Anda di halaman 1dari 5

TUGAS HUKUM PERIZINAN

MATERI SETELAH UTS

Oleh

Kelompok :

1. Aulia Gustira (1711011027)


2. Azhari Ramadhan (1710112034)
3. Layarina Utami (1710112013)

ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
1. Identifikasi jenis perizinan bidang ketenagakerjaan disertai dasar hukumnya.
Jenis perizinan bidang ketenagakerjaan menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan jo Peraturan Menteri Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Nomor 20
Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Ketenagakerjaan di
Badan Koordinasi Penanaman Modal:
a. Izin lembaga pelatihan kerja swasta ‘Pasal 14 ayat (2)'
b. Izin pemagangan tenaga kerja di luar wilayah Indonesia ‘Pasal 25 ayat (1)’
c. Izin lembaga penempatan tenaga kerja swasta ‘Pasal 37 ayat (1)’
d. Izin penggunaan tenaga kerja asing ‘Pasal 42 ayat (1)’
Jenis perizinan bidang ketenagakerjaan menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004
Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.
a. Izin pelaksana penempatan TKI ‘Pasal 1 angka 13’
b. Izin pengarahan ‘Pasal 1 angka 14
2. Jelaskan maksud dan tujuan perizinan di bidang Ketenagakerjaan !
a. Perizinan merupakan instrumen pemerintah untuk mengatur kepentingan masyarakat
secara umum.
b. Perizinan ketenagakerjaan merupak instrumen bagi pengusaha untuk melegalkan
berbagai aktivitasnya berkaitan dengan hubungan kerja dan kondisi kerja.
c. Perizinan Ketenagakerjaan merupakan instrumen bagi pekerja/buruh untuk
melindungi dirinya dari ekploitasi pengusaha dan kondisi kerja yang tidak memadai.
d. Perizinan bidang ketenagakerjaan mengatur sayarat dan prosedur bagi pengusaha
dalam melakukan tindakan yang berkaitan dengan kondisi kerja dan hubungan kerja
dengan buruh.
e. Perizinan dibidang keteangakerjaan menjadi instrumen hukum pengawasan dalam
penegakan hak-hak normatif buruh sebagai standar minimal yang harus dipenuhi oleh
pengusaha.

3. Persyaratan dan prosedur perizinan ketenagakerjaan, sertakan dasar hukumnya?


a. Izin usaha jasa penempatan tenaga kerja
Penerbitan izin usaha jasa penempatan tenaga kerja dilaksanakan secara manual atau
melalui online system. Alur dalam proses perizinan terdiri dari proses verifikasi dan proses
penerbitan izin. Untuk mengajukan permohonan izin usaha jasa penempatan tenaga
kerja,diperlukan persyaratan sebagai berikut:
1. Copy akte pendirian dan/atau akte perubahan badan hukum yang telah mendapat
pengesahan dari instansi yang berwenang;
2. Copy surat keterangan domisili perusahaan;
3. Copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
4. Copy bukti wajib lapor ketenagakerjaan sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981
yang masih berlaku;
5. Copy anggaran dasar yang memuat kegitan di bidang jasa penempatan tenaga kerja;
6. copy bukti kepemilikan sarana dan prasarana kantor serta peralatan kantor, atau bukti
surat perjanjian sewa kantor/kerjasama dalam waktu 5 (lima) tahun;
7. Bagan struktur organisasi dan personil;
8. Rencana kerja lembaga penempatan tenaga kerja minimal 1 (satu) tahun;
9. Pas foto pimpinan perusahaan berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar;
10. Bukti surat pemberitahuan rencana pendirian LPTKS dari instansi yang bertanggung
jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota sesuai dengan domisili perusahaan.
b. Izin usaha pelatihan kerja
Penerbitan izin usaha jasa penempatan tenaga kerja dilaksanakan secara manual atau
melalui online system. Alur dalam proses perizinan terdiri dari proses pendaftaran,
pemerikasaan kelengkapan berkas, proses verifikasi dan penerbitan izin. Untuk melakukan
pendaftaran izin, dokumen persyaratan izin usaha pelatihan kerja yang harus dilengkapi
adalah sebagai berikut:
1. surat permohonan tertulis yang ditujukan kepada Menteri Ketenagakerjaan melalui
Kepala BKPM, diketik di atas kertas dengan kop perusahaan beralamat lengkap
disertai nomor telepon, nomor faksimil, alamat email, distempel dan ditandatangani
oleh perusahaan;
2. salinan akte pendirian dan/atau akte perubahan sebagai badan hukum yang dilegalisir
oleh instansi yang berwenang;
3. daftar riwayat hidup yang dilengkapi dengan identitas diri (KTP/paspor) dan pasfoto
ukuran 4X6 berlatar belakang merah (foto memakai pakaian formal);
4. salinan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama lembaga;
5. salinan surat tanda bukti kepemilikan atau penguasaan sarana dan prasarana pelatihan
kerja untuk sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sesuai dengan program pelatihan yang
akan diselenggarakan;
6. surat keterangan domisili dari pejabat yang berwenang;
7. salinan bukti registrasi standar kompetensi dari Kementerian Ketenagakerjaan yang
dijadikan acuan pelaksanaan program pelatihan;
8. surat kerjasama dengan LPK yang sudah terakreditasi dari LA-LPK;
9. profil perusahaan sekurang-kurangnya:
 struktur organisasi dan uraian tugas;
 program pelatihan kerja berbasis kompetensi yang akan diselenggarakan;
 program kerja LPK dan rencana pembiayaan selama 1 (satu) tahun;
 daftar dan riwayat hidup instruktur dan tenaga pelatihan;
 instruktur tenaga kerja asing minimal memiliki kualifikasi sebagai tenaga ahli
dibidangnya;
 daya kapasitas/daya tampung peserta.
10. apabila pengurusan perizinan dilakukan oleh pihak ketiga maka pihak yang
bersangkutan harus berbadan hukum. Pengurusan perizinan harus melampirkan surat
kuasa bermaterai Rp.6.000,- (enam ribu rupiah).
c. Izin usaha penyedia jasa pekerja/buruh
Penerbitan izin usaha jasa penempatan tenaga kerja dilaksanakan secara manual atau
melalui online system. Syarat Perusahaan PMA yang dapat mengajukan permohonan izin
usaha penyediaan jasa pekerja/buruh:
1. mempunyai izin prinsip;
2. berbentuk badan hukum perseroan terbatas (PT) yang telah disahkan oleh menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi
manusia;
3. mempunyai kantor dan alamat tetap;
4. mempunyai nomor pokok wajib pajak (NPWP); dan
5. mempunyai tanda daftar perusahaan (TDP).
d. Izin penggunaan TKA
Untuk mendapatkan RPTKA, Pemberi Kerja TKA harus mengajukan permohonan
kepada Dirjen atau Direktur melalui TKA Online dengan cara melengkapi:
1. identitas Pemberi Kerja TKA;
2. jumlah tenaga kerja Indonesia yang dipekerjakan;
3. rencana penyerapan tenaga kerja Indonesia setiap tahun;
4. rencana penggunaan TKA setiap tahun sesuai perjanjian kerja atau perjanjian
pekerjaan;
5. data Tenaga Kerja Pendamping;
6. alasan penggunaan TKA;
7. rancangan perjanjian kerja atau perjanjian pekerjaan;
8. bagan struktur organisasi;
9. surat pernyataan untuk penunjukan Tenaga Kerja Pendamping;
10. surat pernyataan untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja
Indonesia sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh TKA; dan
11. surat pernyataan kondisi darurat dan mendesak dari Pemberi Kerja TKA dalam hal
Pemberi Kerja TKA mempekerjakan TKA untuk Pekerjaan Bersifat Darurat dan
Mendesak.

4. Bagaimana kaitan perizinan dengan pelayanan satu Pintu?


Pelayanan Terpadu Satu Pintu, yang selanjutnya disingkat PTSP adalah pelayanan
secara terintegrasi dalam satu kesatuan proses dimulai dari tahap permohonan sampai dengan
tahap penyelesaian produk pelayanan melalui satu pintu. Perizinan ketenagakerjaan melalui
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 22 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Bidang Ketenagakerjaan Di Badan Koordinasi Penanaman Modal telah
menetapkan bahwa proses pelayanan perizinan di bidang ketenagakerjaan dilaksanakan
melalui pelayanan satu pintu di badan koordinasi penanaman modal. Pelayanan satu pintu
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam mengurus perizinan melalui satu tempat
saja.

5. Lembaga yang berwenang memberikan izin di bidang ketenagakerjaan .


Kewenangan yang diberikan kepada daerah kota dan kabupaten , seperti yang digariskan
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, kemudian
pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/
Kota. Kewenangan pemerintah Provinsi dan Pemertintah Kabupaten/Kota meliputi urusan
wajib dan urusan pilihan. Salah satu urusan wajib pemerintah daerah dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah adalah bidang ketenagakerjaan, oleh
karena itu perizinan bidang ketenagakerjaan merupakan urusan pemerintah daerah.

Rujukan :
 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri
 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 Tentang
Standar Operasional Prosedur Izin Usaha Jasa Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Di
Dalam Negeri Dalam Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Badan Koordinasi Penanaman
Modal
 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2015 Tentang
Standar Operasional Prosedur Penerbitan Izin Usaha Pelatihan Kerja Dalam
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Badan Koordinasi Penanaman Modal
 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2015 Tentang
Standar Operasional Prosedur Penerbitan Izin Usaha Penyediaan Jasa Pekerja/Buruh
Dalam Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Badan Koordinasi Penanaman Modal
 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Nomor 20 Tahun 2017 Tentang
Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Ketenagakerjaan di Badan
Koordinasi Penanaman Modal

Anda mungkin juga menyukai