Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

1.1 Konsep Manajemen Keperawatan


A. Definisi
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan pro
aktif dalam menjalankan suatu kegiatan diorganisasi yang mencakup
kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf sarana dan prasarana
dalam mencapai tujuan organisasi. (Grant & Massey, 1999)
Sedangkan manajemen menurut Fayol adalah memperkenalkan dan
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengkoordinasi, dan
mengendalikan. Memperkirakan dan merencanakan berarti
mempertimbangkan masa depan dan menyusun rencana aktifitas. (Fayol
dalam bukunya Russel, 2000)
Manajemen Keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan
masyarakat. (Gillies, 1985)

B. Komponen Manajemen Keperawatan


Terdapat tiga komponen penting dalam manajemen asuhan
keperawatan, yaitu : Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan
keperawatan, sistem klasifikasi pasien dan metode proses asuhan
keperawatan
1. Sistem pengorganisasian
Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan
terdiri dari :
1) Metode fungsional
Metode fungsional yaitu suatu metode pemberian asuan
keperawatan dengan cara membagi habis tugas pada perawat
yang berdinas.
a. Kelebihan metode fungsional
 Menekankan efisiensi, pembagian tugas jelas dan
pengawasan baik untuk RS yang kekurangan tenaga.
 Perawat senior bertanggung jawab pada tugas manajerial
sedangkan perawat junior bertanggung jawab pada perawatan
pasien.
b. Kelemahan metode fungsional
 Pasien merasa tidak puas karena pelayanan keperawatan yang
terpisah-pisah atau tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
 Perawat hanya melakukan tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.
2) Metode tim
Metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara total
kepada sekelompok pasien yang telah ditentukan. Perawat terdiri
dari tenaga profesional, teknikal dan pembantu.
a. Konsep metode tim
 Ketua TIM harus mampu menerapkan berbagai teknik
kepemimpinan.
 Komunikasi yang efektif agar rencana keperawatan tercapai.
 Anggota TIM harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
b. Kelebihan metode tim
 Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
 Mendukung pelaksanaan proses perawatan
 Komunikasi antara tim berjalan dengan baik sehingga konflik
mudah diatasi
 Memberikan kepuasan pada anggota tim
c. Kelemahan metode tim
 Komunikasi antar anggota tim dalam bentuk konferensi tim
yang sulit terbentuk pada waktu-waktu sibuk.
3) Model keperawatan primer
Metode primer yaitu metode pemberian asuan asuhan
kerawatan komprehensif yang merupakan penggabungan model
praktik keperawatan profesional. Setiap perawat profesional
bertanggunng jawab terhadap asuhan keperwatan pasien yang
menjadi tanggung jawabnya.
a. Konsep dasar metode primer
 Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
 Ada otonomi
 Ketertiban pasien dan keluarga.
b. Ketenagaan metode primer
 Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
 Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat
 Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
 Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lainnya
maupun non profesional sebagai perawat asisten.
c. Kelebihan metode keperawatan primer
 Bersifat kontinuitas dan komprehensif
 Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi
terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri.
d. Kelemahan metode keperawatan primer
 Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dan kriteria
assertife, self direction, kemampuan mengambil keputusan
yang tepat, menguasai keperawatan klinik, accountable serta
mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
2. Sistem klasifikasi Pasien
Sistem klasifikasi pasien yaitu mengelompokkan pasien sesuai
dengan ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan kemampuan
yang dibutuhkan untuk memberi asuahan keperawatan yang dibutuhkan.
Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien menurut Douglas (1984),
adalah :
1) Minimal care
Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24
jam/dengan kriteria :
 Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
 Makan dan minum dilakukan sendiri
 Ambulasi dengan pengawasan.
 Observasi tanda- tanda vital dilakukan tiap shiff
 Pengobatan minimal, status psikologis stabil
 Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
2) Intermediet care
Memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria :
 Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
 Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
 Ambulasi dibantu, Pengobatan lebih dan sekali
 Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur.
3) Perawatan intensif
Perawatan total care memerlukan waktu 5-6/24 jam dengan
kriteria :
 Segalanya diberikan atau dibantu
 Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
 Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena
 Pemakaian suction
 Gelisah atau disorientasi
3. Metode Proses Keperawatan
Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan
keperawatan yang ilmiah,sistematis,dinamis,dan terus-menerus serta
berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan
pasien/klien,di mulai dari pengkajian (pengumpulan data, analisis data
dan penentuan masalah), diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan
penilaian tindakan keperawatan. Metode proses keperawatan mencakup
tahap-tahap dalam proses keperawatan, yaitu :
1) Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun
spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan,yaitu
pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah kesehatan
serta keperawatan.
a. Pengumpulan data
Tujuanya adalah diperoleh data dan informasi mengenai
masalah kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan
tindakan yang harus di ambil untuk mengatasi masalah tersebut
yang menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual serta
faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus
akurat dan mudah dianalisis. Jenis data antara lain, data objektif,
yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan,
dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna
kulit. Data subjekyif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang
dirasakan pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya,
kepala pusing, nyeri dan mual.
Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi :
 Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
 Pola koping sebelumnya dan sekarang
 Fungsi status sebelumnya dan sekarang
 Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
 Resiko untuk masalah potensial
 Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien

b. Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan
kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu
pengetahuan.
c. Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa
masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat
diintervensi dengan asuhan keperawatan (masalah keperawatan)
tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis.
Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas.
Prioritas masalah ditentukan berdasarkan criteria penting dan
segera. Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan
menimbulkan komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu
misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus
segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau
kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan
hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu : Keadaan yang
mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan,
persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
2) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari
individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah (Carpenito,2000). Perumusan diagnosa keperawatan :
a. Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data
klinik yang ditemukan.
b. Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika
tidak di lakukan intervensi.
c. Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan
untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
d. Wellness : keputusan klinik tentang keadaan
individu,keluarga,atau masyarakat dalam transisi dari tingkat
sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
e. Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa
keperawatan actual dan resiko tinggi yang diperkirakan
muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
3) Rencana tindakan keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
klien beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di
uraikan dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994).
Rencana tindakan keperawatan merupakan pedoman tertulis
untuk perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi sehingga
setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan
perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di
rumuskan dengan tepat memfasilitasi kontinuitas asuhan perawatan
dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat
mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas
tinggi dan konsisten. Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur
pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas.
Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka
panjang. (potter,1997)
4) Tindakan keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana
tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Adapun tahap-tahap
dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
 Tahap 1 : persiapan yaitu tahap awal tindakan keperawatan ini
menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada
tahap perencanaan.
 Tahap 2 : intervensi yaitu fokus tahap pelaksanaan tindakan
perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.
Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan : independen,
dependen dan interdependen.
 Tahap 3 : dokumentasi yaitu pelaksanaan tindakan keperawatan
harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
suatu kejadian dalam proses keperawatan.
5) Evaluasi tindakan keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat
dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana
proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan
sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah dirumuskan sebelumnya. Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut
:
 Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang
telah disusun.
 Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang
telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
 Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan
perbaikan/kemajuan sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan.
 Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara
maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
 Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah
baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih
mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan
faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak
tercapainya tujuan.
6) Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak
yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu
yang berwenang. (potter 2005)
Banyak para ahli menyusun sistem dokumentasi keperawatan.
Sistem dokumentasi ini masing-masing memiliki keunikan tersendiri,
namun pada dasarnya tidak banyak perbedaan. Ada beberapa sistem
pendokumentasian yang sering dipakai antara lain : Catatan
Berorientasi Pada Sumber (Source Oriented Record ISOR). Sistem ini
memberi kemudahan dalam menempatkan catatan mengenai data yang
diperoleh karena biasanya masing-masing format telah dibuat secara
spesifik. Namun demikian sistem ini memiliki kelemahan antara lain
informasi menjadi sulit dipelajari secara lengkap karena masing-
masing data berada pada format yang berbeda. Komponen SOR
meliputi hal berikut :
a. Lembar penerimaan
Lembar ini berisi data demografi pasien/klien, seperti, nama,
alamat, tempat dan tanggal lahir, status perkawinan serta,diagnosis
pada saat masuk rumah sakit.
b. Lembar instruksi dokter
Lembar ini digunakan untuk mencatat setiap instruksi dokter
yang dilengkapi dengan tanggal dan, tanda tangan dokter yang
bersangkutan.
c. Lembar riwayat medik.
Lembar ini berisi catatan tentang hasil pemeriksaan fisik,
kondisi kesehatan klien, perkembangan, dan tindak lanjut.
d. Catatan perawat
Catatan ini mencakup catatan, pengkajian, diagnosis,
intervensi dan evaluasi.
e. Catatan dan laporan khusus
Catatan ini berisi tentang hasil konsultasi, pemeriksaan
laboratorium, laporan operasi, berbagai terapi fisik, tanda-tanda
vital, masukan dan haluaran cairan serta pengobatan.
Terdapat 3 model dokumentasi yang saling berhubungan, saling
ketergantungan dan dinamis, yaitu komunikasi, proses keperawatan
dan standar dokumentasi.
a. Ketrampilan komunikasi secara tertulis
adalah ketrampilan perawat dalam mencatat dengan jelas,
mudah dimengerti. Dalam kenyataannya dengan kompleknya
pelayanan keperawatan dan peningkatan kualitas, keperawatan,
perawat dituntut untuk dapat mendokumentasikan secara benar.
Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat
untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lain.

