Resume KMB II Yulia Nurfadiah 3A D3 Keperawatan
Resume KMB II Yulia Nurfadiah 3A D3 Keperawatan
RESUME
Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Beah II
Dosen Pengampu : Kusniawati, S.Kep, Ners, M.Kep
Disusun oleh:
Yulia Nurfadilah
(P27901118048)
Reguler / Semester:
3A Semester V
Data subjektif
Data demografi. Data ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, jenis
transpotasi yang digunakan, dan orang yang terdekat dengan klien
Riwayat perkembangan. Data ini mengetahui tingkat perkembangan pada neonates,
bayi, prasekolah, emaja dan tua
Riwayat social. Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan
Riwayat penyait keturunan
Riwayat diet (ntrisi). Identifikasi adanya kelebihan beat badan. Kurangnya asupan
kalsium. Bagaimana menu makanan sehari-hari. Kebisaan membawa benda-benda
berat yang dapat menimbulkan regangan otot dan trauma lainnya
Riwayat kesehatan masa lalu. Data tentang adanya efek langsung atau tidak
langsung terhadap muskoloskeletal
Riwayat kesehatan sekarang. Keluhan utama pasien dengan gangguan
muskoloskeletal meliputi :
- Nyeri. Identififkasi lokasi nyeri PQRST
- Kekuatan sendi. Tanyakan sendi ana yang mengalami kekakuan, lamanya
kekakuan tersebut dan apakah selalu terjadi remisi kekakuan beberapa kali
sehari
- Bengkak. Tanyakan berapa lama terjadi pembengkakakn apakah juga disertai
nyeri, karena bengkak dan nyeri sering menyertai sedera pada otot
- Deformitas dan imobilitas
- Perubahan sensori. Tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian tubuh
tertentu. Apakah menurunnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan dengan nyeri
Data Objektif
Pemeriksaan diagnostic
- Sinar X
- Ct Scan
- Mri
- Angiografi
- Dsa (Digital Substraction Angiogrhapy)
- Mielografi
- Diskografi
- Artrografi
Pemeriksaan Laboratorium
- Hb Turun
- Kimia Darah
- Kreatinin Kinase Meningkat
- Sgot Meningkat
Biasanya wawancara dengan pasien dimulai dengan menanyakan data-data statistik seperti
nama, umur, pekerjaan, alamat, status perkawinan, agama, suku bangsa, kinan atau kidal.
Kemudian ditanyakan keluhan utamanya, yaitu keluhan yang mendorong pasien datang
berobat ke dokter. Pada tiap keluhan atau kelainan perlu ditelusuri dan dicatat :
1. Sejak kapan dimulai
2. Sifat serta beratnya
3. Lokasi serta penjalarannya
4. Hubungan dengan waktu (pagi, siang, malam, sedang tidur, waktu haid, sehabis
makan dan lain sebagainya)
5. Keluhan lain yang ada hubungannya dengan keluhan tersebut
6. Pengobatan sebelumnya dan bagaimana hasilnya
7. Faktor yang membuat keluhan lebih berat atau lebih ringan
8. Perjalanan keluhan, apakah menetap, bertambah berat, bertambah ringan, datang
dalam bentuk serangan, dan lain sebagainya)
Setelah keluhan utama selesai dikemukakan dan dibahas,penderita diminta mengemukakan
keluhan lain yang mungkin ada. Tidak jarang pasien melupakan beberapa keluhan lain,
mungkin karena dianggapnya tidak atau kurang penting. Padahal, kadang-kadang keluhan
ini tidak kalah pentingnya dari keluhan utama dalam menegakkan diagnosis yang tepat.
Untuk membuktikan adanya suatu penyakit umumnya tidak cukup dengan menemukan satu
gejala (tanda). Suatu gejala dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit. Penyakit
biasanya diketahui dari kombinasi gejala-gejala. Jarang kita menemukan gejala yang
patognomonik untuk suatu penyakit. Pada tiap penderita penyakit saraf harus pula ditelusuri
kemungkinan adanya kelainan atau keluhan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
seperti nyeri kepala, muntah, vertigo, gangguan penglihatan(visus), pendengaran, saraf otak
lainnya, fungsi luhur, kesadaran, motorik, sensibilitas, dan saraf otonom. Disamping data
yang bersifat saraf ini, perlu pula ditelusuri adanya keluhan lain, yang bukan merupakan
keluhan saraf dalam arti kata sempit, namun ada sangkut pautnya dengan kelainan saraf
yang sedang diderita.
