Anda di halaman 1dari 168

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN KOMITMEN MENGAJAR GURU

TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS TEACHING


FACTORY DI SMKN 26 JAKARTA

Oleh :

NABILAH SALSABILA

1445162631

SKRIPSI
Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2020
LEMBAR PENGESAHAN
HALAMAN PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI

Judul : Pengaruh Iklim Sekolah dan Komitmen


Mengajar Guru Terhadap Efektivitas
Pembelajaran Berbasis Teaching Factory di
SMKN 26 Jakarta

Nama Mahasiswa : Nabilah Salsabila

Nomor Induk Mahasiswa : 1445162631

Program Studi : Manajemen Pendidikan

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Masduki, SH. MM Dr. Wahyu Sri Ambar Arum, MA

NIP. 19581015 198503 1 001 NIP. 19600820 199303 2 002

Mengetahui,

Koordinator Program Studi Manajemen Pendidikan

Dr. Siti Zulaikha, M.Pd

NIP. 19740420 200812 2 002

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala nikmat rahmat,

taufik, dan hidayah-Nya lah peneliti dengan segala keterbatasannya dapat

menyelesaikan penulisan proposal penelitian dengan judul “Pengaruh Iklim

Sekolah Dan Komitmen Mengajar Guru Terhadap Efektivitas Pembelajaran

Berbasis Teaching Factory Di SMKN 26 Jakarta”. Penulisan proposal

penelitian ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mengikuti

sidang akhir skripsi.

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang secara

langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penulisan proposal

ini teruntuk kepada:

1. Dr. Sofia Hartati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

Negeri Jakarta.

2. Dr. Anan Sutisna, M.Pd selaku Wakil Dekan I Bidang Pendidikan Fakultas

Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta.

3. Dr. Siti Zulaikha, M.Pd selaku Koordinator Program Studi Manajemen

Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta.

4. Dr. Masduki, SH. MM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

membimbing dan mengarahkan saya selama penelitian proposal ini.

5. Dr. Wahyu Sri Ambar Arum, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah membimbing dan mengarahkan saya selama penulisan proposal ini.

iii
6. Segenap dosen dan staf program studi Manajemen Pendidikan yang telah

memberikan ilmu kepada peneliti.

7. Kepala Sekolah dan jajarannya serta seluruh staf SMKN 26 Jakarta yang

dengan senang hati telah menerima saya untuk melakukan penelitian.

8. Alm.Bpk. Sukisworo sosok ayah yang selalu saya cintai.

9. Ibu Elis Herry Irawati selaku ibu yang senantiasa memberi semangat untuk

saya.

10. Krisdayanti, Dhea, dan Rifa selaku teman dekat peneliti yang senantiasa

membantu dan menyemangati dalam proses penyusunan proposal

penelitian ini.

11. Kiki, Jambi, dan Fatur selaku teman seperjuangan saya dalam menyusun

skripsi yang saling memberi dukungan dan semangat untuk menyelesaikan

skripsi ini

12. Teman – teman seperjuangan yang saling menyemangati dan membantu

peneliti dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

Penyusun menyadari bahwa masih terdapat begitu banyak kekurangan.

Oleh karenanya, penyusun mengharapkan saran dan kritik agar proposal

penelitian dapat diterapkan saat penelitian berlangsung.

Jakarta, Agustus 2020

Nabilah Salsabila

iv
PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN KOMITMEN MENGAJAR GURU
TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS TEACHING
FACTORY DI SMKN 26 JAKARTA
(2020)

Nabilah Salsabila

ABSTRAK

Masalah yang menjadi kajian dari penelitian ini adalah mengenai efektivitas
pembelajaran berbasis teaching factory peserta didik dari sudut pandang guru. Inti
kajiannya difokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas proses
pembelajaran, meliputi iklim sekolah, komitmen mengajar, dan efektivitas proses
pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, pokok masalah yang diungkap dalam
penelitian ini adalah sejauhmana pengaruh iklim sekolah dan komitmen mengajar,
terhadap efektivitas proses pembelajaran. Secara parsial maupun secara bersama-
sama. Metode penelitian yang digunakan adalah Kuantitatif, dengan teknik
pengumpulan data angket skala lima kategori Likert, terhadap 44 orang guru mata
pelajaran produktif di SMKN 26 Jakarta. Teknik pengolahan data yang digunakan
adalah Regresi Linear Berganda dibantu dengan program SPSS. Teknik ini
digunakan untuk mengetahui pengaruh iklim sekolah dan komitmen mengajar
terhadap efektivitas pembelajaran. Hasil penelitian ini menunjukkan efektivitas
proses pembelajaran, iklim sekolah dan komitmen mengajar guru mata pelajaran
produktif di SMKN 26 Jakarta termasuk dalam kategori sedang, Berdasarkan hasil
penelitian, koefisien determinasi yang diperoleh 42,5% variasi variabel dependen
efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory dapat dijelaskan oleh variasi dari
kedua variabel independen yaitu iklim sekolah dan komitmen mengajar. Dan
berdasarkan uji simulant (F) variable iklim sekolah komitmen mengajar secara
bersama-sama berpengaruh terhadap pembelajaran berbasis teaching factory di
SMKN 26 Jakarta.
Kata Kunci: Iklim Sekolah, Komitmen Mengajar, dan Efektivitas Pembelajaran
berbasis teaching factory

v
THE EFFECT OF SCHOOL CLIMATE AND TEACHER COMMITMENT ON
THE EFFECTIVENESS OF TEACHING FACTORY BASED LEARNING AT
SMKN 26 JAKARTA
(2020)

Nabilah Salsabila

ABSTRACT

The problem that becomes a study in this research was about the learning
effectiveness at Its core study is focused on factors which influenced the the
school climate, teaching commitment, and effectiveness of learning. Based on
those problems, the center problem that stated in this research is how far the
influence of school climate, and teaching commitment through the
effectiveness of learning process whether partially or together. The method that
is used in this research is quantitative research methods, by the technique of
collecting data questionnaires on the five category scale of Likert, through 44
person of teacher of vocational high school in SMKN 26 Jakarta. Meanwhile,
the technique of data analysis that is used in this research is the multiple linear
regression with SPSS programs. This technique is used to know the direct and
indirect relationship of exogenous variable through endogenous variable. This
result of research showed the effectiveness of learning process, school climate
and the teaching commitment productive teachers ini SMKN 26 JakartaBased
on the research results, the coefficient of determination obtained by 42.5% of
the variation in the dependent variable on the effectiveness of teaching factory-
based learning can be explained by the variations of the two independent
variables, namely school climate and teaching commitment. And based on the
simulant (F) test, the school climate variable teaching commitment jointly
affects the teaching factory-based learning at SMKN 26 Jakarta.

Keywords: School Climate, teaching commitment, the effectiveness of teaching


factory based learning

vi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................................11

C. Batasan Masalah........................................................................................12

D. Rumusan Masalah .....................................................................................13

E. Kegunaan Penelitian ......................................................................................13

BAB II KAJIAN TEORETIK .....................................................................................17

A. Deskripsi Teoretik.......................................................................................17

B. Pengaruh Iklim Sekolah dan Komitmen Mengajar Guru terhadp


Efektivitas Pembelajaran berbasis Teaching factory............................48

C. Penelitian yang Relevan ...........................................................................53

D. Kerangka Berpikir .......................................................................................55

E. Hipotesis Penelitian ...................................................................................60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................................61

A. Tujuan Penelitian........................................................................................61

B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................61

C. Metode dan Desain Penelitian .................................................................62

D. Populasi dan Sampel .................................................................................62

vii
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................63

F. Teknik Analisis Data ..................................................................................72

G. Hipotesis Statistik .......................................................................................80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................84

A. Deskripsi Data Populasi dan Sample ......................................................84

B. Deskripsi Data Lapangan..........................................................................84

C. Pengujian Persyaratan Analisis Data......................................................91

D. Hasil Analisis Linier Berganda .................................................................95

E. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ...................................................97

F. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis Penelitian ........................................ 100

G. Uji Koefisien Determinasi ....................................................................... 102

H. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 103

I. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 109

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ............................................ 111

A. KESIMPULAN .......................................................................................... 111

B. IMPLIKASI ................................................................................................ 112

C. SARAN ...................................................................................................... 113

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 114

LAMPIRAN ............................................................................................................. 117

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 konsep pembelajaran teaching factory .................................... 23

Gambar 2.2 Tipologi dari Komitmen Organisasi .......................................... 38

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ........................................................................ 59

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Setelah Uji Validitas ...................................... 72

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Variabel Y Efektivitas Pembelajaran

Berbasis Teaching Factory .............................................................................. 84

Grafik 4.2 Histogram Variabel Y Efektivitas Pembelajaran

Berbasis Teaching Factory 85..............................................................................

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Variabel X1 Iklim Sekolah ........................... 86

Tabel 4.4 Grafik Histogram X1 Iklim Sekolah ............................................... 87

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Variabel X2 Komitmen Mengajar .............. 88

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Variabel X2 Komitmen Mengajar .............. 89

Grafik 4.7 Histogram Variabel X2 Komitmen Mengajar .............................. 90

Tabel 4.7 Diagram Pancar ............................................................................... 91

Tabel 4.9 Hasil Uji Linearitas ........................................................................... 92

Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolineritas ............................................................... 93

Tabel 4.11 Uji Hetero ........................................................................................ 94

Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi ................................................... 94

Tabel 4.13 ANOVA ............................................................................................ 95

Tabel 4.13 Koefisien Hasil Uji Simulan (t) dengan SPSS .......................... 98

ix
Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi ………………………………. 99

x
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Instrumen Penelitian .............................................................. 118

LAMPIRAN 2 Instrumen Penelitian Setelah Uji Coba ............................... 126

LAMPIRAN 3 Uji Validitas Variabel Y ........................................................... 232

LAMPIRAN 4 Uji Validitas Variabel X1 ........................................................ 133

LAMPIRAN 5 Uji Validitas Variabel X2 ........................................................ 134

LAMPIRAN 5 Uji Reabilitas Variabel Y, X1 dan X2 ................................... 135

LAMPIRAN 7 Tabel Hasil Analisis Butir Instrumen

Validitas Variabel (Y) ...................................................................................... 136

LAMPIRAN 8 Tabel Hasil Analisis Butir Instrumen

Validitas Variabel (X1) .................................................................................... 137

LAMPIRAN 9 Tabel Hasil Analisis Butir Instrumen

Validitas Variabel (X2) .................................................................................... 138

LAMPIRAN 10 Distribusi Frekuensi Variabel X1 ........................................ 139

LAMPIRAN 11 Distribusi Frekuensi Variabel X1 ........................................ 140

LAMPIRAN 12 Distribusi Frekuensi Variabel Y .......................................... 141

LAMPIRAN 14 Skor Variabel X1 ................................................................... 142

LAMPIRAN 15 Skor Variabel X2 ................................................................... 143

LAMPIRAN 16 Skor Variabel Y ..................................................................... 144

LAMPIRAN 17 Grafik Hasil Uji Heteroskedastisitas dan Linieritas ......... 145

LAMPIRAN 18 Hasil Uji MUltikolineritas ...................................................... 146


LAMPIRAN 19 Tabel Hasil Uji Analisis Regresi ......................................... 147

LAMPIRAN 20 Hasil Uji F (Simultan) .......................................................... 148

LAMPIRAN 21 Hasil Uji T (Parsial) .............................................................. 149

LAMPIRAN 22 Tabel Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................... 150

LAMPIRAN 23 Data Guru Berdasarkan Usia ............................................. 151

LAMPIRAN 24 Data Guru Berdasarkan Jenis Kelamin ............................ 152

LAMPIRAN 25 Data Berdasarkan Masa Bekerja ....................................... 153

LAMPIRAN 26 Surat Izin Pebelitian ............................................................. 154

LAMPIRAN 27 Surat Penelitian dari Sekolah ............................................. 155

LAMPIRAN 28 Data Riwayat Diri .................................................................. 156


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam usaha mempersiapkan sumber daya manusia yang

profesional maka perlu dilakukan usaha peningkatan kemampuan atau

kualitas terhadap sumber daya manusia tersebut. Peningkatan kualitas

sumber daya manusia di Indonesia perlu diupayakan dan dikembangkan

seiring dengan perkembangan zaman. Peningkatan sumber daya manusia

ini berpengaruh terhadap pendidikan yang merupakan ujung tombak dalam

pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan harus terus berperan

aktif dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia

yang berkompeten dan bermutu serta bisa bersaing dalam dunia global. 1

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional berbunyi:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.

1 Novrian Satria Perdana, “Evaluasi Pelak sanaan Pembelajaran Model Teaching factory
Dalam Upaya Peningk atan Mutu Lulus”, 2012,
(http://ejournal.stkipbudidaya.ac.id/index.php/jc/article/view/116/79), hal. 2, Diunduh tanggal 9
November 2019.

1
2

Sekolah merupakan salah satu tempat untuk menyelenggarakan

pendidikan dan Sekolah Menegah Kejuruan adalah bagian dari jenis

sekolah formal yang ada di Indonesia. Satuan pendidikan formal yang

menyelenggakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah

sebagai lanjutan dari SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat atau

lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMA/MAN.2 Pendidikan

kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta

didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.3 Menurut Rupert

Evans, pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang

mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu kelompok

pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan

lainnya. Menurut penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal

15, pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang

mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang

tertentu.4

Strategi yang dilakukan agar lulusan SMK dapat mengembangkan

kompetensi yang berkualitas ialah dengan adanya kerjasama antara SMK

dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI) agar penguasaan

kemampuan belajar peserta didik dapat dilakukan dengan kegiatan belajar

2 UU No. 20 Tahun 2013, Pasal 18 ayat 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional.


3 Ibid.,
4 Ibid.,
3

di sekolah dan DU/DI. Hal ini dapat diwujudkan dengan implementasi

metode pembelajaran yang tepat. Salah satu metode pembelajaran yang

dikembangkan di SMK adalah pembelajaran berbasis teaching factory.