b. Dokumentasi proses keperawatan


Perawat memerlukan ketrampilan dalam mencatat proses
keperawatan. Pencatatan proses keperawatan merupakan, metode
yang tepat untuk pengambilan, keputusan yang sistematis, problem
solving, dan riset lebih lanjut. Format proses keperawatan
merupakan kerangka atau dasar keputusan dan tindakan termasuk
juga pencatatan hasil berfikir dan tindakan keperawatan.
Dokumentasi adalah bagian integral proses, bukan sesuatu yang
berbeda dan metode problem solving.
c. Standar Dokumentasi 
Perawat memerlukan suatu, ketrampilan untuk dapat
memenuhi standar yang sesuai. Standar dokumentasi adalah suatu
pernyataan tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi yang
dipertimbangkan secara adekuaat dalam suatu situasi tertentu.
Dengan adanya standar dokamentasi memberikan informasi bahwa
adanya suatu ukuaran terhadap kualitas dokumentasi keperawatan.
d. Keterampilan Dalam Dokumentasi
Ketrampilan dalam dokumentasi sangat bergantung pada 5
komponen yaitu :
1. Novice (orang baru)
Dengan keberadaan orang baru akan diharapkan membawa
perubahan dan pembaharuan.
2. Advanced Beginer (pemula lanjut)
Pola pikir yang maju. ilmiah dan dilandasi motivasi yang tinggi
terhadap keprofesian mudah untuk menunjang ketrampilan dan
kemampuan pendokumentasian.
3. Competent (mampu)
Merupakan ciri yang harus dimiliki oleh perawat yang bertugas
memberikan arahan keperawatan.
4. Proficient (cakap)
Kemampuan tanpa diikuti kecakapan akan menjadikan diri
terbelakang dan kemajuan.
5. Expert (ahli)
Keahlian dalam melakukan dokumentasi proses keperawatan
sangat diperluakan oleh seorang perawat.

C. Proses Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan
sesuai dengan pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu manajeman
keperawatan terdiri atas beberapa elemen yang tiap-tiap elemen saling
berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu
input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa
informasi, personel, peralatan, dan fasilitas. Proses pada umumnya
merupakan kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi
sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output atau keluaran umumnya
dilihat dari hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan
pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil
atau keluaran. Kontrol dalam proses manajemen keperawatan dapat
dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi
penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur sesuai dengan standar dan
akreditasi. Sedangkan umpan balik dilakukan melalui laporan keuangan,
audit keperawatan dan survei kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada
sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen
keperawatan dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses
keperawatan. Proses manajemen sebagaiman juga proses keperawatan
terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan
rencana, pelaksanaan kegiatan dan kegiatan penilaian hasil. (Gillies, 1985)
Gambar 2.1 Sistem Manajemen Bangsal Keperawatan

