PEMBAHASAN
dan pengambilan data dengan metode total sampling yaitu dengan cara
Dari data tersebut bisa di lihat kebiasaan merokok pada anak usia sekolah di
SDN Candirejo 01 Ungaran dengan hasil 50,5 % sangat tinggi untuk perilaku
Di lihat dari usia anak sekolah 6-12 tahun, perkembangan anak mulai
emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu, dia mulai
52
mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasan).
perkembangan usia sekolah ini adalah marah, takut, iri hati, kasih sayang, rasa
ingin tahu, dan kegembiraan (rasa senagng, nikmat, atau bahagia). (Yanis,
2013).
perilaku yang baru untuk anak dimana anak usia sekolah dalam masa meniru
apa yang dilakukan oleh orang dewasa dan berteman dengan teman sebaya
untuk dapat masuk ke dalam suatu kelompok sebaya. Salah satu perilaku yang
tar, serta menghisap asap yang telah dihasilkan dari pembakaran tembakau dan
terjadi pada usia remaja dan anak - anak, akan terus berlanjut samapai individu
untuk merokok dan pengaruh tidak langsung seperti adanya model yang kuat
di dalam lingkungannya seperti orang tua, teman sebaya, dan iklan. Faktor
53
psikologis, individu yang merokok dilakukan untuk mendapatkan kesenangan,
kenyamanan, merasa lepas dari kegelisahan, dan juga untuk mendapatkan rasa
percaya diri. Faktor biologis orang yang pernah merasakan rokok maka akan
lebih ketika bergaya. Menurut Komalasari & Helmi (2009), teman mempunyai
peran yang sangat berarti bagi anak, karena pada masa anak-anak yang mulai
diterima dalam kelompok membuat anak berbuat apa saja (Setyawati, 2016).
peroleh data ada 49 anak yang merokok. Anak – anak tidak setiap hari
rokok, dan 5 anak ( 5%) lainnya merokok 5 batang rokok dalam satu minggu.
tempat yang sepi, dengan menggunakan tempat yang sepi maka anak merasa
aman ketika merokok. Tempat yang digunakan untuk merokok antara lain di
rumah saat tidak ada orangtua, di sungai, di sawah, di kebun rumah tetangga,
di kuburan dan dirumah teman yang lebih dewasa dan merokok. Hal ini sesuai
dengan aspek tempat merokok oleh Komalasari dan Helmi ( Aryani, 2013 ).
54
Dari tempat - tempat yang biasa di gunakan anak – anak merokok di
Mereka mendapatkan rokok dari sisa uang saku jajan, dan ada juga yang
mendapatkan karena di beri oleh teman ketika sedang bermain. Ketika anak –
anak tidak merokok dalam satu hari tidak merasa ada yang kurang.
perokok dunia sendiri tersebar dari berbagai macam kalangan, baik itu
dewasa, laki- laki, perempuan, kaya, miskin; dan bahkan sudah merambah ke
Hasil penelitian yang dilakukan (Astuti, 2012) dari 188 siswa yang
merokok, kebanyak responden yang mulai merokok pada usia 11-13 tahun
sebanyak 141 siswa sedangkan pada usia 8-10 tahun sebanyak 47 siswa
kebanyakan dari keluarga dengan ayah dan kakak laki-laki yang merokok.
perilaku merokok berawal dari mengimitasi keluarga yaitu orang tua dan
lingkungan sosial yaitu orang-orang yang lebih dewasa maupun teman sebaya.
mengagumi terhadap apa yang diimitasi (Kaparang, 2013). Selain itu alasan
55
anak merokok yaitu keinginan yang besar untuk mencoba, paksaan yang
teman merokok, ikut-ikut teman yang merokok dan perasaan iri yang timbul
ketika teman sebaya merokok serta agar terlihat bergaya didepan teman-teman
yang lain.
