, surat kabar, brosur, surat
keputusan, situs web, atau undang-undang.
B. Pembatasan Topik
Topik yang akan diangkat dalam permasalahan harus dibatasi sampai tahap yang
paling sempit dan terbatas agar pembahasannya tidak terlalu luas dan terarah.
Dalam memilih dan menentukan topik, sering kali kita menemukan beberapa
keterbatasan (5 M) yang harus disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu:
a. Minat.
Topik tulisan sebaiknya sesuai dengan minat. Usahakan agar topik masalah
yang akan dipilih sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Topik masalah
yang kurang sesuai dengan minat, akan menghambat konsentrasi dan
keseriusan dalam penyelesaian karya tulis tersebut.
b. Mampu Dilaksanakan.
Topik masalah yang dipilih harus bisa dilaksanakan dengan baik, oleh karena
itu penulis harus mempunyai:
1) Kemampuan menguasai materi dan teori/konsep
2) Waktu yang cukup.
3) Tenaga pelaksana yang terlatih dan cukup
4) Dana cukup tersedia. Penulis harus dapat menghimpun dana yang
diperlukan.
c. Mudah Dilaksanakan.
Penulisan dapat dilaksanakan karena cukup faktor pendukung, seperti:
1) data cukup tersedia
2) izin dapat diperoleh dari pihak yang berwenang.
d. Mudah Dibuat Masalah yang Lebih Luas.
Topik masalah yang telah dipilih sebaiknya dapat dikembangkan lagi
sehingga dapat disusun/dibuat rancangan yang lebih kompleks untuk
penulisan berikutnya.
e. Manfaat.
Penulisan harus bermanfaat dan dapat digunakan hasilnya oleh orang-orang
tertentu atau kelompok masyarakat dalam bidang tertentu dan khusus.

Dengan adanya pembatasan topik ini maka penulis dihadapkan kepada pemilihan
suatu prioritas topik tertentu yang akan dilakukan.

Pembatasan topik akan membantu penulis dalam beberapa hal:


1. Pembatasan memungkinkan penulis untuk menulis dengan penuh keyakinan dan
kepercayaan, karena topik itu benar-benar diketahuinya.
2. Pembatasan dan penyempitan topik akan memungkinkan penulis untuk
mengadakan penelitian yang lebih intensif mengenai masalahnya. Dengan
pembatasan itu penulis akan lebih mudah memilih hal-hal yang akan
dikembangkan.

Cara membatasi sebuah topik secara umum dapat dilakukan dengan mempergunakan
cara sebagai berikut:
1. Tetapkanlah topik yang akan digarap dalam kedudukan sentral.
2. Mengajukan pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan sentral itu
masih dapat dirinci lebih lanjut? Bila dapat, tempatkanlah rincian itu sekitar
lingkaran topik pertama tadi.
3. Tetapkanlah dari rincian tadi mana yang akan dipilih.
4. Mengajukan pertanyaan apakah sektor tadi masih dapat dirinci lebih lanjut atau
tidak.
Demikian dilakukan secara berulang sampai diperoleh sebuah topik yang sangat
khusus dan cukup sempit.

Cara mempersempit sebuah topik seperti disebutkan “Cipta Lika Caraka” dapat
dilakukan sebagai berikut.
1. Menurut tempat
Contoh, Indonesia lebih khusus daripada dunia, pulau jawa lebih khusus daripada
tanah air Indonesia, dan sebagainya.
2. Menurut waktu/ periode zaman
Contoh, “Perkembangan Islam” bisa dibatasi “ Perkembangan Islam di Masa Nabi
Muhammad SAW”
3. Menurut Hubungan Kausal
Contoh, “Perkembangan Islam” dapat dikhususkan pembahasannya menjadi
“Sebabnya Islam Tersiar”
4. Menurut pembagian bidang kehidupan manusia (politik, sosial, ekonomi, agama,
kebudayaan, ilmu pengetahuan, kesenian)
Contoh, Topi “ Pembangunan di Indonesia” dapat dibatasi menjadi “
Pembangunan Politik Masa Orde Baru”
5. Menurut aspek umum-khusus
Contoh, Topik “ Pengaruh Kebijaksanaan 15 November 1978 Terhadap
Masyarakat” dapat dikhususkan menjadi “ Pengaruh Kebijaksanaan 1978
Terhadap Usaha Kerajinan Rotan di Amuntai”
6. Menurut objek material dan objek formal
Objek material ialah bahan yang dibicarakan, sebagai objek formal ialah dari
sudut mana bahan itu ditinjau.
Contoh: “Perkembangan Pers di Indonesia di Tinjau dari Segi Kebebasannya.
Perkembangan Pers di Indonesia sebagai objek material, dan di Tinjau dari Segi
Kebebasannya adalah objek material.
BAB II
ISI