MASUKAN/INPUT PROSES HASIL/OUTPUT

Data Perawatan Pasien

Personalia

Pengumpulan Perencan Pengatur Pengelolaan Kepemimpin Pengawas Pengemba


Peralatan
Data aan an Pegawai an an ngan Staf

Persediaan
Riset

Informasi ttg : Tujuan Sistem : Bentuk Klasifikasi Pasien : Kekuasaan : Kendali mutu :
 Pasien  Standar Organisasi :  Penentuan  Pemecahan  Audit
 Pegawai  Kebijakan  Uraian kebutuhan masalah  Penampilan
 Sumber-  Budget jabatan / pegawai  Pengambilan kerja
sumber pekerjaaan  Penjadwalan keputusan  Disiplin
 Evaluasi  Penugasan  Mengatasi  Hubungan kerja
pekerjaan  Pengurangan konflik  Komputer
 Kerja Tim / absen  Komunikasi dan sistem
kelompok  Pengurangan sistem analisis
pindah transaksional
 Pengembangan
pegawai
Sumber : Gillies, 1985
Gambar 2.2 Proses Manajemen Keperawatan Mendukung Proses Keperawatan

Diagnosis Perencanaan Implementasi

Pengkajian Evaluasi

Pengelolaan Kepegawaian

Pengumpulan Data Perencanaan Kepemimpinan Pengawasan

PROSES MANAJEMEN

Sumber : Gillies, 1985


D. Fungsi Manajemen Dalam Keperawatan
Teori manajemen keperawatan berkembang dari teori manajemen
umum yang memerintahkan penggunaan sumber daya manusia dan materi
secara efektif. Empat elemen besar dari teori manajemen adalah
perencanaan, pengorganisasian, mengarahkan atau memimpin, dan
mengendalikan atau mengevaluasi. Seluruh aktifitas manajemen, kognitif,
dan psikomotor, berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang
bergerak secara simultan.
Fungsi manajemen keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Planning
Planning atau perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu
perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang
telah ditetapkan. Perencanaan disini dimaksudkan nntuk menentukan
kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan
tujuan, mengalokasikan semua anggaran belanja, memutuskan ukuran
dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur
organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakkan
kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi
institusi yang telah ditetapkan. (Nursalam, 2002)
2. Organizing
a. Struktur Organisasi
Masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan informal
yang menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik antar pribadi.
Struktur fotmal direncanakan dan dipublikasikan, struktur informal
tidak direncanakan dan samar. Seorang manajer perawatan harus
mengerti dan memakai keduanya secara efektif. Struktur formal
organisasi merupakan penyusunan resmi jabatan kedalam pola
hubungan kerja yang akan mengatur usaha banyak pekerja dari
bermacam-macam kepentingan dan kemauan.
Struktur informal organisasi terdiri dari hubungan timbal balik
pribadi yang tidak resmi diantara para pekerja yang mempengaruhi
efektifitas kerja mereka. Kualitas hubungan timbal balik seorang
manajer dengan lainnya langsung dikaitkan dengan kemampuan
kepemimpinannya. Mengingat struktur formal dan informal organisasi
saling melengkapi, manajer perawat bisa memakai struktur organisasi
informal unttuk mengganti kerugian karena kekurangan atau
kegagalan dalam struktur formal.
b. Job Deskriptions
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia
jalankan, misalnya sorang kepala ruang maka tugas dan tanggung
jawabnya, jadi antara satu dengan yang lainnya mempunyai tugas dan
tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan perannya.
c. Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan
pembagian tugas perawat yang disesuaikan dengan pengetahuan dan
ketrampilan perawat dan sesuai dengan kebutuhan klien. Apabila
metode penugasan tidak diterapkan maka pelayanan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien menjadi tidak opimal.
Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant & Massey (1997)
dan Marquis & Houston (1998), antara lain :
1) Model Fungsional
Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat
perang dunia ke II. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah
dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1
sampai 2 jenis intervensi (merawat luka kepada semua pasien di
bangsal).
Gambar 2.3 Skema Model Fungsional

Kepala Ruang

Perawat Perawat Perawat Perawat Visite


Pengobatan Perawatan Luka Menyuntik

Pasien

2) Model Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi dalam group kecil yang saling
membantu.

