ABSTRAK
Perairan Timbul Sloko, Demak mempunyai potensi dalam bidang perikanan tangkap dan tambak. Beberapa ikan memiliki nilai
ekonomis di perairan akan di distribusikan ke para konsumen. Hasil tangkapan di perairan Timbul Sloko didominasi oleh Ikan
Belanak (Mugil sp.) Ikan Belanak (Mugil sp.) hidup pada habitat perairan payau mau pun perairan estuaria. Meningkatnya hasil
tangkapan ikan Belanak (Mugil sp.) dipengaruhi oleh perubahan kondisi di perairan Timbul Sloko. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui kelimpahan ikan Belanak (Mugil sp.) pada habitat yang berbeda beserta dengan faktor yang mempengaruhinya. Metode
penelitian dilakukan dengan menentukan titik sampling yang berada pada dua stasiun yang berbeda. Penelitian dilakukan selama
enam minggu dengan mencatat hasil tangkapan Ikan Belanak (Mugil sp.) pada setiap minggunya. Pengukuran yang dilakukan untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi kelimpahan Ikan Belanak (Mugil sp.) diantaranya analisis tekstur sedimen, bahan organik dan
parameter fisika-kimia. Hasil penelitian diperoleh bahwa kelimpahan Ikan Belanak (Mugil sp.) pada perairan bermangrove lebih
tinggi dibandingkan dengan perairan yang jauh dari vegetasi mangrove. Kelimpahan Ikan Belanak (Mugil sp.) pada habitat
bermangrove adalah 36,85% sedangkan pada habitat yang jauh dari mangrove adalah 32,56%. Hubungan antara kelimpahan Ikan
Belanak (Mugil sp.) dengan tekstur sedimen dan bahan organik diperoleh nilai r=0,811. Hubungan Kelimpahan Ikan Belanak (Mugil
sp) dengan parameter fisika-kimia meperoleh nilai korelasi r = 0,683. Sedangkan, untuk hubungan kelimpahan Ikan Belanak terhadap
kekeruhan memperoleh nilai r = 0,283.
ABSTRACT
Waters of Timbul Sloko, Demak have a potential in the field of capture fisheries and ponds. Some fish have economic value that will
be distributed to consumers. The catch in the Timbul Sloko is dominated by Grey Mullet (Mugil sp.). Grey Mullet (Mugil sp.) live in
brakish base habitats and also estuaries. The increase of Grey Mullet (Mugil sp.) is infuenced by the conditional in the Timbul Sloko
plain. The purpose of the study was to determine the abundance of Grey Mullet (Mugil sp.) in the different habitats with the factors
that influence it. The research method was carried out using sampling points located at two different stations. The study was
conducted for six weeks by recording the catch og Frey Mullet (Mugil sp.) on a weekly basis. Measurement made to determine the
factors that influence the abundance of Grey Mullet (Mugil sp.) complete the analysis of sediments, organic matter and physico-
chemical parameters. The results showed that abundance of Gret Mullet (Mugil sp.) in mangrove was higher than that of far from
mangrove vegetation. The abundance of Grey Mullet (Mugil sp.) in mangrove habitat 36,85% while in habitats far from mangrove is
32,56%. The relationship between abundance of Grey Mullet (Mugil sp.) with the texture sediments and organic ,atter obtained value
of r = 0,811. The relationship of Grey Mullet (Mugil sp) whit physico-chemical parameter r = 0,683. Whereas, for the relationship of
Grey Mullet abundance to turbidity r=0,2883.
PENDAHULUAN
Perairan Timbul Sloko memiliki potensi di dalam bidang baik bagi ikan, dimana ikan pelagis melakukan migrasi dari
perikanan tangkap dan tambak. Beberapa ikan yang memiliki perairan tawar ke perairan payau. Hal tersebut dilakukan
nilai ekonomis dijual melalui pengepul yang kemudian akan karena perairan estuaria khususnya hutan mangrove
didistribusikan kepada konsumen. Hasil tangkapan di perairan merupakan tempat untuk berkembang biak (spawning
Timbul Sloko didominasi oleh Ikan Belanak (Mugil sp.). ground), pembesaran dan asuhan (nursery grown) dan tempat
Famili Mugilidae merupakan salah satu famili yang hidup mencari makan (feeding ground).
pada habitat perairan payau mau pun estuaria. Menurut Meningkatnya produksi tangkapan ikan belanak
Supriadi (2001), perairan estuaria merupakan habitat yang (Mugil sp.) dipengaruhi oleh perubahan kondisi lingkungan di
Jurnal Saintek Perikanan
perairan Timbul Sloko. Pengelolaan penangkapan Ikan Analisis kadar bahan organik menurut Sudjadi et al. 1971
Belanak (Mugil sp.) dilakukan tanpa memperhatikan kondisi dalam Darusman et al. (2015) menyatan bahwa sampel
lingkungan dan habitat ikan tersebut. Menurut data yang sedimen diambil 20 gram kemudian dioven pada suhu 60˚C
diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jawa selama 24 jam hingga kering dan dapat digerus. Sampel tanah
Tengah, tercatat bahwa hasil produksi Ikan Belanak (Mugil yang telah kering dan digerus kemudian ditimbang dengan
sp.) pada tahun 2015 mencapai 418,7 ton. Banyaknya menggunakan timbangan analitik sebanyak 0,5 gram.
tangkapan Ikan Belanak disebabkan karena perairan Timbul Selanjutnya dimasukan dalam cawan porselen dan dibakar
Sloko terdapat banyak vegetasi mangrove yang mengandung menggunakan furnice selama 4 jam dalam suhu 550˚C. Kadar
banyak nutrien bagi ikan. bahan organik dihitung dalam persamaan berikut.
