Anda di halaman 1dari 28

KARYA ILMIAH

“PERANAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK PRILAKU

ANAK BERAKHLAK MULIA”

(Disusun untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia)

Oleh,

ELFANNI AUDINA RIZKIA

0040379070

PROGRAM ILMU PENGETAHUAN ALAM

SMA PLUS YASPIDA SUKABUMI

YAYASAN SOSIAL PERGURUAN ISLAM DARUSSYIFA ALFITRAT

2020
LEMBAR PENGESAHAN

“PERANAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK PRILAKU ANAK


BERAKHLAK MULIA”

Oleh,

ELFANNI AUDINA RIZKIA

0040379070

Sukabumi, 02 Mei 2020

Disahkan,

Wakasek Kurikulum Guru Mata Pelajaran Bahasa


Indonesia

Ulya Septian, S.Pd. Dasep Satriana, S.Pd.

Mengetahui,

Kepala Sekolah SMA Plus Yaspida

H. Uce Gunawan, S.Ag, M.M


UCAPAN TERIMA KASIH

Tersusunnya Karya Ilmiah ini tidak lepas dari dukungan orang-orang yang telah
membantu penyusunan Karya Ilmiah ini, maka penulis menghaturkan banyak
terima kasih kepada:

1. Allah SWT. Atas limpahan karunia dan hidayahnya sehingga penulis


dapat melakukan Karya Ilmiah.
2. Ayah dan Ibu tercinta, yang telah memberikan dukungan moril maupun
materi serta do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah
ini.
3. Bapak Dasep Satriana, S.Pd. sebagai guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia
4. Rekan-rekan seperjuangan XI.4 yang sama-sama melakukan
penyusunan Karya Ilmiah yang sangat penulis banggakan dan tidak
pernah penulis lupakan.

MOTTO

Perubahan memang tidak menjamin keberhasilan, tapi tidak ada


keberhasilan tanpa perubahan.
ABSTRAK

Akhlak dapat mencerminkan kepribadian sekaligus dapat mengembangkan


karakter yang apabila mengandung kebaikan disebut akhlak baik atau akhlak mulia,
dan yang mengandung keburukan disebut akhlak buruk atau akhlak tercela. Orang
tua senantiasa berharap anak yang dilahirkan sebagai penerus keturunan sekaligus
amanat dari Allah SWT, yang kelak menjadi anak yang cerdas, sholeh,dan berbudi
luhur, serta berguna bagi diri sendiri, masyarakat dan dan negara. Sejak dulu hingga
saat ini perhatian terhadap kehidupan anak selalu diutamakan, paling tidak dari
sudut perkembangannya. Keluarga memiliki peranan cukup penting dalam
menentukanmasa depan anak nantinya, sebab dalam lingkungan keluarga seorang
anak juga pertama kali menerima nilai-nilai dan norma yang membentuk
kepribadian dirinya kelak. Pada dasarnya pola asuh pada suatu keluarga berbeda-
beda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya. Perbedaan pola asuh
dalam keluarga tersebut yang membuat setiap individu atau anak itu memiliki
karakteristik atau akhlak yang berbeda-beda pula di dalam khidupan sehari-hari.
Dalam hal ini dapat di pahami oleh kita semua bahwa pada prinsip dasar sebuah
pendidikan adalah hal yang bersumber dari lingkungan keluarga. Agar proses
pembentukan akhlak, sehingga dapat berjalan lurus dengan pendidikan Islam
dibutuhkan sumbangsih yang seriusdalam membentuk aklhak anak. Maka peran
orang tua sangat penting dan merupakan hal yang terpenting.

Kata Kunci : Pola asuh orang tua, pembentukan akhlak


ABSTRACT

Morals can reflect personality as well as can develop characters that if they contain
goodness are called good morals or noble morals, and those that contain evil are
called bad morals or despicable morals. Parents always hope that children who are
born as descendants of the descendants as well as the mandate of Allah SWT, who
later became children who are intelligent, pious, and virtuous, and useful for
themselves, society and the country. From the beginning until now, attention to
children's lives has always been prioritized, at least in terms of their development.
The family has an important role in determining the future of the child later, because
in the family environment a child also first accepts the values and norms that shape
his personality later. Basically parenting in a family varies from one family to
another family. The difference in parenting in the family that makes each individual
or child has different characteristics or morals also in everyday life. In this case it
can be understood by all of us that the basic principles of an education are things
that originate from the family environment. In order for the process of the formation
of morals, so that it can run straight with Islamic education requires a serious
contribution in shaping the character of children. So the role of parents is very
important and is the most important thing.

Keywords: Parenting style, moral formation


KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunianya serta kesempata kepada penulis untuk
menyelesaikan Karya Ilmiah, yang menjadikan suatu kewajiban bagi penulis
sebagai peserta didik disekolah Menengah Atas sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi tugas Bahasa Indonesia.

Sholawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada suri tauladan umat
Nabi Muhamah Rasulallah SAW yang telah memberikan contoh prilaku yang harus
diteladani oleh semua insan yang hidup di dunia ini.

Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis
mengucapkan terima kasih atas segala peran serta bantuan yang telah diberikan
sehingga Karya Ilmiah dapat terselesaikan.

Dalam penulisan Karya Ilmiah ini penulis mengambil judul “PERANAN


ORANG TUA DALAM MEMBENTUK PRILAKU ANAK BERAKHLAK
MULIA” yang dalam penulisan Karya Ilmiah ini sangat jauh dari kesempurnaan
meskipun telah mencurahkan segala daya dan upaya yang penulis miliki. Maka dari
itu, penulis sanagt mengharapkan saran-saran yang membangun dari semua pihak,
sebagai pembekalan untuk pembuatan Karya Ilmiah yang akan datang.

