Anda di halaman 1dari 16

RENCANA THERAPY AKTIVITAS KELOMPOK

A. TOPIK : Stimulasi Persepsi : Halusinasi ( Sesi : 1)

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum
1) Klien dapat mengenal halusinasinya

2. . Tujuan Khusus
(Tujuan Sesi 1:Klien dapat mengenal halusinasinya)
1) Klien dapat mengenal halusinasinya
2) Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
3) Klien mengenal terjadinya halusinasi
4) Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi

C. LANDASAN THEORY
(Memberikan justifikasi bahwa TAK dibutuhkan pada kondisi klien yang
akan dilibatkan)

a. Definisi :

Halusinasi adalah gangguan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa


adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem
penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu
penuh/baik (Stuart & Sundenn, 1998).

Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada


panca indera seorang pasien yang terjadi dalam keadaan
sadar/terbangun. (Maramis,1998).

Halusinasi yaitu gangguan persepsi (proses penyerapan) pada panca


indera tanpa adanya rangsangan dari luar pada pasien dalam keadaan
sadar.

1
Halusinasi adalah persepsi sensorik tentang suatu obyek, gambaran,
pikiran yang sering terjadi tanpa rangsang dari luar yang meliputi
semua sistem penginderaan (penglihatan, pendengaran, penciuman,
perabaan/pengecapan ).

b. Jenis Halusinasi

 Pendengaran  Peraba

 Penglihatan  Sinestetik

 Penghidu  Seksual

 Pengecap  Viseral

c. Etiologi

1. Faktor predisposisi

 Faktor perkembangan terhambat

 Faktor komunikasi dalam keluarga

 Faktor psikologis

 Faktor genetik

2. Faktor presipitasi

 Faktor sosial budaya (Kehilangan )

 Faktor biokimia : stress dopamine atau zat halusinogenik

 Faktor psikologis : (Cemas berkepanjangan )

d. Fase - Fase Halusinasi

Tahapan Karakteristik Perilaku Klien


Fase I : Conforting  Klien mengalami  Tersenyum atau

(Ansietas sedang : perasaan ansietas, tertawa yang tidak

Halusinasi kesepian, rasa sesuai,

menyenangkan) bersalah dan takut.


 pergerakan mata

2
 Klien mencoba untuk yang cepat,
berfokus pada  diam dan asyik
pikiran sendiri,
menyenangkan untuk
 menggerakkan bibir
meredakan ansietas.
tanpa suara,
 Jika ansietas dapat
 pergerakkan mata
ditangani ini
yang cepat,
termasuk non
spesifik.  respon verbal yang
lambat,

 diam dan
berkonsentrasi
Fase II :  Pengalaman  Meningkatnya
Condeming sensori menjijikkan tanda - tanda sistem

(Ansietas berat : dan menakutkan, saraf otonom akibat

Halusinasi menjadi  ansietas seperti


klien mulai lepas
menjijikkan). peningkatan denyut
kendali.
jantung,
 ini merupakan
 pernafasan, dan
psikotik ringan.
tekanan darah.
Rentang perhatian
menyempit,

 asyik dengan
pengalaman sensasi
dan kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi dan realita
Fase III :  Klien berhenti  Kemauan yang
Controlling atau menghentikan dikendalikan oleh

(Ansietas berat : perlawanan terhadap halusinasi akan lebih

3
pengalaman sensori halusinasi dan diikuti,
menjadi berkuasa ). menyerah pada
 kesukaran
halusinasi tersebut,
berhubungan dengan
 isi halusinasi orang lain,
menjadi menarik,
 rentang perhatian
 klien mungkin hanya beberapa detik
mengalami atau menit,
pengalaman kesepian
 adanya tanda-
jika halusinasi
tanda fisik ansietas
berhenti merupakan
berat,
gangguan psikotik.
 berkeringat,

 tremor,

 tidak mampu
mematuhi perintah.
Fase IV :  pengalaman sensasi  Tidak mampu
Conquering, Panik menjadi mengancam berespon terhadap
jika klien mengikuti perintah yang
perintah halusinasi, kompleks,

 halusinasi berakhir  tidak mampu


dari beberapa jam atau berespon lebih dari
hari jika tidak ada satu orang.
intervensi terapeutik,

 ini merupakan psikotik


berat.

e. Pengaruh TAK terhadap Klien dengan Halusinasi

4
Pelaksanaan pengenalan dan pengontrolan halusinasi dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu secara kelompok dan individu. Secara kelompok
selama ini sudah kita kenal dengan istilah Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)
dan secara individu dengan cara face to face (interaksi). Penggunaan
kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan dampak positif
dalam upaya pencegahan, pengobatan, atau terapi serta pemulihan kesehatan
jiwa seseorang. Meningkatnya penggunaan terapi modalitas merupakan
bagian dan memberikan hasil yang positif terhadap perilaku pasien. Dan juga
dinamika kelompok tersebut membantu individu atau pasien meningkatkan
perilaku adaptif dan mengurangi perilaku maladaptif. Beberapa keuntungan
yang dapat diperoleh individu atau klien melalui aktivitas kelompok meliputi
dukungan (support), pendidikan, meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah, meningkatkan hubungan.