Pembelajaran teaching factory adalah suatu konsep pembelajaran

di SMK berbasis produksi/jasa yang mengacu kepada standar dan

prosedur yang berlaku di industri, dan dilaksanakan dalam suasana seperti

yang terjadi di industri. Tujuan utama dari pembelajaran berbasis teaching

factory adalah membangun suasana/atmosfir industri dalam KBM

pembelajaran berbasis teaching factory produktif. Untuk mewujudkan

tujuan pembelajaran berbasis teaching factory perlu adanya dukungan

berbagai komponen yang terkait, yaitu ada tujuh variabel yang perlu

diperiksa, yaitu mengenai manajemen SDM, komponen teaching factory

(produk, jadwal blok dan Job sheet), sarana, prasarana, proses

pembelajaran dan hubungan industri.5 Dalam proses pembelajaran,

kompetensi peserta didik berperan sebagai output yang dihasilkan dan

merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan dalam

mengimplementasikan program teaching factory di sekolah.

Namun pada kenyataannya berdasarkan hasil dari Badan Pusat

Statistik (BPS) menunjukkan bahwa angka tingkat pengagguran terbuka

(TPT) bulan Agustus 2019 berdasarkan jenjang pendidikannya, TPT

5 DPSMK. (2008). Tata Kelola Pelaksanaan Teaching factory. Jakarta: Depdiknas.


4

lulusan SD merupakan yang terendah, sementara angka TPT untuk jenjang

SMK merupakan yang tertinggi. Angka TPT lulusan SD bulan Agustus 2019

mencapai 2,41%. Pada periode yang sama angka TPT lulusan SMK justru

berada di 10.42%.6 Hal ini miris karena pada dasarnya SMK didesain untuk

menciptakan lulusan yang siap masuk dunia kerja dengan kemampuan

teknis yang mereka miliki.

Hal ini dapat terjadi karena masih adanya kekurangan-kekurangan

dalam pelaksanaan pembelajaran di SMK. Menurut Lestari, terdapat lima

masalah dalam merelevasikan SMK, yaitu: pertama, implementasi

kurikulum untuk jenjang SMK masih kaku karena kurikulum yang disiapkan

berbasis standar namun generik, sering gagal dipahami pelaksana

kurikulum pada tingkat satuan pendidikan. Akibatnya, sulit untuk memenuhi

kebutuhan tenaga kerja yang siap dipakai dunia usaha dan industri. Banyak

kalangan menilai bahwa kurikulum dan silabus di SMK ditentukan sepihak

oleh Kemendikbud.

Kedua, ketersediaan dan kompetensi guru yang tidak sesuai dengan

mata pelajaran yang diampu pada setiap program keahlian (miss match).

Ketiga, kerja sama antara SMK dan dunia usaha serta dunia industri

(DU/DI) sebagai tempat praktik peserta didik belum optimal. Keempat, hasil

6Tirta Citradi, “Miris! Tingk at Pengangguran Terbuk a Lulusan SMK Paling Tinggi”, 5 November
2019: CNBC Indonesia, (https://www.cnbcindonesia.com/news/20191105151115-4-
112837/miris-tingkat-pengangguran-terbuka-lulusan-smk-paling-tinggi) Diunduh pada 9 Maret
2020
5

uji kompetensi lulusan SMK belum mampu memenuhi kebutuhan DU/DI.

Kelima, rasio peserta didik dengan alat atau ketersediaan sarana dan

prasarana untuk praktik yang tak seimbang.

Masalah ini juga terjadi dalam proses pembelajaran di SMK Negeri

26 Jakarta. Berdasarkan hasil observasi awal peneliti di SMKN 26 Jakarta

dengan wakil bagian kurikulum, beliau menyatakan bahwa program yang di

instruksikan Presiden Joko Widodo dalam Inpres Nomor 9 Tahun 2016

tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan telah diimplementasikan

melalui penerapan model pembelajaran berbasis teaching factory.

Berbagai upaya telah dikerahkan dalam mempersiapkan metode

pembelajaran ini seperti, meningkatkan kualitas pengadaan sarana

prasarana yang digunakan untuk praktek agar sesuai dengan yang

digunakan di tempat bekerja nanti. Pihak institusi yang menjalin kerja sama

pun turut membantu dalam mengadakan kegiatan magang di industri.

Dalam model pembelajaran teaching factory, tujuan pembelajaran

adalah menciptakan suasana seperti layaknya di industri dimana sarana

penunjang dan media pembelajaran menjadi hal yang penting. Namun

ketersediaan sarana dan prasarana masih terbatas sehingga pembelajaran

kurang optimal. Selain itu, pencairan dana sering terlambat atau terlalu

dekat dengan target produksi telah memunculkan masalah lain, yaitu

lamanya penyiapan bahan untuk produksi karena harus dipesan dengan


6

waktu yang cukup lama dikarenakan pesan dengan jumlah yang banyak.

Jumlah lulusan yang langsung bekerja sesuai bidang yang digeluti pun

masih belum memenuhi target.

Selain masalah di atas, kurangnya guru mata pelajaran produktif

juga membuat proses pembelajaran kurang efektif karena guru memegang

peran penting sebagai fasilitator. Deputi IV Deputi Bidang Koordinasi

Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan Usaha

kecil dan Menengah Kemenko Perekonomian menyatakan selama ini salah

satu masalah pendidikan SMK adalah minimnya jumlah guru produktif.

“Permasalahan SMK juga kan ada di guru-gurunya. Guru produktif kita

sangat sedikit, 20% dari keseluruhan jumlah guru di Indonesia,” katanya

kepada Bisnis.com.7

Maka dari itu pemerintah menyatakan bahwa perlu adanya solusi

untuk menghadapi masalah ini. Salah satu upayanya dengan

memperbanyak guru produktif yaitu dengan mentransfer guru adaptif dan

normative menjadi guru produktif dengan metode training of trainer. Hal ini

juga dilaksanakan di SMKN 26 Jakarta dengan beberapa program seperti

program magang bagi guru dan diadakannya berbagai pelatihan sesuai

bidang yang keahlian. Program ‘upgrade’ guru ini masih belum berjalan

7 Dewi Aminatu Zuhriah, “Revitalisasi SMK: Pemerintah Akan Tambah Guru Produktif” 22
Oktober 2019, (Bisnis.com:
https://ekonomi.bisnis.com/read/20191022/12/1161851/revitalisasi-smk-pemerintah-akan-
tambah-guru-produktif ) Diunduh tanggal 20 November 2019
7

secara maksimal. Karena tidak semua guru dapat mengikuti program

magang di institusi. Jadi hanya guru yang di pilih untuk ikut magang. Dan

setelah mengikuti program magang tidak menjamin guru langsung mampu

mengajar sesuai kebutuhan di lapangan.

Berdasarkan hasil observasi juga didapatkan informasi bahwa

komitmen guru pada umumnya masih rendah, hal ini ditandai oleh adanya

guru yang masih terlambat ke sekolah, penggunaan model pembelajaran

yang masih monoton dan cenderung teacher center learning, serta

keengganan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan knowledge sharing

(MGMP/ Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Sehingga mempengaruhi

efektivitas pembelajaran yang berlangsung di sekolah.

Makmun mengemukakan yang mempengaruhi proses dan hasil

belajar peserta didik di sekolah yaitu: faktor raw input (yakni faktor murid

itu sendiri) dimana tiap anak memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam

kondisi fisiologis dan psikologis, faktor environmental input (yakni faktor

lingkungan), baik itu lingkungan alami maupun lingkungan sosial dan faktor

instrumental input, yang didalamnya antara lain terdiri dari: Kurikulum,

program/bahan pengajaran, sarana dan fasilitas, serta guru (tenaga

pengajar).8

8 Aby Syamsudin Makmun, 2012, “Psik logi Pendidik an Perangk at Sistem Pengajaran
Pendidik an” (Bandung: Rosda Karya) hal.37
8

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh

komponen yang ada di sekolah perlu di manage untuk mewujudkan tujuan

sekolah. Setiap sekolah tentunya ingin menghasilkan lulusan yang

berkompeten dan mampu bersaing di dunia kerja. Kompetensi peserta

berperan sebagai output dari proses pembelajaran. Mutu pembelajaran

secara khusus ditengarai dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti yang

diungkapkan oleh Sanjaya bahwa faktor yang dapat mempengaruhi

kegiatan proses sistem pembelajaran diantaranya adalah faktor guru, faktor

peserta didik, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor

lingkungan.9 Dari keempat faktor tersebut faktor yang paling dominan

dalam pembelajaran adalah faktor guru dan lingkungan. Hal ini diperkuat

dengan teori John Locke yang menganggap bahwa manusia itu seperti

kertas putih, hendak ditulisi apa kertas itu sangat tergantung pada orang

yang menulisnya.10 Dalam hal ini peran guru dalam pembelajaran

memegang peran yang sangat penting.

Guru sangat dituntut keprofesionalannya dalam pembelajaran. Hal

ini dikarenakan dalam pembelajaran guru tidak hanya dituntut dalam

kemampuannya mengajar namun juga kemampuan untuk menciptakan

iklim belajar yang nyaman terkait dengan terciptanya lingkungan belajar

9Wina Sanjaya, 2016, “Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidik an”,
Jakarta ; Prenadamedia, 2016 hlm. 52
10Ibid.,
hlm. 113
9

yang baik untuk peserta didik. Dalam konteks ini, pembelajaran tidak hanya

ditekankan pada upaya mentransfer ilmu pengetahuan yang diberikan oleh

guru kepada peserta didik saja, tapi yang paling penting adalah bagaimana

menciptakan iklim pembelajaran yang mampu memberdayakan semua

potensi yang dimiliki oleh peserta didik.11

Teori lain yang menjelaskan faktor yang berpengaruh terhadap

pembelajaran adalah teori belajar Classical Conditioning oleh Thorndike,

Pavlov, dan Watson. Teori ini menjelaskan bahwa belajar atau

pembentukan perilaku perlu dibantu dengan kondisi tertentu. Dalam hal ini

faktor lingkungan dirasa juga memegang peran yang penting dalam

pembelajaran. Faktor lingkungan ini dibagi menjadi dua yaitu faktor

organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis.12 Maksud dari faktor

organisasi kelas di sini meliputi jumlah peserta didik dalam kelas.

Sedangkan iklim sosial-psikologis merupakan keharmonisan hubungan

antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial-

psikologis secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat

dalam lingkungan sekolah, misalnya iklim sosial antara peserta didik

dengan peserta didik, antara peserta didik dengan guru, antara guru

dengan guru, bahkan antara guru dengan pimpinan sekolah. Iklim sosial-

11 Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, 59.


12 Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, hlm. 117
10

psikologis eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah

dengan dunia luar, misalnya hubungan sekolah dengan orang tua perserta

didik, hubungan sekolah dengan lembaga- lembaga masyarakat, dan lain

sebagainya.13 Keseluruhan iklim dalam pembelajaran yang terdapat dalam

suatu sekolah tersebut biasa disebut dengan iklim sekolah.14

Komponen penting lainnya dalam pembelajaran adalah komitmen

mengajar guru. Guru berperan sebagai roda dalam pembelajaran. Guru

tidak hanya berperan sebagai pengajar, tapi juga sebagai pembimbing,

pendidik, operator, fasilitator, inspector, inspirator, serta role model bagi

peserta didiknya. Dibutuhkan komitmen yang tinggi bagi guru dalam

menjalankan perannya. Firestone dan Pannell menyatakan bahwa

komitmen mengajar guru yang tinggi dalam semua aspek akan

berpengaruh positif terhadap prestasi belajar perserta didik, dimana

komitmen dalam mendidik dan mengajar menjadi landasan utama

kompetensi yang dimiliki guru sehingga dalam melaksanakan tugasnya

sebagai pendidik, guru dapat lebih memaknai pekerjaannya. 15 Hal ini

selaras dengan penelitian karya Karakus dan Aslan yang menyatakan

bahwa komitmen mengajar guru berpengaruh terhadap hasil belajar

13 Ibid., hal. 56.


14 Ibid., hal. 57.
15 Supardi, 2013, “Sekolah Efektif: Konsep Dasar dan Praktiknya” (PT Rajagrafindo Pustaka:

Depok), hlm. 207.


11

peserta didik.16 Guru yang memiliki komitmen, terus berusaha menjadi

kreatif dan tidak pernah puas dengan hasil yang telah dicapai sehingga

akan terus berinovasi sesuai kebutuhan peserta didiknya dalam proses

mengajar. Hal ini dapat membantu peserta didik untuk mendapatkan proses

pembelajaran yang lebih variatif sehingga dapat mewujudkan efektivitas

pembelajaran di sekolah.

Dalam hal ini iklim sekolah dan komitmen mengajar guru mempunyai

pengaruh besar terhadap efektivitas pembelajaran. Iklim sekolah yang

efektif mampu meningkatkan mutu pembelajaran sekolah karena dengan

iklim sekolah yang efektif akan mampu membentuk karakter peserta didik

sehinggga dapat meningkatkan prestasi peserta didik yang tentunya akan

menghasilkan lulusan yang berkualitas. Disamping itu, guru yang

profesional juga menjadi faktor penting dalam peningkatan mutu

pembelajaran. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

mengenai “Pengaruh Iklim Sekolah dan Komitmen Mengajar Guru

terhadap Efektivitas Pembelajaran Berbasis Teaching Factory di SMK 26

Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi

masalah yang menjadi fokus adalah iklim sekolah dan komitmen mengajar

16 Mehmet Karakus dan Battal Aslan, 2009, “Teachers Commitment Focuses: a three
dimensioned view”, Journal of Management Development: Turkey, hlm.433
12

terhadap efektivitas pembelajaran berbasis Teaching factory. Adapun

identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Komitmen guru pada umumnya masih rendah yang ditandai dengan

masih adanya guru yang terlambat ke sekolah serta keengganan

untuk mengikuti kegiatan-kegiatan knowledge sharing (MGMP/

Musyawarah Guru Mata Pelajaran).