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui kelimpahan Ikan Belanak (Mugil sp.) pada
habitat yang berbeda di Timbul Sloko, Demak Wt−Wa
2. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap BahanOrganik Total=
Wt
kelimpahan Ikan Belanak (Mugil sp.) di Perairan
Timbul Sloko, Demak.
Kajian mengenai analisis hasil tangkapan Ikan Keterangan :
Belanak (Mugil sp.) memberikan wawasan sehingga dapat Wt : Berat sampel sebelum dibakar
mengetahui karakteristik habitat Ikan Belanak (Mugil sp.) Wa : Berat sampel setelah dibakar
yang baik. Selain itu, memberikan imformasi mengenai daerah
yang baik untuk dijadikan titik tangkapan dengan 3. Parameter Fisika-Kimia
memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi sehingga Parameter Fisika-Kimia yang diukur dalam penelitian
tidak menimbulkan kerusakan bagi habitat ikan tersebut. diantaranya kecerahan, kedalaman, kecepatan arus, suhu,
salinitas, DO, pH dan TSS. Pengukuran kecerahan dan
METODE PENELITIAN kedalaman dilakukan dengan menggunakan secchidisk, suhu
A. Materi Penelitian dan DO menggunakan DO meter, pH menggunakan pH
Materi yang digunakan dalam penelitian adalah air sampel indikator dan kecepatan arus menggunakan bola arus.
dan sampel sedimen dasar perairan di Timbul Sloko, Demak. Sedangkan, analisis Total Suspended Solid (TSS) dilakukan di
B. Metode Penelitian laboratorium.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Total Suspended Solid (TSS) menggunakan
dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode ini metode gravimetri. Kacar TSS yang diperoleh dianalisis
dilakukan dengan cermat sehingga relevan dalam melakukan dengan menggunakan rumus :
penelitian. Menurut Sugiyono (2012), metode purposive
sampling adalah penentuan sampel dengan pertimbangan mg ( A−B ) x 1000
TSS( )=
tertentu. Sampel diambil pada dua stasiun yang berbeda dan l V
dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang Keterangan :
mempengaruhi pengambilan sampel tersebut. TSS : Total Suspended Solid (mg/l)
Pengambilan sampel air dan sampel sedimen A : Berat kertas saring + residu kering (mg)
dilakukan pada dua stasiun berbeda. Masing-masing stasiun B : Berat kertas saring (mg)
memiliki empat titik secara spasial. Stasiun I terletak pada V : Volume air yang digunakan (l)
daerah yang berdekatan dengan vegetasi mangrove, sedangkan
untuk stasiun II terletak pada daerah laut bebas yang jauh dari 4. Kelimpahan Ikan Belanak (Mugil sp.)
vegetasi mangrove. Masing-masing titik sampel terletak pada Kelimpahan Ikan Belanak (Mugil sp.) dapat diketahui
sekitar daerah penangkapan Ikan Belanak (Mugil sp.). dengan menggunakan kelimpahan relatif berdasarkan hasil
C. Metode Pengambilan Sampel tangkapan. Menurut Susaniati et al. (2013) komposisi dan
Data yang diperoleh meliputi Data Primer dan Data kelimpahan jenis ikan dapat diketahui dengan menggunakan
Sekunder sebagai berikut : rumus :
1. Data primer meliputi tekstur sedimen, kandungan bahan ¿
organik dan parameter kualitas perairan. Pengambilan Pi ¿ N x 100 %
sampel dilakukan selama enam kali.
2. Data sekunder meliputi data hasil tangkapan Ikan Belanak Keterangan :
(Mugil sp.) di Timbul Sloko, Demak. Pi : Kelimpahan relatif hasil tangkapan
D. Analisis Data ni : Jumlah hasil tangkapan spesies ikan ke- i
1. Analisis Tekstur Sedimen N : total hasil tangkapan ikan
Menurut Buchanan (1979) menyatakan bahwa analisis
tekstur sedimen dilakukan dengan metode pemipetan. E. Uji Statistik
Sedimen dikeringkan terlebih dahulu pada suhu 100˚C dengan Seluruh data yang diperoleh dalam penelitian
menggunakan oven. Kemudian ditimbang sebanyak 0,25 gram kemudian diolah dengan menggunakan software
lalu diayak menggunakan sieve shecker dengan ukuran 2 mm; SPSS IBM 22. Uji statistik yang digunakan adalah uji
0,5 mm; 0,312mm; 0,125 mm dan 63 µm sehingga sampel regresu linier berganda. Hal tersebut dilakukan untuk
lumpur dan pasir terpisah. Untuk mengetahui tekstur sedimen mengetahui hubungan antara tekstur sedimen, bahan
yang lebih kecil dilakukan pengenceran dalam gelas ukur organik dan parameter fisika-kimia terhadap
1000 ml kemudian dilakukan pemipetan. Selanjutnya kelimpahan Ikan Belanak (Mugil sp.) di Perairan
dimasukan dalam rumus berikut. Timbul Sloko.