Terapi aktifitas kelompok dibagi empat yaitu : terapi aktifitas kelompok


sosialisasi, stimulasi persepsi, stimulasi sensori, dan orientasi realita. Terapi
aktifitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan
aktifitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan
untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesian masalah. Hal ini bertujuan
untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus
kepadanya.

Klien yang mengalami halusinasi bisa membahayakan diri sendiri dan


orang lain maupun merusak lingkungan. Klien tidak lagi mengenali tempat,
waktu dan orang disekitarnya. Terapi aktivitas kelompok orientasi realitas
menggunakan aktivitas sebagai stimulus tentang realita lingkungan
disekitarnya.

Dimana indikasi halusinasi terdapat pada klien dengan riwayat


skizofrenia, gangguan alam perasaan (manik, depresif), dan delirium. Maka
dari itu kami selaku tim terapis mengelompokkan kriteria anggota Terapi
Aktivitas Kelompok, pada spesifikasi klien dengan riwayat skizofrenia,
gangguan alam perasaan (manik, depresif), dan delirium.

5
D. KLIEN
1. KARAKTERISTIK/KRITERIA
Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktifitas kelompok ini
adalah:
1) Klien dengan riwayat skizofrenia, gangguan alam perasaan (manik,
depresif) dan delirium dengan disertai gangguan persepsi sensori;
halusinasi.
2) Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau
mengamuk, dalam keadaan tenang.
3) Klien dapat diajak kerjasama (kooperatif).

2. PROSES SELEKSI
1. Klien yang belum mampu mengenal halusinasi

E. PENGORGANISASIAN
1) Waktu
Therapy Aktifitas Kelompok ini dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal : 21 Mei 2018
Waktu :
 Orientasi : 3 menit
 Kerja : 20 menit
 Terminasi : 7 menit
Tempat : R. Bisma RSJ Bangli.

Pengaturan tempat :

6
: Leader

: Peserta

: Fasilitator

2) Tim terapis
Leader : I Komang Ngurah Anjasmara
Co Leader : I Made Dwiantara Saputra
Observer : Enny Herawati Dwi Handayani

Fasilitator 1 : Ni Putu Wijayanti Pariana


Fasilitator 2 : Ni Made Ratih Comala Dewi
Fasilitator 3 : Ni Wayan Eka Surya Dirgayani
Fasilitator 4 : I Gusti Ayu Santa Ariani
Fasilitator 5 : Ana Resti Melyyani

URAIAN TUGAS PELAKSANA


a. Leader
Tugas:
 Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.
 Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya terapi.
 Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK..
 Memimpin diskusi kelompok.

7
b. Co. Leader
Tugas:
 Membuka acara.
 Mendampingi Leader.
 Mengambil alih posisi leader jika leader bloking.
 Menyerahkan kembali posisi kepada leader.
 Menutup acara diskusi.

c. Fasilitator
Tugas:
 Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
 Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk
aktif mengikuti jalannya therapy.
d. Observer
Tugas:
 Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang
tersedia).
 Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai persiapan,
proses, hingga penutupan.

3) Metode dan media


(1) Metode
 Diskusi dan Tanya jawab

(2) Media
 Spidol
 Whiteboard/ papan tulis/flipchart.
 Bola
 Alat pemutar musik

8
F. PROSES PELAKSANAAN
I. Orientasi
a. Salam perkenalan : salam dari terapis

”Selamat pagi Bapak-bapak. Hari ini kami akan mengajak Bapak-bapak


untuk melakukan suatu kegiatan bersama-sama yang biasa disebut
terapi aktivitas kelompok. Nanti saya akan dibantu oleh teman-teman
saya.” (perkenalkan satu-persatu).

b. Evaluasi / validasi : Menanyakan perasaan klien saat ini

“Bagaimana perasaan Bapak-bapak hari ini?”

c. Penjelasan tujuan dan aturan main : (ijin bila mau meninggalkan, lama
kegiatan, harus mengikuti sampai selesai).

