Anda di halaman 1dari 19

Konsep Manajemen Konflik

MAKALAH

Diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan


Pengampu : Lailatul Fadilah,S.Kep,Ners,M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3

Ardelia Septiani (P27901118056)


Lutfi Ilham Pratama (P27901118074)
Pudjairah Pahlita Aprizha (P27901118081)
Siti Elin Nurjanah (P27901118086)
Siti Hamidah (P27901118087)
Zakiya Nuriyah (P27901118097)

REGULER / SEMESTER : 3B SEMESTER 5

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TANGERANG
2020
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Manajemen
Konflik” ini dengan baik.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Manajemen Keperawatan dalam mengembangkan dan meningkatkan
nilai pengetahuan tentang materi yang sedang dipelajari.
Dalam penyususnan makalah ini, penysusn mendapat banyak bantuan,
masukkan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui
kesempatan ini penyusun menyampaikan terimakasih kepada :
1. Ibu Kusniawati,S.Kep,Ners,M.Kep selaku ketua jurusan Keperawatan.
2. Ibu Lailatul Fadilah,S.Kep,Ners,M.Kep selaku ketua prodi DIII Keperawatan.
3. Seluruh dosen Politeknik Kesehatan Banten.
4. Ibu Lailatul Fadilah,S.Kep,Ners,M.Kep selaku dosen pengampu dalam
pembimbing makalah ini yang telah memberi banyak bantuan, masukan dan
dukungan terkait penyusunan makalah ini.
5. Kepada Mahasiswa Politeknik Kesehatan Banten yang terlibat dalam proses
penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi perbaikan
makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada
khususnya dan masyarakat pada ummnya.

Tangerang, 25 Juli 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 2
1.3 Tujuan penulisan .................................................................... 2
1.4 Ruang lingkup ........................................................................ 2
1.5 Manfaat Penulisan .................................................................. 2
1.6 Metode penulisan ................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian dan Penyebab Konflik ........................................... 4
2.2 Kategori Konflik ..................................................................... 5
2.3 Proses Terjadinya Konflik....................................................... 6
2.4 Langkah Penyelesaian Konflik ............................................... 8
2.5 Strategi Penyelesaian Konflik ................................................ 8
Contoh Studi Kasus dan Pembahasannya .................................... 11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ........................................................................... 15
3.2 Saran ...................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Marquis dan Huston (1998) mendefinisikan konflik sebagai msalah
internal dan eksternal yang terjadi sebagai akibat perbedaan pendapat, nilai-
nilai atau keyakinan dari dua orang atau lebih. Littlefield (1995) mengatakan
bahwa konflik dapat dikategorikan sebagai suatu kejadian atau proses. Sebagai
suatu kejadian, konflik terjadi akibat ketidaksetujuan antara dua orang atau
organisasi yang merasa kepentingannya terancam. Sebagai proses , konfllik
dimanifestasikan sebagai suatu rangkaian tindakan yang dilakukan oleh dua
orang atau kelompok, dimana setiap orang atau kelompok berusaha
menghalangi atau mencegah kepuasan dari pihak lawan. Sumber konflik di
organisasi dapat ditemukan pada kekuasaan, komunikasi, tujuan seseorang dan
organisasi, ketersediaan sarana, perilaku kompetesi dan kepribadian serta peran
yang membingungkan.
Sebagai manajer keperawatan, konflik sering terjadi pada setiap
tatanan asuhan keperawatan. Oleh karena itu, manajer harus mempunyai dua
asumsi dasar tentang konflik. Asumsi dasar yang pertama adalah konflik
merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam suatu organisasi. Asumsi yang
kedua adalah jika konflik dapat dikelola dengan baik, maka dapat menghasilkan
suatu penyelesaian yang kreatif dan berkualitas, sehingga berdampak terhadap
peningkatan dan Pengembangan produksi. Di sini, peran manajer sangat penting
dalam menglola konflik. Manajer berusaha menggunakan konflik yang
konstruktif dalam menciptakan lingkungan yanng produktif. Jika konflik
mengarah ke suatu yang menghambat, maka manjer harus mengidentifikasi
sejak awal dan secara aktif melakukan intervensi supaya tidak berefek pada
produktivitas dan motivasi kerja.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dan penyebab terjadinya konflik?
2. Apa saja kategori konflik?
3. Bagaimana proses manajemen konflik?
4. Bagaimana Langkah-Langkah dalam Penyelesaian Konflik?
5. Apa saja strategi dalam penyelesaian Konflik?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Perkembangan Ilmu Keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengetahui definisi dan penyebab terjadinya konflik.
b. Dapat mengetahui macam-macam kategori konflik.
c. Dapat mengetahui proses manajemen konflik.
d. Dapat mengetahui langkah-langkah dalam penyelesaian konflik.
e. Dapat mengetahui strategi dalam penyelesaian konflik.