Gambar 2.4 Skema Model Tim

Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Tim Anggota Tim

Pasien Pasien

3) Model Primer
Model penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap askep pasien mulai dari
pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Gambar 2.5 Skema Model Primer

Dokter Kepala Ruang Penunjang

Primary Nurse

Pasien

Tugas Gilir Tugas Gilir Tugas Gilir Sesuai


Sore Malam Kebutuhan

4) Manajemen Kasus
Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh
kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat
yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa
pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan 1 pasien 1 perawat, dan
hal ini umumnya dilakukan untuk perawat privat atau
keperawatan khusus seperti isolasi dan intensive care.
5) Model Tim Primer.
Pada model ini digunakan kombinasi dari kedua sistem.
Menurut Ratna S. Sudarsono (2000), penerapan model ini
didasarkan pada beberapa alasan yaitu :
 Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena
sebagai perawat primer harus mempunyai latar belakang
pendidikan S1 keperawatan atau setara.
 Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi
pada berbagai tim.
 Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan
kontinuitas asuhan keprawatan dan accountabilitas asuhan
keperawatan terdapat pada primer.
Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam penentuan
pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis &
Houston, 1998), yaitu :
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi
2. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam askep
3. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
4. Terpenuhinya kepuasan klie, keluarga dan masyarakat
5. Kepuasan kinerja perawat
6. Terlaksananya komunikasi yang adequate antara perawat dan tim
kesehatan lainnya.

3. Actuiting
a. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yg memberi
konstribusi pada tingkat komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor
yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku
manusia dalam arah tekad tertentu (Stoner, Freman 11995). Motivasi
adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
(Ngalim, 2000). Dari pengertian diatas dapat diambil 3 point penting
yaitu : kebutuhan, dorongan dan tujuan.
Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan sesuatu yg
kurang baik fisiologis maupun psikologis, dorongan merupakan
arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi sedangkan tujuan adalah akhir
dari satu siklus motivasi. ( Luthan, 2000)
b. Sistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien
menurut jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Di
dalam kebanyakan sistem klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai
dengan kebergantungan mereka pada pemberi perawatan atau sesuai
dengan waktu pemberian perawatan dan kemampuan yang diperlukan
untuk memberikan perawatan. Tujuan setiap sistem klasifikasi pasien
adalah untuk mengkaji pasien dan menghargai masing-masing nilai
angkanya yang mengukur volume usaha yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan perawatan pasien.
Untuk dapat mengembangkan sistem klasifikasi pasien yang
akan dijalankan, manajer perawat harus menentukan jumlah kategori
pembagian pasien; karakteristik pasien di masing-masing kategori,
jumlah dan jenis prosedur perawatan yang akan dibutuhkan oleh jenis
pasien di dalam masing-masing kategori, dan waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan prosedur tersebut, memberikan dukungan emosional
serta memberikan pengajaran kesehatan kepada pasien masing-masing
kategori. Karena tujuan sistem klasifikasi pasien adalah menghasilkan
informasi mengenai perkiraan beban kerja keperawatan, masing-
masing sistem membolehkan usaha kualifikasi waktu.
c. Ketenagaan keperawatan dan pasien
Tujuan manajemen ketenagaan di ruang rawat adalah untuk
mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang
dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi
pengguna jasa.
Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan kategori klien
yang dirawat, ratio perawat dan metode penugasan.
Terdapat beberapa formula dalam perhitungan kebutuhan tenaga,
yaitu sebagai berikut :
1) Rumus Gillies
Σ jam kep yg dibutuhkan klien/hr X rata-rata klien/hr X Σ hr/tahun
Σ hr/tahun – hr libur perawat X Σ jam kerja/hari
= Σ jam kep yg dibutuhkan klien / tahun
Σ jam kerja / tahun
Catatan :
 Waktu perawatan menurut Gillies (1989) :
a. Waktu perawatan langsung
- Self care = ½ X 4 jam = 2 jam
- Partial care = ¾ X 4 jam = 3 jam
- Total care = 1 – 1½ X 4 jam = 4-6 jam
- Intensive care = 2 x 4 jam = 8 jam
- Rata-rata perawatan langsung = 4-5 jam
b. Waktu perawatan tak langsung : 38 menit/klien/hari
c. Waktu penyuluhan : 15 menit/klien/hari
 Ratio perawat ahli : trampil : 55 % : 45 %
 Proporsi dinas pagi : sore : malam : 47 % : 36 % : 17 %
2) Rumus Douglas