2. Penggunaan model pembelajaran yang masih monoton dan

cenderung teacher center learning.

3. Kurangnya jumlah guru mata pelajaran produktif.

4. Jumlah lulusan yang langsung bekerja sesuai bidang yang digeluti

masih belum memenuhi target.

5. Masih kurangnya ketersediaan sarana dan sarana penunjang

pembelajaran model teaching factory.

6. pencairan dana sering terlambat atau terlalu dekat dengan target

produksi.

7. Program ‘upgrade’ guru masih belum berjalan secara maksimal

karena tidak semua guru dapat mengikuti program magang di

institusi. Hanya guru yang di pilih untuk ikut magang.

C. Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, tenaga, dan biayadalam penelitian ini,

maka peneliti memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu


13

dibatasi variabelnya. Oleh sebab itu, peneliti membatasi penelitian ini hanya

berkaitan dengan pengaruh iklim sekolah dan komitmen mengajar guru

terhadap efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory. Di SMKN 26

Jakarta. Dengan penulisan iklim sekolah sebagai variabel X1, komitmen

mengajar sebagai variabel X2, dan efektivitas pembelajaran berbasis

teaching factory sebagai variabel Y.

D. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh iklim sekolah terhadap efektivitas

pembelajaran berbasis teaching factory di SMKN 26 Jakarta?

2. Apakah terdapat pengaruh komitmen guru PNS terhadap efektivitas

pembelajaran berbasis teaching factory di SMKN 26 Jakarta?

3. Apakah terdapat pengaruh iklim sekolah dan komitmen guru PNS

terhadap efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory di SMKN

26 Jakarta?

E. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat

dalam mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan tentang

pembentukan iklim sekolah yang nyaman baik secara fisik maupun

sosial. Dan komitmen mengajar bagi guru dalam mengembangkan


14

pelaksanaan pembelajaran. Khususnya yang berhubungan langsung

dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran di SMKN 26 Jakarta.

2. Secara Praktis

a. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru

tentang pentingnya komitmen mengajar dalam meningkatkan

efektivitas pembelajaran.

b. Bagi Sekolah

Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam upaya

meningkatkan kualitas belajar mengajar agar tercapai sesuai dengan

tujuan yang diharapkan.

c. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan sebagai bekal untuk lebih

mempersiapkan diri sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan.


BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Deskripsi Teoretik

1. Efektivitas Pembelajaran Berbasis Teaching Factory

a. Konsep Efektivitas Pembelajaran

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang

berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik.

Efektivitas memiliki kata dasar efektif yang berarti tepat guna. Efektivitas

selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan

hasil yang sesungguhnya dicapai. Efektivitas mengandung arti

“keefektifan” (efectiveness) pengaruh/efek keberhasilan, atau

kemanjuran/ kemujaraban.

Draft mengatakan bahwa: “effectiveness is the degree to which the

organization achieves a stated goal”.17 Artinya efektivitas adalah sejauh

mana organisasi mencapai tujuan yang di harapkan. Selanjutnya

pengertian lain dari efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan

yang tepat atau peralatan yang sesuai untuk pencapaian tujuan yang

telah ditetapkan. Efektivitas adalah sejauh mana organisasi mencapai

tujuan yang dinyatakan Stoner dan kawan-kawan mendefinisikan

17 Richard L. Draft, “New Era of Management” (Canada: Cengange Learning:2010) hlm. 7

17
18

efektivitas dengan “melakukan sesuatu dengan tepat”.18 Sedangkan

Komarudin mengatakan, efektivitas adalah keadaan yang menunjukkan

tingkat keberhasilan atau kegagalan kegiatan manajemen dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.19 Dan Nawawi

menyatakan bahwa efektivitas adalah melakukan yang benar (doing

things right) sebagai konsep input-output, yakni kemampuan

meminimumkan penggunaan sumber daya dalam mencapai tujuan

organisasi.20

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat

disintesiskan efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukan

tercapainya tujuan suatu organisasi dan lebih mengacu pada out put

yang telah ditargetkan. Kaitannya dalam hal ini adalah efektivitas dalam

proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses yang

diperlukan dalam perkembangan ilmu pengetahuan untuk diterapkan

kepada peserta didik. Pembelajaran menurut Lefrancois merupakan

persiapan kejadian-kejadian eksternal dalam suatu situasi belajar dalam

rangka memudahkan pemelajar belajar, menyimpan (kekuatan

18 James A.F Stoner, “Manajemen Terjemahan Alexander Sindoro” (Jakarta: prenhellindo,


2006) hlm. 9
19 Komarudin, “Ensik lopedia Manajemen” (Bandung: Alfabeta, 2000) hlm. 269
20 Hadari Nawawi, “Kepemimpinan Mengefek tivk an Organisasi”, (jakarta: Gajah Mada

University Press) hlm. 39


19

mengingat informasi), atau mentranfer pengetahuan dan

keterampilan.21

Menurut Supriadie pembelajaran atau intruksional adalah suatu

konsepsi dari dua dimensi kegiatan (belajar dan mengajar) yang harus

direncanakan dan diaktualisasikan, serta diarahkan pada pencapaian

tujuan atau penguasaan sejumlah kompetensi dan indikatornya sebagai

gambaran hasil belajar.22 Belajar pada dasarnya merupakan peristiwa

yang bersifat individual yakni peristiwa terjadinya perubahan tingkah

laku sebagai dampak dari pengalaman individu. Sementara itu,

pembelajaran adalah penyediaan kondisi yang mengakibatkan

terjadinya proses belajar pada diri peserta didik.23

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disintesiskan bahwa

pembelajaran adalah adalah proses untuk membantu peserta didik

agar dapat belajar dengan baik melalui perencanaan dan

diaktualisasikan, serta diarahkan pada pencapaian tujuan atau

penguasaan sejumlah kompetensi. Persoalannya adalah bagaimana

agar peserta didik melakukan kegiatan belajar secara optimal, sehingga

dapat mencapai tujuan dan menguasai kompetensi.

21Moh. Yamin, “Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran”, (Jakarta: GP Press Group,
2013) hlm. 24
22Didi Supriadie, “Komunik asi Pembelajaran”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012) hlm.

9
23Eni Fariyatul Fahyuni, “Inovasi Model Pembelajaran Sesuai Kurik ulum 2013”, (Sidoarjo:

Nizamial Learning Center, 2016) hlm. 2


20

Konsep pembelajaran dalam suatu proses di mana lingkungan

seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinan ia turut serta

dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau

menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.24 Maka dari itu,

efektivitas ektivitas merupakan faktor yang sangat penting dalam

pelajaran karena menentukan tingkat keberhasilan suatu model

pembelajaran yang digunakan. Menurut Sudjana, efektivitas

pembelajaran dapat diartikan sebagai tindakan keberhasilan peserta

didik untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat membawa hasil belajar

secara maksimal. Keefektifan proses pembelajaran berkenaan dengan

jalan, upaya teknik dan strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan

secara optimal, tepat dan cepat.25

Efektivitas metode pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan

dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Hal ini sejalan

dengan pendapat Kenneth yang menyatakan bahwa efektivitas adalah suatu

ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu)

telah tercapai, atau makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi

efektivitasnya. Pada kegiatan mengajar terkandung kemampuan menganalisis

kebutuhan peserta didik, mengambil putusan apa yang harus dilakukan,

24SyaifulSagala, “Konsep dan Mak na Pembelajaran Untuk Membantu Memecahk an


Problematik a Belajar dan Mengajar”, (Bandung: Alfabeta, 2016) hlm. 9
25Nana Sudjana, “Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar”, (Bandung: Rosda Karya, 2001)

hlm. 50
21

mengevaluasi hasil belajar, serta merevisi pembelajaran

berikutnya agar lebih efektif guna meningkatkan prestasi belajar

peserta didik.26

Maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran

merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan capaian

kuantitas, kualitas dan waktu. Slavin keefektifan pembelajaran dapat

diukur menggunakan empat indikator sebagai berikut :

1. Kualitas pembelajaran (quality of insurance), yaitu seberapa besar

kadar informasi yang disajikan sehingga peserta didik dengan

mudah dapat mempelajarinya atau tingkat kesalahannya semakin

kecil. Semakin kecil tingkat kesalahan yang dilakukan berarti

semakin efektif pembelajaran. Penentuan tingkat keefektifan

pembelajaran tergantung dengan pencapaian penguasaan tujuan

pengajaran tertentu, biasanya disebut ketuntasan belajar.

2. Kesesuaian tingkat pembelajaran (appropriate level of instruksion)

yaitu sejauh mana guru memastikan tingkat kesiapan peserta didik

dalam menerima materi baru.

3. Insentif yaitu seberapa besar usaha guru memotivasi peserta didik

untuk menyelesaikan atau mengerjakan tugas-tugas dan

mempelajari materi yang diberikan. Makin besar motivasi yang

26 Mohammad Syarif Sumantri, ”Strategi Pembelajaran”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015) hlm. 1
22

diberikan, makin besar pula keaktifan peserta didik dengan

demikian pembelajaran akan efektif.

4. Waktu, yaitu waktu yg dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan

pembelajaran. Pembelajaran akan efektif apabila peserta didik

dapat menyelesaikan pelajaran sesuai dengn waktu yang

ditentukan.27

Menurut Eggen dan Kauchan mengemukakan bahwa efektivitas

pembelajaraan ditandai dengan keaktifan peserta didik dalam

pembelajaran, khususnya dalam pengorganisasian dan penemuan

informasi. Oleh karena itu, semakin aktif peserta didik dalam

pembelajaran maka semakin efektif pula pembelajaran yang

dilaksanakan.28 Senada dengan pernyataan di atas, Firman

menyatakan bahwa keefektifan program pembelajaran ditandai dengan

ciri-ciri sebagai berikut:

a. Berhasil menghjantarkan peserta didik mencapai tujuan

instruksional yang telah ditentukan

b. Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan

peserta didik secara aktif sehingga menunjang pencapaian

tujuan instruksional

27 Deski Diana, “Efek tivitas Matematik a dengan Pendek atan Problem Possing pada Pok ok
Bahasan Lingk aran Peserta didik k elas VIII-A SMPN 18 Malang”, (Malang: UNM, 2007), Skripsi
hlm.8
28 Ibid., hlm.9
23

c. Memiliki sarana prasarana yang menunjang proses

pembelajaran.29

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka ke efektifan

program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari segi tingkat prestasi

saja, melainkan harus pula dari segi proses dan sarana penunjang.

b. Pembelajaran Berbasis Teaching Factory

Pembelajaran berbasis teaching factory merupakan salah satu

model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan konsep Sekolah

Menengah Kejuruan. Pendidikan kejuruan memiliki tujuan mencetak

SDM lulusan SMK yang berkompeten yang siap terjun kedunia industri

serta memiliki kemampuan untuk menciptakan lapangan kerja sendiri.

Pembelajaran teaching factory adalah suatu konsep pembelajaran di

SMK berbasis produksi/jasa yang mengacu kepada standar dan

prosedur yang berlaku di industri, dan dilaksanakan dalam suasana

seperti yang terjadi di industri. Hal ini sesuai karakteristik pendidikan

kejuruan seperti yang disebutkan Herminarto Sofyan, dkk. yaitu:

1) Mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja

2) Didasarkan kebutuhan dunia kerja “demand-market-driven”

3) Penguasaan kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja

29Agung Wicaksono, “Efek tivitas Pembelajaran”, (http:agungprudent.research.com) Diakses


pada januari 2020
24

4) Kesuksesan peserta didik pada “hands on” atau performa dunia

kerja

5) Hubungan erat dengan dunia kerja

6) Responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi

7) Learning by doing dan 6 Tata Kelola Pelaksanaan teaching

factory hands on experience;

8) Memerlukan biaya investasi dan operasional yang lebih besar

dari pendidikan umum.30

Konsep teaching factory merupakan menggabungkan belajar

dan lingkungan kerja yang realistis dan memunculkan pengalaman

belajar yang relevan. “Teaching factory concept as an approach that

combines the learning and working environment from which realistic and

relevant learning experiences arise”. Paradigma pembelajaran teaching

factory didasarkan pada tujuannya yang secara efektif

mengintegrasikan kegiatan pendidikan, penelitian dan inovasi ke dalam

satu konsep tunggal, yang melibatkan industri dan akademik.

Pembelajaran teaching factory berfokus pada integrasi industri dan

akademik melalui pendekatan terhadap kurikulum,

30 DPSMK, “Tata k elola Pelak sanaan Teaching factory” (Jakarta, kemdikbud 2017) hlm.6
25

pengajaran/pelatihan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti gambar

berikut.

Gambar 2.1 konsep pembelajaran teaching factory

Teaching factory mengintegrasikan proses pembelajaran untuk

menghasilkan produk maupun jasa yang layak jual untuk menghasilkan

nilai tambah untuk sekolah.31 Artinya, proses teaching factory dapat

menanamkan jiwa kewirausahaan bagi peserta didik. Melalui proses

teaching factory menghasilkan produk barang dan jasa yang memiliki

nilai tambah dengan kualitas yang bisa diserap dan diterima oleh

masyarakat.