2. Analisis Bahan Organik
Jurnal Saintek Perikanan
18.5
berlumpur, dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar
18
2.
17.5
17
35
16.5 II.
1
Kadar Bahan Organik (%)
16 30
II.
15.5 2 25
15 II.
3 20
14.5
15
I II III IV V VI I.1
Minggu Ke- 10 I.2
5 I.3
0 I.4
I II III IV V VI
Minggu Ke-
Gambar 1. Kadar Bahan Organik pada Stasiun I Gambar 2. Kadar Bahan Organik pada Stasiun II
Jurnal Saintek Perikanan
Parameter Fisika-Kimia
Hasil pengamatan parameter fisika-kimia di Perairan Timbul Sloko, Demak terdapat pada Tabel 2. Sedangkan, padatan tersuspensi
dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.
Tabel 2. Parameter Fisika-Kimia di Perairan Timbul Sloko, Demak.
Stasiun Pengulangan Parameter
Kecerahan Kedalaman Kecepatan TSS
pH Salinitas Suhu DO
(cm) (cm) arus (m/s) (mg/L)
I 1 33 57 0,03 8 29 32 4,33
2 30 50 0,02 8 30 29 4,48
3 30 50 0,02 8 29 30 4,18
4 51 71 0,05 7 27 31 4,42
5 48 70 0,05 8 29 31 4,22
6 40 66 0,04 8 26 32 4,14
II 1 49 72 0,05 7 27 31 4,22
2 48 70 0,05 8 29 30 4,48
3 40 70 0,05 8 26 31 4,67
4 49 72 0,03 8 28 31 4,62
5 48 70 0,02 8 31 30 4,75
6 40 66 0,06 8 30 28 4,90
Sumber : penelitian 2018
200
500
Gambar 3. TSS pada stasiun I di Timbul Sloko, Dem
180
450
160
400 II.1 Gambar 4. TSS pada stasiun I di Timbul Sloko, Demak
350
140 II.2
300
120 I.1
(mg/L)
TSS(mg/L)
150 I.4
I dibandingkan dengan stasiun II. Hal tersebut disajikan pada Tabel
60
100 3 dan Tabel 4.
40
50 Tabel 3. Hasil Tangkapan Ikan Belanak (Mugil sp.) pada stasiun I di
20
0 Perairan Timbul Sloko, Demak
0
Minggu ke-I IIPengulangan
III IVHasil Tangkapan
V VIIkan Belanak (Mugil sp) Total Hasil tangkapan
I II III IV V VI
(kg/hari) (kg/hari)
Minggu ke-
I 1 2,7 7,9
2 3,8 7,9
3 3,1 7,5
4 3,6 7,5
RATA-RATA 3,3 7,7
II 1 3,0 9,5
2 4,4 12,6
3 5,6 13,3
4 5,0 12,6
RATA-RATA 4,5 12
III 1 2,8 9,0
2 2,1 7,5
3 2,5 8,4
4 3,8 9,9
RATA-RATA 2,8 8,7
IV 1 2,1 7,7
2 1,8 7,4
3 1,6 6,7
4 2,5 6,8
RATA-RATA 2,0 6,9
V 1 2,8 6,9
2 1,3 5,5
3 2,5 6,5
4 2,2 5,7
RATA-RATA 2,2 5,9
VI 1 3,6 7,9
2 3,2 9,1
3 3,0 8,1
4 4,2 7,7
RATA-RATA 3,5 8,2
Tabel 4. Hasil Tangkapan Ikan Belanak (Mugil sp.) pada stasiun II di Perairan Timbul Sloko, Demak.
Jurnal Saintek Perikanan
Minggu ke- Pengulangan Hasil Tangkapan Ikan Belanak (Mugil sp) Total Hasil tangkapan
(kg/hari) (kg/hari)
I 1 2,1 7,9
2 3,7 7,5
3 3,5 6,8
4 3,5 7,5
RATA-RATA 3,2 7,4
II 1 2,3 10
2 2,5 10,6
3 1,8 7,5
4 1,8 6,7
RATA-RATA 2,1 9,2
III 1 2,3 9
2 2,1 8
3 2,6 9,2
4 1,8 7,8
RATA-RATA 8,5
IV 1 2,5 8,7
2 2,8 7,8
3 2,1 6,2
4 2,2 6,1
RATA-RATA 2,4 7,2
V 1 3,1 9,2
2 2,1 7,1
3 2,4 7,2
4 3,2 7,7
RATA-RATA 2,7 7,8
VI 1 2,5 8,8
2 2,6 9
3 2,1 6,3
4 1,8 6,5
RATA-RATA 3,0 8,4
4 54,54 27,69
RATA-RATA 43,70 29,57
Uji Statistik
Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan persamaan regresi berganda diketahui bahwa hubungan antara tekstur sedimen,
bahan organik, parameter kualitas air dan kekeruhan disajikan pada Tabel 3, 4 dan 5.
1. Hubungan tekstur sedimen dan bahan organik terhadap kelimpahan Ikan Belanak (Mugil sp.)
Tabel 6. Hubungan tekstur sedimen dan bahan organik terhadap kelimpahan Ikan Belanak (Mugil sp.)