Σ perawat = Σ klien X derajat ketergantungan

Tabel 2.1 Derajat Ketergantungan Klien

Minimal care Partial care Total care


Σ
klien Mala Mala Sor Mala
Pagi Sore Pagi Sore Pagi
m m e m
0,3
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,20
0
0,6
2 1,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,40
0

3) Rumus Depkes 2003


Berdasarkan :
 Tingkat ketergantungan klien
 Rata-rata klien/hari
 Jam perawatan yang diperlukan/hari/klien
 Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hr
 Jam kerja efektif setiap perawat
Cara perhitungan :
 Hitung jumlah perawat yang tersedia
a. Σ jam perawat
= A
Jam kerja efektif per shift
 Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/cuti/hr besar dan
tugas-tugas non keperawatan
b. Σ hr minggu/th + cuti + hr besar
X hasil A = B
Jumlah hari kerja efektif
c. Tugas non keperawatan
= Jumlah tenaga keperawatan + B X 25% = C
 Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : A + B + C
 Berdasarkan hasil workshop Depkes di Ciloto di tetapkan bahwa :
- Libur minggu : 52 hari
- Cuti tahunan : 12 hari
- Libur Nasional : 10 hari
- Sakit/ijin : 7-12 hari
d. Penjadwalan
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian.
Kepegawaian adalah perhimpunan dan persiapan pekerja yang
dibutuhkan untuk melakukan misi dari sebuah organisasi.
Penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk dan libur
mendatang untuk pekerja dalam sebuah unit, seksi atau divisi.
Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal waktu
personil yang libur dan yang masuk secara adil, harus ada departemen
atau divisi yang mengatur kebijaksanaan penjadwalan untuk memandu
pembuatan keputusan. Apabila kebijaksanaan menyangkut persoalan
berikut tidak ada, maka manajer perawat harus bersatu sebagai sebuah
kelompok untuk menyusun :
1) Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab mempersiapkan
jadwal waktu untuk personil di masing-masing unit.
2) Periode waktu untuk diliputi oleh masing-masing jadwal masuk /
libur.
3) Banyaknya pemberitahuan di muka yang diberikan para pekerja
menyangkut jadwal masuk/libur .
4) Waktu masuk/libur total yang diperlukan oleh masing-masing
pekerja per – hari, minggu atau bulan.
5) Hari dimulainya minggu kerja
6) Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing pergiliran
tugas.
7) Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara masing-
masng pekerja.
8) Frekuensi yang diperlukan dari pergiliran pergantian.
9) Keperluan pergiliran dari satu unit ke lain unit dan frekuensi
pergiliran tersebut.
10) Keperluan penjadwalan dua hari libur per minggu atau rata-rata
dua hari libur per minggu.
11) Frekuensi libur akhir pekan untuk masing-masing kategori
personil.
12) Definisi dari “ libur akhir pekan” untuk personil tugas malam.
13) Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tak
berurutan.
14) Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan.
15) Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan pergantian
tugas
16) Jumlah hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-
masing pekerja.
17) Jumlah hari libur yang diharuskan per tahun saat pegawai harus
dijadwalkan libur kerja.
18) Panjangnya pemberitahuan dimuka untuk diberikan
pegawaimengenai jadwal tugas liburan masuk / libur.
19) Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada hari
libur tertentu.
20) Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk di berikan pada
masing-masing pekerja.
21) Lamanya waktu pemberitahuan di muka untuk diberikan pegawai
mengenai jadwal liburan.
22) Prosedur yang diikuti dalam memohon waktu libur khusus.
23) Pembatasan pada penjadwalan liburan selama hari libur, natal,
tahun baru.
24) Jumlah personil masing-masing kategori yang akan dijadwalkan
untuk liburan atau hari libur pada saat tertentu.
25) Prosedur penyelesaian perselisihan antar personil sehubungan
dengan permintaan waktu liburan dan hari libur.
26) Prosedur pemrosesan permintaan “ darurat” untuk penyesuaian
jadwal waktu.
e. Pengembangan Staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan
prestasi kerja, mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki
kepuasan kerja. Ada beberapa metode pendidikan dan latihan yang
akan digunakan untuk meningkatkan prestasi kerja. (Moenir, 1994)
1) Metode Seminar atau Konferensi
Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki
jabatan sebagai kepala atau pegawai yang dalam waktu singkat
akan diserahi jabatan sebagai kepala. Masalah-masalah baik yang
menyangkut segi manajemen maupun penyelenggaraannya atau
proses dari kegiatan yang dipermasalahkan.
2) Metode Lokakarya (Workshop)
Penyelenggaraannya tidak jauh berbeda dengan seminar, letak
perbedaannya dengan seminar adalah pada materinya. Pada materi
lokakarya bersifat teknis, administrative dan sedikit bersifat
manajerial.
3) Metode Sekolah atau Kursus
Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi
adanya aturan-aturan atau hal – hal baru dalam organisasi yang
harus dimengerti dan dilaksanakan oleh peserta.
Metode ini juga digunakan untuk menambah pengetahuan baru
bagi peserta yang ada kaitannya dengan pekerjaan peserta. Pada
akhir sekolah atau kursus, biasanya diberikan ujian-ujian dengan
atau tanpa kriteria kelulusan.
4) Metode Belajar Sambil Bekerja (Learning by Doing)
Pada metode ini latihan ketrampilan menjadi tujuan utama
sehingga mereka dapat menguasai teknik dalam melaksanakan
pekerjaan yang dibebankan kepada mereka. Biasanya metode ini
dilakukan oleh atasan pada bawahan secara langsung dalam
membimbing pegawai kantor.
Dalam prakteknya metode pendidikan dan latihan ini
disesuaikan dengan pertimbangan tujuan, fasilitas yang tersedia,
biaya, waktu dan kegiatan instansi lainnya.
4. Controlling
a. Definisi
Controling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam
menetapkan penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standart
yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara
penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta
menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk
lebih meningkatkan mutu. (Azwar, 1996)
Fungsi pengawasan (controling) merupakan fungsi yang terakhir
dari proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan
ketiga fungsi manajemen lainnya, terutama dengan fungsi
perencanaan. Melalui fungsi pengawasan dan pengendalian, standart
keberhasilan (target, prosedur kerja, dsb) selalu harus dibandingkan
dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan. Jika ada
kesenjanganatau penyimpangan diupayakan agar penyimpangannya
dapat dideteksi secara dini, dicegah, dikendalikan atau dikurangi.
Kegiatan fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan agar
efisiensi penggunaan sumber daya dapat lebih berkembang dan
efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih
terjamin.
b. Peran leadhershipt dalam controlling
 Mendorong staf untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu
 Mengkomunikasikan secara jelas standart yang diharapkan
terhadap staf
 Mendorong / memotivasi standart tertinggi untuk kualitas yang
maksimal dengan menyediakan standart keamanan minimum
 Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif serta
reaktif
 Menggunakan pengawasan sebagai metode untuk menentukan
mengapa tujuan tersebut tidak dapat dicapai
 Secara aktif mensyahkan hasil pengawasan mutu yang ditemukan
yang mempunyai kesatuan profesi dan kosumen
 Menghargai antara standart klinis dengan standar menggunakan
sumber-sumber yang meyakinkan pasien untuk menerima
perawatan sesuai yang diharapkan
 Bertindak sebagai role model terhadap staf untuk menerima
tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap tindakan
keperawatan
 Secara aktif berpartisipasi dalam usaha-usaha penelitian untuk
mengidentifikasi dan mengukur sensitifitas keperawatan sebagai
hail pelayanan pasien
c. Fungsi manajemen dalam controlling
Menghubungi individu dalam organisasi, membentuk standart
ukuran yang jelas terhadap keperawatan dan menentukan metode yang
paling tepat untuk mengukur standart yang ada.
d. Manfaat controlling
Apabila fungsi controling dapat dilaksanakan secara tepat,
organisasi akan memperoleh manfaat sebagai berikut :
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah
dilaksanakan sesuai dengan standart atau rencana kerja dengan
menggunakan sumber daya yang telah ditetapkan.
2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan
pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah
mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
4) Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
5) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan lanjutan.