Prinsip dasar teaching factory di SMK dalam melaksanakan

program teaching factory adalah: 1) Adanya integrasi pengalaman

dunia kerja ke dalam kurikulum SMK, 2) Semua peralatan dan bahan

serta pelaku pendidikan disusun dan dirancang untuk melakukan

proses produksi dengan tujuan untuk menghasilkan produk (barang

31 DPSMK, “Tata Kelola Pelak sanaan Teaching factory”. (Jakarta: kemendikbud, 2008)
26

ataupun jasa), 3) Adanya perpaduan dari pembelajaran berbasis

produksi dan pembelajaran kompetensi, 4) Dalam pembelajaran

berbasis produksi, peserta didik SMK harus terlibat langsung dalam

proses produksi, sehingga kompetensinya dibangun berdasarkan

kebutuhan produksi. Kapasitas produksi dan jenis produk menjadi kunci

utama keberhasilan pelaksanaan pembelajaran berbasis produksi.32

Berikut komponen-komponen utama ekosistem dalam

mengimplementasikan teaching factory:

a. Peserta didik

Unsur ini menjelaskan bahwa belajar merupakan fokus utama dari

penyelenggaraan kegiatan sekolah dan fokus dari kegiatan belajar

adalah membangun sikap/perilaku (yang merupakan bagian

terpenting dari karakter). Bagi peserta didik, sikap dan perilaku

merupakan elemen yang penting dalam mempersiapkan diri

memasuki dunia industri. Oleh karena itu, sekolah perlu

mengembangkan pembelajaran yang mencakup hardskill dan

softskill.

1) Motorik (Skill)

Kemampuan ini berkaitan dengan mutu atau kualitas dari hasil

pekerjaan atau praktik yang dilakukan oleh peserta didik.

Melalui pengembangan kemampuan motorik, peserta didik

32 Ibid., hlm.8
27

akan dapat melakukan setiap pekerjaan atau praktik secara

presisi. Kemampuan ini memaksa peserta didik untuk mencapai

batas standar atau kualitas yang telah ditetapkan. Produk harus

lebih dari 50% sesuai dengan standart ISO yang ditetapkan.

Tahapan ini mendorong peserta didik untuk memperkuat

perilaku jujur dengan membuktikan sendiri batas kesanggupan

dalam melakukan praktik. Dengan demikian, melalui

kemampuan motorik yang baik, peserta didik akan

menghasilkan produk yang memiliki kualitas/mutu (cekatan,

sigap, rapi, cepat, dan presisi).

2) Kognitif (Knowledge)

Kemampuan ini berkaitan dengan pengembangan pemikiran

yang membangun kreativitas yang dapat menciptakan inovasi.

Dengan kemampuan kognitif yang baik, peserta didik akan

mampu melakukan proses evaluasi dan menumbuhkan

pemikiran yang penuh dengan inovasi atau hal-hal baru. Oleh

karena itu, ranah kognitif akan memperkuat tumbuhnya

pemikiran yang rasional, logis, dan teliti.

3) Afektif (Attitude)

Kemampuan afektif merupakan hasil yang dicapai apabila

kemampuan motorik dan kemampuan kognitif telah berhasil

ditanamkan pada peserta didik. Kemampuan ini menumbuhkan

karakter integritas pada peserta didik yang mencakup sikap


28

disiplin, handal, terbuka, empati, kehati-hatian, mandiri, rajin,

tumbuh jiwa sosial, jiwa kepemimpinan, dan kewirausahaan.

b. Guru

Unsur ini menjelaskan bahwa belajar merupakan fokus utama dari

penyelenggaraan kegiatan sekolah dan fokus dari kegiatan belajar

adalah membangun sikap/perilaku (yang merupakan bagian

terpenting dari karakter). Bagi peserta didik, sikap dan perilaku

merupakan elemen yang penting dalam mempersiapkan diri

memasuki dunia industri. Oleh karena itu, sekolah perlu

mengembangkan pembelajaran yang mencakup hardskill dan

softskill.

c. Manajemen Sekolah

Manajemen sekolah merupakan unsur yang penting dalam

implementasi teaching factory. Manajemen berperan sebagai

stimulator atau penggerak kinerja institusi. Program evaluasi kerja

sekolah mencakup beberapa aspek sebagai berikut:

1) Implementasi kurikuler disesuaikan, bahkan diupayakan

melebihi kebutuhan pembelajaran.

2) Implementasi bisnis harus bersifat operasional, mengarah

pada kesejahteraan dan re-investasi.

3) Program pengembangan sekolah harus mencakup kapasitas

sekolah, jangkauan pengembangan, dan peningkatan

sekolah.
29

Ketiga unsur penentu utama tersebut merupakan subjek utama

dalam mendukung keberhasilan implementasi teaching factory.33

c. Elemen teaching factory

Teaching factory merupakan suatu konsep pembelajaran pada

tingkat yang sesungguhnya, untuk itu ada beberapa elemen penting

dalam teaching factory yang perlu dikembangkan yaitu :

1. Standar Kompetensi

Standar kompetensi yang dikembangkan dalam teaching factory

adalah kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia

industri.

2. Peserta didik

Penggolongan peserta didik teaching factory adalah berdasarkan

kualitas akademis dan bakat/ minat. Peserta didik dengan

kualitas yang seimbang antara akademis dan keterampilan

bakat/ minat memperoleh prosentase yang besar untuk masuk

dalam program ini. Peserta didik yang kurang dalam dua hal

tersebut direkomendasikan untuk mengambil bagian yang

termudah.

3. Media belajar

33 DPSMK, “Tata k elola Pelak sanaan Teaching factory” (Jakarta, kemdikbud 2017) hlm.12
30

Teaching factory menggunakan pekerjaan produksi sebagai

media untuk proses pembelajaran pekerjaan produksi dapat

berupa industrial order atau standard products. Produk ini harus

dipahami terlebih dahulu oleh instruktur sebagai media untuk

pengembangan kompetensi melalui fungsi produk, dimensi,

toleransi, dan waktu penyelesaian.

4. Perlengkapan dan peralatan

Hal yang perlu diperhatikan adalah :

a) Pemeliharaan perlengkapan dan peralatan yang optimal

b) Investasi

c) Manfaatkan untuk memfasilitasi pengembangan kompetensi

peserta didik bersamaan dengan penyelesaian pekerjaan

“Production” pada tingkat kualitas terbaik.

d) Ganti saat peralataan dan perlengkapan tersebut sudah tidak

efektif untuk kecepatan dan ketelitian proses produksi.

5. Pengajar

Pengajar adalah mereka yang memiliki kualifikasi akademis

dan juga memiliki pengalaman industri. Pengajar harus

mampu memtransformasikan pengetahuan dan “know how”

sekaligus men”supervisi" proses untuk dapat menyajikan

“finished products on time”.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas

pembelajaran berbasis teaching factory merupakan suatu ukuran yang


31

menyatakan seberapa jauh tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan

dapat dicapai dengan capaian kuantitas, kualitas dan waktu yang

berbasis produksi/jasa dan mengacu pada standar dan prosedur yang

berlaku di industri serta dilaksanakan dalam suasana seperti yang

terjadi di industri. Dalam penelitian ini terdapat empat indikator

efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory yaitu: indikator

kualitas pembelajaran, indikator insentif (motivasi), indikator waktu

dalam penyelesaian tugas dalam pembelajaran, dan ketersediaan

media pembelajaran.

2. Iklim Sekolah

a. Konsep Iklim Sekolah

Secara umum iklim didefinisikan sebagai keragaman keadaan

fisik atmosfer. Dalam hal ini, kaitannya adalah iklim dalam organisasi

yaitu sekolah. Menurut Steers, iklim dalam organisasi adalah kualitas

lingkungan internal suatu organisasi yang di alami oleh anggotanya,

mempengaruhi perilaku serta dapat tergambar dari seperangkat

karakteristik atau atribut khusus dari organisasi tersebut.34 Menurut

Timpe pengertian iklim organisasi adalah: Serangkaian sifat lingkungan

kerja yang dapat diukur berdasarkan persepsi kolektif dari orang-orang

34 Richard M. Steers, “Efek tivitas Organisasi” (Jakarta: Erlangga, 2002) hal 101
32

yang hidup dan bekerja di dalam lingkungan tersebut dan dapat

mempengaruhi motivasi serta perilaku mereka”.35

Sedangkan menurut Davis, iklim organisasi sebagai lingkungan

manusia di mana para pegawai organisasi melakukan pekerjaan

mereka.36 Kemudian dikemukakan oleh Simamora bahwa iklim

organisasi adalah lingkungan internal atau psikologi organisasi. Iklim

organisasi mempengaruhi praktik dan kebijakan SDM yang diterima

oleh anggota organisasi.37 Berdasarkan pengertian menurut para ahli di

atas, dapat disintesiskan bahwa iklim organisasi adalah keadaan,

kondisi dan karakteristik lingkungan tempat bekerja yang menjadi ciri

khas sebuah organisasi yang terbentuk dari sikap, perilaku dan

kepribadian seluruh anggota organisasi. Iklim organisasi merupakan

sebuah konsep yang menggambarkan suasana internal lingkungan

organisasi yang dirasakan anggotanya selama mereka beraktivitas

dalam rangka tercapainya tujuan organisasi. Dalam penelitian ini,

organisasi yang dimaksud adalah organisasi dalam sekolah.

Berdasarkan undang-undang no. 2 tahun 1989 sekolah adalah

satuan pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan untuk

35D.A. Timpe, Sari “Manajemen Sumber Daya Manusia: Produk tivitas” (Jakarta: Gramedia,
2002), hlm. 4.
36Davis, Gordon B, “Kerangk a Dasar: Sistem Informasi Manajemen” (Jakarta: PT. Pustaka

Binawan Pressindo, 2002), hlm. 21


37Henry Simamora, “Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Ke-3” (Yogyakarta: STIE YKPN,

2004), h. 81
33

menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar.38 Iklim sekolah

merupakan kualitas dan karakter dari kehidupan sekolah, berdasarkan

pola perilaku peserta didik, orang tua dan pengalaman personil sekolah

tentang kehidupan sekolah yang mencerminkan norma-norma, tujuan,

nilai, hubungan interpersonal, praktek belajar dan mengajar, serta

struktur organisasi. Iklim sekolah ini juga dapat diartikan sebagai suatu

suasana atau kualitas dari sekolah untuk membantu individu masing-

masing merasa berharga secara pribadi, bermartabat dan penting

secara serentak dapat membantu terciptanya suatu perasaan memiliki

terhadap segala sesuatu di sekitar lingkungan sekolah.39

Menurut Creamers, iklim sekolah merupakan suasana yang

terdapat di dalam suatu sekolah. Iklim sekolah menggambarkan

keadaan warga sekolah tersebut dalam keadaan riang dan mesra

ataupun kepedulian antara satu sama lainnya. Hubungan mesra pada

iklim kerja sekolah terjadi, karena disebabkan terdapat hubungan yang

baik di antara kepala sekolah, guru, dan diantara guru dan peserta didik.

Iklim sangat penting karena memiliki pengaruh yang sangat besar

terhadap perkembangan anak-anak dari segi pengenalan tentang

38 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan


Nasional
39 Burhanudin. “Organisasi Ik lim Sek olah”, (Bandung : Remaja Rosda Karya,2005), hlm. 94-

106
34

konsep diri, kemandirian bekerja dan belajar dengan efektif dan

kemampuan mengadakan hubungan yang baik dengan orang lain. 40

Marshall mengemukakan bahwa:

“(a) school climate can affect many areas and people within
schools. For example, a positive school climate has been associated
with fewer behavioral and emotional problems for students, (b) school
climate in highrisk urban environments indicates that a positive,
supportive, and culturally conscious school climate can significantly
shape the degree of academic success experienced by urban
students, (c) school climate research suggests that positive
interpersonal relationships and optimal learning opportunities for
students in all demographic environments can increase achievement
levels and reduce maladaptive behavior. (d) found that a positive
school climate is associated with increased job satisfaction for school
personnel. (e) research has shown that providing a positive and
supportive school climate for students is important for a smooth and
easy transition to a new school. (f) school climate, including trust,
respect, mutual obligation, and concern for other’s welfare can have
powerful effects on educators’ and learners’ interpersonal
relationships as well as learners’ academic achievement and overall
school progress”. 41
Marshall memberikan beberapa kesimpulan mengenai

pentingnya iklim sekolah bagi berbagai pihak, yaitu: 1) iklim sekolah

dapat mempengaruhi banyak orang di sekolah, 2) iklim sekolah di

perkotaan beresiko tinggi menunjukkan bahwa lingkungan yang positif

mendukung dan budaya sadar iklim sekolah signifikan dapat

membentuk kesuksesan peserta didik perkotaan dalam memperoleh

gelar akademik, 3) hubungan interpersonal yang positif dan

kesempatan belajar yang optimal bagi peserta didik di semua

40 Supardi, “Sek olah Efek tif”, (Jakarta: Rajawali Pers 2013) hlm. 53
41 Marsgall, Megan L, “Defining Factors and Educational Influences. Center of Research on
School Climate and Classroom Management Georgia State University”, (Examining School
Climate, 2002) hlm.2
35

lingkungan demografis dapat meningkatkan prestasi dan mengurangi

perilaku maladiptive, 4) iklim sekolah yang positif berkaitang dengan

peningkatan kepuasan kerja bagi personil sekolah, 5) iklim sekolah

dapat memainkan peran penting dalam menyediakan suasana sekolah

yang sehat dan positif, 6) interaksi dari berbagai sekolah dan faktor iklim

kelas dapat memberi dukungan yang memungkinkan semua anggota

komunitas sekolah untuk mengajar dengan optimal, 7) iklim sekolah

termasuk kepercayaan, menghormati, saling mengerti kewajiban dan

perhatian untuk kesejahteraan lainnya, memiliki pengaruh yang kuat

terhadap pendidik dan peserta didik, hubungan antara peserta didik

serta prestasi akademis dan kemajuan sekolah secara keseluruhan.