A. Perbedaan Antara Judul Dalam Proposal Penelitian, Skripsi/Thesis/Disertasi, Dan


Artikel Ilmiah
1. Menyusun Judul Penelitian
Judul penelitian harus selalu berpatokan dengan masalah. Sekurang-kurangnya ada
lima tahapan jika kamu akan membuatnya. Urutan dalam membuat penelitian adalah:

a. Topik – Menentukan topik adalah hal pertama yang wajib dilakukan oleh seorang
peneliti. Peneliti harus fokus dengan pencarian topik tentang apa yang akan dikaji.
b. Masalah – Setelah menentukan topik, maka amatilah melalui kegiatan observasi
atau bisa juga dengan studi kasus. Dari hasil pengamatan nanti sang peneliti harus
bisa menemukan masalah. Akan tetapi jika memang tidak menemukan masalah
maka tidak perlu mengada-adanya. Masalah adalah ketimpangan antara harapan
dan juga kondisi yang terjadi di lapangan.
c. Identifikasi masalah – Sebenarnya sama dengan pembahasan menentukan
masalah, hanya saja pada identifikasi masalah seorang peneliti harus menuliskan
masalah dengan kompleks dan rinci.
d. Batasan masalah – Merupakan upaya untuk membatasi ruang lingkup masalah
yang masih terlalu luas. Pada hal ini, penulis wajib untuk membuat batasan-
batasan pada penelitian yang akan dilaksanakan.
e. Judul – Ada yang bilang kalau judul itu harus panjang dan spesifik, ada juga yang
bilang judul itu harus pendek dan menyeluruh. Semuanya merupakan pendapat
yang sama benar, kamu boleh menggunakan keduanya. Akan tetapi dalam
pembuatan proposal penelitian kualitatif, akan lebih baik jika judul dibuat pendek
dan holistik (menyeluruh). Kemudian bisa dilanjutkan dengan pembuatan batasan
masalah.