Model Summaryb
PEMBAHASAN
Analisis Tekstur Sedimen Kadar Bahan Organik
Perairan Timbul Sloko didominasi oleh sedimen Hasil pengukuran yang telah dilakukan menunjukan kadar
berlumpur. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, bahan organik di perairan Timbul Sloko dikatakan tinggi.
diperoleh presentase sedimen lumpur berkisar antara 83,90% - Kadar bahan organik di perairan Timbul Sloko pada stsiun I
99,72%, lanau 0,04% - 12,4% dan pasir 0,32% - 25,12%. berkisar antara 20-31% sedangkan pada stasiun II berkisar
Sedimen berlumpur tertinggi terdapat pada stasiun I dan antara 7-16%. Pada stasiun I kadar bahan organik cenderung
terendah pada stasiun II. Sedimen berlumpur cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan bahan organik di stasiun II.
terdapat pada perairan yang memiliki arus yang lemah. Hal tersebut disebabkan karena pada stasiun I substrat lumpur
Menurut Aprilianto (2014), faktor yang paling berpengaruh cenderung lebih banyak dibandingkan dengan stasiun II.
terhadap proses pengadukan adalah arus. Arus mempengaruhi Selain itu, stasiun I terletak lebih dekat dengan mangrove
proses laju pengendapan atau sedimentasi dan ukuran butir dibandingkan dengan stasiun II. Vegetasi mangrove dapat
sedimen suatu perairan. meningkatkan kadar bahan organik, karena semakin banyak
Perairan Timbul Sloko yang berlumpur banyak vegetasi mangrove maka semakin tinggi kandungan bahan
didapati oleh populasi Ikan Belanak (Mugil sp.) sebagai hasil organik di daerah tersebut. Menurut Zulkifli (1998), perairan
tangkapan. Ikan Belanak (Mugil sp.) banyak ditemui di daerah dengan dasar bersubstrat lumpur kaya akan bahan organik
estuaria, sungau dan payau. Ikan ini mempunyai kebiasaan yang berasal dari vegetasi di sekitarnya. Detritus mangrove
dalam memakan lumut, detritus dan zooplankton pada dasar akan membentuk partikel-partikel organik yang disebarkan ke
peraitan. Sehingga sering dijumpai pada perairan yang seluruh perairan sehingga akan berubah menjadi unsur hara
memiliki dasar bersubstrat lumpur. Menurut Isangedighi et al. yang penting bagi organisme di perairan tersebut. Maka dari
(2009), Ikan Belanak dideskripsikan sebagai pemakan itu, ikan belanak (Mugil sp) banyak didapatkan di sekitar
detritus, karena ikan ini memakan makanan yang mengandung daerah tersebut dan nelayan di Timbul Sloko menjadikan
nutrien dari bahan organik di dasar perairan. daerah di sekitar stasiun I sebagai daerah tangkapan ikan
Jurnal Saintek Perikanan
dengan memasang alat tangkap ancho di pinggiran vegetasi ikan tropis menurut Romimohtarto dan Juana (2001) adalah
mangrove. berkisar antara 25˚C sampai dengan 32˚C. Selain itu suhu
Kisaran bahan organik di perairan Timbul Sloko mempengaruhi sirkulasi air, sebaran biota (ikan), daur kimia
menurut Reynold (1971) dalam Wibowo (2004), pada stasiun dan sifat fisik air lainnya. Menurut Kordi (2004), Apabila
I termasuk dalam kategori tinggi sedangkan pada stasiun II suhu rendah maka ikan akan kehilangan nafsu makannya,
dikategorikan dalam kategori sedang. Kadar organik dapat sedangkan apabila suhu terlalu tinggi ikan akan mengalami
dikategorikan tinggi apabila berkisar antara 17-35%, sedang kematian karena stres dan kekurangan oksigen.
apabila berkisar antara 7-17%, rendah apabila berkisar antara Salinitas sangat berpengaruh pada kehidupan ikan
3,5-7% dan sangat rendah apabila berkisar < 3,5%. Menurut belanak (Mugil sp.). Berdasarkan pengukuran yang telah
Budiasih et,al. (2015), daerah mangrove sangat berpengaruh dilakukan salinitas di perairan Timbul Sloko berkisar antara
terhadap distribusi bahan organik di dalam sedimen yang 25-30 0/00. Sedangkan untuk pH di perairan tersebut cenderung
merupakan nutrien yang dibutuhkan dalam kesuburannya. stabil, berkisar antara 7-8 dan kadar oksigen yaitu berkisar
Maka dari itu, ikan belanak (Mugil sp.) banyak ditemukan di antara 2,55-4,21 mg/L. Pada minggu ke-4 sampai dengan
sekitar perairan yang berdekatan dengan kawasan vegetasi minggu ke-6 salinitas tinggi karna kondisi laut sedang
mangrove. Bahan organik yang terdapat pada daerah tersebut mengalami pasang. Menurut Hutabarat dan Evans (2012),
berasal dari ranting dan guguran daun mangrove yang pada waktu air pasang, massa air yang masuk ke dalam
kemudian masuk ke dasar perairan. Selain itu, bahan organik perairan estuari, air laut bercampur dengan air estuari
yang tinggi mengandung banyak unsur hara yang dibutuhkan sehingga mengakibatkan salinitas perairan ikut
oleh ikan belanak (Mugil sp.) sebagai makanan dalam naik.Organisme di sekitar Perairan Timbul Sloko merupakan
mempertahankan hidupnya. organisme yang telah beradaptasi dengan kondisi lingkungan
tersebut. PH di perairan Timbul Sloko cenderung stabil. Hal
Prameter Fisika-Kimia tersebut dipengaruhi oleh konsenterasi karbondioksida dan
Parameter kualitas air yangs diukur dalam penelitian senyawa yang bersifat asam. Menurut Sastrawijaya (1991), pH
Analisis Kelimpahan Ikan Belanak (Mugil sp.). Pada Habitat mempengaruhi kehidupan ikan belanak (Mugil sp.). Derajat
Berbeda di Peraian Timbul Sloko diantaranya kecerahan, keasaman (pH) yang mendukung bagi kehidupan ikan yaitu
kedalaman, kecepatan arus, pH, salinitas, suhu, DO dan TSS. berkisar antara 6,5-7,5. Apabila pH perairan berkisar > 6 atau
Kecerahan di perairan Timbul Sloko berkisar antara 9cm – > 8,5 maka perlu diwaspadai karena adanya pencemaran
68cm, kedalaman berkisar antara 16 cm – 78 cm. Kecrahan sehingga berpengaruh kepada proses metabolisme sehingga
perairan berkaitan dengan intensitas cahaya dan berpengaruh menyebabkan kematian.