Iklim sekolah yang positif merupakan lingkungan yang kaya untuk

pertumbuhan pribadi dan keberhasilan akademik.

Sekolah merupakan tempat yang tenang dan terjamin untuk

bekerja dan belajar, iklim sekolah yang positif merupakan suatu norma,

harapan dan kepercayaan dari personil-personil yang terlibat dalam

organisasi sekolah yang dapat memberikan dorongan untuk bertindak

yang mengarah pada prestasi peserta didik yang tinggi, iklim sekolah itu

bisa diciptakan atau dibentuk yang artinya iklim sekolah yang kurang

baik bisa diubah dan dibentuk menjadi baik bila sekolah memang

menginginkannya. Interaksi di dalam kelas baik yang lisan maupun

tertulis mutlak diperlakukan dan akan memberikan dampak proses


36

belajar dan hasil belajar yang positif. Interaksi semacam ini harus selalu

dijaga bahkan harus ditingkatkan bila memungkinkan.

b. Dimensi Pengukuran Iklim Kerja Sekolah

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi iklim sekolah. Untuk

mengetahui kondisi iklim kerja di sekolah dapat diukur dengan

menggunakan berbagai macam dimensi. Loukas menjabarkan

pengukuran iklim sekolah ke dalam empat dimensi, yaitu:

a. The physical dimension includes: (a) appearance of the


school building and its classrooms; (b) school size and ratio
of students to teachers in the classroom; (c) order and
organization of classrooms in the school; (d) availability of
resources, and (e) safety and comfort.
b. The social dimension includes: (a) quality of interpersonal
relationships between and among students, teachers, and
staff; (b) quitable and fair treatment of students by teachers
and staff; (c) degree of competition and social comparison
between students; and (d) degree to which students,
teachers, and staff contribute to decision-making at the
school.
c. The academic dimension includes: (a) quality of instruction;
(b) teacher expectations for student achievement; and (c)
monitoring student progress and promptly reporting results to
students and parents.42

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa iklim

sekolah memiliki tiga dimensi, yaitu:

a. Dimensi fisik: tampilan gedung dan ruang kelas, ukuran

sekolah dan rasio peserta didik dengan guru di kelas,

42 Alexandra Loukas dan Jonna L. Murphy, “Middle School Student perceptions of School
Climate: Examining Protective Function on Subsequent Adjustmen Problems”, (Journal of
Psychology, Volume 45, issue 3, 2007) hlm. 293
37

ketersediaan sumber daya, serta keselamatan dan

kenyamanan.

b. Dimensi sosial: kualitas hubungan interpersonal antara

peserta didik, guru, dan staf, keadilan perlakuan peserta didik

oleh guru dan staf, tingkat persaingan dan perbandingan sosial

di antara peserta didik, dan tingkat kontribusi peserta didik,

guru, dan staf dalam pembuatan keputusan di sekolah.

c. Dimensi akademik: kualitas petunjuk, harapan guru pada

prestasi peserta didik, monitoring kemajuan peserta didik dan

pelaporan hasil belajar kepada peserta didik dan orang tua.

Para ahli menyarankan menciptakan lingkungan belajar yang

kondusif dan akademik, baik secara fisik maupun nonfisik. Lingkungan

nonfisik memiliki peran yang besar juga dalam mempengaruhi kondisi

belajar, terutama pengaturan lingkungan belajar, penampilan guru,

sikap guru, hubungan harmonis antara guru dan peserta didik, serta

organisasi dan bahan pembelajaran secara tepat sesuai dengan

kemampuan dan perkembangan peserta didik.

Berdasarkan pendapat penjelasan di atas, maka dapat

disintesiskan definisi dari iklim sekolah adalah keadaan, kondisi dan

karakteristik di sekolah yang menjadi ciri khas sebuah organisasi dalam

sekolah yang terbentuk dari sikap, perilaku dan kepribadian seluruh

anggota komponen yang ada di sekolah. Iklim sekolah dalam penelitian

ini diukur melalui indikator: 1) tanggung jawab kerja tugas dan peran
38

yang didelegasikan oleh pimpinan berisi tugas utama guru (mengajar,

mendidik, dan melatih peserta didik) serta tugas tambahan guru baik di

dalam sekolah maupun di luar sekolah, berani menanggung resiko,

kesediaan menghadapi berbagai karakteristik peserta didik, serta

penggunaan waktu dan tenaga dengan baik, 2) hubungan antarpersonil

di sekolah: keramahan, keterbukaan, musyawarah mufakat, serta

tenggang rasa antar guru, 3) dukungan kerja: suasana nyaman dan

damai, serta saling bahu-membahu dalam kegiatan sekolah, dan 4)

harapan guru pada prestasi peserta didik dan monitoring kemajuan

peserta didik

3. Komitmen Mengajar
a. Konsep Komitmen

Penelitian mengenai komitmen telah banyak dilakukan namun

sampai saat ini belum bisa membangun definisi komitmen secara

utuh.43 Mulai dari pengukuran komitmen yang tidak sesuai dengan

definisi, hingga berbagai persepsi dengan pandangan yang berbeda

setiap peneliti. Salah satunya persepsi komitmen dipandang dari sikap

dan perilaku. Komitmen sikap berfokus pada proses pikiran seseorang

yang berhubungan dengan organisasinya untuk mempertimbangkan

sejauh mana nilai-nilai dan tujuan mereka selama berada pada

43Allen N.J dan Mayer J.P, “Measurement and Antecendents of Affective, Continuance and
Normative Commitment to The Organization”, (Journal of Occupational Psychology. Vol.63.
No.1.pp) hlm.1-18
39

organisasi tersebut. Komitmen perilaku melihat keterkaitan proses

individu dalam organisasi dan bagaimana cara agar mereka

menyelesaikan masalahnya.

Meyer & Allen membagi komitmen menjadi tiga pendekatan yaitu

komitmen afektif, komitmen berkelanjutan, dan komitmen normatif.

Komitmen afektif merupakan pendekatan emosional dari dalam individu

yang memiliki keterlibatan dan hubungan dengan sebuah organisasi.

Komitmen berkelanjutan berarti hasrat individu untuk bertahan dalam

organisasi dikarenakan merasa membutuhkan organisasi tersebut.

Komitmen normatif merupakan perasaan dari individu untuk bertahan di

dalam sebuah organisasi. Gambar 2.2 menjelaskan tentang tipologi

komitmen organisasi, yaitu:

Gambar 2.2 Tipologi dari Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi menurut Mowday, Steers, & Porter,

merupakan bentuk dari kekuatan individu dalam mengidentifikasi dan

terlibat secara khusus pada sebuah organisasi. Adapun karakteristik


40

yang dibangun oleh Mowday dkk yaitu sebuah kekuatan keyakinan dari

dalam dan menerima tujuan dari organisasi, sebuah kesediaan untuk

kepentingan organisasi, dan kekuatan untuk tetap menjadi anggota

dalam organisasi.44 Hal ini sejalan dengan pendapat Griffin yang

menyatakan bahwa komitmen organisasi adalah sikap yang

mencerminkan sejauh mana seorang individu mengenal dan terikat

pada organisasinya. Seorang individu yang memiliki komitmen tinggi

kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi. 45

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka komitmen dapat

didefinisikan sebagai suatu sikap dan perilaku seseorang untuk

bertindak serta melibatkan dirinya pada sebuah organisasi sehingga

memiliki keterikatan dengan organisasi tersebut. Perilaku ini dilakukan

secara berkelanjutan sehingga membentuk sebuah kebiasaan yang

berujung pada kesetiaan individu terhadap organisasi dalam hal ini

adalah sekolah.

b. Komitmen Mengajar Guru

Komiten guru merupakan kunci keberhasilan sekolah dalam

meningkatkan pencapaian belajar peserta didik yang ditunjukkan

melalui komitmen aktif seorang guru terhadap pembelajaran peserta

44R.T Mowday, L.W Porter, dan R.M Steers, “The Measurement of Organizational
Commitment”, (Journal of Vocational Behavior, Vol 12,2004) hlm. 47
45G. Moorehead dan R.w Griffin “Organization Behavior: Managing People and Organizations”,

(Southwestern/Cengange Learning, 2010)


41

didik di kelas. Lee dkk., mendefinisikan komitmen guru sebagai

ketertarikan seorang guru secara psikologis dengan profesi mengajar,

asosiasi profesional, sekolah, rekan kerja (kolega), orang tua, dan

peserta didik. Selain itu, komitmen guru juga dianggap sebagai kunci

dari budaya sekolah dan dapat ditunjukkan oleh proses pengajaran

guru, dedikasi guru dalam meningkatkan prestasi peserta didik dan

kesetiaan guru terhadap sekolah.46

Komitmen guru menurut Coladarci, merupakan sebuah tingkat

keterikatan psikologis dengan profesi mengajar.47 Komitmen ini

biasanya disesuaikan dengan melihat tingkat atriasi dan alasan guru

untuk melakukan pertanyaan kepada mereka mengenai apakah mereka

akan tetap memilih berkarir sebagai guru. Berdasarkan definisi ini,

Coladarci lebih menekankan komitmen guru dalam mengajar.

Peningkatan status pengajaran dan membangun komunitas di sekolah

yang menghasilkan peningkatan komitmen guru yang pada akhirnya

mengarah pada peningkatan kinerja guru dan pembelajaran peserta

didik.

Komitmen merupakan suatu hal yang tumbuh dalam hati, hal ini

selaras dengan pendapat Park yang menyatakan bahwa komitmen guru

merupakan kekuatan batin yang datang dari dalam hati seorang guru

46 Rusman, “Model-model Pembelajaran: Mengembangk an Profeionalisme Guru”, (Jakarta:


Rajawali Pers, 2011) hlm. 27
47 Ibid., Hal 29
42

dan kekuatan dari luar itu sendiri tentang tugasnya yang dapat memberi

pengaruh besar terhadap sikap guru berupa tanggung jawab dan

responsive (inovatif) terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan

tekonologi. Komitmen lebih luas dari kepedulian, sebab dalam

pengertian komitmen tercakup arti usaha dan dorongan serta waktu

yang cukup banyak.48

Proses belajar mengajar terus berlanjut sepanjang karir guru.

Oleh karena itu, guru perlu mempersiapkan diri dan melakukan

pembaharuan dalam mengajar. Komitmen guru dalam mengajar harus

lebih baik dari waktu ke waktu. Komitmen menjadi tanggung jawab

dalam pengembangan profesional guru. Asumsi tanggung jawab ini

bentuk dari ide guru mengenai pembelajaran yang reflektif. Tingkat

komitmen guru dianggap sebagai kunci keberhasilan dari agenda

reformasi pendidikan. Untuk itu, guru perlu mempertahankan energi dan

semangat mereka dalam mengajar. Komitmen dianggap sebagai

sumber daya individu yang dikaitkan dengan karakteristik profesional

seorang guru.

Komitmen guru dalam mengajar menjadi salah satu pengukuran

untuk melihat komitmen guru bertahan dalam profesinya. Menurut

Coladarci, komitmen mengajar didefinisikan sebagai suatu ketertarikan

48 Mulyasa, “Menjadi Guru Profesional”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003)


hlm. 151
43

psikologis guru dan peserta didik dengan profesinya sebagai pengajar.

Ungkapan komitmen mengajar yang tinggi dapat ditemukan pada guru

melalui dua cara yaitu, pertama melihat kendala yang dihadapi guru.

Kedua, dengan cara menanyakan kepada guru apakah akan tetap

memilih profesi mengajar, jika guru dapat mengulang waktu untuk

memilih profesinya. Hasil yang didapat dari penelitian menggunakan

cara kedua yaitu guru akan tetap memilih profesi mengajar dikarenakan

memiliki motivasi yang tinggi, mau belajar, memiliki hasrat yang kuat

untuk bekerja sebagai guru, dan memiliki perasan yang kuat bahwa

mengajar merupakan pilihan karir yang berharga dan positif bagi

kehidupan peserta didik.49

Bagi calon guru, komitmen mengajar memiliki faktor yang sangat

kompleks. Faktor tersebut antara lain status sosial, kecocokan karir,

pertimbangan pekerjaan sebelumnya, gaji, dan waktu untuk keluarga. 50

Kelima faktor ini menjadi penentu dalam mempengaruhi keputusan dan

perubahan menjadi guru. Selain itu, adanya faktor emosi, keterbatasan

di pasar kerja, dan lokasi mengajar menurunkan komitmen mengajar

guru. Guru yang memiliki tingkat komitmen yang rendah menandakan

kurang loyal terhadap sekolah. Guru yang memiliki komitmen yang

49Rusman, “Model-model Pembelajaran: Mengembangk an Profeionalisme Guru”, (Jakarta:


Rajawali Pers, 2011) hlm. 45
50Amalia Ibrahim, Fatimah Wati Halim, dan Wan Shahrazad Wan Sulaiman, “Fak tor-fak tor

yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi dalam Kalangan Guru Sek olah”, (International
Researcg Journal of Educatio and Scients (IRJES), 2017)
44

tinggi menjadi alasan untuk mempertahankan profesinya. Tuntutan

berat seperti beban kerja administrasi, pelatihan, dan pengajaran tidak

sesuai dengan hasil yang diperoleh. Boy & Pine mengatakan tekanan

yang didapat guru, baik itu dalam pengajaran atau di luar pengajaran

membuat guru semakin frustasi dan memiliki efek negatif terhadap

kualitas pengajaran.51 Oleh karena itu, Boy dan Pine memperbaharui

komitmen guru untuk mengajar agar memberikan arah dan tujuan yang

jelas bagi guru. Pembaharuan tersebut meliputi komitmen pada

keterlibatan institusional, komitmen pada model pengajaran yang

efektif, komitmen pada penilaian mandiri.

Komitmen mengajar menggambarkan dimensi sebagai

penekanan pada pemenuhan melatih keterampilan. Komitmen

mengajar yang semakin tinggi dapat disebabkan oleh rasanya

keterikatan dengan pengajaran. Sebaliknya, jika komitmen mengajar

mengalami penurunan faktor terbesar disebabkan oleh tingkat stress

dan frustasi yang tinggi. Oleh karena itu, komitmen mengajar diperlukan

karena adanya keterikatan positif dan afektif terhadap pekerjaan

sebagai guru. Faktor lain yang menentukan komitmen guru adanya

interaksi antara guru, hubungan guru dan peserta didik, kualitas

pekerjaan guru di sekolah, dan administrasi sekolah. Guru yang

51Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI, “Ilmu dan Aplik asi Pendidik an”, (PT. Imperial
Bhakti Utama, 2007) hlm.177
45

memiliki komitmen merasa bangga dengan sekolah tempat mengajar,

meningkatkan keinginan untuk bekerja lebih keras, dan mendukung

masa depan sekolah.52

Hampir serupa dengan pendapat sebelumnya, menurut Kwok-

wai faktor komitmen mengajar dapat diidentifikasikan ke dalam empat

faktor. Pertama, pembelajaran peserta didik dan pengembangaan

sekolah, kedua, permintaan pengajaran dan praktik sekolah, ketiga,

mengajar sebagai pilihan karir, keempat, interaksi sikap guru-peserta

didik.53 Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor dari

mengajar sebagai karir memiliki pengaruh terhadap komitmen

mengajar. Diikuti oleh pembelajaran peserta didik dan pengembangan

sekolah. Faktor interaksi guru- peserta didik, serta faktor permintaan

pengajaran dan praktik sekolah berkontribusi untuk meningkatkan

komitmen mengajar guru.

c. Faktor-faktor Komitmen Mengajar Guru

Komitmen mengajar menurut konsep dari Meyer & Allen,

terdapat tiga aspek yaitu komitmen profesional afektif, komitmen

profesional normatif, dan komitmen profesional keberlanjutan. Alasan

peneliti menggunakan instrumen ini yaitu sesuai dengan konteks

52Ibid.,
53 C. Kwok-wai, “In Service Teachers Motives and Commitment in Teaching”, (Hong Kong:
Hong Kong Teachers Centre, 2006)112-128
46

pembahasan mengenai komitmen mengajar. Dan mengacu pada

penelitian terdahulu, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim dan

Iqbal. Instrumen ini digunakan lima tahun terakhir, sehingga masih

relevan dengan kondisi saat ini. Selain itu, dasar penggembangan teori

mengenai komitmen dari Meyer dan Allen telah dipakai oleh banyak

penelitian.Penjelasan mengenai masing-masing indikator yang

dikemukaan Meyer dan Allen yang dikaitkan pada guru dijabarkan

sebagai berikut:

a. Komitmen mengajar afektif mengacu pada identifikasi,

keterikatan emosional dan keterlibatan yang dimiliki seseorang

dengan organisasi dan tujuannya. Porter, Steers, Mowday, &

Boulian menjelaskan tiga aspek komitmen profesional afektif

yaitu pertama, keyakinan dan pengakuan atas tujuan dan standar

organisasi, kedua kesediaan berupaya untuk mencapai tujuan

organisasi, ketiga kesediaan untuk mempertahankan

keanggotaan organisasi. Keyakinan guru meliputi keterikatan

guru secara emosional terhadap profesinya, dan menekankan

pada arti mengajar. Kesediaan untuk bertahan pada profesi

mengajar dapat dilihat pada perasaan senang seorang guru

menghabiskan waktu dalam mengajar. Dengan demikian,

seorang guru akan memiliki komitmen yang kuat untuk tetap

bertahan pada profesinya dalam mengajar.


47

b. Komitmen mengajar normatif merupakan konsep rasa tanggung

jawab terhadap organisasi tempat bekerja. Komitmen ini dapat

didasarkan pada keyakinan berupa persepsi individu terhadap

kebenaran dan ketepatan untuk tetap berada pada organisasi

tersebut. Guru tidak akan meninggalkan profesi mengajar,

merasa berhutang budi pada profesi mengajar, dan memiliki

ketergantungan pada profesi mengajar. Seorang guru memilih

tetap mengajar karena memiliki keyakinan yang kuat terhadap

kemampuannya dalam profesi ini.

c. Komitmen mengajarl keberlanjutan merupakan kesiapan untuk

tetap dalam organisasi dikarenakan adanya pertimbangan

investasi yang tidak bisa dialihkan seperti gaji, tunjangan

pensiun, dan lainnya. Guru memilih bertahan dikarenakan

adanya rasa tanggung jawab yang besar apabila mereka

meninggalkan profesinya. Tanggung jawab tersebut tidak hanya

yang berhubungan dengan pekerjaan, melainkan nilai-nilai yang

berkesinambungan dengan organisasi, seperti tanggung jawab

terhadap keberhasilan peserta didik, tujuan sekolah, dan

sebagainya. Guru merasa sulit untuk keluar dari mengajar, dan

banyaknya usaha serta pengorbanan pada profesi ini membuat

guru akan memilih bertahan mengajar.54

54 Ibid., hlm. 66
48

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komitmen

mengajar guru adalah suatu keterikatan guru terhadap tugas dan

kewajibannya sebagai guru yaitu profesi mengajar, yang dapat

melahirkan sikap tanggung jawab, responsive, dan inovatif terhadap

ilmu pengetahuan dan teknologi.

B. Pengaruh Iklim Sekolah dan Komitmen Mengajar Guru terhadp

Efektivitas Pembelajaran berbasis Teaching factory

Berdasarkan pada buku Tata Kelola Pelaksanaan Pembelajaran

teaching factory, dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi

efektivitas pembelajaran teaching factory adalah sebagai berikut:

a. Peserta didik

Unsur ini menjelaskan bahwa belajar merupakan fokus utama dari

penyelenggaraan kegiatan sekolah dan fokus dari kegiatan belajar

adalah membangun sikap/perilaku (yang merupakan bagian

terpenting dari karakter). Bagi peserta didik, sikap dan perilaku

merupakan elemen yang penting dalam mempersiapkan diri

memasuki dunia industri. Oleh karena itu, sekolah perlu

menmbangkan pembelajaran yang mencakup hardskill dan softskill.

1) Motorik (Skill) Kemampuan ini berkaitan dengan mutu atau

kualitas dari hasil pekerjaan atau praktik yang dilakukan oleh

peserta didik. Melalui pengembangan kemampuan motorik,


49

peserta didik akan dapat melakukan setiap pekerjaan atau

praktik secara presisi.

2) Kognitif (Knowledge) Kemampuan ini berkaitan dengan

pengembangan pemikiran yang membangun kreativitas yang

dapat menciptakan inovasi.

3) Afektif (Attitude) Kemampuan afektif merupakan hasil yang

dicapai apabila kemampuan motorik dan kemampuan

kognitif telah berhasil ditanamkan pada peserta didik.

Kemampuan ini menumbuhkan karakter integritas pada

peserta didik yang mencakup sikap disiplin, handal, terbuka,

empati, kehati-hatian, mandiri, rajin, tumbuh jiwa sosial, jiwa

kepemimpinan, dan kewirausahaan.

b. Guru

Ini berkaitan dengan fungsi guru atau instruktur di institusi. Dalam

hal ini, guru atau instruktur merupakan sumber daya utama yang

menjadi tolak ukur bagi peserta didik dalam mengimplementasikan

pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan industri.

Keteladanan guru cenderung akan ditiru oleh peserta didik dan hal

ini mempengaruhi afeksi peserta didik. Dengan kata lain, peserta

didik menjadi imitator guru atau instruktur dalam kegiatan

pembelajaran praktik. Oleh karena itu, dalam melaksanakan

fungsinya, guru atau instruktur mempunyai peranan dan

berkemampuan sebagai:
50

1) Pengajar, pendidik dan pembimbing

2) Operator, mentor dan inspector

3) Fasilitator, inisiator dan inspirator;

4) Role model.

c. Manajemen Sekolah

Manajemen sekolah merupakan unsur yang penting dalam

implementasi teaching factory. Manajemen berperan sebagai

stimulator atau penggerak kinerja institusi. Program evaluasi kerja

sekolah mencakup beberapa aspek sebagai berikut:

1) Implementasi kurikuler disesuaikan, bahkan diupayakan

melebihi kebutuhan pembelajaran.

2) Implementasi bisnis harus bersifat operasional, mengarah

pada kesejahteraan dan re-investasi.

3) Program pengembangan sekolah harus mencakup kapasitas

sekolah, jangkauan pengembangan, dan peningkatan

sekolah.

Ketiga unsur penentu utama tersebut merupakan subjek utama

dalam mendukung keberhasilan implementasi teaching factory.55

Apabila dilihat dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa manajemen

sekolah dan pendidik memiliki peran penting dalam mewujudkan

pembelajaran yang efektif. Dalam manajemen sekolah, seluruh

55 DPSMK, “Tata k elola Pelak sanaan Teaching factory” (Jakarta, kemdikbud 2017) hlm.12
51

komponen sekolah diatur sedemikian rupa agar dapat mencapai tujuan

dari sekolah. Iklim sekolah merupakan salah satu komponen yang

dikelola dan dibentuk oleh sekolah yang berperan penting dalam usaha

mewujudkan efektivitas sekolah.

Hal ini selaras dengan pendapat Sytron dan Nyman yang

mengemukakan bahwa iklim sekolah adalah komponen penting untuk

mewujudkan sekolah menengah yang efektif. Keseluruhan sekolah

dapat ditingkatkan oleh sikap dan perilaku positif dari para peserta didik

dan guru. Iklim sekolah berkaitan dengan lingkungan yang produktif dan

kondusif untuk belajar peserta didik dengan suasana yang

mengutamakan kerjasama, kepercayaan, kesediaan, keterbukaan, dan

komitmen. Iklim sekolah yang optimal adalah iklim sekolah yang

responsif terhadap perkembangan kebutuhan setiap peserta didik,

merangsang pertumbuhan pribadi dan akademik.56 Maka dapat

disimpulkan bahwa semakin optimal iklim sekolah terbentuk maka

semakin meningkat pula efektivitas pembelajaran berbasis teaching

factory di sekolah.

Selain iklim sekolah, unsur komitmen guru juga memegang

peranan penting dalam mewujudkan efektivitas pembelajaran di

sekolah. Hal ini selaras dengan pernyataan Budiman yang menyatakan

56 Jr Sytron, Terri, R dan Ronald A. Nyman, “Key Characteristics of Middle School


Perfomance”, (RMLE Online. 31(5), 2008), hlm. 1-17
(http://www.nmsa.org/portals/0pdf/publications/RLME/rmle_vol31_no5.pdf) Diakses pada 2
Januari 2020.
52

bahwa komitmen yang tinggi merupakan wujud pengabdian diri seorang

guru terhadap pekerjaan atas dasar loyalitas dan tanggung jawab yang

disandarkan pada niat yang tulus. Hal ini berarti komitmen guru

merupakan hal penting dalam menjalankan tugas dan tanggung

jawabnya. Komitmen dalam mendidik dan dan mengajar menjadi

landasan utama kompetensi yang dimiliki guru sehingga dalam

melaksanakan perannya sebagai pendidik dilakukan dengan penuh

totalitas. Guru yang memiliki komitmen, terus berusaha menjadi kreatif

yang tidak pernah puas dengan hasil yang telah dicapai sehingga akan

terus berinovasi sesuai kebutuhan peserta didiknya dalam proses

mengajar. Hal ini dapat membantu dalam usaha meningkatkan

efektivitas pembelajaran yang terjadi di sekolah.57

Dengan demikian komitmen mengajar guru berpengaruh

terhadap efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory. Karena

sebagai seorang guru dibutuhkan komitmen mengajar yang tinggi untuk

dapat terus mengembangkan bidang keilmuan yang dimiliki agar dapat

memenuhi kebutuhan belajar peserta didik sehingga tercapainya

efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory.

