Anda di halaman 1dari 10

BAB II

KONSEP DASAR

A. MEDIS
1. DEFINISI
Hernia adalah penonjolan sebuah organ atau struktur melalui dinding otot perut.
Hernia umumnya terdiri dari kulit dan subkutan meliputi jaringan, peritoneal kantung,
dan yang mendasarinya adalah Visera, seperti loop usus atau organ-organ internal
lainnya. (Seymour I. Schwartz, et.All. Principles of Surgery. Companion handbook.
Jakarta: EGC,2000).
Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari
perut atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus
melewati beberapa defect yang lain di dalam dinding abdominal, melewati diafragma,
atau melewati struktur lainnya di rongga abdominal. (Ignatavicius, Donna,
et.All.,2000)
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin, kantong, dan
isi Hernia. (Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi
Revisi. Jakarta: EGC,2005)
Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan (Syamsuhidayat dan Jong, 2005).
Kesimpulan pengertian dari beberapa sumber Hernia adalah suatu penonjolan isi
suatu rongga melalui bagian dinding abdominal yg lemah yang terdiri cincin, kantong
dan isi hernia sendiri.

2. ETILOGI
Penyebab Hernia menurut ( Mansjoer, 2000 ) yaitu :
a. Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko
yang berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen.
b. Kelemahan struktur aponeurosis dan fascia tranversa
c. Pada orang tua karena degenerasi/atropi

4
d. Tekanan intra abdomen meningkat (obesitas atau kegemukan, peningkatan
tekanan intra-abdomen karena banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-
lahan mendorong peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan pengontrolan berat
badan, pada ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat
terutama pada daerah rahim dan sekitarnya, mengedan.
e. Pekerjaan mengangkat benda benda berat

3. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Berikut ini adalah bagian-bagian dari anatomi struktur sistem pencernaan. Struktur
pencernaan adalah:
1. Mulut
Mulut merupakan permulaan saluran pencernaan, selaput lendir mulut ditutup
epithelium yang berlapis-lapis. Dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang
mengeluarkan lendir. Selaput ini kaya akan pembuluh darah dan memuat ujung
akhir saraf sensoris didalam rongga mulut.
2. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dan kerongkongan
(esofagus). Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan
kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak persimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan hidung.
3. Esofagus/Kerongkongan
Esofagus merupakan saluran pencernaan yang menghubungkan tekak dengan
lambung, 25cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah ±
panjangnya lambung.
4. Gaster/Lambung
Lambung merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak
terutama di daerah spingter. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri
berhubungan dengan osofagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah
diafragma didepan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus uteri.

5
5. Usus halus
Merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal dari pilorus
dan berakhir pada sekum, panjangnya ± 6 meter, merupakan saluran paling
panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan. Usus halus
dibagi tiga bagian, yaitu:
a) Duodenum/Usus 12 jari, panjang ± 25cm berbentuk seperti tapal kuda
melengkung kekiri, bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang
disebut papilla vateri, disini terdapat muara saluran empedu dan saluran
pankreas. Empedu dibuat dihati untuk dikeluarkan di duodenum melalui
duktus koleduktus yang fungsinya mengemulsikan lemak dengan bantuan
lipase. Pankreas menghasilkan amilase yang berfungsi mencerna hidrat arang
menjadi disakarida dan tripsin yang berfungsi mencerna protein menjadi asam
amino atau albumin dan polipeptida.
b) Yeyunum/Jejunum, terletak di regio abdominalis media sebelah kiri dengan
panjang ± 2-3 meter.
c) Ileum, terletak di regio abdominalis bawah dengan panjang ± 4-5 meter,
lekukan
yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan
perantara lipatan peritonium yang berbentuk kipas atau yang dikenal sebagai
mesenterium.
6. Usus besar/Intestinum mayor
Usus besar/Intestinum mayor 1,5m, lebarnya ± 5-6cm. Bagian-bagian usus besar
yaitu kolon asenden panjangnya 13cm, apendik (usus buntu), kolon tranversum
panjangnya ± 38cm, kolon desenden panjangnya ± 25cm, kolon sigmoid, anus.
7. Peritonium (selaput perut)
Peritonium terdiri dari dua bagian yaitu: peritonium parietal yang melapisi
dinding rongga abdomen dan peritonium viseral yang melapisi semua organ yang
berada dalam rongga abdomen. Fungsi peritonium:
a) menutupi sebagian dari rongga abdomen dan pelvis.
b) Membentuk pembatas yang halus sehingga organ yang ada dalam rongga
peritonium tidak saling bergesekan.

