Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

1. Pengertian
Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara kukuh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita
normal (Fitria, 2009, hlm.75).
Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klienyang tidak
sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapatdiubah secara logis oleh
orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiranklien yang sudah kehilangan kontrol
(Direja, 2011).
Waham curiga adalah keyakinan seseorang atau sekelompok orangberusaha
merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulangtetapi tidak sesuai dengan
kenyataan (Kelliat, 2009).

2. Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)


a. Data Subjektif
1) Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
2) Tidak tepat menilai lingkungan / realitas.
3) Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
4) Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan
5) Cara berbicara cenderung kasar
b. Data Objektif
1) Klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga, bermusuhan
2) Tampak takut, kadang panik
3) Ekspresi tegang, mudah tersinggung
4) Menolak makan
5) Tidak ada perhatian pada perawatan diri
6) Ekspresi wajah sedih/gembira/ketakutan
7) Gerakan tidak terkontrol
8) Mudah tersinggung
9) Menghindar dari oranglain
10) Mendominasi pembicaraan

3. Penyebab (faktor predisposisi dan presipitasi)


a. Predisposisi
1) Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal seseorang.
Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir dengan gangguan
persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan
emosi tidak efektif
2) Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya
waham.
3) Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan, dapat menimbulkan
ansietas dan berakhir pengingkaran terhadap kenyataan.
4) Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak,
atau perubahan pada sel kortikal dan limbik
5) Faktor genetic (Fitria, 2009, hlm.77)

b. Faktor Presipitasi
1) Faktor Sosial Budaya
Waham dapat dipicu karena danya perpisahan dengan orang yang berarti atau
diasingkan dari kelompok
2) Faktor biokimia
Dopamin, norepinefrin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi
penyebab waham pada seseorang.
3) Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan
yang menyenangkan. (Fitria, 2009, hlm.77)

4. Rentang Respon, jenis-jenis, fase-fase


a. Rentang respon

Respon Adaptif <-----------------------------------> Respon Maladaptif


Pikiran Logis                         Distorsi Pikiran                          Gangguan Pikiran
1. Persepsi Kuat                 1. Ilusi                                  1. Sulit Berespon
2. Emosi Konsisten            2. Reaksi Emosi                     2. Emosi
3. Dengan Pengalaman       3. Berlebihan                           3. Perilaku kacau
4. Perilaku Sesuai
5. Berhubungan Sesuai

b. Jenis-jenis
1) Waham agama keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan, 
diungkapakan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
2) Waham kebesaran klien yakin bahwa ia memiliki kebesaran dan kekuasaan
khusus, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
3) Waham somatik klien yakin bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau
terserang penyakit, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
4) Waham curiga klien yakin bahwa seseorang atau kelompok yang berusaha 
merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai
kenyataan.
5) Waham nihilistik klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi/meninggal, 
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
6) Waham sisip pikir klien yakin bahwa ad aide atau pikiran orang lain yang
disisipkan kedalam pikirannya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai
kenyataan.
7) Waham siar pikir klien yakin orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan
walaupun tidak dinyatakannya kepada orang tersebut , diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai kenyataan.
8) Waham kontrol pikir klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar, ,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
c. Fase-fase
1) Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis.Secar fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas.Biasanya klien sangat miskin
dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang
secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara
Reality dengan selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi
menginginkan dipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat
berpengalaman dn diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena
sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi
juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang ( life span history ).
2) Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self idealdengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui
kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya,
menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta
memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal  yang
melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh.Dari aspek
pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya
sangat rendah.
3) Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan
diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan
tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal.Lingkungan sekitar klien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak
benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan
keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi 
tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak
merugikan orang lain.
4) Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu
yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-
ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma ( Super Ego ) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan
dosa saat berbohong.
5) Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya.
Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari
lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindar
interaksi sosial ( Isolasi sosial ).
6) Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang
tidak terpenuhi ( rantai yang hilang ). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting
sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi social
5. Psikopatologi
Gangguan proses pikir: waham biasanya diawali dengan adanya riwayat penyakit
berupa kerusakan pada bagian korteks dan limbik otak. Bisa dikarenakan terjatuh atau
didapat ketika lahir.Hal ini mendukung terjadinya perubahan emosional seseorang yang
tidak stabil. Bila berkepanjangan akan menimbulkan perasaan rendah diri, kemudian
mengisolasi diri dari orang lain dan lingkungan. Waham kebesaran akan timbul sebagai
manifestasi ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Bila respon
lingkungan kurang mendukung terhadap perilakunya dimungkinkan akan timbul risiko
perilaku kekerasan pada oranglain (Fitria, 2009, hlm.79-80).

Pohon Masalah

Resiko tinggi perilaku kekerasan

Perubahan proses pikir : waham

Isolasi sosial

Harga Diri Rendah Kronis

Pohon Masalah Perubahan Proses Pikir : Waham (Fitria, 2009).