57 Jumardi Budiman, Junaidi H, dan Herkulana, “Analisis Motivasi dan Komitmen Mengajar
guru Tidak Tetap berbasis Kompensasi doi Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau” (Jurnal
Program magister, 2014)
53

C. Penelitian yang Relevan

Dari hasil penelitian sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini

adalah penelitian yang dilakukan oleh Suhesti K, Ghufron Abdullah dan

Ngurah Ayu Nyoman M yang berjudul Pengaruh Kepemimpinan Kepala

Sekolah dan Iklim Sekolah Terhadap Efektivitas Sekolah Dasar di

Kecamatan Slawi. Dalam penelitian tersebut, terdapat pengaruh positif dan

signifikan iklim sekolah terhadap efektivitas sekolah yang dinyatakan

dengan koofisien regresi Y = 94,583 + 0,402X2, kekuatan korelasi sebesar

0,411 dengan kontribusi sebesar 0,169 atau 16,9%, sedangkan sisanya

sebesar 100% - 16,9% = 83,1% masih dipengaruhi oleh faktor-faktor atau

sebab-sebab yang lain di luar variabel yang diteliti. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa iklim sekolah memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap efektivitas sekolah yang mana di dalamnya terdapat efektivitas

pembelajaran. Hal ini membuktikan bahwa iklim sekolah yang kondusif

merupakan salah satu syarat yang diperlukan dalam penyelenggaraan

pembelajaran. Di wilayah penelitian, iklim sekolah sudah relatif baik namun

perlu peningkatan pada dimensi budaya sekolah pada indikator aturan dan

norma sekolah.58

Selanjutnya, hasil penelitian berjudul Pengaruh Kompetensi Guru

dan Komitmen Mengajar Terhadap Efektivitas Proses Pembelajaran Serta

58Suhesti K, Ghufron Abdullah dan Ngurah Ayu Nyoman M, Jurnal, “Pengaruh Kepemimpinan
Kepala Sek olah dan Ik lim Sek olah Terhadap Efek tivitas Sek olah Dasar di Kecamatan Slawi”
(2017)
54

Implikasinya pada Hasil Belajar Peserta didik dalam Mata Pelajaran

Ekonomi yang dilakukan oleh Dian Rosdiana menunjukkan bahwa

Diperoleh koefisien korelasi yang negative antara komitmen mengajar

terhadap efektivitas proses pembelajaran yaitu sebesar

-0,0018. Artinya tidak terdapat hubungan yang positif antara

komitmen mengajar terhadap efektivitas proses pembelajaran. Uji hipotesis

menunjukkan komitmen mengajar tidak berpengaruh terhadap efektivitas

proses pembelajaran. Walaupun secara keseluruhan komitmen mengajar

guru yang termasuk pada kategori tinggi, namun ternyata belum mampu

menciptakan efektivitas proses pembelajaran.

Hasil penelitian yang relevan juga ditemui dalam penelitian berjudul

Peranan Pendidik dalam Pembelajaran Berbasis teaching factory di

Sekolah Menengah Kejuruan yang diteliti oleh Abdul Haris menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh komitmen serta kompetensi guru dalam

mewujudkan efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory. Dalam

hasil wawancara dengan perwakilah guru dari sekolah SMK

Muhammadiyah 1 Klaten yang mana menyatakan bahwa guru dalam

pembelajaran berbasis teaching factory perlu untuk memiliki karakter yang

kuat, karena pembelajaran berbasis teaching factory memiliki volume

pekerjaan yang lebih, mungkin kerja sampai lembur, atau suatu pekerjaan

membutuhkah improvisasi tertentu. Jadi, jika aktivitas guru dalam

pembelajaran berbasis teaching factory ingin terlaksana dengan efektif,


55

maka guru harus menyadari untuk mengembangkan, 1) Pengetahuan,

keterampilan dan pengalaman yang terus menerus, 2) Memiliki karakter

yang kuat, 3) Memiliki dan menggunakan model pembelajaran aktif, 4)

Memiliki komitmen yang kuat karena peran guru begitu banyak yaitu

sebagai fasilitator, motivator, serta role model bagi peserta didik.59

Hasil penelitian yang relevan juga ditemui pada penelitian yang

berjudul Hubungan Antara Kerja Tim Dan Komitmen Mengajar Guru

Terhadap Efektifitas Kinerja Guru Di Sma Se Kecamatan Medan Labuhan

karya Desvi Intan Khairani, Candra Wijaya, dan Edi Saputra. Dalan

penelitian tersebut ditemukan hasil bahwa terdapat hubungan yang

signifikan dan berarti antatra Komitmen mengajar guru dengan Efektivitas

Kinerja Guru di SMA Se-Kecamatan Medan Labuhan. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa Komitmenguru memilikihubungan yang tinggi

dengan Efektivitas Kinerja Guru di SMASe-Kecamatan Medan Labuhan.

Artinya semakin baik Komitmen mengajar guru maka semakin baik pula

Efektivitas Kinerja Guru di SMA Se-Kecamatan Medan Labuhan.60

D. Kerangka Berpikir

Proses penerapan program teaching factory adalah dengan

memadukan konsep bisnis dan pendidikan kejuruan sesuai dengan

59 Abdul Haris, “Peranan Pendidik dalam Pembelajaran Berbasis Teaching factory di Sek olah
Menengah Kejuruan” (Kiat BISNIS Volume 5 No. 2:2013)
60 Desvi Intan Khairani, Candra Wijaya, dan Edi Saputra,” Hubungan Antara Kerja Tim Dan

Komitmen Mengajar Guru Terhadap Efek tifitas Kinerja Guru Di Sma Se Kecamatan Medan
Labuhan”
56

kompetensi keahlian yang relevan. Teaching factory yang dilakukan

melibatkan pihak industri dan pihak sekolah. Sekolah dirancang sedemikian

rupa agar menciptakan atmosfir yang sesuai dengan di lapangan. Mulai dari

kurikulum yang diintergrasi kan dengan kurikulum mitra industri, pengadaan

sarana prasarana, nilai dan norma yang sesuai dengan keadaan di

lapangan, serta kualitas guru yang memadai. Keberhasilan teaching factory

di suatu sekolah dapat terlaksana bila semua unsur dalam pelaksanaan

teaching factory mempunyai nilai pencapaian kualitas tinggi. Berikut unsur-

unsur penting dalam pelaksaan pembelajaran berbasis teaching factory:

a. Peserta didik

Unsur ini menjelaskan bahwa belajar merupakan fokus utama dari

penyelenggaraan kegiatan sekolah dan fokus dari kegiatan belajar

adalah membangun sikap/perilaku (yang merupakan bagian

terpenting dari karakter). Bagi peserta didik, sikap dan perilaku

merupakan elemen yang penting dalam mempersiapkan diri

memasuki dunia industri. Oleh karena itu, sekolah perlu

mengembangkan pembelajaran yang mencakup hardskill dan

softskill yaitu:

1) Motorik (Skill)

2) Kognitif (Knowledge)

3) Afektif (Attitude)

b. Guru
57

Ini berkaitan dengan fungsi guru atau instruktur di institusi. Dalam

hal ini, guru atau instruktur merupakan sumber daya utama yang

menjadi tolak ukur bagi peserta didik dalam mengimplementasikan

pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan industri.

Keteladanan guru cenderung akan ditiru oleh peserta didik dan hal

ini mempengaruhi afeksi peserta didik. Dengan kata lain, peserta

didik menjadi imitator guru atau instruktur dalam kegiatan

pembelajaran praktik. Oleh karena itu, dalam melaksanakan

fungsinya, guru atau instruktur mempunyai peranan dan

berkemampuan sebagai:

1) Pengajar, pendidik dan pembimbing

2) Operator, mentor dan inspector

3) Fasilitator, inisiator dan inspirator;

4) Role model.

c. Manajemen Sekolah

Manajemen sekolah merupakan unsur yang penting dalam

implementasi teaching factory. Manajemen berperan sebagai

stimulator atau penggerak kinerja institusi. Program yang ada di

sekolah hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan

kompetensi peserta didik.61

61 DPSMK, “Tata k elola Pelak sanaan Teaching factory” (Jakarta, kemdikbud 2017) hlm.12
58

Ketiga unsur penentu utama tersebut merupakan subjek utama

dalam mendukung keberhasilan implementasi teaching factory.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

manajemen sekolah, kualitas guru, dan kompetensi peserta didik

merupakan unsur penting dalam mewujudkan efektivitas pembelajaran

berbasis teaching factory. Dalam hal ini, kompetensi peserta didik

merupakan output dari proses pembelajaran. Dan manajemen sekolah

serta guru menjadi alat penunjang utama dalam proses pembelajaran.

Iklim sekolah merupakan bagian dari hasil manajemen sekolah. Sekolah

dikelola mulai dari perencanaan hingga evaluasi hingga tersusun

program-program di dalamnya. Iklim sekolah adalah komponen penting

untuk mewujudkan sekolah menengah yang efektif, karena apabila Iklim

sekolah berjalan dengan optimal maka terbentuklah sekolah yang

responsif terhadap perkembangan kebutuhan setiap peserta didik,

merangsang pertumbuhan pribadi dan akademik.62 Maka dapat

disimpulkan bahwa semakin optimal iklim sekolah terbentuk maka

semakin meningkat pula efektivitas pembelajaran berbasis teaching

factory di sekolah.

Komponen penting lainnya dalam pembelajaran adalah guru.

Guru berperan sebagai roda dalam pembelajaran. Guru tidak hanya

berperan sebagai pengajar, tapi juga sebagai pembimbing, pendidik,

62Jr
Sytron, Terri, R dan Ronald A. Nyman, “Key Characteristics of Middle School Perfomance”,
(RMLE Online. 31(5), 2008), hlm. 1-17
59

operator, fasilitator, inspector, inspirator, serta role model bagi peserta

didiknya.63 Dibutuhkan komitmen yang tinggi bagi guru dalam

menjalankan perannya. Komitmen dalam mendidik dan mengajar

menjadi landasan utama kompetensi yang dimiliki guru sehingga dalam

melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, guru dapat lebih memaknai

pekerjaannya. Guru yang memiliki komitmen dan integritas lebih mampu

menempatkan pendidikan sebagai wadah membelajarkan siswa

daripada sekedar proses pemindahan pengetahuan pada siswa.64 Serta

terus berusaha menjadi kreatif yang tidak pernah puas dengan hasil

yang telah dicapai sehingga akan terus berinovasi sesuai kebutuhan

peserta didiknya dalam proses mengajar. Hal ini dapat membantu

peserta didik untuk mendapatkan proses pembelajaran yang lebih

matang. Sehingga dapat membantu usaha dalam meningkatkan

efektivitas pembelajaran yang terjadi di sekolah.

Iklim Sekolah
(X1)
Efektivitas Pembelajaran
berbasis Teaching factory
(Y)
Komitmen Mengajar
(X2)

63 Mulyasa, “Menjadi Guru Profesional”, (Rosda, 2011) hlm. 27


64Jumaidi,“Analisis Motivasi Dan Komitmen Mengajar Guru Tidak Tetap Berbasis Kompensasi
Di Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau”hlm. 203
60

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan

baru didasarkan teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta

empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga

dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah

penelitian yang belum terjawab secara empirik.65 Berdasarkan hasil

kerangka berpikir di atas maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat pengaruh antara iklim sekolah terhadap efektivitas

pembelajaran berbasis teaching factory.

2. Terdapat pengaruh antara komitmen mengajar guru terhadap

efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory.

3. Terdapat pengaruh antara iklim sekolah dan komitmen mengajar

guru terhadap efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory.

65 Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”, (Bandung: Alfabeta, 2016)
hlm. 64
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jawaban,

pemahaman, dan gambaran yang tepat. Serta dapat dibuktikan secara

empirik mengenai pengaruh dari tiga variabel yang ada, yaitu:

1. Mengukur berapa besarnya pengaruh iklim sekolah terhadap efektivitas

pembelajaran berbasis teaching factory.

2. Mengukur berapa besarnya pengaruh komitmen mengajar terhadap

efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory.

3. Mengukur seberapa besar pengaruh iklim sekolah dan komitmen

mengajar terhadap efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang terpilih untuk melaksanakan kegiatan penelitian adalah

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 26 Jakarta (SMKN 26 Jakarta) yang

berlokasi di jalan Balai Pustaka Baru I, RT 02/RW 07, Kota Jakarta Timur,

DKI Jakarta. Karena keterbatasan peneliti, penelitian ini hanya dilakukan di

satu sekolah. Hal ini sejalan dengan pernyataan Sumani, yang didalamnya

61
melampirkan penelitian yang dilakukan hanya berlangsung di satu

sekolah.66

Penelitian ini dilakukan sejak bulan November 2019 hingga bulan

Agustus 2020.

C. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode

survey, dikatakan oleh Nan Lin survey adalah: “the survey is data collection

method in which an instrument is used to solicit responses from a sample

of respondents”.67 Survey adalah metode pengumpulan data dengan

menggunakan instrumen untuk meminta tanggapan dari responden tentang

sampel dan pendekatan kuantitatif dugunakan untuk mengukur variabel

bebas dan variabel terikat dengan menggunakan angka-angka yang diolah

melalui analisis statistik.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data statistik deskriptif.

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum atau generalisasi.68

66 Sumani, “Metodologi Penenlitian Kuantitatif”


https://showmany.research.com/2008/12/21/metodologi-penelitian-kuantitatif/
67 W. Gulo, “Metodologi Penelitian” (Jakarta: PT Grasindo), hlm. 117
68 Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”, (Bandung: Penerbit Alfabeta,

2016) hlm. 147

62
62

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.69 Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan

benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang

ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh

karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek/objek itu.

Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh guru

mata pelajaran produksi di SMKN 26 Jakarta yang berjumlah 44 guru.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakterisktik yang dimiliki

oleh populasi tersebut.70 Dalam penelitian ini teknik penentuan sampel

dilakukan melalui metode sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik

penentuan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel.

Hal ini sering dilakukan apabila jumlah populasi relatif kecil atau penelitian

yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.

69 Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D” (Bandung: Penerbit Alfabeta,
2016) hlm. 80
70 Ibid,.hlm. 83
63

Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, di mana anggota populasi

dijadikan sebagai sampel.71

Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah seluruh populasi,

yaitu seluruh guru produktif PNS di SMKN 26 Jakarta yang berjumlah 43

guru PNS.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan untuk

memperoleh data penelitian. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan kuesioner (angket) yang berisi beberapa

daftar pertanyaan. Daftar pertanyaan ini kemudian disebarkan untuk diisi oleh

pada responden.