Akhirnya, hanya kepada ALLAH SWT penulis serahkan segalanya, semoga


Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat kepada pembaca dan kepada penulis khususnya.

Sukabumi, Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN …………………………………………………...


UCAPAN TERIMA KASIH ……………………………………………………...
MOTTO ……………………………………………………………………………
ABSTRAK …………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………
A. Latar Belakang ………………………………………………………….
B. Tujuan …………………………………………………………………..
1. Tujuan Umum …………………………………………………..
2. Tujuan Khusus …………………………………………………
C. Manfaat …………………………………………………………………
D. Rumusan Masalah ………………………………………………………

BAB II KERANGKA TEORITIS ………………………………………………...


BAB III METODE ………………………………………………………………...
A. Metode Penelitian ………………………………………………………
B. Waktu dan Tempat Penelitian …………………………………………..
C. Subjek dan Objek Penelitian ……………………………………………
D. Devinisi Oprasional …………………………………………………….

BAB IV PEMBAHASAN …………………………………………………………


BAB V PENUTUP …………………………………………………………………
A. Kesimpulan …………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………...


LAMPIRAN ……………………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

A . LATAR BELAKANG

Pada hakikatnya semua orang yang tinggal didunia ini baik kaum
laki-laki maupun kaum perempuan ingin mempunyai anugrah dalam
hidupnya, yakni ingin menjadi orang tua mempunyai buah hati yang disebut
dengan anak hasil dari cinta kasih yang tulus dari pasangan suami istri yang
sudah terikat dalam suatu pernikahan. Namun menjadi orang tua harus sabar
untuk dijalaninya termasuk mendidik menjaga dan mengasuh anak.

Bagi orang tua muslim, tanggung jawab mendidik anak tidak


berhenti (dan memang tidak akan pernah berhenti) hingga anak meraih
kesuksesan dunia dan akhirat. Sudah menjadi tanggung jawab orang tua
pula untuk mengantarkan anaknya meraih kesuksesan tersebut dan
menjauhkan anaknya dari pergaulan bebas yang sekarang sedang marak
terjadi dimana-mana. Banyak orang tua yang ingin sekali melihat anaknya
sukses dan menjadi orang yang berguna untuk orang-orang
disekitarnya,semua ini perlu peranan yang paling penting yang harus
dijalani oleh orang tua yaitu mendidik dan mengantarkan anaknya lebih
dekat dengan allah SWT.
Setiap orang tua tidak akan pernah dapat memprediksi anaknya
kelak akan tumbuh seperti apa. Yang dapat dilakukan orang tua adalah
mempersiapkan berbagai bekal (pengetahuan agama, utamanya) yang
diperlukan anak kelak ketika tumbuh dewasa. Dengan demikian, orang tua
tidak akan kecewa atau merasa gagal mendidik anak manakala buah hatinya
tumbuh tidak sesuai yang diharapkan atau direncanakan. Bagaimanapun,
anak memiliki jalan hidupnya sendiri yang karenanya harus dihargai oleh
orang tua. Tentu saja, selama hal tersebut masih dalam koridor agama.
Sudah lazim kita dengar bahwa tugas mendidik anak adalah
pekerjaan seumur hidup yang tidak akan mengenal kata berhenti atau
selesai. Meski demikian, banyak orang tua lekas menghela napas lega begitu
melihat anaknya baik sholeh dan sholehah terhindar dari terjadinya
pergaulan bebas yakni lulus sekolah atau kuliah, mendapat pekerjaan yang
mapan secara financial, serta ketika menikahkan mereka. Meski tidak serta
merta mengangkat kewajiban mendidik anak, ketika anak memasuki ketiga
jenjang tersebut, tanggung jawab orang tua seolah berkurang setahap demi
setahap.
Tetapi meskipun tanggung jawab orang tua semakin berkurang
setidaknya orang tua akan selalu mendo’akan anaknya sebagai timbal balik
orang tua yang sudah mendidik, menjaga, berperan penting dan sudah
bertanggung jawab atas semua yang sudah dilakukannya, sekarang bagian
anaknya untuk menjaga dan bertanggung jawab atas orang tuanya karena
hari demi hari umur orang tua semakin berkurang dan kebanyakan umur
yang semakin bertambah sehingga penyakit akan bersarang didalam
tubuhnya. Apabila anak berbakti kepada orang tuanya niscaya allah akan
menurunkan pahala yang begitu besar insya allah.
Maka dalam penulisan karya ilmiah ini penulis mengangkat judul
“ PERANAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK PRILAKU
ANAK BERAKHLAK MULIA “.
B . TUJUAN

1. Tujuan Umum
- Untuk mengetahui bagaimana cara orang tua dalam membentuk
perilaku anak berakhlak mulia.
2. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui sejauh mana peranan penting orang tua dalam
membentuk prilaku anak berakhlak mulia.
C. MANFAAT
1.Ingin lebih jauh lagi belajar tentang peranan orang tua.
2.Menambah wawasan tentang cara mendidik anak.
3. Ingin belajar dari sekarang tentang cara mendidik anak untuk masa depan
nanti.
D . RUMUSAN MASALAH

Mengenai rumusan masalah penulis membuat pertanyaan sesuai dengan


judul karya ilmiah ini:

- Bagaimana peranan orang tua dalam membentuk prilaku anak


berakhlak mulia?
- Bagaimana cara menangani perilaku anak yang tidak di inginkan ?
- Apa saja kewajiban orang tua terhadap anak ?
- Hak-hak yang harus didapatkan anak.
- Tugas sebagai orang tua.
BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Pengertian Orang Tua


Orang tua yaitu orang yang melahirkan kita ke dunia ini dan mengurusi
kita sampai kita biasa menjadi seperti ini.Pengertian orang tua menurut
beberapa ahli:
1. Miami
Orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan
siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari
anak-anak yang dilahirkannya. Maksud dari pendapat diatas, yaitu
apabila seorang laki-laki dan seorang perempuan telah bersatu
dalam ikatan tali pernikahan yang sah maka mereka harus siap
dalam menjalani kehidupan berumah tangga salah satunya adalah
dituntut untuk dapat berfikir serta bergerak untuk dapat berfikir serta
bergerak untuk jauh kedepan, karena orang yang berumah tangga
akan diberikan amanah yang harus dilaksanakan dengan baik dan
benar, amanah tersebut adalah mengurus serta membina anak-anak
mereka, baik dari segi jasmani maupun rohani. Karena orang tualah
yang menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya.
2. NY. Singgih D Gunarsa
Orang tua adalah ada dua individu yang beda memasuki hidup
bersama dengan membawa pandangan, pendapat dak kebiasaan-
kebiasaan sehari-hari.
3. Thamrin Nasution
Orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu
keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari
disebut sebagai bapak dan ibu.
B. Pengertian Anak
Anak adalah amanah atau titipan dari maha kuasa yang harus kita jaga
dan sayangi, setiap orang tua akan dimintai pertanggung jawabannya
atas titipan yang diamanahkan. Dalam terminologi Al-Qur’an, anak
sering disebut dengan walad atau aulad dan sering sekali disandingkan
dengan kata amwal (harta). Harta itu diturunkan orlah Allah SWT
sebagai rezeki dan karunia yang menyenangkan bagi orang yang
menerima. Tetapi, jika tidak pandai mengelolanya, bukankan tidak
sedikit harta justru dapat mencelakakan manusi yang di titipi harta
tersebut? Demikian juga halnya dengan anak. Awalnya anak adalah
semacam rezeki yang menyenangkan yang diterima orang tua. Tetapi,
jika tidak pandai mengelolanya, anak dapat menjadi beban dan masalah
bagi orang tua ataupun lingkungannya.

Pengertian anak menurut beberapa ahli:


1. Andy Lesmana
Anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan antara seorang
perempuan dan laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seseorang
yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan
pernikahan tetap di katakan anak. Anak juga merupakan cikal bakal
lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus cita-cita
perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangun nasional.
Anak adalah aset bangsa masa depan bangsa dan negara di masa yang
akan datang derada ditangan anak sekarang semakin naik kepribadian
anaksekarang maka semakin baik pula kehidupan anak tersebut.

Pengertian anak dari aspek agama:


Dalam sudut pandang yang dibangun oleh agama khususnya dalam hal
ini agama islam anak merupakan makhluk yang dahif dan mulia, yang
keberadaannya adalah kemenangan dari kehendak Allah SWT dengan
melalui proses penciptaan. Oleh karna itu anak mempunyai kehidupan
yang mulia dalam pandangan agama islam, maka anak harus di perlukan
secara manusiawi seperti di beri nafkah baik lahir maupun batin,
sehingga kelak anak tersebut tumbuh menjadi anak yang berakhlak
mulia seperti dapat bertanggung jawab dalam mensosialisasi dirinya
untuk mencapai kebutuhan hidupnya di masa mendatang.
BAB III

METODE

A. Metode Penelitian
Metode Penelitian adalah sebuah proses kegiatan mencari kebenaran
terhadap suatu fenomena ataupun fakta yang terjadi dengan cara yang
terstruktur dan sistematis. Di karya ilmiah ini saya menggunakan metode
penelitan deskriptif.

Metode Deskriptif adalah Metode penelitian deskriptif menekankan pada


upaya peneliti untuk mendeskripsikan fenomena berdasarkan pengalaman
partisipan riset dan hasil observasi. Data yang diperoleh tentu saja data
deskriptif yang biasanya kualitatif. Data deskriptif bisa disebut juga data
naratif. Wawancara dan observasi merupakan dua cara utama yang sering
digunakan untuk mengumpulkan data deskriptif.

B. WAKTU
penelitian dilakukan di rumah saya dan wawancara di sekitar lingkungan
rumah, mulai tanggal 28 Maret s/d 30 April 2020.

C. Subjek dan Objek


Subjek yang digunakan untuk menyusun karya ilmiah ini adalah buku yang
berjudul “ PROPHETIC PARENTING cara nabi mendidik anak “ yang
dikarang oleh Dr. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid. Dan objek nya
adalah orang tua dan saudara-saudara saya.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. TUGAS DAN PERAN ORANG TUA


Setiap orang tua dalam menjalani kehidupan berumah tangga
tentunya memiliki tugas dan peran yang sangat penting, adapun tugas
dan peran orang tua terdapat anaknya dapat dikemukakan sebagai
berikut:
1. Melahirkan
2. Mengasuh
3. Membesarkan

Mengarahkan menuju kepada kedewasaan serta menanamkan norma-norma


dan nilai-nilai yang berlaku.