6
c) Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ terhadap dinding
posterior abdomen.
d) Kelenjar limfe dan pembuluh darah yang membantu melindungi terhadap
infeksi.
Bagian – bagian hernia:
1. Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia
memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia
intertitialis.
2. Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya
usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
3. Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia
4. Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.

4. TANDA GEJALA
Tanda dan gejala hernia menurut Syamsuhidayat (2001) yaitu:
a) Adanya benjolan di selakangan/ kemaluan
b) Benjolan bisa hilang atau timbul dan mengecil
c) Timbul bila menangis, mengejan saat defekasi, mengangkat benda berat
d) Dapat ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau mual muntah bila terjadi komplikasi
e) Pada bayi dan anak-anak sering gelisah, banyak menangis dan kadang perut
Kembung

5. KLASIFIKASI
Pembagian menurut isi:
a) Hernia adiposa adalah hernia yang isinya terdiri dari jaringan lemak.

7
b) Hernia Littre adalah hernia inkarserata atau strangulata yang sebagian dinding
ususnya saja terjepit di dalam cincin hernia.
c) Sliding hernia adalah hernia yang isi hernia menjadi sebagian dari dinding
kantong hernia.
Hernia menurut tempat :
a) Hernia inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha
(regio inguinalis).
b) Hernia femoralis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah fosa femoralis.
c) Hernia umbilikalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah pusar.
d) Hernia diafragmatika adalah hernia isi perut yang masuk melalui lubang
diafragma ke dalam rongga dada.
e) Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah hernia yang terjadi pada sumsum
tulang belakang. Hernia ini terjadi karena nukleus pulposus yang berada
diantara dua tulang belakang menonjol keluar. Benjolan ini dapat menekan
sumsum tulang belakang atau sarafnya. Biasanya hernia ini terjadi pada tulang
punggung, akibatnya penderita merasa sakit pada kedua tungkai bawah dan
bila lebih hebat dapat menyebabkan kelumpuhan kedua kaki.
Sifat hernia :
a) Hernia reponibel Hernia yang terjadi bila isi hernia dapat keluar masuk.
Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau
didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b) Hernia ireponibel Hernia yang terjadi bila isi kantong tidak dapat
direposisi kembali ke dalam rongga perut.
c) Hernia akreta Hernia yang disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada
peritoneum kantong hernia.13  Hernia inkarserata Hernia yang terjadi
bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap
dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya terjadi
gangguan pasase.
d) Hernia strangulata Hernia yang terjadi akibat dari isi hernia yang terjepit
oleh cincin hernia yang mengalami edema dan menjadi iskemia parah dan
gangren usus yang mengharuskan tindakan operasi segera.

8
6. PATOFISIOLOGI
Menurut Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2,1996. Hernia
diklasifikasikan menurut lokasi di mana mereka muncul. Sekitar 75% dari Hernia
terjadi di pangkal paha. Ini juga dikenal sebagai Hernia Inguinalis atau Femoralis.
Sekitar 10% adalah Hernia Ventral atau insisional dinding abdomen, 3% adalah
Hernia Umbilikalis. Hernia Inguinalis dibagi lagi menjadi Hernia direct dan Hernia
indirect. Hernia Inguinalis indirect yang paling jenis umum dan biasanya
mempengaruhi laki-laki. Hernia Inguinalis indirect disebabkan oleh penutupan
saluran yang berkembang sebagai testis turun ke dalam skrotum sebelum kelahiran.
Sebuah kantung yang berisi peritoneum, usus, atau omentum muncul melalui cincin
Inguinalis dan mengikuti spermatika kabel melalui Kanalis Inguinalis. Sering turun
ke dalam skrotum. Meskipun tidak langsung Hernia inguinalis cacat bawaan, mereka
seringkali tidak menjadi jelas sampai dewasa, ketika peningkatan tekanan intra-
abdomen dan pelebaran dari cincin inguinalis memungkinkan isi perut untuk
memasuki saluran tersebut. Hernia Inguinalis direct selalu cacat yang diperoleh hasil
dari kelemahan dinding Inguinal posterior. Hernia Inguinalis langsung terjadi lebih
sering pada orang dewasa yang lebih tua. Hernia Femoral cacat juga diperoleh di
mana kantung peritoneal menonjol melalui cincin femoral. Hernia ini biasanya terjadi
pada obesitas atau wanita hamil. Hernia Inguinalis seringkali tidak menghasilkan
gejala dan ditemukan selama pemeriksaan fisik rutin. Hanya mungkin menghasilkan
benjolan, bengkak, atau tonjolan di selangkang, terutama dengan mengangkat atau
tegang. Pasien laki-laki biasanya terdapat pengalaman baik nyeri atau rasa nyeri yang
memancar\Collaborative Care ke dalam skrotum, meskipun hanya dapat dirasakan
dengan peningkatan tekanan intra-abdomen (seperti yang terjadi selama batuk) dan
dalam vagina dari skrotum ke arah cincin inguinal.
Jika Hernia Inguinalis dapat dikembalikan, isi kantung kembali ke rongga perut, baik
secara spontan sebagai tekanan intra-abdomen berkurang (seperti dengan berbaring)
atau dengan tekanan manual. Beberapa komplikasi yang terkait dengan Hernia
direduksi. Bila isi hernia tidak dapat dikembalikan ke rongga perut, itu dikatakan
dapat diminimalkan atau dipenjara. Isi Hernia yang dipenjara terjebak, biasanya