Oleh karena itu perlu ditelusuri hal-hal berikut :
- Riwayat penyakit terdahulu : keadaan atau kejadian yang lalu hubungannya dengan
keluhan sekarang, misalnya penyakit infeksi atau trauma.
- Riwayat penyakit dalam keluarga : bila penyakit diduga bersifat herediter
- Riwayat Sosial : perkembangan kepribadian, sikap terhadap orang tua dan saudara,
reaksinya terhadap lingkungan, pendidikan.
- Kebiasaan / Gizi : merokok, minum alkohol, nilai gizi makanan
- Optotype Snellen
- kartu Cincin Landolt,
- kartu uji E, dan
- kartu uji Sheridan/Gardiner
1. Penglihatan normal
Pada keadaan ini penglihatan mata adalah normal dan sehat.
2. Penglihatan hampir normal
Tidak menimbulkan masalah yang gawat, akan tetapi perlu diketahui penyebabnya.
Mungkin suatu penyakit masih dapat diperbaiki.
3. Low vision sedang
Dengan kacamata kuat atau kaca pembesar masih dapat membaca dengan cepat.
4. Low vision berat
Masih mungkin orientasi dan mobilitas umum akan tetapi mendapat kesukaran pada
lalu lintas dan melihat nomor mobil. Untuk membaca diperlukan lensa pembesar
kuat.
5. Low vision nyata
Bertambahnya masalah orientasi dan mobilisasi. Diperlukan tongkat putih untuk
mengenal lingkungan. Hanya minat yang kuat masih mungkin membaca dengan
kaca pembesar.
6. Hampir buta
Penglihatan kurang dari 4 kaki untuk menghitung jari. Penglihatan tidak bermanfaat,
kecuali pada keadaan tertentu. Harus mempergunakan alat nonvisual.
7. Buta total Tidak mengenal rangsangan sinar sama sekali. Seluruhnya tergantung
pada alat indera lainnya.
Optotype Snellen terdiri atas sederetan huruf dengan ukuran yang berbeda dan bertingkat
serta disusun dalam baris mendatar. Tajam penglihatan dinyatakan dalam pecahan.
Pembilang menunjukkan jarak pasien dengan kartu, sedangkan penyebut adalah jarak
pasien yang penglihatannya masih normal bisa membaca baris yang sama pada kartu.
Dengan demikian dapat ditulis rumus: V =D/d Keterangan: V = ketajaman penglihatan
(visus) d = jarak yang dilihat oleh penderita D = jarak yang dapat dilihat oleh mata normal
Definisi : Prosedur ini digunakan untuk mengukur ketajaman penglihatan individu. Prosedur
Pemeriksaan Mata ini dilakukan dengan menggunakan Kartu Snellen dan Pinhole.
- Buku pencatat
Tahap I. Pengamatan:
- Bila responden belum dapat melihat huruf teratas atau terbesar dari kartu Snellen
atau kartu E maka mulai hitung jari pada jarak 3 meter (tulis 03/060).
- Hitung jari 3 meter belum bisa terlihat maka maju 2 meter (tulis 02/060), bila belum
terlihat maju 1 meter (tulis 01/060).
- Bila belum juga terlihat maka lakukan goyangan tangan pada jarak 1 meter (tulis
01/300).
- Goyangan tangan belum terlihat maka senter mata responden dan tanyakan apakah
responden dapat melihat sinar senter (tulis 01/888).
- Bila tidak dapat melihat sinar disebut buta total (tulis 00/000).
- Bila responden tidak dapat melanjutkan lagi bacaan huruf di kartu Snellen atau kartu
E atau hitung jari maka pada mata tersebut dipasang pinhole.
- Hasil pemeriksaan pinhole ditulis dalam kotak dengan pinhole. Cara penulisan huruf
yang terbaca sama dengan cara pemeriksaan tanpa pinhole.
- Dengan pinhole responden dapat melanjutkan bacaannya sampai baris paling bawah
(normal, 20/20) berarti responden tersebut gangguan refraksi.
- Dengan pinhole responden dapat melanjutkan bacaannya tetapi tidak sampai baris
normal (20/20) pada usia anak sampai dewasa berarti responden tersebut gangguan
refraksi dengan mata malas.
- Bila dengan pinhole responden tidak dapat melanjutkan bacaan huruf atau
memperagakan posisi huruf E maka disebut katarak.