pada proses fotosintesis. Selain itu, kecerahan berkaitan erat Kadar oksigen (DO) terlarut sangat berpengaruh bagi
dengan kedalaman perairan. Menurut Effendi (2003), kehidupan organisme yang berada di dalam perairan. Kisaran
intensitas cahaya di perairan dipengaruhi oleh kedalaman. kadar oksigen yang baik bagi kehidupan ikan di dalam
Semakin berkurang intensitas cahaya di perairan maka perairan laut adalah 4-7mg/L. Menurut Smith dan Able
semakin bertambah kedalaman perairan. Sehingga secara tidak (2003), ikan belanak (Mugil sp.) dapat hidup dan beraktivitas
langsung akan mempengaruhi biota di dalamnya, Selain itu, ketika kadar oksigen normal yaitu berada di atas 2 mg/L.
kedalaman suatu perairan merupakan faktor yang Apabila kadar oksigen kurang dari batas normal, maka akan
mempengaruhi adanya organisme perairan. Sedangkan, mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan.
menurut Okfan et al. (2015) kisaran kecerahan di perairan Apabila konsenterasi berada pada 1 mg/L Ikan Belanak
Timbul Sloko masih dapat dikatakan normal. Nilai kecerahan (Mugil sp.) menunjukan gejala dypnosea. Proses metabolisme
mencapai 45 cm mengidentifikasikan perairan dalam keadaan dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu yang tinggi organisme lebih
yang jernih sehingga penetrasi cahaya dan difusi oksigen cepat dalam melakukan metabolisme begitu pun sebaliknya.
dalam air masih dapat dikatakan baik. Ikan belanak (Mugil Peningkatan sebesar 1˚C akan meningkatkan kadar oksigen
sp.) termasuk dalam kelompok katadromus yang hidup di sebanyak 10%. Organisme laut menyukai oksigen >5 mg/l
dasar perairan air tawar, estuari dan air laut dengan kedalaman termasuk ikan belanak (Mugil sp.) (Effendi, 2003).
mencapai 120m.
Parameter kecepatan arus di perairan Timbul Sloko Total Suspended Solid (TSS)
berkisar antara 0,01m/s sampai dengan 0,09m/s. Kecepatan Total Suspended Solid (TSS) pada stasiun II lebih tinggi
arus di perairan Timbul Sloko relatif rendah. Arus merupakan dibandingkan dengan stasiun I. Kadar total suspended solid
salah satu parameter utama yang paling berpengaruh dalam terendah yaitu terdapat pada minggu ke 5 dengan nilai tss 3
kehidupan biota di perairan (Jackson, 1986). Arus mg/L di stasiun I. Sedangkan, untuk nilai total suspended
mempengaruhi distribusi dan penyebaran ikan belanak (Mugil solid tertinggi yaitu pada minggu ke 5 di stasiun II dengannilai
sp.). Hal tersebut disebabkan karena arus mengalihkan telur- tss 445 mg/L. Tingginya kadar TSS disebabkan karena
telur ke ikan pelagis dari tempat pemijahan ke tempat banyaknya zat yang tersuspensi pada stasiun II sehingga
pembesaran. Migrasi pada ikan belanak (Mugil sp.) dewasa menyebabkan kekeruhan. Menurut Hawkes (1989) dalam
dipengaruhi arus karena merupakan salah satu rute alami Sahubawa (2001), kekeruhan menghambat proses fotosintesis
dalam mencari makan dan mempertahankan hidupnya. Secara tumbuhan air, aktivitas makan dan pertumbuhan ikan.
tidak langsung arus mempengaruhi distribusi ikan dewasa dan Sehingga, kelimpahan ikan di sasiun I lebih banyak
berpengaruh dalam pengelompokan makanan (Laevastu dan dibandingkan dengan stasiun II. Selain itu, penyebaran ikan
Hayes 1987). tertentu dipengaruhi oleh jenis tanah dan ukuran butir tanah.