9
dengan leher yang sempit atau membuka ke hernia. Penahanan meningkatkan risiko
komplikasi, termasuk obstruksi dan cekikan. Obstruksi terjadi ketika lumen usus yang
terkandung dalam hernia menjadi tersumbat, sangat mirip dengan Crimping dari
sebuah selang.
Jika suplai darah ke isi Hernia terganggu, hasilnya adalah Hernia terjepit. Komplikasi
ini dapat mengakibatkan infark usus yang terkena bencana dengan rasa sakit yang
parah dan perforasi dengan kontaminasi dari rongga peritoneal. Perwujudan dari
sebuah Hernia terjepit meliputi nyeri dan distensi perut, mual, muntah, takikardia, dan
demam.
Pembedahan sering dilakukan terhadap Hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi
untuk terjadi inkarserasi. Suatu tindakan Herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit
defek di dalam Fascia. Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema
dan perdarahan, sering terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan Hernia
Inguinal indirek. Komplikasi ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan
apapun akan membuat pasien tidak nyaman, kompres es akan membantu mengurangi
nyeri (Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2,1996)

7. PATHWAY
Menurut syamsuhidayat & wong, 1997, Dongoes 2000 :

10
8. Komplikasi
a) Hernia berulang,

11
b) Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
c) Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah
d) Luka pada usus (jika tidak hati-hati),
e) Setelah Herniografi dapat terjadi Hematoma,
f) Fostes urin dan feses,
g) Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.

9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut ( Swearingen, 2001) yaitu :
a) Radiografi abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi
b) Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidakseimbangan
elektrolit.
c) CT Scan : dapat menunjukkan kamal spinal yang mengecil, adanya protrusi
ductus intervertebralis.
10. PENATALAKSANAAN
Menurut Oswari E. 1993. Penanganan herni ada dua macam yaitu:
a.  Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
diresposisi. Bukan merupakan tindakan definitive sehingga dapat kambuh
kembali. Terdiri dari:
1) Reposisi, adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia kedalam
vakum peritoni atau abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual.reposisi
dilakukan pada pasien dengan hernia reponibilis dengan memakai dua tangan.
Repisisi tidak dilakukan untuk hernia inguinalis strangulata kecuali pada
anak-anak.
2) Suntikan, dilakukan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin didaerah sekitar
hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami sclerosis atau
penyempitan sehingga isi hernia keluar dari vakum peritonii.

12
3) Sabuk hernia, diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak
dilakukan operasi.
b. Operatif
Operasi hernia dilakukan dalam tiga tahap:
1. Herniotomy, membuka dan memotong kantong hernia serta
mengembalikan isi herniake vakum abdominalis.
2.  Hernioraphy, mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya
pada conjoint tendon (penebalan antara tepi bebas m.obliquus intra abdominalis
dan m.transversus abdominalis yang berinsersio di tuberculum pubicum)
3.  Hernioplasty, menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale
agar LMR hilang/tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot

13

Anda mungkin juga menyukai