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup makalah ini adalah tentang Konsep Manajemen Konflik.

1.5 Manfaat Penulisan


1. Bagi Penulis
Penulis dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Konsep
Manajemen Konflik.
2. Bagi Pembaca
Pembaca dapat mengetahui, memahami, dan mampu mengimplementasikan
Konsep Manajemen Konflik.
3. Bagi Institusi
Menambah kepustakaan di bidang Ilmu Keperawatan dan bahan masukan
bagi mahasiswa prodi D3 Keperawatan khususnya tentang Konsep
Manajemen Konflik.

2
1.6 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah metode Studi Pustaka, yaitu metode
yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka, baik
berupa jurnal penelitian, buku, maupun informasi dari internet.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Penyebab Konflik


Konflik sebagai masalah internal dan eksternal yang terjadi sebagai
akibat dan perbedaan pendapaat, nilai-nilai ataau keyakinan dari dua orang
atau lebih (Marquis dan Huston, 1998). (Littelfield, 1995) mengatakan bahwa
konflik di kategorikan sebagai suatu kejadian atau sebuah proses. Sebagai suatu
kejadian, konflik terjadi akibat ketidak setujuan antara dua orang atau
organisasi yang merasa kepentingannya terancam. Sebagai proses, konflik di
manifestasikan sebagai suatu rangkaian tindakan yang dilakukan oleh dua
orang atau kelompok, dimana setiap orang atau kelompok berusaha untuk
menghalangi atau mencegah kepuasan dari pihak lawan. Sumber konflik di
organisasi dapat ditemukan pada kekuasaan , komunikasi, tujuan seseorang dan
organisasi, ketersediaan sarana, perilaku kompetisi dan kepribadian serta peran
yang membingungkan.
Dalam manager keperawatan, konflik sering terjadi pada tatanan
asuhan keperawatan. Karenanya, manajer keperawatan harus memiliki dua
asumsi dasar konflik, yaitu :
1. Konflik adalah suatu yang tidak dapat dihidari dalam suatu organisasi,
jika konflik dapat dikelola dengan baik, konflik akan menghasilkan suatu
kualitas produksi, penyelesaian yang kreatif dan berdampak terhadap
peningkatan dan pengembangan. Peran penting manajer dalam mengelola
konflik adalaah dengan menciptakan lingkungan dengan menggunakan
konflik yang konstruktif dalam pengembangan, peningkatan dan
produktifitas. Jika, konflik mengarah ke suatu yang menghambat, maka
manajer harus mengenali sejak awal dan aktif melakukan intervensi
supaya produktifitas dan intervensi tidak terkena efeknya.
2. Manajer harus mengetahui, mengerti, memahami, dan dapat menemukan
sosusi atas konflik yang sedang terjadi. Sehingga, hal-hal penting diluar

4
konflik tidak terkena imbasnya dan kualitas suatu produk (asuhan
keperawatan) tetap terjaga.