1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan

Manajemen asuhan keperawatan merupakan proses penyusunan anggota dalam


bentuk struktur organisasi untuk mencapai tujuan organisasi dengan sumber daya
yang dimiliki dan lingkungan yang melingkupinya baik intern maupun ekstern.
Dua aspek utama dalam organisasi yaitu departementasi dan pembagian kerja
yang merupakan dasar proses pengorganisasian.

Pelayanan di ruang rawat inap berdasarkan tingkatan manajer keperawatan yang


ada, Kepala Ruang adalah manajer operasional yang merupakan pimpinan yang
secara langsung mengelola seluruh sumber daya di unit perawatan untuk
menghasilkan pelayanan yang bermutu. Kepala Ruang merupakan jabatan yang
cukup penting dan strategis, karena secara manajerial kemampuan Kepala Ruang
ikut menentukan keberhasilan pelayanan keperawatan seperti pendapat Gillies
(1996) menyatakan bahwa seorang kepala perawat/kepala ruangan mempunyai
peran otoriter dalam mengarahkan dan mengontrol perilaku semua anggota staf
keperawatan di unitnya. Kepala ruangan juga berperan dalam pengkordinasian
pelayanan langsung terhadap pelayanan dan pengobatan yang diberikan dokter
kepada pasien di ruangan yang dipimpin.

Bagan organisasi memperlihatkan tentang susunan fungsi-fungsi dan


departementasi yang menunjukkan hubungan kerja sama.
Bagan ini menggambarkan lima aspek utama suatu struktur organisasi,
yaitu :
1.      Pembagian kerja.
2.      Rantai perintah.
3.      Tipe pekerjaan yang dilaksanakan.
4.      Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan.
5.      Tingkatan manajemen.
Adapun cara penggambaran bagan struktur organisasi menurut Henry G. Hodges
dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Bentuk Piramida, merupakan bentuk yang paling banyak digunakan, sederhana,
jelas, dan mudah dimengerti.
2. Bentuk Vertikal, hampir sama dengan bentuk piramidal dalam pelimpahan
kekuasaan.
3. Bentuk Horizontal, aliran wewenang dan tanggung jawab digambarkan dari kiri
ke kanan.
4. Bentuk Melingkar, menekankan pada hubungan antara satu jabatan dengan
jabatan lainnya

Terlaksananya prosedur yang sudah ditetapkan kepada pasien maka akan


memberikan kepuasan bagi pasien. Pelayanan rawat inap merupakan salah satu
unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan secara komprehensif
untuk membantu menyelesaikan masalah yang dialami oleh pasien, dimana unit
rawat inap merupakan salah satu revenue center rumah sakit sehingga tingkat
kepuasan pelanggan atau pasien bisa dipakai sebagai salah satu indikator mutu
pelayanan (Nursalam, 2002).

Model praktik keperawatan profesional (MPKP)

1.Pengertian Model Praktik Keperawatan Profesional

Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (Struktur,


Proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat
menopang pemberian asuhan tersebut (Murwani & Herlambang, 2012). Model
praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses,
dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan (Sitorus, 2006).
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk mengukur
dan mengevaluasi kulaitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap
pelayanan kesehatan (Nursalam, 2011).

2. Tujuan Model Praktik Keperawatan Profesional

a) Meningkatkan mutu askep melalui penataan sistem pemberian asuhan


keperawatan.

b) Memberikan kesempatan kepada perawat untuk belajar melaksanakan praktik


keperawatan profesional.

c) Menyediakan kesempatan kepada perawat untuk mengembangkan penelitian


keperawatan (Murwani & Herlambang, 2012).
Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) menutur Nursalam (2011) ada
lima metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan
terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan
keperawatan.
a) Fungsional (bukan metode MAKP).

Metode fungsional dilakukan perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan


sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua.
DAFTAR PUSTAKA

Arwani & Heru Suprayitno. 2005. Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta:


EGC

Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Profesional. Edisi I. Jakarta: Salemba Medika

Profil RSUD Majalengka Tahun 2012

Sugiyanto. 1999. Lokakarya Mutu Keperawatan dan Holistik Nursing: Mutu


Pelayanan Kesehatan. Surakarta

Suchri Suarli & Yanyan Bahtiar. 2007. Manajemen Keperawatan Dengan


Pendekatan Praktis. Bandung: Balatin Pratama

Anda mungkin juga menyukai