2. Judul Penelitian dalam Proposal Penelitian, Skripsi/Tesis/Disertasi, dan Artikel Ilmiah


a. Proposal
Proposal merupakan karya tulis yang harus dipersiapkan mahasiswa sebagai
syarat untuk memprogram skripsi dan merupakan bagian dari perencanaan
penyusunan skripsi agar mahasiswa dapat mempersiapkan pelaksanaan penelitian
secara sistematis, metodologis dan logis, sehingga tugas penelitian dilaksanakan
dengan benar dan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.
Judul proposal harus mencerminkn masalah, variable, dan objek yang diteliti serta
desain penelitian yang dipakai.
b. Skripsi/Tesis/Disertasi
Skripsi/Tesis/Disertasi adalah karya tulis mahasiswa mengenai hasil penelitian
(eksploratif, deskriptif, atau eksperimental),yang dilaksanakan sesuai dengan
proposal yang telah dinilai dan disetujui.Judul skripsi harus memenuhi kriteria
singkat, jelas, dan menunjukkan masalah yang diteliti, serta tidak membuka
peluang penafsiran yang beragam.Di atas judul ditulis kata
“SKRIPSI/TESIS/DISERTASI”.
c. Artikel ilmiah
Artikel ilmiah berbasis penelitian adalah bentuk tulisan yang memaparkan
hasil penelitian yang telah dilakukan. Dapat dikatakan bahwa artikel jenis ini
merupakan bentuk ringkasan laporan penelitian yang dikemas dalam struktur yang
lebih ramping. Redaksi menerima artikel berupa kajian hasil penelitian, kajian
ilmiah dan gagasan ilmiah aktual yang belum pernah diterbitkan/dipublikasikan
(orisinil). Judul artikel ilmiah harus singkat, informatif, maksimum 20 kata, dan
ditulis ditengah (center) dengan huruf capital. Huruf tebal digunakan untuk judul
artikel dan setiap judul bab dan sub bab. Judul bab menggunakan format huruf
kapital (uppercase), sedangkan judul sub bab menggunakan format judul (title
case). Judul bab dan sub bab berawal dari tepi kiri.
B. Penulisan judul karya tulis ilmiah diatur dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Judul tidak boleh berupa kalimat artinya judul tidak boleh menggunakan bentuk
bahasa yang terdiri atas subjek dan predikat serta tidak boleh diawali dengan kata
kerja
2. Redaksi judul hendaknya menghindari penggunaan kata klise (misalnya:
pengaruh, beberapa, studi pendahuluan dan penelaahan);
3. Judul harus berbentuk frasa (kelompok kata). Kata atau unsur yang satu sebagai
keterangan atau penjelasan kata atau unsur yang lain dan merupakan satu kesatuan
pengertian yang utuh
4. Judul sebaiknya tidak lebih dari 15 kata (tidak termasuk kata sambung dan kata
depan), kecuali pada buku
5. Judul yang panjang dapat dibagi menjadi judul dan anak judul atau tambahan,
untuk penulisan judul yang panjang, antara judul dan anak judul dipisahkan oleh
tanda titik dua ( : ) atau tanda kurung ( (...) ) dan menggunakan ukuran huruf yang
sama
6. Judul ditulis dengan font times new roman tebal dengan ukuran 14 point, judul
dan anak judul ditulis dengan huruf kapital, termasuk penulisan kata tugas yaitu
kata depan dan kata sambung , dan
7. Penulisan judul menggunakan sistem simetris dan diupayakan berbentuk segitiga
terbalik dengan jarak ketik satu spasi. Penulisan judul tidak diakhiri tanda titik.
8. Ketentuan pembuatan judul karya ilmiah
a. Jumlah kata untuk judul 12-15 kata
b. Letak nama penulis : setelah judul, ditengah
c. Letak asal penulis : setelah nama, ditengah
d. Letak alamat E-mail penulis : setelah asal, cetak miring, ditengah
9. Ketentuan penulisan antar bagian
a. Jarak antar bagian ; spasi 1 yang dilakukan sebanyak dua kali enter sehingga
ada satu baris yang kosong
b. Sub judul : ditulis dengan format penomoran 1.1 ( kemudian 1.1.1, 1.1.2, dst ),
1,2, dan seterusnya
C. Pembuatan judul artikel yang sesuai dengan kaidah

1. Setiap Huruf di Awal Kata Ditulis Dengan Huruf Kapital

Ada beberapa ragam cara penulisan judul, di antaranya adalah menulis


keseluruhan huruf dengan huruf kapital (contoh: ANAK PERAWAN DI SARANG
PENYAMUN). Cara itu tidak salah, tetapi menimbang dari segi kerapian, banyak
yang lebih memilih cara konvensional. Cara penulisan judul yang benar adalah
menulis setiap awal kata dengan huruf kapital, terutama huruf pada kata paling depan
(perhatikan: Siti Nurbaya, Salah Asuhan, Ronggeng Dukuh Paruk). Aturan ini berlaku
untuk hampir semua jenis kata termasuk nama, tempat, sifat, keterangan. Namun, ada
beberapa pengecualian yang akan dijelaskan pada poin-poin berikut.