“Bapak-bapak kita berkumpul disini untuk berbincang-bincang mengenai


hal-hal yang Bapak-bapak lihat selama dirawat disini. Nanti saat kita
mulai kegiatan ini, kami harap bapak tidak meninggalkan ruangan
sampai kegiatan selesai. Tapi, apabila bapak ingin buang air kecil,
bapak bisa meminta ijin dulu pada kami.”

“Disini kita akan berbincang-bincang selama 30 menit”.

II. Kerja
Langkah-langkah kegiatan :

1.Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal


bayangan-bayangan atau suara-suara yang dilihat (halusinasi) tentang
isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan klien pada saat
terjadi.

“Bapak-bapak, kali ini kita akan berdiskusi bersama tentang bayangan-


bayangan/suara-suara yang Bapak-bapak lihat selama ini serta
mendiskusikan waktu terjadinya, dan bagaimana perasaan bapak saat
bayangan-bayangan/suara-suara itu datang. Disini kita akan berbagi
cerita”

9
2.Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya,
situasi yang membuat terjadi, dan perasaan klien saat terjadinya
halusinasi mulai dari klien yang pertama secara berurutan sampai semua
klien mendapat giliran. Hasilnya ditulis di white board.

“Kita mulai saja ya Pak, bisa dari yang dipojok dan dilanjutkan secara
berurutan.”

“Bagaimana, apa bapak bisa menceritakan tentang bayangan-


bayangan/suara-suara yang selalu bapak alami selama ini? Bisakah
Bapak ceritakan kapan terjadinya, serta perasaan Bapak ketika melihat
bayangan tersebut? Dalam sehari, berapa kali Bapak melihatnya? Nanti
kita akan menulis tentang apa yang Bapak sampaikan tersebut di papan
yang ada di depan.”

3.Beri pujian kepada klien yang melakukan dengan baik.

“Oh, begitu ya Pak. Terima kasih karena Bapak telah mau menjelaskan
dan menceritakannya dengan baik kepada kami.”

4.Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari
bayangan yang biasa dilihat.

“Jadi menurut cerita Bapak tadi, dapat kita simpulkan bersama bahwa
Bapak selama ini sering melihat bayangan/suara………pada………
di…… bukan begitu pak?”

(Lanjutkan langkah-langkah tadi ke pasien lainnya)

1. Terminasi

a. Evaluasi respon subjektif klien

Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

“Bagaimana perasaan Bapak-bapak setelah kita tadi bersama-


sama mendiskusikan tentang bayangan-bayangan/suara-suara
yang sering Bapak-bapak alami selama ini?”

10
b. Evaluasi respon objektif klien

Observasi perilaku klien selama kegiatan dikaitkan dengan tujuan

Klien mau berinteraksi dan mulai berani untuk mengungkapkan


halusinasi yang dialami.

c. Tindak lanjut (apa yang dapat klien laksanakan setelah TAK)

Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi dan


perasaannya ketika terjadi halusinasi.

”Kami berharap supaya Bapak-bapak bisa mengenali dan


melaporkan bayangan-bayangan/suara-suara yang Bapak-bapak
alami ketika bapak kembali mengalami halusinasi. Kalau Bapak-
bapak merasa ada masalah lagi, Bapak-bapak bisa berkonsultasi
dengan kami atau perawat lain yang bertugas disini”

d. Kontrak yang akan datang

1. Menyepakati TAK yang akan datang yaitu cara mengontrol


halusinasi.

“Bapak-bapak, kegiatan hari ini kita akhiri sampai disini. Di


pertemuan yang akan datang kita akan membahas tentang
cara untuk mengontrol ketika bayangan-bayangan/suara-
suara yang Bapak-bapak ceritakan tadi muncul kembali”

2. Menyepakati waktu dan tempat.

“Bagaimana kalau kita berkumpul lagi hari selasa, sekitar


jam 10.30 Wita di ruangan ini lagi?”

11
G. Evaluasi

Formulir evaluasi :
Sesi 1 : TAK Stimulasi persepsi : Halusinasi

Kemampuan mengenal halusinasi

Menyebut Menyebut Menyebut


Menyebut
No Nama Klien Waktu terjadi situasi terjadi perasaan saat
Isi halusinasi
halusinasi halusinasi
Halusinasi
1 Yuliana Supramanti
2 Ida Ratnawati
3 I Dewa Ayu Novya
Wulandari
4 Irma Nikmatus Soleha
5 Ni Luh Wayan Wiliati

Sesi 2 : Mengontrol Halusinasi dengan menghardik

1. Tujuan :

1) Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi
halusinasi

2) Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.

3) Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.

2. Setting

1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

Pengaturan tempat :

12
Keterangan :
Leader :

Peserta :

Fasilitator :
2) Ruangan nyaman dan tenang

3. Alat

1) Spidol dan papan tulis/whiteboard/flipchart

2) Jadwal kegiatan klien

3) Papan nama klien

4. Metode

1) Diskusi dan tanya jawab

2) Bermain peran/simulasi

5. Proses pelaksanaan

1) Orientasi
a. Salam perkenalan : salam dari terapis

”Selamat pagi Bapak-bapak. Bapak masih ingat dengan kami tidak?”

d. Evaluasi / validasi : Menanyakan perasaan klien saat ini

“Bagaimana perasaan Bapak-bapak hari ini?”

13
e. Penjelasan tujuan dan aturan main : (ijin bila mau meninggalkan, lama
kegiatan, harus mengikuti sampai selesai).

“Bapak-bapak sesuai janji kita tiga hari yang lalu kita berkumpul lagi
disini untuk berbincang-bincang mengenai cara untuk mengontrol
halusinasi. Nanti saat kita mulai kegiatan ini, kami harap bapak tidak
meninggalkan ruangan sampai kegiatan selesai. Tapi, apabila bapak
ingin buang air kecil, bapak bisa meminta ijin dulu pada kami.”

“Disini kita akan berbincang-bincang selama 45 menit”.

2) Kerja
Langkah-langkah kegiatan :

(1) Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat
mengalamai halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua
klien mendapat giliran.

“Bapak-bapak, biasanya kalau bapak-bapak mengalami halusinasi


( mendengar/melihat/merasakan/mengecap/mencium), apa yang
Bapak lakukan? Bagaimana hasilnya? Apa berhasil mengatasinya?.
Sekarang bisa dimulai dari Bapak…….”

(2) Berikan pujian setiap klien selesai bercerita.

“ Apa yang Bapak – bapak lakukan sudah baik, itu memang sudah
efektif” .

(3) Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik


saat halusinasi muncul.

“ Tadi Bapak – bapak sudah menjelaskan cara yang Bapak lakukan


jika terjadi halusinasi, sekarang saya akan menjelaskan cara baru
mengatasi halusinasi dengan menghardik. Jika bapak
mendengar/lihat/penghidu/raba/kecap, coba Bapak usir suara-suara
tersebut supaya pergi. Katakan “Pergi, pergi!! Jangan ganggu saya!!

(4) Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu “ Pergi


jangan ganggu saya”, “Saya mau bercakap – cakap dengan….”

14
(5) Terapis meminta masing – masing klien memperagakan cara
menghardik halusinasi dimulai dari klien di sebelah kiri terapis
berurutan searah jarum jam sampai semua peserta mendapatkan
giliran.

“Tadi saya sudah menjelaskan dan mempragakan cara yang dapat


Bapak-bapak lakukan jika terjadi halusinasi. Nah…… sekarang coba
Bapak – bapak mempragakannya mulai dari Bapak di sebelah kiri
saya ya…..”

(6) Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertemuk


tangan saat setiap klien selesai memperagakan menghardik halusinasi.

“Terima kasih ya Pak,,,, Bapak sudah mau menjelaskan cara yang


Bapak lakukan jika terjadi halusinasi dan memperagakan cara yang
Bapak pilih”

3) Terminasi

(1) Evaluasi respon subjektif klien

Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

“Bagaimana perasaan Bapak-bapak setelah kita tadi bersama-


sama mendiskusikan cara yang dapat lakukan jika terjadi
halusinasi? Apa sekarang Bapak – bapak sudah merasa lebih
tenang?”

(2) Evaluasi respon objektif klien

Observasi perilaku klien selama kegiatan dikaitkan dengan tujuan

Klien mau menjelaskan cara yang dilakukan jika terjadi halusinasi dan
mau mempragakan cara yang telah dipilih.

(3) Tindak lanjut (apa yang dapat klien laksanakan setelah TAK)

15
- Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang telah
dipelajari jika halusinasi muncul.

“Kami berharap supaya Bapak – bapak bisa mempragakan cara


yang Bapak telah dipilih. Kalau Bapak-bapak merasa ada masalah
lagi, Bapak-bapak bisa berkonsultasi dengan kami atau perawat
lain yang bertugas disini”

- Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan harian


klien.

(4) Kontrak yang akan datang

16

Anda mungkin juga menyukai