Konflik adalah perselisihan internal yang dihasilkan dari perbedaan ide,


nilai-nilai, dan perasaan antara dua orang atau lebih (Marquis & Huston, 1996
dalam Hendel dkk, 2005).
Menurut Kazimoto (2013), konflik adalah adanya perselisihan yang
terjadi ketika tujuan, keinginan, dan nilai bertentangan terhadap individu atau
kelompok.

2.2 Kategori Konflik


Di dalam organisasi, konflik di pandang secara vertical dan horizontal
(Marquis dan Huston, 1998). Konflik vertical terjadi antara atasan dan
bawahan. Konflik horizontal terjadi antara staf dengan posisi dan kedudukan
yang sama, misalnya konflik yang meliputi wewenang, keahlian, dan praktik.
Konflik dapat dibedakan menjadi tiga jenis yakni, konflik intrapersonal,
interpersonal, dan antar kelompok.
1. Konflik Intrapersonal
Konflik yang terjadi pada individu sendiri, keadaan ini merupakan
masalah internal untuk mengklarifikasi nilai dan keinginan dari konflik
yang terjadi. Hal ini sering di manifestasikan sebagai akibat dari
kompetensi peran. Misalnya, manajer mungkin merasa mempunyai
konflik intrapersonal dengan loyalitas terhadap profesi keperawatan,
loyalitas terhadap pekerjaan, dan loyalitas kepada pasien.
2. Konflik Interpersonal
Konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih dimana nilai,
tujuan, dan keyakinan berbeda. Konflik ini sering terjadi karena seseorang
secara konstan berinteraksi dengan orang lain, sehingga ditemukan
perbedaan-perbedaan. Manajer sering mengalami konflik dengan teman
sesama manajer, atasan, dan bawahannya.
3. Konflik Antarkelompok (Intergroup)

5
Konflik terjadi antara dua atau lebih, kelompok, departemen, atau
organisasi. Sumber konflik jenis ini adalah hambatan dalam mencapai
kekuasaan dan otoritas (kualitas jasa layanan), serta keterbatasan
prasarana.
4. Konflik Intrakelompok
Konflik ini terjadi ketika seseorang didalam kelompok melakukan kerja
berbeda dari tujuan, dengan contoh seorang perawat tidak
mendokumentasikan rencana tindakan perawatan pasien sehingga akan
mempengaruhi kinerja perawat lainnya dalam satu tim untuk mencapai
tujuan perawatan di ruangan tersebut.

2.3 Proses Konflik


Proses konflik dibagi menjadi beberapa tahapan:
1. Konflik Laten
Tahapan konflik yang terjadi terus-menerus (laten) dalam suatu organisasi.
Misalnya, kondisi tentang keterbatasan staf dan perubahan yang cepat.
Kondisi tersebut memicu pada ketidakstabilan organisasi dan kualitas
produksi, meskipun konflik yang ada kadang tidak Nampak secara nyata
atau tidak pernah terjadi.
2. Konflik yang dirasakan (felt conflict)
Konflik yang terjadi karena adanya sesuatu yang dirasakan sebagai
ancaman, ketakutan, tidak percaya, dan marah. Konflik ini disebut juga
sebagai konflik yang kalah. Akibat negative dari strategi ini adalah
kemarahan, putus asa, dan keinginan untuk perbaikan di masa mendatang
3. Konflik yang tampak/sengaja dimunculkan
Konflik yang sengaja dimunculkan untuk dicari solusinya. Tindakan yang
dilaksanakan mungkin menghindar, kompetisi, debat, atau mencari
penyelesaian konflik. Setiap orang secara tidak sadar belajar menggunakan
kompetisi, kekuatan, dan agresivitas dalam menyelesaikan konflik.
Sementara itu , penyelesaian konflik dalam suatu organisasi memerlukan

6
upaya dan strategi sehingga dapat mencapai tujuan organisasi. Contohnya,
Pemberian reward atau penghargaan kepada perawat teladan.
4. Resolusi konflik
Resolusi konflik adalah suatu penyelesaian masalah dengan cara
memuaskan semua orang yang terlibat di dalamnya dengan prinsip win-
win solution. Win-win solution adalah suatu strategi komunikasi yang
biasanya terjadi dalam hal percakapan negosiasi yang bermakna bahwa
pihak yang terlibat dalam pembicaraan siap sedia untuk berkompromi,
setidaknya sampai tingkat tertentu tapi bukan suatu upaya untuk menang
sendiri, bukan menyatakan keberadaan, dan bukan pula menjadikan teman
komunikasi itu sebagai lawan debat. Hasil akhir yang diharapkan yaitu
tidak membuat salah satu satu kedua pihak merasa dirugikan.
5. Konflik aftermath
Konflik aftermath merupakan konflik yang terjadi akibat dari tidak
terselesaikannya konflik yang pertama. Konflik ini akan menjadi masalah
besar dan bisa menjadi penyebab dari konflik yang utama bila tidak segera
di atasi atau dikurangi.

Konflik Laten

Konflik yang dirasakan Konflik yang dialami

Konflik yang
tampak

Penyelesaian/manajemen
konflik

Konflik aftermath

7
2.4 Langkah Penyelesaian Konflik
Vestal (1994) menjabarkan langkah-langkah menyelesaikan suatu konfik
meliputi pengkajian, identifikasi dan intervensi.
1. Pengkajian
a. Analisis situasi
Identifikasi jenis konflik untuk menentukan waktu yang diperlukan,
setelah dilakukan pengumpulan fakta dan memvalidasi semua perkiraan
melalui pengkajian lebih mendalam. Kemudian siapa yang terlibat dan
peran masing-masing. Tentukan jika situasinya dapat dirubah.
b. Analisis dan mematikan isu yang berkembang
Jelaskan masalah dan prioritas fenomena yang terjadi. Tentukan masalah
utama yang memerlukan suatu penyelesaian yang dimulai dari masalah
tersebut. Hindari penyelesaian semua masalah dalam satu waktu.
c. Menyusun tujuan
Jelaskan tujuan spesifik yang akan dicapai.
2. Identifikasi
a. Mengelola perasaan.
Hìndari respons emosional: marah, sebab setiap orang mempunyai
respons yang berbeda terhadap kata-kata, ekspresi dan tindakan.
3. Intervensi
a. Masuk pada konflik yang diyakini dapat diselesaikan dengan baik
Selanjutnya identifikasi hasil yang positif yang akan terjadi.
b. Menyeleksi metode dalam menyelesaikan konflik. Penyelesaian konflik
memerlukan strategi yang berbeda-beda. Seleksi metode yang paling
sesuai untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.

2.5 Strategi Penyelesaian Konflik


Strategi penyelesaian konflik dapat dibedakan menjadi enam macam,yaitu :
1. Kompromi atau negosiasi.
Suatu strategi penyelesaian konfik di mana semua yang terlibat saling
menyadari dan sepakat pada keinginan bersama. Penyelesaian strategi ini

8
sering diartikan sebagai “lose-lose situation”. Kedua pihak yang terlibat
saling menyerah dan menyepakati hal yang telah dibuat. Di dalam
manajemen keperawatan, strategi ini sering digunakan oleh middle dan top
manajer keperawatan.
2. Kompetisi
Strategi ini dapat diartikan sebagai win-lose situation. Penyelesaian ini
menekankan hanya ada satu orang atau kelompok yang menang tanpa
mempertimbangkan yang kalah akibat negatif dari strategi ini adalah
kemarahan, putus asa, dan keinginan untuk perbaikan di masa mendatang.
3. Akomodasi
Istilah lain yang sering digunakan adalah Cooperative situation. Konflik
ini berlawanan dengan kompetesi. Pada strattegi ini, seseorang berusaha
mengakomodasi permasalahan, dan memberi kesempatan pada orang lain
untuk menang. Pada strategi ini, masalah utama yang terjadi sebenarnya
tidak terselesaikan. Strategi ini biasanya digunakan dalam politik untuk
merebut kekuasaan dengan berbagai konsekuensinya.
4. Smoothing
Teknik ini merupakan penyelesaian konflik dengan cara mengurangi
komponen emosional dalam konflik. Pada strategi ini, individu yang
terlibat dalam konflik berupaya mencapai kebersamaan daripada
perbedaan dengan penuh kesadaran dan intropeksi diri. Strategi ini bisa
diterapkan pada konflik yang ringkas, tetapi tidak dapat digunakan pada
konflik yaang besar, misalnya persaingan pelayanan/hasil produksi.
5. Menghindar
Semua yang terlibat dalam konflik, pada strategi ini menyadari tentang
masalah yang dihadapi, tetapi memilih untuk menghindar atau tidak
menyelesaikan masalah. Strategi ini biasanya dipilih bila ketidaksepakatan
membahayakan kedua pihak, biaya penyelesaian lebih besar daripada
menghindar, atau perlu orang ketiga dalam menyelesaikannya, atau jika
masalah dapat terselesaikan dengan sendirinya.
6. Kolaborasi

9
Strategi ini merupakan strategi win-win solution. Dalam kolaborasi, kedua
pihak yang terlibat menentukan tujuan bersama dan bekerja sama dalam
mencapai suatu tujuan. Karena keduanya yakin akan tercapainya suatu
tujuan yang telah ditetapkan. Strategi kolaborsi tidak akan bisa berjalan
bila kompetesi insentif sebagai bagian dari situasi tersebut, kelompok yang
terlibat tidak mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan masalah, dan
tidak adanya kepercayaan dari kedua kelompok/seseorang (Bowditch dan
Buono.1994).

10
Contoh Studi Kasus

1. Ruangan A adalah ruang penyakit dalam yang baru diresmikan di RS B semua


peralatan baru, kepala ruangan dan semua perawatnya juga baru, pada situasi
tersebut terjadi konflik antara kepala ruangan, ketua tim dan perawat
pelaksananya. Apakah konflik yang terjadi pada kasus tersebut ?
a. Intrapersonal
b. Interpersonal
c. Intergroup
d. Kompromi
e. Kolaborasi
2. Seorang perawat yang baru lulus ditugaskan di ruang bedah orthopedic, perawat
tersebut merasa tidak cocok bertugas di ruang bedah, akan tetapi dia tidak berani
untuk mengajukan pindah ruangan. Apakah jenis konflik yang terjadi pada
perawat tersebut ?
a. Intrapersonal
b. Interpersonal
c. Intergroup
d. Horizontal
e. Vertikal
3. Kepala bidang keperawatan RS Z merencanakan menambah jumlah tempat tidur
di ruangan khusus gangguan kardiovaskuler akan tetapi kepala ruangannya tidak
setuju karena jumlah perawatannya kurang sehingga asuhan keperawatannya
tidak optimal. Apakah strategi penyelesaian konflik yang paling tepat digunakan
pada kasus tersebut ?
a. Kompetisi
b. Akomodasi
c. Smoothing
d. Menghindar
e. Negosiasi

11
4. Seorang kepala ruangan anak dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di
ruangannya menunjukkan kekuasaannya dengan posisi terutama yang terkait
dengan tugas dan tanggung jawab staffnya , dan berupaya melakukan
peningkatan motivasi antar-staff guna menimbulkan rasa persaingan yang sehat.
Apakah strategi manajemen konflik yang digunakan oleh kepala ruangan
tersebut ?
a. Kompetisi
b. Kerjasama
c. Kompromi
d. Akomodasi
e. Menghindar
5. Seorang manajer telah melakukan beberapa tindakan untuk menyelesaikan
konflik dengan melakukan pengajaran pada staff teknik berinteraksi dengan
orang lain dan peran yang harus dilakukan, pemberian informasi yang jelas pada
setiap personil secara utuh, pertimbangan aspek situasi emosi, pengembangan
keterampilan dasar dan pencapaian tujuan bersama. Apakah strategi
penyelesaian konflik yang digunakan oleh manajer tersebut ?
a. Menghindar
b. Akomodasi
c. Kompromi
d. Kolaborasi
e. Kompetisi