2. Gunakan Huruf Kecil untuk Preposisi, Konjungsi, dan Interjeksi

Yang dimaksud dengan preposisi adalah kata depan yang diikuti oleh kata
lainnya. Dilihat dari fungsinya, kata ini memiliki fungsi untuk menjelaskan dan
memberikan kesinambungan antara kata sebelum dan kata selanjutnya. Yang
termasuk dalam preposisi adalah: di, ke, pada, dalam, yaitu, kepada, daripada, untuk,
bagi, ala, bak, tentang, mengenai, sebab, secara, terhadap, dst. Contoh judul
menggunakan preposisi:

-Tips Memasak Daging ala Chef Juna

-Surat dari Praha

-Anak Perawan di Sarang Penyamun

Sedangkan konjungsi adalah nama lain dari kata sambung. Kata ini memiliki
fungsi untuk menghubungkan kata-kata, kalimat-kalimat, dan ungkapan-ungkapan
dan tidak memiliki makna khusus jika berdiri sendiri. Kata-kata yang termasuk
konjungsi termasuk dan, atau, tetapi, ketika, seandainya, supaya, pun, seperti, oleh,
karena, sehingga, bahwa, kalau, untuk, kemudian. Contoh konjungsi dalam suatu
judul:

-Si Jamin dan Si Johan

-Dahulu Kaya, kemudian Miskin: Sebuah Antologi Kisah

Terakhir, interjeksi, adalah istilah lain untuk kata seru yang mengungkapkan isi
hati dari si pembicara. Kata ini relatif jarang ditemui pada judul karya-karya tulis
serius, tetapi banyak menjadi pilihan untuk narasi yang bersifat ekspresif. Contoh
interjeksi adalah Alhamdulillah, duh, ih, cih, yuk, wah, wow, amboi, ah, lho, dan lain-
lain.

Perhatikan judul-judul berikut:

-Gaya Busana Adik Alyssa Soebandono Ini Tidak Kalah dengan Kakaknya, lho!

-Jalan-Jalan ke Maldives, yuk!

Meskipun demikian, ketiga jenis kata partikel tersebut harus tetap ditulis
dengan huruf kapital apabila letaknya di kata pertama sebuah judul, sesuai dengan
kaidah awal. Kita bisa menjadikan sejumlah karya besar sebagai contoh pengecualian
ini, termasuk Dari Ave Maria sampai Jalan Lain ke Roma, Kalau Tak Untung, atau
judul-judul berita yang sering kita lihat seperti: Wow, Lihat Nasib Artis Ini Sekarang!

3. Perhatikan Kaidah Huruf Kapital pada Kata Ulang


Terkadang, kita menemukan kata ulang pada judul yang akan kita gunakan.
Untuk mengetahui cara penulisannya, pertama-tama kita harus mengenali bentuk kata
ulang tersebut. Pada dasarnya, kata ulang bisa didefinisikan sebagai kata yang telah
mengalami pengulangan (reduplikasi) pada kata dasarnya. Kata ulang murni
(dwilingga) dan kata ulang semu harus ditulis dengan huruf kapital di setiap awal kata
karena sifatnya yang bisa dibilang tidak mengalami perubahan apapun. Seperti
contoh-contoh berikut:

-Pengalamanku Menyembelih Biri-Biri di Hari Raya Kurban

-Hidup Si Kupu-Kupu Malam

-Sayap-Sayap Kenangan

-Kecil-Kecil Jadi Manten

Sedangkan bentuk kata ulang sebagian, kata ulang berimbuhan, kata ulang
dwipurwa, dan kata ulang perubahan—semua yang sederhananya sudah mengalami
perubahan bentuk—hanya ditulis kapital pada huruf pertama kata ulang. Seperti pada
judul-judul berikut ini:

- Kapolres Situbondo: Gerak-gerik Ibu Korban Mencurigakan

- Berjalan-jalan di Kota Surabaya

- Cerai-berai Negeriku

Secara umum, dalam membuat sebuah judul kita harus memerhatikan bentuk
dan tata kalimat untuk memutuskan mana saja kata yang harus kita beri huruf kapital.
Ini penting untuk membuat susunan kata yang elok dipandang dan terasa rapi, juga
menarik.