6. Diagnosis Keperawatan
Perubahan proses pikir : waham

7. Intervensi Keperawatan
Tujuan :
a. Pasiendapat berinteraksi kepada realitas secara bertahap
b. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
c. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
d. Pasien menggunakan obat dengan teratur
Tindakan :
1) Bina hubungan salling percaya. Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham.
Anda harus membina hubugan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi dengan anda. Tindakan yang harus anda lakukan
dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah :
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiapkali bertemu pasien.
2) Bantu orientasi realita
a) Tidak mendukung atau membantah waham pasien
b) Yakinkan pasien berada dalam kedaan aman
c) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
d) Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya
e) Fokuskan pembicaraan pada realitas (mis, memanggil nama pasien), menjelaskan
hal yang sesuai realita
f) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realita
3) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah.
4) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien
5) Berdiskusi tentang kemampuan psoitif yang dimiliki
6) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
7) Berdiskusi tentang obat yang diminum
8) Melatih minum obat yang benar
(Keliat, 2007, hlm.167)
Tindakan keperawatan Untuk Keluarga
Tujuan :
1. Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
2. Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang dipenuhi
oleh wahamnya
3. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal
Tindakan :
1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien dirumah
2. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami oleh pasien
3. Diskusikan dengan keluarga tentang :
a. Cara merawat pasien waham dirumah
b. Follow up dan keteraturan pengobatan
c. lingkungan yang tepat untuk pasien
4. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi,
efek samping, akibat penghentian obat)
5. Diskusikan tentang kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera
6. Latih cara merawat
7. Latih keluarga perawatan lanjutan untuk pasien.
(Keliat, 2007, hlm.138-139)
STRATEGI PELAKSANAAN

Masalah Utama : Waham

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan bahwa dia adalah nabi, tampak selalu memakai pakaian putih, tampak
bicara banyak, mendominasi pembicaraan.
2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Proses Pikir: Waham
B. STRATEGI PELAKSANAAN
a. Tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan :

1) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap


2) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
3) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan yang tidak


terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktekkan pemenuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi

ORIENTASI

“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Ninik, saya Mahasiswa dari Universitas Ngudi Waluyo,
saya merawat mas. Nama mas siapa, senangnya dipanggil apa?”

“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang mas B rasakan sekarang?”

“Berapa lama mas B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?” “Dimana
enaknya kita berbincang-bincang, mas?”

KERJA

“Saya mengerti mas B merasa bahwa mas B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita lanjutkan
pembicaraan yang tadi terputus mas?”

“Tampaknya mas B gelisah sekali, bisa mas ceritakan apa yang


mas B rasakan?”

“O... jadi mas B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri mas sendiri?”

“Siapa menurut mas B yang sering mengatur-atur diri mas?”

“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya mas, juga kakak dan adik mas yang lain?”

“Kalau mas sendiri inginnya seperti apa?”

“O... bagus mas sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri”

“Coba kita tuliskan rencana dan jadual tersebut mas”

“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya mas ingin ada kegiatan diruangan ini ya.

TERMINASI

“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang dengan saya?”

”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”

“Bagaimana kalau jadual ini mas coba lakukan, setuju mas?”

“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”

”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Mas miliki? Mau di mana kita bercakap-
cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”
SP 2 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu
mempraktekkannya

ORIENTASI :
“Selamat pagi mas B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”

“Apakah mas B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran amas?”

“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi mas B tersebut?”

“Berapa lama mas B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit tentang hal
tersebut?”

KERJA :
“Apa saja hobby amas? Saya catat ya Mas, terus apa lagi?”

“Wah.., rupanya mas B pandai main catur ya, tidak semua orang bisa bermain catur seperti
itu lho B”(atau yang lain sesuai yang diucapkan pasien).

“Bisa mas B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main catur, siapa yang dulu
mengajarkannya kepada mas B, dimana?

“Bisa mas B peragakan kepada saya bagaimana bermain catur yang baik itu?”

“Wah..baik sekali permainannya”

“Coba kita buat jadual untuk kemampuan mas B ini ya, berapa kali sehari/seminggu mas B
mau bermain catur?”

“Apa yang mas B harapkan dari kemampuan bermain catur ini?”

“Ada tidak hobi atau kemampuan mas B yang lain selain bermain catur?”

TERMINASI :
“Bagaimana perasaan mas B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan
amas?”

“Setelah ini coba mas B lakukan latihan catur sesuai dengan jadual yang telah kita buat
ya?”

“Besok kita ketemu lagi ya mas?”

“Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di ruang tamu saja, ya setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus mas B minum, setuju?”

“Bagaimana kalau sekarang mas B teruskan kemampuan bermain catur tersebut...”

SP 3 Pasien :Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar

ORIENTASI:
“Selamat pagi mas B.”

“Bagaimana mas sudah dicoba latihan caturnya? Bagus sekali”

“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita membicarakan
tentang obat yang mas B minum?”

“Dimana kita mau berbicara? Di ruang tamu ini saja?”

“Berapa lama mas B mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?

KERJA:
“Mas B berapa macam obat yang diminum/ Jam berapa saja obat diminum?”

“ Mas B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”

“Obatnya ada tiga macam mas, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang,
yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP
gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang,
dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut mas B terasa kering, untuk membantu mengatasinya
amas bisa banyak minum ”.

“Sebelum minum obat ini mas B dan ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah benar
nama mas tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus
diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar”

“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam
waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya mas B tidak menghentikan sendiri obat
yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter”.

TERMINASI :

“Bagaimana perasaan mas B setelah kita bercakap-cakap

tentang obat yang mas B minum?. Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”

“Mari kita masukkan pada jadual kegiatan amas. Jangan lupa minum obatnya dan nanti saat
makan minta sendiri obatnya pada perawat”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya Mas!”
“mas, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.
”Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di sini?”
“Sampai besok.”
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP).Jakarta: Salemba
Medika.
Keliat. 2007. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic Course). Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai