Anda di halaman 1dari 7

UJI TOKSISITAS AKUT DAN SUBAKUT PADA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL

BAWANG TIWAI (Eleutherine Americana Merr.)

Yurika Sastyarina
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda Kalimantan Timur
Tel/Fax. : (0541) 73949
email : ureeqa@gmail.com

ABSTRACT

The ethanolic extract from the bulb of Eleutherine americana was investigated for acute and
subacute toxicity in Balb/C male mice. The parameter used on this research is mortality n
hepar histophatological. During acute toxicity study, bulb plant (0.52, 0,26 and 5.2 mg/kg
b.wt) p.o. for 72 hour and subacute toxicity study bulb plant (0.52, 0,26 and 5.2 mg/kg b.wt)
p.o. once daily for 30 days. The result of the research shows that ethanol extract with 0.52,
0,26 and 5.2 mg/kg b.wt dosage can be said relatively safe because there is no death signal
about 50% in 24 hour and the result of subacute toxicity in observation histophatological in
hepar shows there is fibrosis n necrosis with 0.52, 2.6 mg/kg b.wt and 5.2 mg/kg b.wt dosage.

Keywords : bulb, Eleutherine americana , acute and subacute toxicity

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian toksisitas subakut pada ekstrak etanol umbi bawang tiwai
(Eleutherine americana (Aubl.). Merr) dari mencit jantan. Parameter yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kematian dan hispatologi hati. Pada uji toksisitas akut diberikan ekstrak
etanol bawang tiwai sekali dengan dosis 0,52 mg/kgBB, 2,6 mg/kgBB, dan 5,2 mg/kgBB dan
dilakukan pengamatan selama 72 jam sedangkan pada toksisitas subakut dengan pemberian
berulang setiap hari sekali selama 30 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa ekstrak
bawang tiwai dengan dosis 0,52 mg, 2,6 mg, dan 5,2 mg/KgBB dapat dikatakan relatif aman
karena selama 24-72 jam tidak menunjukkan kematian hewan uji (mencit) sebanyak 50% dan
hasil pengamatan hispatologi hepar menunjukkan bahwa dosis 0,52 mg/20 g bb mencit, 2,6
mg/20 g bb mencit, dan 5,2 mg/20 g bb mencit dapat menyebabkan perubahan histologi hati
mencit berupa fibrosis, nekrosis.

Kata Kunci : Umbi, Eleutherine Americana, uji akut dan subakut

PENDAHULUAN yang tumbuh liar di hutan pedalaman


Kalimantan (Mangan, 2005).
Umbi bawang tiwai (Eleutherine
americana (Aubl.). Merr) merupakan obat Efek penggunaan umbi bawang tiwai
herbal tradisional yang digunakan oleh secara tradisional dan secara ilmiah sudah
sebagian masyarakat di daerah Kalimantan lama berkembang. Masyarakat suku dayak
dalam bentuk segar. Bawang tiwai ini di daerah Kalimantan mempercayai
merupakan sejenis bawang-bawangan, bawang tiwai sebagai obat untuk

J. Trop. Pharm. Chem. 2013. Vol 2. No. 2. 118


Uji Toksisitas Akut Dan Subakut Pada Pemberian Ekstrak Etanol Bawang Tiwai (Eleutherine Americana Merr.)

revitalisasi tubuh, mengobati luka, dan pengaruhnya yakni sebagai obat anti
yang paling besar pengaruhnya yakni diabetes. Banyaknya masyarakat yang
sebagai obat anti diabetes. mengonsumsi secara rutin bawang tiwai
per harinya tanpa mengetahui efek apa saja
Beberapa penelitian sudah pernah yang ditimbulkan khususnya pada organ
dilakukan untuk membuktikan efek anti manusia dan belum ada penelitian yang
diabetes ekstrak bawang tiwai. Di menjelaskan lebih rinci tentang efek
antaranya yang pernah diteliti oleh bawang tiwai terhadap organ jika
mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas dikonsumsi secara berlebihan. Pada
Mulawarman Samarinda, menunjukkan penelitian ini penegasan keamanannya
bahwa ekstrak bawang tiwai mempunyai kembali dengan uji toksisitas subakut dan
efek anti diabetes, tetapi tidak menjelaskan pengamatan pengaruhnya terhadap
tentang senyawa tertentu yang memiliki histologi ginjal hewan uji.
aktivitas anti diabetes (Widyati, 2011).
Uji toksisitas akut dan subakut merupakan
Banyaknya masyarakat yang mengonsumsi salah satu uji pra-klinik. Uji toksisitas akut
secara rutin bawang tiwai per harinya tanpa adalah suatu pengujian untuk menetapkan
mengetahui efek apa saja yang ditimbulkan potensi toksisitas akut LD50, menilai
khususnya pada organ manusia dan belum berbagai gejala toksik, spektrum efek
ada penelitian yang menjelaskan lebih rinci toksik, dan mekanisme kematian. Tujuan
tentang efek bawang tiwai terhadap organ toksisitas akut adalah untuk mendeteksi
jika dikonsumsi secara berlebihan. adanya toksisitas suatu zat, menentukan
organ sasaran dan kepekaannya,
Mengingat betapa luas dan seringnya memperoleh data bahayanya setelah
pemakaian bawang tiwai ini sebagai obat pemberian suatu senyawa secara akut dan
anti diabetes, maka penggunaan tumbuhan untuk memperoleh informasi awal yang
ini harus melalui serangkaian uji, seperti dapat digunakan untuk menetapkan tingkat
uji khasiat dan uji keamanan melalui uji dosis yang diperlukan untuk uji toksisitas
toksisitas akut dan subakut. Dengan dasar selanjutnya. Uji ini dilakukan untuk
tersebut dan mempertimbangkan mengukur efek toksik suatu senyawa yang
potensinya yang cukup tinggi, maka terjadi dalam waktu 24 jam dan 30 hari
penulis tertarik untuk melakukan uji setelah pemberian. Penelitian ini dilakukan
toksisitas akut dan subakut ekstrak Umbi menggunakan hewan coba mencit jantan
bawang tiwai (Eleutherine americana (Mus musculus). Pengamatan berupa
(Aubl.). Merr) merupakan obat herbal kematian mencit selama 24 jam dan
tradisional yang digunakan oleh sebagian gambaran organ hati mencit yang dilihat
masyarakat di daerah Kalimantan dalam secara mikroskopik dalam jangka waktu 30
bentuk segar. Bawang tiwai ini merupakan hari pemberian ekstrak umbi bawang tiwai.
sejenis bawang-bawangan, yang tumbuh
liar di hutan pedalaman Kalimantan METODE
(Mangan, 2005). Efek penggunaan umbi
bawang tiwai secara tradisional dan secara a. Bahan
ilmiah sudah lama berkembang.
Masyarakat suku dayak di daerah Bahan yang diteliti pada penelitian ini
Kalimantan mempercayai bawang tiwai adalah, umbi bawang tiwai (Eleutherine
sebagai obat untuk revitalisasi tubuh, americana Merr) yang tumbuh di daerah
mengobati luka, dan yang paling besar Kadrie Oening Kota Samarinda. Bagian

J. Trop. Pharm. Chem. 2013. Vol 2. No. 2. 119


Uji Toksisitas Akut Dan Subakut Pada Pemberian Ekstrak Etanol Bawang Tiwai (Eleutherine Americana Merr.)

yang digunakan dalam penelitian adalah mengetahui berat badan sehingga


umbi bawang tiwai yang segar. Kegiatan mempermudah pengaturan dosis.
pada tahap persiapan adalah
mempersiapkan umbi bawang tiwai. e. Pemilihan Dosis
Sebanyak 2 kg umbi bawang tiwai segar
dipisahkan dari daunnya, dipilih yang tidak Pada tahap pengujian, dosis yang dipakai
lembek. Kemudian umbi bawang tiwai pada penelitian didasarkan pada dosis
dicuci bersih dengan air, selanjutnya lazim standar ekstrak umbi bawang tiwai
dirajang, dan dikeringkan tanpa terpapar terhadap tikus yaitu 4,8 mg/100g bb, yang
sinar matahari langsung. merupakan dosis rujukan untuk penelitian
identifikasi aktivitas ekstrak umbi bawang
b. Ekstraksi tiwai dalam menurunkan kadar gula darah
(Sa’roni, dkk, 1990)
Selanjutnya sebanyak 766 g umbi bawang
tiwai kering yang telah dirajang, Sehingga dosis masing – masing kelompok
diekstraksi menggunakan metode maserasi, perlakuan pada pengujian ini dapat dilihat
dengan pelarut etanol 96 %.. Kemudian pada tabel 1.
ekstrak cair hasil maserasi akan dipekatkan
menggunakan rotary evaporator hingga
diperoleh ekstrak kental. Sisa pelarut Tabel 1. Dosis masing – masing kelompok
selanjutnya diuapkan di atas water bath perlakuan
Kelompok Dosis Pemberian
untuk memperoleh ekstrak kental pekat
45,74 g. Kontrol (-) Diberi suspensi CMC-Na
Perlakuan I 0,52 mg/20 g bb
Perlakuan II 2,6 mg/20 g bb
Selanjutnya dilakukan penyiapan larutan Perlakuan III 5,2 mg/20 g bb
uji. Dosis yang dipakai pada penelitian
didasarkan pada dosis lazim standar
ekstrak umbi bawang tiwai terhadap mencit f. Pembuatan preparat hispatologi dan
yaitu 0,52 mg/20 g bb, yang merupakan analisis data
dosis rujukan untuk penelitian uji toksisitas
pada mencit ini (Sa’roni, dkk., 1990) Setelah pemberian sampel uji selesai,
hewan dikorbankan 48 jam setelah
c. Penyiapan Hewan Uji pemberian sampel uji kemudian organ hati
diambil dan dibersihkan. Jaringan
Tahap ini termasuk kegiatan kemudian dipreparasi dengan melakukan
mempersiapkan 40 ekor mencit jantan fiksasi menggunakan neutral buffered
dewasa berusia 2 - 3 bulan dengan berat formalin dan dibuat sediaan yaitu dengan
20 - 30 gram sebagai objek penelitian. pewarnaan Hematoxyline Eosin terhadap
Hewan uji dikelompokkan berdasarkan organ untuk mengetahui keadaan
berat badan. Sebanyak 40 ekor mencit sitologinya serta tingkat kerusakan
dikondisikan sebaik mungkin dengan berdasarkan dari pengamatan pada hati dan
ditempatkan pada suhu laboratorium, dan diberikan skor 0 untuk jaringan hati yang
diberi pakan dengan pakan mencit (pellet), normal, skor 1 untuk jaringan hati yang
serta diberi minum. Mencit yang akan mengalami abnormal ringan, skor 2 untuk
digunakan diadaptasikan dengan jaringan hati yang mengalami abnormal
lingkungan minimal 1 minggu. Sebelum sedang, skor 3 untuk jaringan hati yang
perlakuan semua mencit ditimbang untuk

J. Trop. Pharm. Chem. 2013. Vol 2. No. 2. 120


Uji Toksisitas Akut Dan Subakut Pada Pemberian Ekstrak Etanol Bawang Tiwai (Eleutherine Americana Merr.)

mengalami abnormal berat. Abnormal a. Uji Toksisitas Akut


dalam penelitian ini berupa fibrosis,
nekrosis, dan inflamasi. Sebelum dilakukan pengujian hewan uji
terlebih dahulu diadaptasikan selama 7
HASIL DAN PEMBAHASAN hari. Setelah melalui proses adaptasi,
mencit kemudian diberikan ekstrak bawang
Bawang tiwai (Eleutherine americana tiwai secara oral pada masing-masing
(Aubl.). Merr) merupakan obat herbal kelompok sesuai perhitungan, selama 72
tradisional yang digunakan sebagian jam, kemudian dilakukan pengamatan dan
masyarakat di daerah Kalimantan dalam dilihat mencit yang mati. Berdasarkan
bentuk segar. Masyarakat suku dayak lebih pengamatan maka didapatkan pada
mengenal umbi ini dengan sebutan bawang kelompok III dengan dosis 5,2 mg terdapat
tiwai atau bawang dayak yang selama ini kematian mencit yaitu sebanyak 2 ekor
memanfaatkan tanaman ini untuk mencit pada 72 jam pengamatan,
mengatasi berbagai penyakit salah satunya sedangkan pada kelompok kontrol,
adalah diabetes (Mangan, 2005). kelompok I, dan kelompok II tidak terjadi
Mengingat penggunaan dimasyarakat kematian.
dalam bentuk ekstrak air maka perlu
dilakukan penelitian untuk menguji
keamanan dari suatu bahan salah satunya Tabel 2. Uji Toksisitas Akut pada Mencit
dengan uji toksisitas. Jumlah mencit Sisa
Kelompo yang mati pada mencit
Toksisitas adalah kemampuan suatu k jam ke- yang
toksikan untuk menimbulkan kerusakan 024 48 72 hidup
atau kelainan terhadap fungsi suatu sistem Kontrol 0 0 0 10
biologis. Salah satu bagian uji toksisitas Dosis I 0 0 0 10
untuk jangka panjang adalah uji toksisitas Dosis II 0 0 0 10
subakut. bertujuan untuk mendapatkan data Dosis III 0 0 2 8
tentang keracunan obat atau bahan (kimia)
yang digunakan secara sengaja atau secara Berdasarkan data di atas dapat diketahui
tidak sengaja masuk ke dalam tubuh bahwa ekstrak bawang tiwai dengan dosis
berulang kali, dalam jangka waktu yang 0,52 mg, 2,6 mg, dan 5,2 mg/KgBB dapat
lama. Apakah obat atau bahan yang diteliti dikatakan relatif aman karena selama 24
dapat menimbulkan lesi atau cedera pada jam tidak menunjukkan kematian hewan
tubuh, organ apa saja yang rentan dan uji (mencit) sebanyak 50%. Tingkah laku
mudah terkena, bagaimana sifat lesi dan gejala toksik setelah perlakuan diamati
(reversible ataukah irreversible), dan mulai untuk melihat adanya efek toksik yang
dosis berapa efek toksik tersebut mulai terjadi akibat dari pemberian ekstrak buah
tampak. Tujuan dilakukan uji pendahuluan merah. Hasil pengamatan tingkah laku dan
ini adalah untuk membuktikan apakah gejala toksik setelah pemberian ekstrak
dosis yang dijadikan rujukan dapat etanol bawang tiwai dari tiga dosis dapat
memberikan pengaruh terhadap mencit. dilihat pada tabel 3.
Variasi dosis ekstrak umbi bawang tiwai
yang diorientasi adalah 0,13 mg, 0,26 mg,
0,52 mg, 1,3 mg, 2,6 mg, 3,9 mg dan 5,2
mg.

J. Trop. Pharm. Chem. 2013. Vol 2. No. 2. 121


Uji Toksisitas Akut Dan Subakut Pada Pemberian Ekstrak Etanol Bawang Tiwai (Eleutherine Americana Merr.)