D. KERANGKA PENULISAN KTI (LAPORAN AKHIR)

Secara berurutan kerangka penulisan KTI terdiri dari 3 bagian seperti tersebut di
bawah ini :

1. Bagian Awal Bagian awal KTI terdiri atas :


a. Halaman sampul depan
b. Halaman sampul dalam dan prasyarat gelar
c. Halaman pernyataan
d. Halaman persetujuan
e. Halaman pengesahan
f. Halaman kata pengantar
g. Halaman abstrak
h. Halaman daftar isi
i. Halaman daftar tabel
j. Halaman daftar gambar
k. Halaman daftar lampiran
l. Daftar arti lambang, singkatan dan istilah

Secara berurutan bagian awal terdiri dari 12 komponen seperti tersebut di bawah ini :

1. Halaman sampul depan


Halaman ini memuat berturut-turut : KTI, Judul, lambang Poltekkes
Kemenkes , nama Jurusan keperawatan Poltekkes Kemenkes, dan tahun KTI
diujikan.” Halaman ini menggunakan kertas Buffalo warna kuning tua.
2. Halaman Sampul Dalam
Halaman ini berisi materi yang sama dengan halaman sampul depan, tetapi
menggunakan kertas putih sesuai dengan ketentuan Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes.
3. Halaman pernyataan
Halaman ini memuat pernyataan peneliti tentang keaslian KTI
4. Halaman Persetujuan
Halaman ini memuat nama lengkap beserta gelar dan tanda tangan para
pembimbing. Diketahui oleh Kajur/ Kaprodi
5. Halaman menetapkan panitia penguji
Halaman ini memuat tanggal, bulan tahun pelaksanaan, ujian, nama ketua dan
anggota penguji KTI
6. Halaman Kata pengantar
Halaman ini memuat pernyataan terima kasih mahasiswa kepada mereka yang
telah membantu dalam melakukan penelitian dan dalam penyusunan naskah,
bantuan beberapa pihak yang dianggap penting dan berperan penting dalam
penyelesan karya tulis.
7. Halaman Abstrak
Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia, berisi IMRAD: Introduction (masalah
dan tujuan), Method, Result (hasil penelitian) serta Discussion (kesimpulan
dan saran) disertai kata kunci (keyword) diakhir halaman abstrak. Jumlah kata
dalam abstrak paling banyak 250 kata.
8. Halaman daftar isi
Daftar isi memuat semua bagian dalam usulan penelitian, KTI, termasuk
urutan bab, sub bab dan anak sub bab dengan nomor halamannya.
9. Halaman daftar tabel
Daftar tabel memuat nomor urut tabel, judul tabel dan nomor halaman
Contoh : lihat lampiran 14 1.1.10 Halaman daftar gambar Daftar gambar
memuat nomor urut gambar, judul gambar dan nomor halaman.
10. Halaman daftar lampiran
Daftar gambar memuat nomor urut gambar, judul gambar dan nomor halaman
11. Daftar arti lambang, singkatan, dan istilah
Daftar ini memuat arti lambang, singkatan dan istilah yang digunakan dalam
penulisan KTI
12. Bagian Inti

Penjelasan bagian inti sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan masalah
1.3. Tujuan penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
1.3.2. Tujuan Khusus
1.4. Manfaat penelitian
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Medis
2.2 Konsep Masalah Keperawatan
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan (Desain Penelitian)
3.2 Subyek penelitian
3.3 Batasan istilah (Definisi operasional)
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.5 Teknik dan instrumen pengumpulan data
3.6 Keabsahan Data
3.7 Analisis Data
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian
4.1.2 Karakteristik subyek penelitian (identitas klien)
4.1.3 Data Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
2) Diagnosis
3) Perencanaan
4) Pelaksanaan
5) Evaluasi
4.2 Pembahasan
1) Pengkajian
2) Diagnosis
3) Perencanaan
4) Pelaksanaan
5) Evaluasi

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

5.2Saran

BAGIAN AKHIR Bagian akhir terdiri dari:

