Anda di halaman 1dari 11

EVAKUASI KORBAN DI AIR

Water Rescue adalah kegiatan pertolongan atau penyelamatan serta cara pemindahan korban dari
perairan seperti kolam, sungai, dan laut.

PENYEBAB ORANG TENGGELAM

 Tidak bisa berenang

 Kram/kejang otot

 Panik

 Faktor kesehatan

 Air yang terlalu dalam

 Bunuh diri

TEHNIK MENOLONG ORANG YANG TENGGELAM

 Raih korban dengan tangan/alat tertentu jika korban belum terlalu jauh dengan kita.
Usahakan memakai alat yang bisa terapung.

 Lempari korban dengan benda yang bisa terapung dan tarik korban pelan-pelan. Lalu
angkat korban keluar dari air.

 Dekati korban dengan perahu lalu angkat korban dari dalam air ke atas perahu.

 Dekati korban dengan berenang. Tarik korban dari belakang dan tenangkan. Bawa korban
keluar dari air.

ATAU DENGAN CARA BERIKUT :


 Reach (Pertolongan yang dilakukan dari / pinggir kolam / dermaga dengan cara meraih
korban karena posisinya di pinggir atau dengan menggunakan alat sepeti galah, kayu, dan
lain-lain).

 Throw (Lanjutan dari metode reach dimana pertolongan dengan cara melempar alat
apung dan penolong berada pada daerah aman).

 Row (Pertolongan yang dilakukan jika kedua langkah diatas sudah tidak dapat dilakukan,
maka penolong harus mendekat kearah korban dengan menggunakan kapal kecil untuk
mendekat ke korban lalu melakukan reach / throw).

 Go (Pilihan terakhir yang harus dilakukan karena tidak tersedianya peralatan yang
digunakan untuk mendekat dan posisi korban jauh atau tempat yang tidak memungkinkan
untuk menggunakan perahu).

 Tow / Carry (Paling beresiko tinggi bagi penolong, karena harus langsung kontak dengan
korban).

HAL YANG DI LAKUKAN :

1. Lakukan pertolongan seaman mungkin JANGAN LAKUKAN masuk kelokasi tersebut


tanpa pengaman, kecuali anda mengenal lokasi. Bila tidak yakin dengan kemampuan diri
sendiri sebaiknya carilah bantuan.” Lebih baik kehilangan satu orang daripada kehilangan
dua orang”, maksudnya ” Jangan menambah korban lebih banyak”.

2. Cari kayu, tali, ring buoy yang dapat menjangkau korban, kalau tidak bisa baru berenang
menggunakan gaya bebas dengan kepala diangkat . Penolong saat melakukan pertolongan
terhadap korban harus tetap melihat kearah korban atau tempat terakhir korban agar bisa
mempelajari situasi dan kondisi disekitar korban.

3. Dekati korban, berhenti berenang dengan mengambil posisi sekitar dua meter dari korban
untuk memperkirakan bagaimana kondisi korban, lakukan komunikasi dengan korban,
dan sebutkan identitas penolong. untuk kasus korban yang masih sadar, berikut ini adalah
kutipan percakapan penolong dengan korban :
” Tenang, saya akan menolong anda, Nama saya Paijo, saya anggota Garda Rescue. Saya
akan menolong anda, tolong ikuti perintah saya dan jangan meronta”.

4. Apabila korban meronta dan berusaha merangkul penolong, maka penolong harus
berusaha menjauhi korban, karena dalam kasus ini cukup sering ditemukan si penolong
ikut tenggelam juga akibat si korban panik dan meronta ketika berusaha ditolong, baik
tenggelam dalam air tawar maupun air laut.