Suhu di perairan Timbul Sloko berkisar antara 28˚C - Ikan belanak (Mugil sp.) lebih banyak terdapat pada habitat
32˚C. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan bermangrove karena pada stasiun I tekstur sedimen lebih
metebolisme bagi biota perairan. Suhu dapat mempengaruhi lembut dibandingkan dengan stasiun II yang kandungan
proses oksidasi dalam suatu perairan. Ikan belanak (Mugil sp.) pasirnya lebih tinggi (Sugiarti, 2015).
dapat hidup pada suhu kisaran 8-30˚C. Suhu yang baik bagi
Jurnal Saintek Perikanan
Hasil Tangkapan Ikan Belanak (Mugil sp.) karena kaya akan makanan dan nutriean bagi organisme
Penangkapan Ikan Belanak (Mugil sp.) dilakukan dengan estuari (Munafi’ah et al. 2017).
menggunakan alat tangkap branjang yang terpasang di
pinggiran sekitar hutan mangrove. Waktu penangkapan Ikan Uji Statistik
Belanak (Mugil sp.) dilakukan pada pagi hari yaitu sekitar Berdasarkan uji korelasi yang telah dilakukan, berbagai
pukul 03.00 WIB dan pada sore hari sekitar pukul 16.00 WIB. faktor dapat mempengaruhi kelimpahan Ikan Belanak (Mugil
Pada sore hari hasil tangkapan di perairan Timbul Sloko lebih sp.). Hubungan tekstur sedimen dan bahan organik terhadap
banyak dibandingkan dengan pagi hari karena pada sore hari kelimpahan Ikan Belanak memperoleh nilai koefisien korelasi
arus pasang surut di perairan Timbul Sloko cenderung tinggi sebesar 0,811 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
sehingga berpengaruh pada pola sebaran dan distribusi Ikan yang kuat antara tekstur sedimen dan bahan organik terhadap
Belanak (Mugil sp.) dalam mencari makan. Krisnoto (2007), kelimpahan Ikan Belanak (Mugil sp.). Tingginya hubungan
menyatakan bahwa arus berperan dalam transprotasi ikan di antara fraksi pasir, lanau, lumpur dan kadar bahan organik
laut. Adanya arus yang berlawanan akan menjadi perangkap terhadap kelimpahan Ikan Belanak (Mugil sp.) di perairan
bagi keberadaan makanan ikan di laut. Pola aliran arus Timbul Sloko dinyatakan oleh Uslichah et al. (2005) bahwa
menentukan pola karakteristik penyebaran nutrien, sedimen, Ikan Belanak (Mugil sp.) mempunyai kebiasaan memakan
plankton, ekosistem dan geomorfologi pantai. sistem tanaman yang mati, detritus, sedimen berpasir dan
Produksi Ikan Belanak (Mugil sp.) tertinggi mencapai 5,6 berlumpur, dan zooplankton yang berada di dasar perairan.
kg/hari pada stasiun I sedangkan terendah yaitu 1,8 kg/hari Ikan ini umumnya memakan lumut di sekitar habitatnya
pada stasiun II. Menurut Daryumi (2016), keterangan dan dengan menghisap substrat di dasar perairan. . Ikan ini
kelimpahan ikan sangat penting dalam pengelolaan untuk umumnya memakan lumut di sekitar habitatnya dengan
menentukan kapan dan dimana penangkapan dapat dilakukan. menghisap substrat di dasar perairan. Umumnya Ikan Belanak
Kelimpahan merupakan salah satu parameter yang (Mugil sp.) hidup di dasar perairan berlumpur. Selain itu, Ikan
berpengaruh dalam menentukan ketersediaan ikan pada suatu Belanak (Mugil sp.) banyak terdapat pada stasiun I yang
wilayah dalam waktu tertentu. Kelimpahan ikan dipengaruhi terletak di berdekatan dengan mangrove karena Ikan Belanak
oleh faktor perubahan lingkungan, ketersediaan pakan, (Mugil sp.) banyak hidup di sekitar daerah yang terdapat
predator dan ukuran ikan yang selamat dari penangkapan (Ali, vegetasi. Hutan mangrove dimanfaatkan sebagai tempat
2004). tumbuh, berlindung dan mencari makan. Hal tersebut
disebabkan karena pada vegetasi mangrove kaya akan sumber
Kelimpahan Ikan Belanak (Mugil sp.) makanan yang berasal dari serasah daun mau pun batang
Kelimpahan Ikan Belanak (Mugil sp.) pada stasiun I lebih mangrove sehingga kandungan nutrien yang jatuh ke dasar
tinggi dibandingkan dengan kelimpahan Ikan Belanak (Mugil perairan tinggi (Marasabessy, 2010).
sp.) pada stasiun II. Kelimpahan ikan belanak (Mugil sp.) pada Parameter fisika-kimia memiliki hubungan terhadap
stasiun I yaitu 36,85% sedangkan kelimpahan ikan belanak kelimpahan Ikan Belanak (Mugil sp.). Uji korelasi
(Mugil sp.) pada stasiun II yaitu 32,56%. Perbedaan menunjukan bahwa diperoeleh nilai korelasi sebesar ,683.
kelimpahan disebabkan karena stasiun I terletak berdekatan Nilai koefisien korelasi menyatakan bahwa hubungan antara
dengan vegetasi mangrove, sedangkan stasiun II terletak di parameter fisika-kimia terhadap kelimpahan Ikan Belanak
tengah laut yang berdekatan dengan permeable hybrid (Mugil sp.) cukup kuat atau sedang. Parameter fisika-kimia
enginerring dan jauh dari mangrove. Menurut Pramudji cukup mempegaruhi kelimpahan Ikan Belanak (Mugil sp.)