3.3.1 Daftar Pustaka

3.3.2 Lampiran
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Karya tulis ilmiah adalah sebuah karya tulis yang disajikan secara ilmiah
dalam sebuah forum atau media ilmiah. Karakteristik keilmiahan sebuah karya
terdapat pada isi, penyajian, dan bahasa yang digunakan. Isi karya ilmiah tentu
bersifat keilmuan, yakni rasional, objektif, tidak memihak, dan berbicara apa adanya
Sebuah karya tulis yang baik tentu yang komunikatif, maksudnya pesan yang
disampaikan dipahami pembaca sebagaimana maksud si penulis. Tulisan yang
komunikatif disampaikan melalui bahasa-bahasa yang tersusun sistematis, mudah
dicerna, tidak bertele-tele, dan tidak bermakna ganda (ambigu).Karya tulis ilmiah
tidak selamanya berawal dari hasil penelitian. Karya tulis ilmiah juga dapat dihasilkan
dari pemikiran-pemikiran mendalam yang dilengkapi dengan kajian kepustakaan.

B. Saran

Demikian makalah ini kami susun. Punulis menyadari dalam makalah ini
masih banyak sekali kekurangan dan jauh dari kesan “Sempurna”. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang kontruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah
selanjutnya. Akhirnya semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.
DAFTAR PUSTAKA

Hayati, Rina.(2019).8 Jenis Karya Ilmiah dan Penjelasan Nya.


https://penelitianilmiah.com/jenis-karya-ilmiah/ (Diakses 17 Agustus 2020)

Iskandar, Denny.(2019).Karya Tulis Ilmiah.


http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/
196606291991031-DENNY_ISKANDAR/Materi_Karya_Tulis_Ilmiah.pdf (Diakses 17
Agustus 2020)

Kurniawan, Aris.(2020).Karya Ilmiah-Pengertian, Tujuan, Manfaat, Bentuk, Struktur,


Komponen, Sikap, Macam, Ciri, Para Ahli. https://www.gurupendidikan.co.id/karya-
ilmiah/ (Diakses 17 Agustus 2020)

Wikipedia.(2020).Karya Ilmiah. https://id.wikipedia.org/wiki/Karya_ilmiah#:~:text=Karya


%20ilmiah%20(bahasa%20Inggris%3A%20scientific,dan%20ditaati%20oleh
%20masyarakat%20keilmuan. (Diakses 17 Agustus 2020)

https://mediaguru.co.id/konsultasi-umum-2/prinsip-menulis-karya-ilmiah/
2015. Pengertian dan Urgensi Penelitian. https:metodepenelitiana.wordpress.com
https://www.researchgate.net/publication/342877664_MENULIS_KARYA_TULIS_ILMIAH_Urgen
si_Ketentuan_Persiapannya.

Fadhilah, Lailatul, Eska Riyanti dan Ns. Nurhalimah. 2018. Bahan Ajar Keperawatan Tugas
Akhir. Jakarta: BPPSDM Kemenkes RI.
Dr. Diana Silaswati, M.Pd. 2018. Pentingnya Penentuan Topik Dalam Penulisan Karya Tulis
Ilmiyah. https://ejournal.unibba.ac.id/index.php/AKURAT (Diambil pada 17 Agustus
2020)
Hasna. 2018. Pemilihan Topik, Masalah, Pembatasan Topik dan Penentuan Judul.
https://id.scribd.com>document>p...Hasilwebpemilihantopik,masalah,pembatasantopik
danpenentuanjudul-Scribd (Diambil pada 17 Agustus 2020)
Prof. Azril Azahari, Ph.D. 2015. Modul 1 Pengertian Penulisan Karya Tulis Ilmiah.
https://repository.ut.ac.id/4523/1/LUHT4353-M1.pdf (Diambil pada 17 Agustus 2020)

Wibowo, dkk. https://www.slideshare.net/ (diakses pada tanggal 17 Agustus 2020)

Hardian. https://sintesa.net/ (diakses pada tanggal 17 Agustus 2020)


UNAIR. 2016. “Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi”. (www.unair.ac.id). (diakses pada
tanggal 17 Agustus 2020)

UPI. 2019. “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah”. (www.upi.edu). (diakses pada tanggal 17
Agustus 2020)

Padoli, dkk. 2014. Pedoman penyusunan karya tulis ilmiah. Surabaya. Poltekkes Surabaya.

Wiratno, dkk. 2014. Pengantar Linguistik Umum. In : Bahasa, Fungsi Bahasa,dan konteks
sosial. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai