Anda di halaman 1dari 19

13

BAB II
LANDASAN TEORETIS

A. Media

1. Pengertian Media

Media berasal dari bahasa latin yaitu “medium” yang secara

harfiah berarti ”perantara atau pengantar pesan”. Media adalah perentara

atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media sebagai alat

bantu mengajar guru , alat bantu yang dipakai alat bantu visual, misalnya,

gambar, Media objek langsung, objek, dan alat-alat lain yang dapat

memberikan pengalaman konkret, motovasi belajar, serta mempertinggi

daya serap dan retensi belajar siswa.

Menurut santoso dalam Rohani media adalah ”Semua bentuk

perantara yang dipakai orang, penyebar ide, sehingga ide, atau gagasan itu

sampai pada penerima”.1 Sedangkan menurut Sumiati media pembelajaran

diartikan sebagai ”segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian,

dan kemampuan siswa sehingga dapat memper,lancar proses

pembelajaran”.2

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia media adalah ”Alat

(sarana) perantara, penghubung komunikasi berupa pesan/informasi yang

disampaikan kepada orang lain”.3

1
Ahmad Rohani, Media Pembelajaran Instrusional, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 2
2
Sumiati dan Asra, Strategi Pembelajaran, (Bandung: CV Prima, 2007), h. 160
3
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Bahasa, 2008), h. 640

13
14

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

media merupakan suatu perantara yang digunakan untuk menyampaikan

pesan/informasi, sehingga pesan dapat diterima dengan baik oleh

sipenerima pesan sehingga tidak terjadi kesalah pahaman terhadap sesuatu.

Kehadiran media dapat mempermudah proses komunikasi dalam

menyampaikan tujuan pembelajaran terutama pada proses pembelajaran

yang dilaksanakan dalam kelas bagi siswa SD.

Pada mulanya media dianggap sebagai alat bantu mengajar guru

(teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, misalnya

gambar, Media objek langsung, objek dan alat-alat lain yang dapat

memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar serta mempertinggi

daya serap dan retensi belajar siswa. Dalam proses pembelajaran

kehadiran media pengajaran merupakan seperangkat alat bantu atau

pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka

berkomunikasi dengan siswa. Alat bantu ini disebut media pengajaran,

sedangkan komunikasi adalah sistem penyampaian.

Terdapat perbedaan antara teknologi pendidikan dengan media

pengajaran. Media pengajaran itu banyak dan bervariasi, sedangkan

teknologi itu menekankan pada pendekatan mengintegrasikan aspek

manusia, proses, prosedur, dan peralatan. Media pengajaran menurut

media pengajaran adalah ”alat bantu mengajar yang merupakan sarana

yang digunakan atau dimanfaatkan dalam pembelajaran sehingga

pembelajaran akan berjalan dengan baik dan apa yang telah direncanakan

bisa tercapai”.
15

Dengan demikian media pengajaran merupakan sarana atau alat

bantu mengajar yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam proses

pembelajaran agar siswa lebih mudah memahami pelajaran yang

disampaikan oleh guru, terutama dalam pembelajaran IPA.

2. Manfaat Media

Menurut Sumiati manfaat media adalah:

(1) Menjelaskan materi pembelajaran atau objek yang abstrak


menjadi kongrit, (2) memberikan pengalaman nyata dan
langsung karena sisiwa dapat berkomunikasi dan berintegrasi
dengan lingkungan tempat belajarnya, (3) menarik perhatian
siswa, sehingga membangkitkan minat, motivasi dan kreativitas
belajar siswa, (4) membantu siswa belajar secara individual,
kelompok, dan klasikal, (5) materi pembelajaran lebih lama
diingat dan mudah untuk diungkapkan kembali dengan mudah
dan cepat, (6) mempermudah dan mempercepat guru menyajikan
materi dalam proses pembelajaran, (7) membatasi keterbatasan
ruang, dan waktu.4

Berdasarkan pendapat di atas dapat dilihat banyak manfaat media

dalam pembelajaran, diantaranya menjelaskan materi pelajaran akan lebih

mudah karena siswa dapat melihat langsung apa yang sedang dipelajari.

Sedangkan menurut Sudjana manfaat media adalah:

(1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga


menumbuhkan motivasi belajar siswa, (2) Bahan pengajaran
akan lebih jelas maknanya sehingga dapat menimbulkan motivasi
belajar, (3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-
mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,
sehingga siswa tidak bosan, (4) Siswa lebih banyak melakukan
kegiatan belajar, aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan.5

4
Sumiati dan Asra, op cit, h. 163
5
Nana Sudjana, Media Pengajaran, (Jakarta: Raja Grasindo, 2009), h. 2
16

Berdasakan pendapat di atas dapat disimpulkan manfaat media

dapat menjadikan pembelajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga

dapat menumbuhkan motivasi belajar, dengan metode belajar yang

bervariasi, sehingga siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran,

serta tidak menimbulkan verbalisme, kehadiran media dapat

membangkitkan kreatifitas serta rasa ingin tahu siswa terhadap

pembelajaran, dan membentuk siswa belajar secara individual, kelompok

dan klasikal dan membatasi ruang waktu

3. Jenis Media

Menurut Sudjana jenis media yang biasa digunakan dalam proses

pembelajaran adalah:

(1) Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan/diagram,


poster, komik, (2) media tiga dimensi dalam bentuk Media objek
langsung seperti Media objek langsung padat, Media objek
langsung penampang, Media objek langsung dusun, Media objek
langsung kerja, (3) media proyeksi seperti slide, ilm strips, OHP,
(4) penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran.6

Sedangkan menurut Mulyani dan Johar:

(1) Media audio, jenis media yang dapat didengar, contoh casset
tape recorder dan radio, (2) Media visual, yaitu media yang dapat
ditangkap dengan indera penglihatan diantaranya, media gambar
dan grafis (poster, komik), media papan yaitu dan media proyeksi,
(3) Media audio visual, yaitu media yang dilihat dan didengar,
jenisnya televisi, video, (4) Media asli dan orang yaitu benda
yang sebenarnya, yaitu jenisnya specimen, mocks up, diorama,
labolatorium dan museum7.

Pendapat di atas menjelaskan jenis media ada beberapa yaitu

media audio, media visual, media audio visual, yang bermanfaat untuk

6
Ibid, h. 2
7
Mulyani, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 189
17

mengkomunikasikan fakta-fakta dan gagasan secara jelas dengan

perpaduan kata-kata, gambar dan benda-benda aslinya sehingga penyajian

materi menjadi mudah dipahami dan efektif

B. Media Objek Langsung

1. Pengertian Media Objek Langsung

Apabila suatu benda terlalu besar atau berat untuk dibawa ke

dalam kelas dan tidak dapat diamati secara langsung, untuk mengatasi hal

tersebut dapat digunakan Media objek langsung sebagai alat bantu

mengajar.

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa Media objek

langsung adalah “benda asli tidak dengan perantaraan”. Nuryani Media

objek langsung adalah “suatu asli”. Sedangkan Nana mengemukakan

bahwa “Media objek langsung adalah objek nyata yang dibawa ke dalam

kelas dan dapat dipelajari oleh siswa dalam wujud aslinya”.8

Pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Media objek

langsung merupakan objek nyata yang dapat dibawa ke dalam kelas dan

dapat diamati secara langsung oleh siswa.

2. Jenis-Jenis Media Objek Langsung

Menurut Sudjana contoh fungsi dari benda-benda nyata yang

dipergunakan dalam pelajaran adalah dengan cara: “memperkenalkan unit,

penjelasan proses, menjawab pertanyaan, melengkapi perbandingan, dan

unit akhir.9

8
Nana Sudjana, op cit, h. 19
9
Ibid, h. 197
18

Dalam mempergunakan benda-benda nyata untuk tujuan

pengajaran, guru hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut:

1) Benda-benda atau makhluk hidup apakah yang mungkin dimanfaatkan

di kelas secara efesien.

2) Bagaimana caranya agar semua benda itu bersesuaian sekali terhadap

pola belajar siswa.

3) Dari mana sumbernya untuk memperoleh benda-benda itu.

Menurut Sudjana “Media objek langsung banyak jenisnya mulai

dari benda atau makhluk hidup seperti binatang, tumbuhan-tumbuhan,

juga termasuk benda-benda mati misalnya batuan, air, tanah, dan lain-

lain”.10

Sementara itu Hamalik mengemukakan bahwa jenis-jenis Media

objek langsung adalah:

Media objek langsung diperkecil atau diperbesar yaitu Media


objek langsung dengan ukuran lebih kecil atau lebih besar dari
benda sebenarnya, (2) Media objek langsung kerja yaitu Media
objek langsung yang memperlihatkan proses kerja dari suatu
objek tertentu, (3) Media objek langsung perbandingan yaitu
Media objek langsung yang memperlihatkan perbedaan suatu
benda dengan benda lainya, (4) Media objek langsung susunan
yaitu Media objek langsung yang memperlihatkan Media objek
langsung-Media objek langsung susunan telinga, susunan gigi
manusia, susunan organ tubuh manusia, susunan tata surya dan
lain-lain, (5) Media objek langsung lapangan yaitu Media objek
langsung yang menggambarkan situasi keadaan atau lingkungan,
(6) Media objek langsung padat atau utuh yaitu Media objek
langsung yang memperlihatkan bagaimana permukaan luar dari
benda asli dan, (7) Media objek langsung irisan Media objek
langsung yang memperlihatkan bagaimana keadaan dalam suatu
objek.11
10
Ibid, h. 196
11
Oemar Hamali, Perencanaan Pengajaran Berstandar Proses, (Jakarta: Rineka Cipta,
1997), h. 95
19

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

Media objek langsung dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan

Media objek langsung dapat menggambarkan suatu situasi atau keadaan

atau lingkungan tergantung dengan Media objek langsung apa yang

digunakan sehingga tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik

karena Media objek langsung adalah media tiga dimensi yang

menggambar keadaan aslinya.

Beberapa bentuk-bentuk Media objek langsung di atas peneliti

akan menggunakan Media objek langsung lapangan pada pembelajaran

IPA, dengan materi IPA. Penggunaan Media objek langsung lapangan

akan membangkitkan rasa ingin tahu, minat serta meningkatkan motivasi

dan rangsangan di dalam kegiatan pembelajaran, yang akan membawa

pengaruh psikologis terhadap siswa serta dapat memberi pemahaman

siswa terhadap materi yang diajarkan.

3. Keunggulan Penggunaan Media Objek Langsung

Media objek langsung juga memiliki beberapa kelebihan terhadap

penggunaannya dalam proses pembelajaran. Menurut Rohadi bahwa

“Penggunaan Media objek langsung dalam proses pembelajaran dimaksud

untuk mengatasi kendala tertentu untuk pengadaan realita”.12

Sedangkan menurut Subana kelebihan media objek langsung

yaitu:

(1) dapat dibuat dari bahan yang murah dan mudah didapat,
(2) dapat dipakai berulang-ulang, (3) dapat melukiskan
12
Aristo Rahadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 25
20

bentuk dan keadaan yang sebenarnya, (4) besarnya dapat


ditentukan dari yang sebenarnya, (5) dapat digunakan untuk
memdemonstrasikan cara kerja suatu alat, (6) dapat
digunakan sebagai alat untuk bongkarpasang suatu alat, (7)
dapat digunakan untuk memperlihatkan bagian dalam
sesuatu yang dalam keadaan, yang sebenarnya tidak bisa
dilihat13

Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media model

memiliki beberapa keuntungan dalam penggunaan diantaranya adalah

untuk mengatasi kendala tertentu untuk pengadaan realita, media model

dapat menyerupai benda yang sebenarnya, karena media model dapat

dimodifikasi sesuai dengan ukuran yang diperlukan, dan dapat

memperjelas apa-apa yang diperlukan dalam proses pembelajaran karena

media model dapat dibongkar pasang dalam pemakainnya.

1. Kelemahan Penggunaan Media Objek Langsung

Menurut Subana kelemahan media objek langsung adalah: “(1)

pada umumnya hanya baik untuk kelompok kecil, (2) untuk beberapa jenis

model, ada yang sukar dibuat dan harganyapun mahal”14.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

penggunaan media model pada umumnya hanya dapat digunakan untuk

kelompok kecil agar pelaksanaanya dapat berjalan dengan baik dan

hasilnya pun sesuai tujuan. beberapa jenis model sukar dibuat dan

harganyapun mahal.

A. Pembelajaran IPA

1. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

13
Subana, dkk, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia,
2005), h. 330
14
Ibid, h. 330
21

Pembelajaran IPA di SD sangatlah penting sekali karena IPA

merupakan ilmu pengetahuan tentang alam, isinya, serta kejadian-

kejadian yang bersifat kebendaan dan pada umumnya dilihat dan

didapatkan berdasarkan atas hasil pengamatan, observasi, eksperimen,

penelitian dan lain-lain yang membawa langsung dalam kehidupan

nyata.

Menurut Soerdjojo menyatakan bahwa ”Dalam pembelajaran

IPA banyak sekali ilmu dan pengalaman penting yang dapat dilihat

dan temui dalam kehidupan sehari-hari”15.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran IPA sangat penting bagi siswa dan dapat membentuk

perubahan tingkah laku, berupa pengetahuan (kognitif), sikap

(afektif), dan keterampilan (psikomotor) siswa dalam kehidupan

sehari-hari.

Pemebelajaran IPA akan berhasil dengan baik apabila guru

sebagai memahami perkembangan inteklektual anak di usia Sekolah

Dasar. Usia anak Sekolah Dasar (SD) berkisar antara 7-12 tahun.

Piaget dalam Noehi menyatakan bahwa: ”Perkembangan anak usia

sekolah/SD termasuk ke dalam kategori operasional konkret”16. Pada

usia ini anak memiliki pemikiran yang logis, yang diterapkan dalam

memecahkan persoalan-persoalan konkrit yang dihadapi. Anak

operasinal konkrit sangat membutuhkan benda-benda konkrit untuk

menolong perkembangan intelektualnya.


15
Soerdjojo Dirjoemarno, Pembelajaran IPA 2 (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994), h.
36
16
Noehi Nasution, Pendidikan IPA di SD (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), h. 1
22

Pembelajaran IPA harus dikaitkan dengan kehidupan sehari-

hari siswa, siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan,

mengeluarkan ide, gagasan, membangun rasa ingin tahu tentang

segala sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan

(skill) yang perlu didapati dan dipelajarinya.

Dalam menyajikan pembelajaran IPA guru perlu :

1. Menyajikan kegiatan yang beragam sehingga tidak memunculkan

kejenuhan

2. Menggunakan sumber belajar yang bervariasi, menyediakan

buku acuan, dan media pembelajaran yang cocok dengan materi

3. Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, karena

lingkungan tidak ada batasnya dan memberikan pengetahuan

secara langsung kepada siswa

4. Memiliki kreatifitas yang tinggi dalam menghadirkan media/alat

peraga selam proses pembelajaran

5. Menciptakan suasana yang menyenangkan

Pembelajaran IPA penting untuk diketahui dan pelajari oleh

siswa SD karena pembelajaran IPA memuat ilmu pengetahuan

tentang alam dan gejalanya, yang terdapat dan terjadi dalam

kehidupan sehari-hari siswa, Pembelajaran IPA dengan materi

pembuatan karya model benda-benda yang menerapkan prinsip

cahaya dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman

siswa secara konkret, pembelajaran IPA menjadikan siswa untuk

mencoba mencari tahu tentang apa saja yag ada di alam.


23

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan /KTSP (2006:484)

menjelaskan defenisisi IPA adalah: “Cara mencari tahu tentang alam

secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasa kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep saja tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan”.

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dalam masyarakat

membuat pendidikan IPA menjadi penting. Ilmu IPA untuk siswa

menurut Paolo, Dkk dalam Srini adalah: “(1) mengamati apa yang

terjadi, (2) mencoba memahami apa yang diamati, (3) menggunakan

pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi, (4) menguji

ramalan , apakah ramalan tersebut benar”17.

Sedangkan definisi IPA menurut Saini dalam Nina adalah

“Ilmu pengetahuan tentang kejadian-kejadian yang bersifat

kebendaan dan pada umumnya didasarkan atas hasil observasi,

eksperimen, induksi”18.

Berdasakan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

ilmu Pengetahuan Alam, beranjak dari mengamati apa yang terjadi,

mencoba, menafsirkan apa yang terjadi, membuktikan dari tafsiran

tersebut.

Tujuan pendidikan IPA dalam kurikulum tingkat satuan

pendidikan/KTSP:

(1) menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep IPA,


(2) menanamkan rasa ingin tahu, dan sikap positif
terhadap IPA, lingkungan, teknologi, masyarakat, (3)
17
Srini M Iskardar, Ilmu Pengetahuan Alam, (Jakarta: Depdikbud, 1997), h. 15
18
Nina, Penggunaan Media Kotak Erosi untuk Siswa Kelas V SD, Padang: Skripsi UNP,
tidak diterbitkan, h. 9
24

mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki


alam sekitar, memecahkan masalah, membuat keputusan,
(4) ikut serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam, (5) menghargai alam dan
segala keteraturan sebagai salah satu ciptaan Tuhan.19

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

IPA sangat perlu dimasukkan sebagai kurikulum Sekolah Dasar. Di

Sekolah Dasar, pembelajaran IPA memiliki arti dan peranan bagi

siswa.

2. Prinsip Pembelajaran IPA

Pembelajaran di Sekolah Dasar akan efektif bila siswa aktif

berpatisipasiatau melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Oleh

sebab itu Sekolah Dasar perlu menerapkan prinsip-prinsip

pembelajaran di SD.

Menurut Depdikbud dalam Maslichah prinsip-prinsip

pembelajaran di SD:

(1) Prinsip motivasi adalah daya dorong seseorang untuk


melakukan sesuatu kegiatan baik dari dalam maupun dari
luar diri siswa itu sendiri, (2) Prinsip latar pada dasarnya
siswa telah memiliki pengetahuan awal, (3) Prinsip
menemukan dimana siswa memiliki rasa ingin tahu yang
besar sehingga potensial untuk mencari, guna menemkan
sesuatu, (4) Prinsip belajar sambil melakukan,(5)
pengalaman yang diperoleh melalui bekerja merupakan
hasil belajar yang tidak mudah untuk diperiskopakan, (6)
Prinsip belajar sambil bermain, karena bermain
merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan suasana
gembira dan menyenangkan, dan (7) Prinsip hubungan
sosial, dalam beberapa hal kegiatan pembelajaran akan
berhasil bila dikerjakan secara kelompok20.

Depdiknas, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Depdiknas, 2006), h. 484


19

Maslichah Asyari, Penerapan Pendekatan STM dalam Pembelajaran SAINS di SD,


20

(Yogyakarta: Universitas Sanata Darma, 2006), h. 44


25

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip

pembelajaran itu terdiri dari prinsip motivasi, prinsip latar, prinsip

menemukan, prinsip belajar sambil melakukan, pengalaman yang

diperoleh, prinsip sambil bermain, dan prinsip sosial, dalam

melakukan kegiatan pembelajaran akan berhasil bila dikerjakan

secara kelompok, semua prinsip ini sangat mendukung selama proses

pembelajaran IPA itu berlangsung agar tujuan pemeblajaran tercapai

dengan baik.

B. Hasil Belajar dan Penilaian

1. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk

menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam memahami konsep waktu

belajar. Apabila telah terjadi perubahan pada diri seseorang, seseorang

itu sudah dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar, sebagaimana

dikemukakan oleh Oemar yaitu “Hasil belajar adalah tingkah laku yang

timbul, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pertanyaan

baru, perubahan dalam tahap kebiasaan keterampilan, kesanggupan

menghargai, perkembangan sifat sosial, emosional, dan pertumbuhan

jasmani”21.

Dari pendapat Oemar, terlihat bahwa belajar melibatkan tiga hal

pokok yaitu:

a. Belajar mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku

b. Perubahan yang terjadi karena belajar bersifat relatif dan

permanen
21
Oemar Hamalik, op cit, h. 2
26

c. Perubahan tersebut disebabkan oleh hasil latihan atau pengalaman,

bukan oleh proses pertumbuhan atau perubahan kondisi fisik22

Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa

keterampilan dan prilaku baru sebagai akibat sebagai latihan atau

pengalaman. Sumiati, dkk mendefenisikan hasil belajar adalah

“Perubahan perilaku, perilaku itu mencakup pengetahuan pemahaman,

keterampilan, sikap, kemampuan berpikir, penghargaan terhadap

sesuatu, minat dan sebagainya”23.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan, hasil belajar

dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam mengingat pelajaran yang

telah disampaikan selama proses pembelajaran, dan selama siswa itu

mampu memecahkan masalah yang timbul sesuai dengan apa yang telah

dipelajarinya waktu itu.

Hasil belajar siswa yang dilihat dari kemampuan siswa dalam

mengingat pelajaran yang telah disampaikan oleh guru selama proses

pembelajaran dan bagaimana siswa itu dapat menerapkannya dalam

kehidupan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ngalim “Hasil belajar siswa

dapat ditinjau dari beberapa aspek kognitif yaitu kemampuan siswa

dalam pengetahuan (ingatan), pemahaman, penerapan (aplikasi), analisis,

dan evaluasi”24.

22
Sumiati, op cit, h. 38
23
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2006), h. 24
24
Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: Raja Grafindo, 2007), h. 385
27

2. Penilaian

Penilaian dilakukan oleh guru kelas untuk mengetahui kemajuan

dan hasil belajar siswa, mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan

umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran dan penentuan

kenaikan kelas serta kelulusan.

Menurut Dave dalam Kunandar menyatakan bahwa:

Penilaian dalam pembelajaran harus meliputi tiga


aspek/ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor,.
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan
berpikir, kemampuan menghafal, memahami,
mengaplikasi, menganalisisi, mensintesis, dan
kemampuan mengevaluasi. Ranah afektif mencakup
watak perilaku, serta perasaan, minat, sikap, emosi, dan
nilai. Sementara ranah psikomotor mencakup imitasi,
manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi25

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian

penilaian dalam pembelajaran harus mencakup ketiga aspek/ranah

penilaian yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor,

sehingga keberhasilan dari suatu pembelajaran akan nampak.

3. Prinsip-Prinsip Penilaian

Ngalim menyatakan bahwa pemberian penilain harus

memperhatikan beberapa prinsip-prinsip sebagai dasar dalam

pelaksanaan yang termasuk dalam kriteria penentuannya. Beberapa

prinsip penilaian yang perlu diperhatikan sebagai dasar dalam

pelaksanaan adalah sebagai berikut26:

25
Ngalim Purwanto, op cit, h. 72
26
Ibid, h. 73
28

1. Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran

komprehensif

Penilaian didasarkan atas sampel prestasi yang cukup banyak, untuk

itu dituntut pelaksanaan penilaian secara sinambungan dan

penggunaan bermacam-macam teknik pengukuran.

2. Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dan penilaian

(grading)

Penskoran berarti proses pengubahan prestasi menjadi angka-angka

dalam skala tertentu, misalnya skala tentang baik-buruk, bisa

diterima-tidak bisa diterima, dinyakan lulus atau tidak lulus, disini

ditujukan untukn kecermatan dan kemantapan, sedangkan dalam

penilaian ditujukan kepada validitas dan kegunaan.

3. Dalam proses pemberian nilai hendaknya diperhatikan adanya dua

macam orientasi, yaitu penilaian yang diorientasikan pada suatu

kelompok tertentu, jadi hasil evaluasi perseorangan siswa

dibandingkan dengan prestasi kelompoknya. Prestasi kelompoknya

itulah yang dijadikan patokan dalam memberikan nilai. Dan

penilaian yang dioreantasikan pada suatu standar absolut, tanpa

dihubungkan dengan suatu kelompok tertentu,misalnya penilain

prestasi siswa didasarkan atas penguasaan terhadap salah satu

materi pelajaran.

4. Kegiatan pemberian nilai handaknya merupakan kegiatan integral

dari proses pembelajaran


29

Tujuan penilaian untuk mengetahui status siswa dan menaksir

keampuan belajar serta penguasaannya terhadap bahan pelajaran.

5. Penilaain harus bersifat komparabel

Setelah tahapnpengukuran yang mengasilkan angka-angka itu

dilaksanakan, prestasi-prestasi yang menduduki skor yang sama

harus memperoleh nilai yang sama pula.

6. Sistim penilaian yang digunakan hendaknya jelas bagi siswa dan

guru sendiri27

Apapun skala yang dipakai dalam penilaian, apakah skala 1

(kurang sekali), 2 (Kurang), 3 (cukup), 4 (baik), 5 (baik sekali) atau A

(90%-100% = sangat baik), B (80%-89% = baik), C (65%-79% =

cukup), D (55%-64% = Kurang), dan F (55% = tidak lulus) hendaknya

benar-benar dipahami apa isi dan maknanya28. Keberhasilan suatu

pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip dari penilaian itu

sendiri demi kemajuan pendidikan disuatu sekolah.

C. Kerangka Konseptual

Penggunaan media dalam pembelajaran akan berpengaruh terhadap

hasil belajar siswa, semakin tepat media yang digunakan semakin maksimal

hasil yang diperoleh. Salah satu media yang digunakan adalah Media objek

langsung, Media objek langsung adalah media dari benda yang asli pada saat

proses pembelajaran media dapat dibawa ke dalam kelas untuk menjelaskan

hal-hal yang tidak dapat diperoleh dari benda yang sesungguhnya, Media

27
Ibid, h. 74
28
Ibid, h. 75
30

objek langsung suatu benda dapat dibuat dengan ukuran yang lebih besar

atau lebih kecil.

Penggunaan Media objek langsung dalam proses pembelajaran dapat

membangkitkan keinginan/minat siswa yang baru, dapat meningkatkan

motivasi dan rangsangan dalam proses pembelajaran. Membawa pengaruh

psikologis terhadap siswa serta dapat meningkatkan pemahaman siswa

terhadap materi yang diajarkan.

Proses perencanaan penggunaan Media objek langsung untuk

menunjukkan proses terjadinya IPA dapat melakukan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam

pembelajaran IPA

2. Langkah-langkah penggunaan media objek langsung

Kerangka Konseptual Penelitian Tindakan Kelas


Penggunaan Media objek langsung Pada Pembelajaran IPA di Kelas III
SD Negeri 12 Jalan Balantai Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Solok

Materi Pembelajaran IPA di Kelas III SD

Proses Pembelajaran dengan Menggunakan Media Objek


Langsung

Hasil Belajar Siswa


D.
E. Hipotesis Tindakan

Sesuai dengan masalah dan kajian teori maka penulis

mengajukan suatu hipotesis yaitu: perencanaan, pelaksanaan dengan


31

penggunaan Media objek langsung dapat meningkatkan hasil belajar IPA

siswa kelas III SD Negeri 12 Jalan Balantai Kecamatan Pantai Cermin

Kabupaten Solok Tahun Pelajaran 2016/2017.

Anda mungkin juga menyukai