Disamping itu juga harus mampu mengembangkan potensi yang ada


pada diri anak, member teladan dan mampu mengembangkan pertumbuhan
pribadi dengan penuh tanggung jawab dan penuh kasih sayang. Anak-anak
yang tumbuh dengan berbagai bakat dan kecenderungan masing-masing
adalah karunia yang sangat berharga, yang di gambarkan sebagai perhiasan
dunia.
Orang tua yang tidak memperdulikan anak-anaknya, orang tua yang
tidak memenuhi tugas-tugasnya sebagai ayah dan ibu, akan sangat
berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup anak-anaknya. Terutama
peran seorang ayah dan ibu adalah memberikan pendidikan dan perhatian
terhadap anak-anaknya. Sebagaimana dikemukakan,“perkembangan jiwa
dan sosial anak yang kadang-kadang berlangsung kurung mantap akibat
orang tua tidak berperan selayaknya. Naruli kasih sayang orang tua terhadap
anaknya tidak dapat dimanifestasikan dengan menyediakan sandang,
pangan, dan papan secukupnya. Anak-anak memerlukan perhatian dan
pengertian supaya tumbuh menjadi anak yang matang dan dewasa”.
Dalam berbagai penelitian para ahli dapat dikemukakan beberapa
hal yang perlu diberikan oleh orang tua terhadap anaknya, sebagai mana
diungkapkan sebagai berikut:
1. Respek dan kebebasab pribadi
2. Jadikan rumah tangga nyaman dan menarik
3. Hargai kemandirian
4. Diskusikan tentang berbagai masalah
5. Berikan rasa aman, kasih sayang, dan perhatian
6. Anak-anak lain perlu dimengerti
7. Beri contoh perkawinan yang bahagia
Dari beberapa poin yang telah dikemukakan para ahli diatas dapat di pahami
bahwa banyak hal yang harus dilakukan orang tua dalam melakukan tugas
serta peran mereka sebagai orang tua, yaitu harus respek terhadap gerak-
gerik anaknya serta memberikan kebebasan pribadi dalam mengembangkan
bakat serta menggali potensi yang ia miliki, orang tua dalam menjalani
rumah tangga juga harus dapat menciptakan rumah tangga yang nyaman,
sakinah serta mawaddah sehingga dapat memberikan rasa aman dan nyaman
pada anak-anaknya, orang tua harus memiliki sikap demokratis. Ia tidak
boleh memaksakan kehendak sehingga anak akan menjadi korban, ia harus
betul-betul mengerti, memahami serta memberikan kasih sayang dan
perhatian yang penuh. Orang tua yang tidak memenuhi peran dan tidak
menjalankan tugas-tugasnya seperti apa yang dijelaskan diatas, maka anak-
anak hidupnya menjadi terlantar, ia akan mengalami kesulitan dalam
menggali potensi dan bakat yang ia miliki.

B. KEWAJIBAN ORANG TUA TERHADAP ANAK


Seorang pria dan wanita yang berjanji dihadapan Allah SWT
untuk hidup sebagai suami istri berarti bersedia untuk memikul tanggung
jawab sebagai ayah dan ibu anak-anak yang bakal dilahirkan. Ini berarti
bahwa pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan siap sedia untuk
menjadi orang tua dan salah satu kewajiban, hak orang tua tidak dapat
dipindahkan adalah mendidik anak-anaknya. Apabila tidak dijaga akan
menyebabkan kualitas anak tidak terjamin, sehingga dapat membahayakan
masa depannya kelak. Orang tua harus dapat meningkatkan kualitas anak
dengan menanamkan nilai-nilai yang baik dan akhlak yang mulia disertai
dengan ilmu pengetahuan agar dapat tumbuh manusia yang mengetahuai
kewajiban dan hak-haknya. Jadi, tugas orang tua tidak hanya sekedar
menjadi peranan adanya makhluk baru dengan kelahiran, tetapi juga
mendidik dan memelihara .
Adapun fungsi keluarga secara ilmu menurut ST. Vembrianto mempunyai
tujuh yang ada hubungannya dengan anak yaitu:
1. Fungsi biologis: keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak secara
biologis anak berasal dari orang tuanya.
2. Fungsi afeksi: keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan sosial
yang penuh dengan kemesraan dan afeksi (penuh kasih sayang dan rasa
aman).
3. Fungsi sosial: fungsi keluarga dalam membentuk kepribadian anak
melalui interaksi sosial dalam keluarga anak, mempelajari pola-pola
tingkah laku, sikap keyakinan cita-cita dan nilai-nilai dalam keluarga
anak, masyarakat, dan rangka pengembangan kepribadian.
4. Fungsi pendidikan: keluarga sejak dulu merupakan institusi pendidikan
dalam keluarga dan merupakan satu-satunya institusi untuk
mempersiapkan anak agar dapat hidup secara sosial dimasyarakat,
sekarang pun keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang
pertama dan utama dalam mengembangkan dasar kepribadian anak.
5. Fungsi rekreasi: merupakan tempat atau medan rekreasi bagi
anggotanya untuk memperoleh afeksi, ketenangan, dan kegembiraan.
6. Fungsi keagamaan: merupakan pusat pendidikan upacara dan ibadah
agama, fungsi ini penting artinya bagi penanaman jiwa agama pada
anak.
7. Fungsi perlindungan: keluarga berfungsi untuk memelihara, merawat
dan melindungi anak baik fisik maupun sosial.
C. HAK-HAK ANAK
Hak-hak anak adalah sebagai berikut:
1. Hak nasab
Hak nasab hubungan darah antara seorang anak dengan ayah dan
ibu karena sebab-sebab yang sah menurut syara, yaitu jika anak
dilahirkan atas dasar perkawinan dan dalam kandungan tertentu yang
oleh syara diakui keabsahannya. Dengan demikian, setiap anak yang
lahir langsung dinasabkan kepada ayahnya untuk lebih menguatkan
perkawinan kedua orang tuanya.
2. Hak pemeliharaan
Anak berhak mendapatkan asuhan, yaitu memperoleh
pendidikan dan pemeliharaan untuk mengurus makan, minum, pakaian,
dan kebersihan anak pada periode kehidupan pertama (sebelum ia
dewasa). Yang dimaksud dengan pemeliharaan disini dapat berupa
pengawasan dan penjagaan terhadap keselamatan jasmani dan rohani,
anak dari segala macam bahaya yang mungkin dapat menimpanya agar
tumbuh secara wajar. Anak juga membutuhkan pelayanan yang penuh
kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan tempat tinggal dan pakaian.
Oleh karena itu, pada usia balita seorang anak belum mempunyai
kemampuan, sehingga kehidupan mereka sangat tergantung pada oarang
lain yang dewasa, yaitu ibu dan bapanya.
3. Hak mendapatkan nafkah
Anak berhak mendapatkan nafkah, yaitu pemenuhan kebutuhan
pokok. Nafkah terhadap anak adalah untuk kelangsungan hidup dan
pemelihaan kesejahteraan. Dengan demikian, anak terhindar dari
kesengsaraan hidup didunia karena mendapatkan kasih sayang orang
tuanya melalui pemberian nafkah tersebut. Hak mendapatkan nafkah
merupakan akibat dari nasab, yaitu nasab seorang anak terhadap
ayahnya menjadikan anak berhak mendapatkan nafkah dari ayahnya.
4. Hak mendapatkan pendidikan
Orang tua memiliki kewajiban untuk memenuhi hak pendidikan
atas anaknya. Dengan pendidikan, anak akan dapat mengembangkan
potensi-potensi dan bakat yang ada pada dirinya. Sehingga ia akan
menjadi generasi-generasi yang kuat, kuat dari factor psikoligis maupun
fisiologis. Seorang anak merupakan generasi penerus dari generasi
sebelumnya. Setap generasi ke generasi akan memiliki pengaruh yang
ditimbulkan dari generasi sebelumnya, generasi yang lemah akan
mewariskan kelemahan kepada generasi berikutnya begitu juga dengan
generasi yang kuat akan mewariskan kekuatan kepada generasi
sesudahnya. Dengan memenuhi hak anak atas pendidikan yang
pendidikan diharapkan akan menjadi generasi yang kuat yang dapat
mewariskan kekuatan pada generasi berikutnya.
D. MENGENAL DAN MENGAMATI PRILAKU ANAK
Pendekatan prilaku untuk memecahkan persoalan-persoalan berawal
dilaboratorium ilmiah. Oleh karena itu, bagian penting dari setiap program
prilaku memerluakan penggambaran secara terinci dan pendataan secara
tepat atas perilaku yang diamati. Pemerincian secara tepat prilaku yang kita
amati memerlukan pendefinisian suatu satuan prilaku yang dapat diamati
oleh setiap orang yang mengetahui definisi tersebut. Misalnya, prilaku yang