5. Hindari kontak langsung bila korban panik dan lakukan teknik defends and release
sampai si korban terlihat kelelahan, baru kemudian lakukan teknik penyelamatan. Teknik
ini digunakan bila tindakan korban dapat mengancam nyawa penolong dan dikhawatirkan
dapat menambah korban baru. Catatan : Saat menarik korban untuk korban yang tidak
bernafas, diberi bantuan nafas mulut ke hidung sebanyak 1 kali dengan hitungan
pemberian nafas dengan jeda hitungan ke – 9 hitungan (Ref : ADS International)

6. Membawa korban ke darat dan letakkan ditempat yang aman.

7. Mengecek kesadaran korban dengan cara mengoyang – goyangkan tubuh korban sambil
menegur korban.

Selanjutnya dilakukan pertolongan dengan suatu rumusan sederhana yang mudah diingat
yaitu ABC. Hal ini diartikan sebagai :

 A = Airway ( Jalan nafas )

 B = Breathing ( Bernafas )

 C = Circulation ( Sirkulasi, Peredaran Darah yakni jantung dan pembuluh darah )

8. Selanjutnya korban dibawah ke klinik atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan
pertolongan yang intensif.

9. Untuk kasus korban yang sadar tapi mengalami kesulitan bernafas maka dilakukan
langkah – langkah sebagai berikut :
10. Posisikan korban pada posisi pulih atau posisi istirahat

11. Bersihkan benda – benda yang menyumbat rongga mulut korban, contoh : gigi palsu,
makanan dll

12. Kembalikan posisi normal, tekan dahi dan naikkan dagu ( posisi ini bertujuan untuk
memperlancar jalan nafas

13. Bila diperlukan diberikan nafas buatan dua kali dari mulut ke mulut ( untuk menghindari
penularan penyakit, contoh Hepatitis, sebaiknya menggunakan alat bantu pemberian
nafas dari mulut ke mulut )

Untuk korban yang tidak sadar, mempunyai nafas yang tidak kuat atau belum bernafas, langkah
– langkahnya sebagai berikut :

Pada posisi normal dengan dagu terangkat sambil mengecek nadi di leher

 Jika tidak ada nadi maka dilakukan pertolongan ABC

 Jika nadinya kecil maka lakukan pertolongan AB + Supportive C, gunakan Algoritma


syok

 Jika nadinya cukup maka lakukan pertolongan A dengan / tanpa B Untuk korban yang
tidak sadar, mempunyai nafas yang tidak kuat atau belum

Teknik defends

 Menghalangi dengan kaki (leg block)


Menghalangi dengan tangan (arm block)
Elbow lift ( mengangkat siku)

 Duck away
Untuk korban yang mematuhi perintah, lakukan tehnik penyelamatan dengan cara :

 Under arm carry

 Tired swimmer carry

 Wristow

 Hip carry

 Hip carry with pistol grip

 Double chin carry

14. Bila korban dapat diajak berkomunikasi dan tidak panik, maka penyelamat dapat
melakukan teknik pertolongan Sebagai penolong dalam melakukan pertolongan selalu
dianjurkan menggunakan alat bantu, namun demikian seorang penolong harus siap untuk
melakukan pertolongan dengan atau tanpa alat bantu.

15. Jika korban sudah tenggelam, pertolongan harus dilakukan dengan menggunakan alat
pertolongan selam atau yang di sebut Teknik Under Water Rescue

DIAGNOSIS KORBAN TENGGELAM :

Pendektakan diagnosis secara komprehensif dilakukan tindakan resusitasi dan stabilisasi


hemodinamik selesai dilakukan. Anamnesis dapat dilakukan pada orang yang
menemukan atau menyaksikan kejadian tenggelam, keluarga korban, atau korban
tenggelam. Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari penyebab
tenggelam, penyakit penyerta, dan komplikasi yang mungkin timbul. Pemeriksaan
laboratorium, foto toraks, dan EKG dilakukan saat korban sudah berada di fasilitas
pelayanan kesehatan, atau di unit gawat darurat.

KOMPLIKASI KORBAN TENGGELAM :


ada korban tenggelam yang selamat dapat terjadi komplkasi acute respiratory distress
syndrome (ARDS), pneumonia (12%), kerusakan neurologis permanen, sepsis, koagulasi
intravaskular diseminata (KID)

KASUS

Tn A berusia 21 tahun akibat gagal audisi D’Academy nekat mencoba bunuh diri dengan
cara menenggelamkan diri ke laut selatan. Tn A saat ini masih tercatat sebagai seorang
mahasiswa di sebuah PTN ternama di Surabaya. Saat ini korban telah berhasil dievakuasi
ke tepi oleh tim penyelemat dalam keadaan masih hidup setelah tenggelam.

Tindakan :

Primary Survey

Airway : Kaji adanya sumbatan jalan nafas akibat paru-paru yang terisi cairan
Manajemen : Kontrol servikal, bebaskan jalan nafas

Breathing : Periksa adanya peningkatan frekuensi nafas, nafas dangkal dan cepat, klien
sulit bernafas

Manajemen : Berikan bantuan ventilasi

Circulation : Kaji penurunan curah jantung

Manajemen : Lakukan kompresi dada

Disability : Cek kesadaran klien, apakah terjadi penurunan kesadaran

Manajemen : Kaji GCS, periksa pupil dan gerakan ektremitas

Exposure : Kaji apakah terdapat jejas

Pengkajian Fisik

Keadaan Umum : Klien biasanya tampak lemah, pucat, sesak, dan kesulitan bernafas

B1-B6

 B1 : Klien mengeluh sesak dan sulit bernafas, pernafasan cepat dan dangkal, RR
meningkat
 B2 : Tekanan darah klien menurun, klien tampak pucat, sianosis dan nadi meningkat
(takikardi)
 B3 : Klien mengalami penurunan kesadaran, GCS menurun
 B4 : Tidak ditemukan kelainan
 B5 : Tidak ditemukan kelainan
 B6 : Kaji adanya fraktur karena terbentur benda keras
DIAGNOSA KASUS:

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan supresi reflek batuk
sekunder akibat aspirasi air ke dalam paru
2. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan refraktori dan kebocoran
interstitial pulmonal / alveolar pada status cedera kapiler paru
3. Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan kurangnya suplai
oksigen

INTERVENSI :

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan supresi reflek batuk


sekunder akibat aspirasi air ke dalam paru
1. Kaji status pernafasan klien
2. Pertahankan posisi tubuh/posisi kepala dan gunakan jalan nafas tambahan bila
perlu
3. Catat perubahan dalam bernafas dan pola nafasnya
4. Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui adanya
penurunan atau tidaknya ventilasi dan adanya bunyi tambahan
5. Berikan fisioterapi ada misalnya: postural drainase, perkusi dada/vibrasi jika
ada indikasi
6. Jelaskan penggunaan peralatan pendukung
7. Kaji kemampuan batuk, latihan nafas dalam, perubahan posisi dan lakukan
suction bila ada indikasi

Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan refraktori dan kebocoran


interstitial pulmonal / alveolar pada status cedera kapiler paru
1. Kaji status pernafasan, catat peningkatan respirasi atau perubahan pola nafas
2. Kaji tanda distress pernafasan, peningkatan frekuensi jantung, agitasi,
berkeringat, sianosis
3. Observasi adanya somnolen, confusion, apatis, dan ketidakmampuan
beristirahat
4. Catat ada tidaknya suara nafas dan adanya bunyi nafas tambahan
5. Berikan humidifier oksigen dengan masker CPAP jika ada indikasi
6. Berikan dan monitor terapi bronkodilator sesuai indikasi
7. Pertahankan ventilasi mekanis

Gangguan perfusi serebral yang berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen


1. Kaji tingkat kesadaran klien dengan GCS
2. Melakukan sirkulasi perifer secara komperhensif
3. Pantau tekanan darah
4. Catat status neurologi secara tertatur, bandingkan dengan nilai standar
menghindari suhu yang kestrim dan ekstremitas
5. Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai
6. Monitor tanda vital setiap 1 jam
7. Tinggikan kepala pasien 15-45 derajat sesuai indikasi yang dapat ditoleransi

GAMBAR
DAFTAR PUSTAKA

Tyas.( 2016 ). Modul Keperawatan Kegawadaruratan dan Managemen Bencana.Jakarta.PPSDM

Anda mungkin juga menyukai