(2001), ekosistem mangrove merupakan ekosistem peralihan karena ikan tersebut dapat beradaptasi dengan kondisi perairan
darat dan laut yang mempunyai peranan sangat penting yaitu yang ekstrem. Hal tersebut dinyatakan oleh Daryumi et al.
sebagai rantai makanan dan dapat menumpang kehidupan (2016) bahwa famili Mugilidae termasuk ke dalam kelompok
berbagai jenis ikan, udang dan moluska. Selain itu, hutan ikan yang mempunyai adaptasi cukup tinggi. Ikan Belanak
magrove berfungsi sebagai habitat. Kandungan sedimen (Mugil sp.) hidup bergerombol dan hampir di semua perairan,
lumpur yang tinggi menjadikan wilayah ini disukai oleh Ikan terutama daerah estuari. Ikan Belanak (Mugil sp.) tergolong
Belanak (Mugil sp.). dalam ikan eurohalyne dimana ikan ini mempunyai tingkat
Ikan belanak (Mugil sp.) merupakan sejenis ikan laut adaptasi terhadap salinitas pada suatu perairan. Ikan ini dapat
tropis yang mempunyai kebiasaan makan bersifat omnivore hidup pada kisaran salinitas 0-35ppt (Cholick et al. 2005).
pada fase juvenil dan herbivora pada fase dewasa. Umumnya Kekeruhan mempunyai hubungan terhadap kelimpahan
ikan belanak (Mugil sp.) memakan diatom berupa substrat Ikan Belanak (Mugil sp.). Diketahui bahwa nilai korelasi
pasir atau lumpur dan alga (Wahyudewanto dan Haryono, antara kekeruhan dan kelimpahan Ikan Belanak (Mugil sp.)
2013). Pada stasiun I Ikan Belanak lebih melimpah adalah 0,283. Menurut US-EPA dalam Agustine dan Ira
dibandingkan Stasiun II disebabkan karena habitatnya yang (2014), pengaruh padatan tersuspensi sangat beragam
terletak berdekatan dengan vegetasi mangrove. Menurut tergantung sifat kimia alamiah dari bahan tersuspensi tersebut.
Pramudji (2001), ekosistem mangrove merupakan ekosistem Zat tersuspensi yang bersifat toksik dapat menyebabkan angka
peralihan darat dan laut yang mempunyai peranan sangat kematian yang tinggi, sedangkan pada ikan, zooplankton dan
penting yaitu sebagai rantai makanan dan dapat menumpang mahluk hidup lain adalah terjadinya penyumbatan insang oleh
kehidupan berbagai jenis ikan, udang dan moluska. Selain itu, partikel.
ekosistem mangrove berperan sebagai habitat bagi jenis ikan,
kepiting dan kerang yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.
Kandungan sedimen lumpur yang tinggi, menjadikan vegetasi
mangrove diskai oleh Ikan Belanak (Mugil sp.). Adanya KESIMPULAN
vegetasi mangrove di sekitar perairan Timbul Sloko Kelimpahan Ikan Belanak (Mugil sp.) pada perairan
menyebabkan populasi Ikan Belanak (Mugil sp.) melimpah bermangove lebih tinggi dibandingkan dengan perairan yang
jauh dari vegetasi mangrove. Kelimpahan Ikan Belanak
Jurnal Saintek Perikanan
(Mugil sp.) yaitu 54 ,54% sedangkan pada perairan yang jauh serasah mangrove mau pun detrirus yang terdapat pada
dari mangrove yaitu 23 %. Faktor yang mempengaruhi perairan tersebut.
kelimpahan Ikan Belanak diantaranya tekstur sedimen, bahan
organik dan parameter fisika-kimia. Hubungan kelimpahan UCAPAN TERIMAKASIH
Ikan Belanak (Mugil sp.) dengan fraksi pasir, liat berpasir, Ucapan terimakasih ditujukan kepada Dr. Ir. Max Rudolf
lumpur dan kadar bahan organik mempunyai hubungan yang Muskananfola, MSc dan Ibu Nurul Latifah, S.Kel. Msi yang
positif dengan nilai korelasi r = 0,811. Hubungan keelimpahan telah membimbing penulis dalam penyusunan laporan
Ikan Belanak (Mugil sp.) dengan parameter fisika-kimia penelitian. Kepada Bapak Slamet yang telah memberikan
mempunyai hubungan yang cukup kuat atau sedang dengan bantuan selama dilaksanakannya penelitian di Desa Timbul
nilai korelasi r = 0,638. Sedangkan hubungan kelimpahan Ikan Sloko, Demak beserta rekan-rekan yang telah membantu
Belanak (Mugil sp) dengan kekeruhan mempunyai hubungan dalam penyusunan laporan penelitian. penelitian. Kepada
yang lemah tapi pasti dengan nilai koefisien korelasi r = Bapak Slamet yang telah memberikan bantuan selama
0,283. Kelimpahan Ikan Belanak mempunyai hubungan yang dilaksanakannya penelitian di Desa Timbul Sloko, Demak
kuat dengan tekstur sedimen dan bahan organik beserta rekan-rekan yang telah membantu dalam penyusunan
disebabkankarena hutan mangrove didominasi oleh substrat laporan penelitian.