baik ditoko tidak dapat digambarkan secara mendetail dan tepat, sebab
terdapat ketidak jelasan tentang apa yang sebenarnya arti prilaku yang baik
dalam situasi semacam itu. Bagi sebagai orang, tindakan seorang anak
melihat-lihat mainan sementara ibunya berbelanja dapat dianggap baik,
sedangkan orang lain mungkin lebih suka jika anak-ankanya selalu
bersama-sama dengan ibunya. Nilai-nilai pribadi mempengaruhi penafsiran
tentang prilaku, sehingga kita perlu memusatkan diri langsung pada
tindakan memusatkan diri langsung pada tindakan yang mengungkapkan
definisi suatu prilaku. Pemberian tekanan secara langsung pada tindakan
akan menyebabkan definisi prilaku dapat di amati dan dengan demikian
dapat diukur. Oleh karna itu kita sebaiknya memasukkan kedalam definisi
kita hal-hal yang kita inginkan atau akan kita cegah. Keuntungan lain dari
belajar dengan tepat dalam menyatakan prilaku secara jelas dan terperinci
ialah meningkatkan kemampuan umum kita untuk menyampaikan dengan
jelas harapan-harapan kita kepada anak-anak dan orang lain di sekitar kita.
Dalam contoh prilaku selama berbelanja tadi, jelaslah bahwa perintah untuk
“berjalan disampingku sampai kita memperoleh barang kita inginkan”
adalah lebih mudah ditangkap dari pada dengan kata-kata “berprilakulah
dengan baik selama kita ditoko”. Dalam menyatakan prilaku secara jelas
sesuai dengan tindakan yang dapat diamati, sangatlah membantu jika
mengetahui bagaimana tindakan-tindakan dapat di gambarkan. Pada
umumnya kita dapat menggambarkan setiap prilaku (atau tindakan)
menurut tiga dimensi:
1. Frekuensi, ering tidaknya prilaku muncul.
2. Lama berlangsungnya, waktu yang diperlukan oleh berlangsungnya
setiap tindakan.
3. Intensitas, banyaknya daya yang dikeluarkan oleh prilaku tersebut
Dimensi-dimensi tersebut dapat digunakan sendiri-sendiri atau dengan
kombinasi tergantung pada apa yang kita perlukan dalam menyatakan
prilaku secara jelas. Berbagai macam cara untuk memperkuat,
menghilangkan, dan menghukum dapat dilihat berbagai usaha untuk
meningkatkan atau frekuensi, lama berlangsungnya dan intensitas prilaku
tertentu. Keterangan dan contoh kasus kan diberikan untuk menggambarkan
bagaimana ketiga dimensi tersebut dapat digunakan dalam suatu program
untuk mengubah prilaku.
1. Frekuensi
Mungkin yang paling sederhana untuk mencatat prilaku
hanyalah dengan menghitung jumlah munculnya prilaku tersebut.
Beberapa alat pengumpul data yang dengan mudah diperoleh, seperti
misalnya mesin hitung yang mirip dengan mesin hitung yang digunakan
oleh pemain golf. Mesin ini memper mudah perhitungan prilaku tertentu
secara tepat. Menurur definisi, usaha-usaha sistematis untuk mengubah
prilaku dianggap sebagai usaha untuk mempengaruhi frekuensi
munculnya suatu prilaku. Akibatnya, pengumpulan data frekuensi
menjadi salah satu ukuran yang paling banyak digunakan dalam
penilaian program. Peningkatan atau penurunan jumlah munculonya
suatu prilaku dievaluasi sebelum selama dan sesudah program sistematis
direncanakan untuk mengubah prilaku tersebut kearah yang diinginkan.
2. Lama berlangsungnya
Dari contoh sebelumnya dapat dilihat bahwa frekuensi
menunjukkan suatu cara yang cukup memadai untuk menggambarkan
suatu prilaku dan memberikan kemampuan pengumpulan data yang
tepat. Disarankan untuk menghitung frekuensi dalam situasi dimana
suatu prilaku mempunyai permulaan serta akhir tertentu dan pada
umumnya terjadi dalam jangka waktu yang lama untuk setiap prilaku
yang muncul. Juka suatu prilaku mempunyai permulaan dan akhir
tertentu, tetapi terjadi dalam jangka waktu yang berbeda untuk masing-
masing peristiwa, maka pengukuran lama berlangsungnya lebih
bermanfaat lagi. Misalnya, jika dalam suatu peristiwa seorang anak
marah-marah selama lima menit, tetapi pada kesempatan lain selama
empat puluh lima menit, perhitungan frekuensi akan menunjukkan daua
peristiwa, tetapi peristiwanya sama sekali tidak dapat dibandingkan.
Pengukuran lama berlangsungnya adalah cara yang lebih cepat untuk
menyatakan secara jelas dan terperinci perubahan-perubahan dalam
prilaku. Pencatatan semacam itu meliputi pengukuran jumlah waktu
berlangsungnya suatu unit prilaku tertentu. Itulah pengukuran
berdasarkan waktu, dan dengan demikian tujuan kita untuk
meningkatkan atau menghapus prilaku diukur menurut unit-unit waktu,
misalnya dengan menit dan detik.
3. Intensitas
Dimensi intensitas mungkin merupakan cara yang paling
subjektif dalam mengukur prilaku, dan karena itu bersifat mendua.
Dalam suatu program cara ini biasanya tidak digunakan secara
sendirian, karena gagasan frekuensi dan lama berlangsungnya biasanya
meliputi penilaian eseorang atas intensitas. Misalnya, suatu prilaku yang
sangat sering terjadi dan berlangsung dalam waktu yang lama mungkin
dinilai lebih kuat dari pada yang hanya kadang-kadang terjadi dan
berlangsung hanya selama beberapa kasus, faktor intensitas dapat
menjadi penting. Jumlah energi yang digunakan dalam beberapa contoh
prilaku agresif dapat merupakan ukuran yang menentukan.
E. MENANGANI PRILAKU YANG TIDAK DIINGINKAN
Kebanyakan orang tua mencoba menghadapi anak yang
berkelakuan buruk, dengan menggunakan kekuatan hukum. Oleh karna