sekitar rumah, selain itu penjualan eceran atau batangan meningkatkan akses
anak dan remaja terhadap rokok. Penjualan rokok batangan merupakan hal
yang biasa, walaupun harga per bungkus sudah rendah. Hal ini mempermudah
lingkungan, ataupun lingkungan yang juga terdiri dari makhluk sosial atau
seseorang, dan kemudian terjadilah sebuah interaksi diantara orang atau juga
56
masyarakat dengan lingkungannya. Terdapat beberapa faktor dalam
Keluarga merupakan salah satu lingkungan pertama kali seorang anak atau
Dan tugas keluarga adalah menjaga agar lingkungan keluarga terbentuk secara
baik agar menjadi pembelajaran dan bekal untuk anak. Khususnya merokok
adalah hal yang tidak baik, dan keluarga harus mengajarkan pada anak untuk
belakangi oleh orang tua tetapi merokok dapat diakibatkan oleh pengaruh dari
luar seperti faktor lingkungan tempat dimana anak tersebut bergaul, teman
sebaya, dan sosial media atau iklan TV(Ariani & Margawati, 2011).
dikemudian hari, hal ini terjadi paling sedikit disebabkan oleh karena dua hal
Pertama, karena anak tersebut ingin seperti bapaknya yang kelihatan gagah
dan dewasa saat merokok. Kedua, karena anak sudah terbiasa dengan asap
rokok dirumah, dengan kata lain disaat kecil mereka telah menjadi perokok
57
pasif dan sesudah remaja anak gampang saja beralih menjadi perokok aktif.
Selain melihat orang tua yang merokok anak – anak melihat anggota keluarga
keluarga yang lain untuk ikut merokok, terutama pada anak-anak, mereka
merokok untuk menujukkan jati dirinya agar bisa terlihat lebih dewasa seperti
hermansyah, 2016).
hubungan yang signifikan antara kontrol orang tua dengan perilaku merokok
di kalangan remaja, dimana remaja dengan kontrol orang tua yang kurang baik
orang tua terhadap remaja dalam memilih teman juga dapat meningkatkan
pada anak yaitu faktor teman sebaya. Keinginan yang besar untuk mencoba,
dan perasaan iri yang timbul ketika teman sebaya merokok serta agar terlihat
58
mempunyai nilai lebih ketika bergaya. teman mempunyai peran yang sangat
berarti bagi anak, karena pada masa anak-anak yang mulai beradaptasi dengan
merokok. Iklan rokok secara tidak langsung dapat mendorong anak untuk
bagi laki – laki karena mengambarkan kejantanan. Iklan dalam media massa
secara langsung atau tidak akan mempengaruhi individu. Dimulai dari minat
beli hingga mindset. Bagi seorang dewasa yang melek media, paparan iklan
dalam media mungkin tidak akan terlalu mempengaruhinya. Akan tetapi bagi
para remaja yang belum memiliki cukup pengetahuan dalam hal literasi media
di Jakarta pada anak-anak remaja. Hasilnya adalah 91.7 % remaja berusia 13-
bagi remaja berusia 11-15 tahun, iklan merupakan faktor pendorong signifikan
59
untuk merokok. Sebaliknya pada ketiga partisipan, iklan tidak memberi
pengaruh yang signifikan pada perilaku merokok mereka. Iklan rokok tidak
menjadi pemicu perilaku merokok pada partisipan, hanya saja iklan rokok
2018).
dengan p-value sebesar 0.000 < α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa adanya
dapat diterima karena telah terbukti bahwa adanya analisis yang menunjukkan
60
faktor sosial atau lingkungan. Terkait itu, kita tentu telah mengetahui bahwa
dengan individu lain, pengaruh dari lingkungan sosial dalam hal ini
orang lain dan kadang kala mencoba untuk meniru perlakuannya. Hal ini
sebagai suatu proses yang terjadi pada remaja untuk mencari jati diri dan
kebiasaan – kebiasaan yang baik saja yang ditiru, melainkan juga kebiasaan –
norma dalam pembentukan perilaku anak. Orang tua menjadi panutan bagi
anak - anaknya baik perilaku positif maupun negatif. Pola asuh yang salah dari
bebas (King, 2013). Berdasarkan penelitin menurut (Astuti, 2012) dari 188
siswa yang merokok, kebanyak responden yang mulai merokok pada usia 11,
sebanyak 47 siswa kebanyakan dari keluarga dengan ayah dan kakak laki-laki
yang merokok.