lumpur dan mengandung banyak nutrien yang berasal dari
DAFTAR PUSTAKA
Agustine, Ira.2014. Pengaruh Corporate Social Responsibility Maquares. 6(4). Fakultas Perikanan dan Ilmu
Terhadap Nilai Perusahaan.Jurnal Finesta,2 (1),2014, Kelautan. Universitas Diponegoro : 480-489
h:42-47. Okfan A. Muskananfola, R.M. Djuwito. 2015. Studi Biologi
Apriliyanto, A; Pramonowibowo; dan T. Yulianto. 2014. Ikan Belanak (Mugil sp) Di Perairan Muara Sungai
Analisis Daerah Penangkapan Rajungan dengan Banger, Kota Pekalongan. Diponegoro Journal Of
Jaring Insang Dasar (Bottom Gillnet) di Perairan Maquares. 4(3) : 156-163
Betahwalang, Demak. [Jurnal of Fisheries Resources Pramudji. 2001. Ekosistem Hutan Mangrove dan Peranannya
Utilization Management and Technology]. Jurusan Sebagai Habitat Berbagai Fauna Aquatik. Oseana.
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, XXVI (4) : 13-23
Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro, Romimoharto. Juwana, S. 2001. Biologi Laut ; Ilmu
Semarang. 3(3): 71-79. Pengetahuan Tentang Biota Laut. Library Of
Buchanan, J.B. 1971. Sediment Analysis.In Holme and Congress. Jakarta Overseas Office. Jakarta.
McLntryre.Method for Study of Marine Sahubawa L. 2001. Dampak Pembuangan Limbah Terhadap
Benthos.Blackhel Scientific Publication. London. Kualitas Oseanografi Biofisik-Kimia Dan
Cholick F. Jagatraya, G. A. Poernomo, P.R. Jauzi, A. 2005. Produksi Ikan Teri (Stolephorus spp.) Di Peraran
Akuakultur Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. Laut Teluk Ambon. Jurnal Manusia dan
Taman Akuarium Air Tawar. PT. Victoria Kreasi Lingkungan. VIII(1) : 15-29.
Mandiri. Jakarta : 230-235. Sastrawijaya, A. T., 1991. Pencemaran Lingkungan. Rineka
Darusman V. Muskananfola, R.M. Ruswahyuni. 2015. Cipta, Jakarta.
Kelimpahan Undur-Undur Laut (Hippidae) Dan Smith, K.J. & Able, K.W. (2003). Dissolved oxygen dynamics
Sebaran Sedimen Di Pantai Pagak Kecamatan in salt marsh pools and its potential impacts on
Ngombol, Purworejo, Jawa Tengah. Diponegoro fish assemblages. Marine Ecology Progress
Journal Of Maquares. 4(1) : 9-18 Series, 258, 223-232.
Daryumi. 2017. Komposisi dan Distribusi Spasial Larva Ikan Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
Ekonomis Penting di Perairan Estuari Banjir Kanal R&D. Bandung : Alfabeta.
Timur Kota Semarang. Supriadi, H.I. 2001. Dinamika Estuaria Tropik. Oseana.
Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air. Kanisius. Yogyakarta XXXVI (4) : 1-11
Hutabarat S dan Evans. 2012. Pengantar Oseanografi. Jakarta Susianiati W. Alfa, F.P. Nelwan. Muh. Kurnia. 2013.
Isangedighi I.A. Udo, P.J. Ekpo, I.E.2009. Diet Composition Produktivitas Daerah Penangkapan Ikan Bagan
Of Mugil Chepalus (Psces : Mugilidae) In The Tancap Yang Berbeda Jarak Dari Pantai Di
River Estuary, Ninger Delta, Nigeria. Nigerian Perairan Kabupaten Jeneponto. Jurnal Akuatika.
Journal of Agriculture Food and Environment. IV(1) : 68-79
5(2) : 10-15. Uslichah, U. Masrizal. 2005. Identifikasi Lambung Ikan
Jakson. J.B.C. 1986. Modes Of Dispersal Of Clonal Benthic Belanak (Mugil cephalus) Di Sungai Batang
Invertebrates ; Consequences For Species Kandis Kelurahan Sungai Bangek Kecamatan
Distribution Sand Genetic Structure Of Local Koto Tengah Kota Padang. : 2-3
Populations. Bull Mar Sci, 32 : 588-606. Wahyudewantoro G. Haryono. 2013. Hubungan Panjang Berat
Laevestu, T and M. L, Hayes. 1987. Fisheries Oceanography dan Faktor Kondisi Ikan Belanak (Liza subviridis) di
and Ecology. Fishing News Book Ltd : England. Perairan Taman Nasional Ujung Kulon-Pandeglang.
Marasabessy MD. 2010. Sumberdaya Ikan Di Perairan Padang Banten.
Lamun Pulau-Pulau Derawan Kalimantan Timur. Wibowo, E. K. 2004. Beberapa Aspek Bio-Fisik-Kimia Tanah
Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Daerah Hutan Mangrove Desa Pasar Banggi
Kabupaten Rembang. [Tesis]. Universitas
Munafi’ah, A. Purnomo, W.P. Boedi, H. 2017. Diponegoro, Semarang
Keanekaragaman Hasil Tangkapan Ikan di Kawasan Zulkifli, H., Z. Hanafiah., D. A. Puspitawati. 2009. Struktur
Terabrasi Bedono, Kabupaten Demak. Journal Of dan Fungsi Komunitas Makrozoobenthos di Perairan
Jurnal Saintek Perikanan