itu sangatlah penting untuk mengetahui mengapa hukuman merupakan
metode yang tidak baik dan tidak efisien, dan sering malah menjadikan
kelakuan yang tidak baik dan tidak efesien, dan sering malah menjadikan
kelakuan yang tidak baik itu bertambah buruk, bukannya menjadi lebih
baik. Apakan orang tua menggunakan hukuman, mereka mencaci maki,
berteriak, menvabut hak sianak, mengancam atau menempeleng. Apa
yang salah dari hukuman-hukuman itu?
Pertama, mereka melanggar hukum keripik kentang yang
melempem. Orang tua memaksudkan hukuman itu untuk membuat anak
meraa tidak senang, sehingga anak itu akan mengubah prilakunya menjadi
lebih baik. Sayangnya, hukum itu (perhatian yang negatif) lebih baik dari
pada sama sekali tidak ada perhatian, dan ering berfungsi sebagai hadiah
untuk sianak sehingga memperkuat prilaku tak diinginkan yang
sebenarnya justru ingin dihilangkan oleh orang tua.
Kedua, seorang yang menghukum berarti mengajarkan kepada
orang lain untuk menghindari dirinya. Bagaimana orang dapat memiliki
pengaruh yang penting dan positif pada hidup anak apabila dia ingin
menghindari karena orang yang suka menghardik, tukang ngomel, dan
tukang menempeleng.
Ketiga, hukuman adalah sekedar usaha untuk mengekang
kelakuan yang tidak baik. Tetapi hukuman, pada dirinya sendiri tidak
mengajarkan atau memberi motivasi kepada anak untuk berbuat lebih
baik. Hukuman mengajarkan kepada anak mengenai apa yang tidak boleh
dilakukan, tetapi tidak mengajarkan apa yang harus dilakukan.
Perhatikanlah penjarak kita, jika hukuman berfungsi sebagai sistem untuk
mengajar orang agar berkelakuan lebih baik, kemudian apabila penjahat
dibebaskan dari penjara beberapa tahun pendekam didalamnya, dari sejak
saat itu dan seterusnya mereka tidak akan berbuat jahat lagi. Betulkan
demikian? Justru sebaliknya. Kebanyakan dari mereka kembali masuk
penjara dalam waktu yang relatif singkat
Keempat, hukumaan akan kehilangan efektifitasnya apabila si
anak bertambah besar. Hukuman dapat efektif untuk sementara waktu
sejauh menyangkut prilaku yang kelihatan, jika kita mengabaikan
perasaaan yang ada didalam diri si anak kalau di terapkan pada umur 5
atau 7 tahun tetapi bila anak sudah berumur 11 tahun atau 12 tahun atau
menginjak remaja, cara lama yaitu mencabut hak atau mnghardik,
menempeleng telah kehilangan efektifitasnya.
F. PENGERTIAN AKHLAK
Kata akhlak disadur dari bahasa arab dengan kosa kata al-khulq
yang berarti kejadian, budi pekerti dan tabiat dasar yang ada pada
manusia. Setia manusia dilahirkan dengan tabiat dasarnya yang dibawa
dari Tuhan. Pada umumnya yang ahli di bidang ini memahami hal itu.
Al-Akhlaq adalah potensi yang tertanam di dalam jiwa seseorang
yang mampu mendorongnya berbuat (baik dan buruk) tanpa didahului
oleh pertimbangan akal dan emosi. Maksudnya ialah perbuatan yang
sudah menjadi kebiasaan sehingga menjadi kepribadian. Ahmad Amin
dalam bukunya al-Akhlaq, mendefinisikan akhlak dengan kebiasaanb
seseorang. Atau kecenderungan hati atas suatu perbuatan dan telah
berulang kali dilakukan sehingga mudah mengerjakannya tanpa lebih
dahulu banyak pertimbangan.
Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa
menunjukkan bahwa akhlak itu abstrak, tidak dapat diukur dan diberi nilai
oleh indrawi manusia. Untuk memberi penilaian baik atau buruknya
akhlak seseorang dilihat dari perbuatan-perbuatan yang sudah menjadi
kebiasaannya, dan inilah yang disebut dengan perbuatan akhlak.
Perbuatan akhlak adalah tingkah laku yang muncul dari dorongan
akhlak yang berada di jiwa. Jika tingkah laku itu baik dan sudah menjadi
kebiasaannya disebut akhlaknya baik, dan demikian sebaliknya. Dengan
demikian, perbuatan seseorang adalah cerminan dari akhlaknya, bukan
sebagai akhlaknya sendiri.
G. PEMBAHASAN ILMU AKHLAK
Ilmu akhlak merupakan ilmu yang membahas tentang perbuatan
manusia untuk kemudian di tentukan sebagai perbuatan manusia patut
dihukumi sebagai perbuatan baik atau buruk, karena banyak perbuatan
yang tidak bisa disebut sebagai perbuatan baik atau buruk. Hal ini akan
dijelaskan sebagai berikut:
Perbuatan manusia ada yang timbul diluar kehendaknya, seperti
bernafas, denyutan jantung, kedipan mata ketika ada peralihan secara tiba-
tiba dari keadaan gelap menuju keadaan terang. Perbuatan ini bukan
lingkup pembahasan ilmu akhlak karena kita tidak dapat menghukumi
perbuatan itu sebagai perbuatan yang baik atau yang buruk. Dalam hal ini
seseorang tidak dapat disebut sebagai orang yang baik karena jantungnya
berdenyut dengan baik, atau lambungnya mencerna dengan baik.
Sebaliknya, seseorang tidak dapat disebut sebagai orang yang jelek karena
jantungnya tidak bekerja sebagaimana mestinya, atau karena lambungnya
tidak dapat bekerja dengan baik, karena dalam hal ini tidak ada unsur
campur tangan kehendak manusia. Memang setiap orang menginginkan
agar jantungnya berdenyut dengan sangat normal, akan tetapi keinginan
mereka hanya sebatas keinginan, dan tidak akan berpengaruh pada denyut
jantungnya.
Kemudian, ada beberapa perbuatan manusia yang timbul setelah
dipikirkan dan direncanakan sebelumnya,seperti seseorang yang
berpendapat bahwa pembangunan rumah sakit di daerahnya sangat