Tabel 3. Hasil pengamatan tingkah laku dan gejala kemudian diamati secara mikroskopik pada
toksik pada mencit setelah pemberian ekstrak perbesaran 10x dengan pengamatan lima
bawang tiwai 0,52 mg, 2,6 mg, dan 5,2 mg/KgBB
Kelompok Hasil Pengamatan
lapang pandang yang berbeda serta
Dosis I - Tidak terlihat gejala toksik yang diberikan skor 0 untuk jaringan hati yang
berpengaruh pada sistem syaraf normal, skor 1 untuk jaringan hati yang
pusat mengalami abnormal ringan, skor 2 untuk
- Tidak terjadi diare dan warna jaringan hati yang mengalami abnormal
feses normal (hitam)
sedang, skor 3 untuk jaringan hati yang
Dosis II - Tidak terlihat gejala toksik yang
berpengaruh pada sistem syaraf mengalami abnormal berat. Abnormal
pusat dalam penelitian ini berupa fibrosis,
- Tidak terjadi diare dan warna nekrosis, dan inflamasi.
feses normal (hitam)
Dosis III - Tidak terlihat gejala toksik yang
Pada pengamatan mikroskopis
berpengaruh pada sistem syaraf
pusat menunjukkan bahwa pemberian ekstrak
- Tidak terjadi diare dan warna bawang tiwai secara subakut berpengaruh
feses normal (hitam) terhadap gambaran mikroskopis hati.
Kerusakan hati karena zat toksik
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa jenis zat kimia yang terlibat, dosis yang
pada perlakuan ketiga kelompok uji diberikan, dan lamanya paparan zat
pemberian bawang tiwai tidak ditemukan tersebut seperti akut, subakut atau kronik
gejala toksik yang menyerang sistem saraf (Amalina, 2009). Gambaran perubahan
pusat dan pencernaan, yang ditandai jaringan hati dapat dilihat pada gambar 1
dengan tidak terjadinya tremor dan diare dan gambar 2.

c. Toksisitas Subakut Ekstrak Bawang Skor hispatologi hati yang mengalami


Tiwai fibrosis dilakukan uji normalitas
menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan
Uji toksisitas subakut sebagai bagian dari didapatkan sebaran yang tidak normal
uji toksisitas jangka panjang bertujuan (p<0,05). Kemudian data diuji dengan uji
untuk mendapatkan data tentang keracunan Kruskall-Wallis dan hasilnya didapatkan
obat atau bahan (kimia) yang digunakan nilai p=0,037 (p<0,05). Hal ini
secara sengaja atau secara tidak sengaja menunjukkan bahwa ada perbedaan
masuk ke dalam tubuh berulang kali, dalam bermakna diantara kelompok kontrol dan
jangka waktu yang lama. perlakuan.

Pada pengujian ini, tidak jauh berbeda Skor hispatologi hati yang mengalami
dengan pengujian toksisitas akut, yang nekrosis dilakukan uji normalitas
menjadi perbedaan pada lama pemberian menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan
ekstrak dan pemeriksaan hispatologi organ didapatkan sebaran yang tidak normal
mencit. Pemberian ekstrak dilakukan (p<0,05). Kemudian data diuji dengan uji
secara oral sesuai perhitungan, selama 30 Kruskall-Wallis dan hasilnya didapatkan
hari pada masing-masing kelompok dengan nilai p=0,037 (p<0,05). Hasil perhitungan
frekuensi pemberian 1 kali per hari. Pada uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa
hari 31 mencit yang hidup kemudian terdapat perbedaan yang nyata diantara
diterminasi kemudian diambil organ kelompok perlakuan, maka dilanjutkan
hatinya kemudian dibuat preparat yang dengan uji Mann-Whitney. Berdasarkan uji

J. Trop. Pharm. Chem. 2013. Vol 2. No. 2. 122


Uji Toksisitas Akut Dan Subakut Pada Pemberian Ekstrak Etanol Bawang Tiwai (Eleutherine Americana Merr.)

Mann-Whitney U antara kelompok kontrol aman dan tidak memberikan efek samping.
dengan perlakuan (dosis I, II dan III) Oleh karena itu, masyarakat perlu bersikap
didapatkan harga Asymp. Sig. yang hati-hati dalam mengkonsumsi obat herbal
menunjukkan nilai Sig lebih kecil dari terutama bawang tiwai secara berlebihan.
0,05, sehingga dapat disimpulkan terdapat
perbedaan bermakna pada keadaan Keterbatasan yang ada dalam penelitian ini
nekrosis antara kelompok kontrol dengan dapat disebabkan sebelum pengambilan
perlakuan masing-masing dosis. sampel tidak dilakukan pemeriksaan
terhadap hati mencit, sehingga terdapat
kemungkinan ketika mencit diambil
sebagai sampel telah mengalami kerusakan
sebelumnya. Keterbatasan dalam penelitian
ini bisa terjadi juga karena faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi hasil penelitian
seperti pemberian pakan dan minum yang
kurang sesuai standar dan kurang
bervariasi, kondisi kandang yang kurang
ideal, faktor stress mencit, pengaruh zat
atau penyakit lain, serta faktor internal lain
seperti daya tahan dan kerentanan mencit.

Gambar 1 Jaringan Hati Normal KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan


dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Ekstrak bawang tiwai dengan dosis 0,52
mg/20g bb mencit, 2,6 mg/20 g bb
mencit, dan 5,2 mg/20 g bb atau setara
dengan 201,7 mg/50 kg BB, 1008,54
mg/50 kg BB, dan 1440,8 mg/50 kg BB
mencit relatif tidak berbahaya.
b. Pemberian ekstrak bawang tiwai selama
30 hari dengan dosis 0,52 mg/20 g bb
mencit, 2,6 mg/20 g bb mencit, dan 5,2
mg/20 g bb mencit dapat menyebabkan
Gambar 2. Jaringan Hati yang mengalami fibrosis
perubahan histologi hati mencit berupa
( ) dan nekrosis ringan ( )
fibrosis, nekrosis.

Hasil penelitian ini yaitu pada dosis 0,53 UCAPAN TERIMA KASIH
mg, 2,6 mg dan 5,2 mg menunjukkan
bahwa pemberian ekstrak bawang tiwai Terima kasih diucapkan kepada UP
secara terus-menerus dapat mempengaruhi Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman
perubahan struktur hispatologi sel hepar yang telah membiayai penelitian ini
berupa fibrosis, inflamasi, dan nekrosis.
Hal ini tidak sesuai dengan anggapan
masyarakat bahwa obat tradisional praktis

J. Trop. Pharm. Chem. 2013. Vol 2. No. 2. 123


Uji Toksisitas Akut Dan Subakut Pada Pemberian Ekstrak Etanol Bawang Tiwai (Eleutherine Americana Merr.)

DAFTAR PUSTAKA 7. Guthrie, D.W, 2003, The Diabetes


Source Book, Mc Graw Hills Company
1. Anonim, 1993, Penapisan ; New York
Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan 8. Guyton & Hall, 1997, Buku Ajar
Pengujian Klinik, Yayasan POM, Fisiologi Kedokteran, Penerbit EGC ;
Departemen Kesehatan Republik Jakarta
Indonesia ; Jakarta 9. Keyman, Withfield. 2006. Dietary
2. Agoes A., 1991, Pengobatan proteins intake in patients with hepatic
Tradisional di Indonesia, Medika ; encephalopahaty and chirrosis : current
Jakarta practice in NSW and ACT. Diakses
3. Depkes RI, 1996, Sediaan Galenik, pada tanggal 8 November 2011 dari :
Depkes RI (http://www.healthsystem.virginia.edu/inte
4. Confer AW dan Panciera RJ. 1995. rnet/digestive-)
Thomson’s Special Veterinary 10. Lu FC. 1995. Toksikologi Dasar. Edisi
Pathology. Edisi ke-2. Edited by: ke-2. UI Press. Jakarta
Carlton WW dan McGavin MD. Mosby. 11. Mangan, Yellia., 2005, Cara Bijak
5. Cotran RS. Ginjal dan sistem Menaklukan Kanker, Agromedia
penyalurannya. In: Robbins SL, Kumar Pustaka ; Jakarta
V. Staf Pengajar Laboratorium 12. Price S, Wilson L. 1995. Patofisiologi
Patologik Anatomik Fakultas konsep klinis proses-proses penyakit
Kedokteran Universitas Airlangga, buku 1, edisi keempat. Jakarta: EGC
editor. Buku ajar patologi II. 4th ed. 13. Widyati, T.W., 2011, Efek Ekstrak
Jakarta: EGC, 1995; p. 203-04 Umbi Bawang Tiwai (Eleutherina
6. Gilman, A.G., 2007, Dasar farmakologi americana Merr), Skripsi, Fakultas
Terapi Volume 2, Penerbit EGC ; Farmasi Universitas Mulawarman,
Jakarta tidak dipublikasikan.

J. Trop. Pharm. Chem. 2013. Vol 2. No. 2. 124

Anda mungkin juga menyukai