12
Pembahasan Studi Kasus

1. Jawaban B. Interpersonal
Pembahasan :
Konflik interpersonal adalah konflik yang terjadi antara dua orang atau lebih
dimana nilai, tujuan, dan keyakinan berbeda.
(Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika (H. 119-
122)
2. Jawaban A. Intrapersonal
Pembahasan :
Konflik intrapersonal adalah konflik yang terjadi pada individu itu sendiri.
Keadaan ini merupakan masalah internal untuk mengklarifikasi nilai dan
keinginan dari konflik yang terjadi.
(Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika (H. 119)
3. Jawaban E. Negosiasi
Pembahasan :
Negosiasi merupakan Suatu strategi penyelesaian konfik di mana semua yang
terlibat saling menyadari dan sepakat pada keinginan bersama. Penyelesaian
strategi ini sering diartikan sebagai “lose-lose situation”. Kedua pihak yang
terlibat saling menyerah dan menyepakati hal yang telah dibuat. Di dalam
manajemen keperawatan, strategi ini sering digunakan oleh middle dan top
manajer keperawatan.
4. Jawaban A. Kompetisi
Pembahasan :
Strategi yang digunakan oleh kepala ruangan adalah strategi kompetisi, strategi
ini dapat diartikan sebagai “win-win lose” penyelesaian konflik. Penyelesaian ini
menekankan bahwa hanya ada satu orang atau kelompok yang menang tanpa
mempertimbangkan yang kalah. Namun, kepala ruangan harus mengantisipasi
dampak negative yang timbul dari penggunaan strategi ini.
5. Jawaban D. Kolaborasi

13
Pembahasan :
Strategi yang digunakan oleh kepala ruangan adalah strategi penyelesaian
konflik dengan kolaborasi dimana strategi ini merupakan strategi “win-win
solution” pada kolaborasi kedua unsur terlibat menentukan tujuan bersama dan
bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Karena keduanya meyakini akan
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan, masing-masing meyakininya.
Strategi kolaborasi tidak akan berjalan jika kompetisi insentif sebagai bagian
dari situasi tersebut.

14
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Konflik sebagai masalah internal dan eksternal yang terjadi sebagai
akibat dan perbedaan pendapaat, nilai-nilai ataau keyakinan dari dua orang
atau lebih (marquis dan huston, 1998). Namun, menurut littelfield, 1995
mengatakann bahwa konflik di katagorikan sebgai suatu kejadian atau sebuah
proses. Sebagai suatu kejadian, konflik terjadi akibat ketidak setujuan antara
dua orang atau organisasi yang merasa kepentingannya terancam. Sebagai
proses, konflik di manifestasikan sebagai suatu rangkaian tindakan yang
dilakukan oleh dua orang atau kelompok, dimana setiaporang atau kelompok
berusaha untuk menghalangi atau mencegah kepuasan dari pihak lawan.
Di dalam organisasi, konflik di pandang secara vertical dan horizontal
(Marquis dan Huston, 1998). Konflik vertical terjadi antara atasan dan
bawahan. Konflik horizontal terjadi antara staf dengan posisi dan kedudukan
yang sama, misalnya konflik yang meliputi wewenang, keahlian, dan praktik.
Konflik dapat dibedakan menjadi tiga jenis yakni, konflik intrapersonal,
interpersonal, dan antar kelompok.
Proses konflik dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu Konflik laten, Konflik
yang dirasakan (felt conflict), Akomodasi, Smoothing, Menghindar,
Kolaborasi.

4.2 Saran
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan, kami
mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik di kemudian
hari.

15
DAFTAR PUSTAKA

Musliha dan Siti Fatmawati. 2010. Komunikasi Keperawatan Plus Materi


Komunikasi Terapeutik. Yogyakarta: Nuha Medika

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.

Simamora, R. 2012. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC

16

Anda mungkin juga menyukai