bermanfaat bagi masyarakatnya dan meringankan penderitaan mereka,
lalu orang tersebut menyumbangkan hartanya untuk pembangunan dan
pengelolaannya. Demikian pula sebagaimana seseorang yang
merencanakan membunuh musuhnya, lalu ia memikirkan sarana yang
harus di persiapkan, barulah ia dapat melaksanakan rencananya. Maka,
semua perbuatan ini disebut sebagai perbuatan yang disengaja. Nah
perbuatan yang disengaja inilah yangtermasuk dalam pembahasan ilmu
akhlak, suatu ilmu yang akan menentukan suatu perbuatan baik atau
buruk, dan ilmu akhlak pula yang menentukan pelaku perbuatan tersebut
sebagai orang yang baik atau orang yang jahat.
Disamping itu, ada jenis perbuatan manusia yang berbeda diantara
kedua jenis perbuatan di atas, perbuatan itu mempunya kemiripan dengan
perbuatan yang dtidak disengaja. Apakah jenis perbuatan ini termasuk
dalam pembahasan ilmu akhlak?lebih jelasnya dapat dilihat dari contoh-
contoh berikut:
Ada sebagai orang berbuat sesuatu sambil tidur. Andaikan orang
tersebut membakar rumahnya dalam keadaan demikian, atau sebaliknya
memadamkan api yang hampir membakar rumahnya, apakah semua ini
adalah perbuatan yang disengaja sehingga dapat disebut sebagai perbuatan
baik atau buruk? Terkadang ada orang yang ditimpa penyakit lupa, lalu
dia meninggalkan perbuatan yang wajib ia kerjakan pada waktunya, atau
ia menyalahi janji yang telah ia buat. Terkadang suatu perbuatan dapat
melalaikan seseorang untuk memikirkan hal yang lain, seperti orang yang
sibuk memecahkanmasalah teknisi, atau membaca suatu cerita yang
menyenangkan, maka perbuatan tersebut melalaikannya dari pelajaran
yang wajib baginya atau pekerjaan yang harus ia kerjakan.
Semua perbuatan ini dapat dikatakan tidak disengaja, sebab orang
yang tidur sebagaimana dalam contoh yang pertama tidak sengaja untuk
membakar rumahnya dan belum pernah merencanakan, karen itu
perbuatan orang yang tidur tersebut tidak dapat disebut sebagai perbuatan
yang baik atau buruk, karna ia tidak sengaja untuk melakukannya
karnanya tidak dapat dimintai pertanggung jawaban. Akan tetapi, ia akan
dimintai pertanggung jawaban dan akan diusut apabila orang tersebut tahu
bahwa ia tertimpa penyakit tersebut, yaitu apabila ia tidur ia akan
melakukan sesuatu yang berbahaya, sedangkan ia tidak berhati-hati
tatkala ia bangun dan sadar untuk melakukan tindakan antisipasi terhadap
hal-hal yang padap terjadi tatkala ia tidur.
Pembahasan ilmu akhlak adalah segala perbuatan yang timbul dari
seorang pelaku secara disengaja, pelaku tersebut sadar terhadap apa yang
dilakukan. Demikian juga perbuatan yang timbul tanpa ada unsur
kesengajaan akan tetapi dapat dihindari dengan melakukan tindakan yang
bersifat antisipasi pada saat keadaan normal. Kedua jenis perbuatan ini
dapat disebut sebagai perbuatan yang baik atau yang buruk. Sedangkan
jenis perbuatan yang timbul tanpa ada unsur kesengajaan dan tidak
mungkin dapat di hindari padansaat normal, maka jenis perbuatan ini
bukan termasuk dalam pembahasan ilmu akhlak.
H. AKHLAK ORANG TUA TERHADAP ANAK
Yang dimaksud dengan sub topik ini ialah kewajiban-kewajiban ibu
dan bapak terhadap anaknya dilihat dari sudut ajaran Islam bahwa anak
adalah titipan Tuhan kepada seseorang atau sering disebut sebagai amanah
Allah. Amanah berarti sesuatu yang harus dilaksanakan sesuai dengan
keinginan si pemberi amanah.
Secara umum kewajiban menyampaikan amanah kepada yang
berhak menerimanya, jika di hubungkan dengan kewajiban orang tua
kepada anaknya ialah memelihara anak agar selamat di dunia dari
kesesatan dan keselamatan di akhirat.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpula
Berdasarkan pembahasan yang telah dicantumkan dari bab ke bab
yang telah penulis jelaskan, maka penulis dapat menyimpulkan, bahwa
Orang tua senantisa membawa anaknya lebih dekat dengan Allah
SWT.orang tua juga sebaiknya Mencontohkan pelajaran yang baik
kepada anaknya terhadap kedisiplinan dan patuh terhadap orang tua.
Kewajiban orang tua penting sekali dalam kehidupan anaknya, karna
orang tua harus dapat meningkatkan kualitas anak dengan meningkatkan
nilai-nilai yang baik dan akhlak yang mulia disertai tugas orang tua
terhadap anaknya ada beberapa, melahirkan, dengan ilmu pengatuan
agar dapat tumbuh manusia yang mengetahui kewajiban dan hak-
haknya. Mengasuh, membesarkan, mengarahkan kepada kedewasaan
serta menanamkan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku, dan
Orang tua tidak harus bekerja seharian penuh demi karirnya seharusnya
ada waktu untuk anak-anaknya, agar Hak-hak anak dapat terpenuhi
yaitu, hak nasab, hak pemeliharaan, hak mendapat nafkah, dan hak
mendapatkan pendidikan
DAFTAR PUSTAKA

Wahidatun, Umi Dkk. 2013.

Bimbingan dan Konseling SMA/MA kelas X Semester Gasal . Klaten

http://id.wikipedia.org/wiki/Orang_tua

http://definisipengertian.com/2012/pengertian-definisi-prestasi-menurut-para-ahli]

http://dilihatya.com/2589/pengertian-anak-menurut-para-ahli

http://mobelos.blogspot.com/2013/10/pengertian-pendidikan-definisi.html.

http://shindy-intan.blogspot.co.id/2012/10/peranan-keluarga-dalam-
pembentukan.html

Anda mungkin juga menyukai