61
Penelitian yang dilakukan (Adistie, 2015) bahwasannya faktor
cukup besar adalah adanya teman dekat atau sahabat yang merupakan perokok
yaitu sebanyak 91,67%. Menurut Tarwoto (2010), semakin banyak anak yang
perokok, pada usia 12-13 tahun tekanan dari teman dan dari pengaruh lain
makin sulit dilawan. Jika teman-teman di sekolah merokok, maka anak akan
adalah karena ajakan teman-teman yang sukar ditolak, selain itu juga, ada juga
pelajar pria mengatakan bahwa pria menjadi perokok setelah melihat iklan
rokok. Ini berarti bahwa tindakan merokok diawali dari adanya suatu sikap,
tidak setuju terhadap respon yang datang dari luar dalam hal ini adalah rokok.
Orang melihat rokok atau melihat orang lain merokok, lalu respon apa yang
muncul di dalam pikiran atau perasaannya, bisa saja orang tertarik (setuju)
atau tidak tertarik (tidak setuju), hal ini akan terjadi pada setiap orang. Orang
62
Pada penelitian Septiana (2016) menunjukkan bahwa lingkungan sosial
dan terpaan iklan rokok memiliki pengaruh pada sikap awal remaja terhadap
pengaruh dari lingkungan sosial yaitu iklan rokok berada dalam taraf lemah
terdapat pengaruh antara lingkungan dan terpaan iklan dengan sikap awal
Salah satu kategori iklan yang dibatasi adalah iklan rokok. Batasan
yang di tulis dalam kode etik periklanan adalah iklan rokok tidak boleh
2011).
cukup besar adalah adanya teman dekat atau sahabat yang merupakan perokok
yaitu sebanyak 91,67%. Menurut Tarwoto (2010), semakin banyak anak yang
perokok, pada usia 12-13 tahun tekanan dari teman dan dari pengaruh lain
makin sulit dilawan. Jika teman-teman di sekolah merokok, maka anak akan
63
Penelitian menurut (wibawa, 2013) menunjukkan bahwa ada hubungan
dikarenakan faktor terbesar dari kebiasaan merokok adalah faktor sosial atau
lingkungan. Terkait itu, kita tentu telah mengetahui bahwa karakter seseorang
teman pergaulan. Bersosialisasi merupakan cara utama pada anak – anak dan
tindakan orang lain dan kadang kala mencoba untuk meniru perlakuannya. Hal
ini sebagai suatu proses yang terjadi pada anak dan remaja untuk mencari jati
diri dan belajar menjalani hidup. Namun, sangat disayangkan karena tidak
hanya kebiasaan – kebiasaan yang baik saja yang ditiru, melainkan juga
perilaku merokok pada anak ada pengaruh lain selain lingkungan sosial, bisa
di sebabkan oleh faktor diri anak tersebut ketika anak merasa kesepian atau
stress dia meluapkan emosinya dengan merokok. Selain dari faktor diri bisa
D. Keterbatasan
64
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian di lakukan
10tahun sebanyak 76 orang (78.4%), dari jumlah tersebut anak yang berusia 9
tahun berjumlah 11, anak yang berusi 10 tahun rjumlah 32 anak. kemudian
berusia 11 tahun terdapat 30 anak, anak yang berusia 12 tahun 17 anak, dan
lain dalam keluarga. Secara kontras, menjadi perokok tetap lebih berkaitan
65