Daftar pertanyaan dalam kuesioner dibuat berdasarkan indikator-indikator

yang telah dikembangakan dan berbagai konsep variabel yang digunakan

dalam penelitian ini, yaitu:

1. Efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory

a. Definisi Konseptual

Efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory merupakan

suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan capaian kuantitas, kualitas

dan waktu yang berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar

71 Ibid., hlm. 85
64

dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana

seperti yang terjadi di industri.

b. Definisi Operasional

Efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory adalah ukuran

seberapa jauh tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat

dicapai dengan capaian kuantitas, kualitas dan waktu yang berbasis

produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku

di industri melalui data yang berupa angket dan dokumen yang

diperoleh dari sekolah.

Variabel efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini akan diukur

menggunakan skala Likert, skala likert merupakan metode skala yang

mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif terhadap suatu

pernyataan.72 Dalam penelitian ini akan diukur dengan lima pilihan

yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), sangat tidak setuju

(STT) dan sangat tidak setuju (STT). Dengan bobot nilai 5-4-3-2-1.

2. Komitmen Mengajar Guru

a. Definisi Konseptual

komitmen mengajar guru adalah suatu keterikatan guru terhadap

tugas dan kewajibannya sebagai guru yaitu profesi mengajar, yang

72Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”, (Bandung: Penerbit Alfabeta,
2016)
65

dapat melahirkan sikap tanggung jawab, responsive, dan inovatif

terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi

b. Definisi Operasional

komitmen mengajar guru adalah pandangan guru terhadap

keterikatan dirinya sebagai guru terhadap tugas dan kewajibannya yaitu

sebagai pengajar, yang dapat melahirkan sikap tanggung jawab,

responsive, dan inovatif terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.

Komitmen mengajar guru dalam penelitian ini diukur dari tiga

dimensi yaitu komitmen profesional afektif, komitmen profesional

normatif, dan komitmen profesional keberlanjutan. Komitmen

profesional afektif meliputi keyakinan dan pengakuan atas tujuan dan

standar organisasi, kedua kesediaan berupaya untuk mencapai tujuan

organisasi, ketiga kesediaan untuk mempertahankan keanggotaan

organisasi. Komitmen profesional normatif Guru tidak akan

meninggalkan profesi mengajar, merasa berhutang budi pada profesi

mengajar, dan memiliki ketergantungan pada profesi mengajar meliputi

komitmen profesional keberlanjutan meliputi keyakinan guru memilih

bertahan dikarenakan adanya rasa tanggung jawab yang besar apabila

mereka meninggalkan profesinya.

Variabel efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini akan diukur

menggunakan skala Likert, skala likert merupakan metode skala yang

mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif terhadap suatu


66

pernyataan.73 Dalam penelitian ini akan diukur dengan lima pilihan yaitu

sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), sangat tidak setuju (STT) dan

sangat tidak setuju (STT). Dengan bobot nilai 5-4-3-2-1.

3. Iklim Sekolah

a. Definisi Konseptual

iklim sekolah adalah keadaan, kondisi dan karakteristik di sekolah yang

menjadi ciri khas sebuah organisasi dalam sekolah yang terbentuk dari

sikap, perilaku dan kepribadian seluruh anggota komponen yang ada di

sekolah.

b. Definisi Operasional

Iklim sekolah menurut persepsi guru merupakan keadaan, kondisi dan

karakteristik di sekolah yang menjadi ciri khas sebuah organisasi dalam

sekolah yang terbentuk dari sikap, perilaku dan kepribadian seluruh

anggota komponen yang ada di sekolah.

Variabel efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini akan diukur

menggunakan skala Likert, skala likert merupakan metode skala yang

mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif terhadap suatu

pernyataan.74 Dalam penelitian ini akan diukur dengan lima pilihan yaitu

73 Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”, (Bandung: Penerbit Alfabeta,
2016)
74 Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”, (Bandung: Penerbit Alfabeta,

2016)
67

sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), sangat tidak setuju (STT) dan

sangat tidak setuju (STT). Dengan bobot nilai 5-4-3-2-1.

4. Pengujian Validitas dan Perhitungan Reliabilitas

a. Pengujian Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan

pada kuesioner dapat mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut. Pengujian melakukan uji validitas, peneliti

menggunakan rumus product moment yang dikemukakan oleh

Pearson.

Tujuannya adalah untuk mengukur apakah butir-butir instrumen

pada penelitian ini memiliki validitas atau tingkat keabsahan yang

tinggi. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

n∑XY − (∑X) (∑Y)


rxy =
√ {n∑X2 − ∑X)2} {n(∑Y2) − ∑Y)2 }

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antara X dan Y

N : Jumlah Sampel

X : Skor tiap butir

Y : Skor total
68

∑XY: Jumlah perkalian antara X dan Y

∑X : Jumlah skor tiap butir

∑Y : Jumlah skor total

∑X2 : Jumlah kuadrat skor tiap butir

∑Y2 : Jumlah kuadrat skor total

Instrumen masing-masing variabel yaitu efektivitas pembelajaran

berbasis teaching factory sebanyak 33 butir pernyataan, variable iklim

sekolah sebanyak 43 butir, dan komitmen mengajar terdiri dari 34 butir

pernyataan dan akan di uji cobakan kepada 20 orang guru dengan

mata pelajaran produktif yang telah menerapkan pembelajaran

berbasis teaching factory.

Bila butir pertanyaan dari angket tidak memenuhi tingkat validitas,

maka butir item tidak dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.

Untuk mendapatkan tingkat validitas, rhitung harus lebih besar dengan

rtabel pada taraf signifikansi α = 0,05.

Setelah dilakukan perhitungan uji validitas kepada 20 orang guru

dan jumlah butir pernyataan pada variable Y sebanyak 34 dengan

taraf signifikansi α = 0,05 serta rtabel sebesar 0,444, maka variabel Y

diperoleh sebanyak 24 butir soal valid dan 10 butir soal drop. Variabel

X1 diperoleh sebanyak 41 butir soal valid dan 2 butir soal drop. Dan

Variabel X2 diperoleh sebanyak 33 butir soal valid dan 1 butir soal

drop.
69

b. Perhitungan Reliabilitas

Uji Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner

yang merupakan indikator dari variabel suatu kuesioner dikatakan

reliabel apabila jawaban responden terhadap pernyataan adalah

konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Adapun langkah-langkah

yang ditempuh dalam melakukan uji reliabilitas adalah sebagai berikut

K ∑ σ2
𝑟
(K − 1) (𝜎2 )

Keterangan:

r11 : Reliabilitas instrumen

K : Banyaknya butir soal

∑σ2b: Jumlah varian butir

σ2t: Varians total

Pengukuran terhadap variabel X dan Y akan memperoleh

hasil berupa angka dan tingkat hubungan yang menyatakan tinggi

atau rendahnya reliabilitas. Setelah dilakukan perhitungan

reliabilitas variabel Y yaitu efektivitas pembelajaran berbasis

teaching factory diperoleh rhitung sebesar 0,920 dengan jumlah

sebanyak 20 guru, maka instrumen variabel Y yaitu efektivitas

pembelajaran berbasis teaching factory dikatakan reliabel. Hasil


70

perhitungan reliabilitas variabel X1 yaitu iklim sekolah, diperoleh

rhitung sebesar 0,953 dengan jumlah sampel sebanyak 20 guru,

maka instrumen variabel X1 yaitu iklim sekolah dikatakan reliabel.

Dan hasil perhitungan reliabilitas variabel X2 yaitu komitmen

mengajar, diperoleh rhitung sebesar 0,992 dengan jumlah sampel

sebanyak 20 guru, maka instrumen variabel X2 yaitu komitmen

mengajar dikatakan reliabel.

Dari hasil penelitian data diatas dapat diketahui bahwa

ketiga variabel dikategorikan memiliki reabilitas tinggi,karena

rhitung = 0,90-1,00.

5. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian


Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Setelah Uji Validitas

Butir soal
Butir
variabel penelitian Indikator sebelum Final Butir
Drop
diuji
1,2,3,4,5, 1,2,7 3,4,5,6,9,
Perilaku 6,7,8,9,10 ,8 10
pembelajaran
11,12,13, 12,1 11,14,15
Iklim 14 3
Pembelajaran
Efektivitas 15,16,17, 18,1 15,16,20
pembelajaran Sistematika 18,19,20, 9,21,
berbasis teaching Pembelajaran 21,22 22
factory 13,14,15, 13,14,15,
16,17 16,17
Motivasi belajar
Waktu 18,19 18,19
sarana dan 20,21,22, 21,2 20,22
prasarana 23 3

Butir soal
Butir
variabel penelitian Indikator sebelum Final Butir
Drop
diuji
71

1,2,3,4,5, 1,2,3,4,5,
hubungan antar 6,7,8,9,11 6,7,8,9,11
kepala sekolah ,12,13,19, ,12,13,19,
dan guru 30 30
kontribusi guru 10,28 10,28
dalam
pembuatan
keputusan di
sekolah
hubungan antar 20,21,22, 20,21,22,
sesama guru di 23,24 23,24
sekolah
Iklim Sekolah Hubungan 15,16,18
antara guru
dengan peserta 15,1
didik 6 18
14,17,25, 14,17,25,
Hubungan antar 26,29 26,29
warga sekolah
hubungan guru 27 27
dan wali
peserta didik
Kondisi 31,32,33, 31,32,33,
akademik yang 34 34
terbentuk di
sekolah

Butir soal
Butir
variabel penelitian Indikator sebelum Final Butir
Drop
diuji
Keyakinan guru
meliputi
keterikatan guru
secara
1,2,3,4,5, 1,2,3,4,5,
emosional
6,7,8,9,10 6,7,8,9,10
terhadap
profesinya
sebagai
pengajar
11,12,13, 11,12,13,
keyakian atas
Komitmen 14,15,16, 14,15,16,
profesi yang
Mengajar 17,18,19, 17,18,19,
dijalani
20 20
merasa
bertanggung
jawab terhadap 21,22,23, 21,22,23,
keberhasilan 24,25,26, 22 24,25,26,
peserta didik 27,28,29 27,28,29
dan tujuan
sekolah
Kesediaan 30,31,32, 30,31,32,
untuk bertahan 33,34 33,34
72

pada profesi
mengajar

F. Teknik Analisis Data

Setelah data – data yang dibutuhkan terkumpul, maka langkah

selanjutnya ialah melakukan analisis data. Analisis data pada dasarnya

dilakukan dengan tujuan untuk menentukan besaran pengaruh secara

kuantitatif dari perubahan suatu kejadian terhadap kejadian lainnya dan

memperkirakan atau meramalkan kejadian selanjutnya. Kejadian dalam

konteks ini diartikan sebagai perubahan nilai variabel. Analisis data yang

digunakan pada penelitian ini ialah analisis regresi linear berganda. Sugiyono

menyatakan pengertian analisis regresi linear berganda adalah analisis yang

digunakan peneliti, bila bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik

turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel

independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaikturunkan nilainya).

Pada dasarnya analisis regresi linear berganda ini merupakan

kepanjangan dari analisis regresi linear sederhana, namun analisis regresi

linear berganda digunakan untuk penelitian yang memiliki variabel bebas

lebih dari satu variabel, oleh karena itu peneliti menggunakan teknik analisis

linear berganda dengan rincian iklim sekolah (X1), komitmen mengajar (X2)

dan efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory (Y).

Sebelum menguji hipotesis dengan analisis uji regresi linear berganda,

maka asumsi – asumsi yang melandasi penggunaan teknik tersebut harus


73

diuji terlebih dahulu dengan tujuan untuk mendasari tingkat kepercayaan

pengambilan kesimpulan, artinya teknik analisis dapat diterapkan apabila

asumsi yang melandasi penggunaannya terpenuhi. Pada penelitian ini uji

asumsi dimaksudkan untuk mengetahui normalitas sebaran data dan

homogenitas varians sebagai persyaratan digunakannya teknik analisis uji

regresi linear berganda. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah

data dari tiga variabel penelitian yang diperoleh berasal dari data yang

berdistribusi normal atau tidak. Sedangkan uji homogenitas untuk mengetahui

apakah data berasal dari populasi yang homogen.

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari tiga

variabel penelitian yang diperoleh berasal dari data yang berdistribusi

normal atau tidak. Pada penelitian ini untuk menguji normalitas data,

peneliti menggunakan normalitas probability plot.

Menurut Imam Ghozali, model regresi dikatakan berdistribusi

normal jika ploting (titik-titik) yang menggambarkan data

sesungguhnya mengikuti garis diagonal.

b. Uji Linieritas

Setelah diketahui ketiga variabel penelitian berdistribusi normal,

maka selanjutnya dilakukan uji linieritas untuk masing-masing variabel


74

bebas terhadap variabel terikat. Pada penelitian ini, penulis melakukan

uji linieritas dengan menggunakan bantuan program SPSS.

Dasar pengambilan keputusan dengan melihat angka

probabilitas, yaitu :

1) Probabilitas Sig. > 0,05, berarti tidak terdapat perbedaan kelinieran

antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel

dependen (variabel terikat).

2) Probabilitas Sig. < 0,05, berarti terdapat perbedaan kelinieran

antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel

dependen (variabel terikat).

c. Uji Multikoliniearitas

Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi dalam sebuah penelitian ditemukan adanya korelasi

antara variabel bebas (X).75 Jika terjadi korelasi, maka dapat dikatakan

telah terjadi masalah multikolinieritas di dalam model regresi. Model

regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi korelasi di

antara variabel bebasnya.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya masalah multikolinieritas

dalam sebuah model regresi adalah dengan melihat nilai Tolerance

dan nilai Variance Inflation Factor dengan syarat :

75Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS (Semarang:Badan


Penerbit Universitas Dipenogoro, 2011), hlm. 105-106
75

1) Nilai tolerance lebih besar (>) 0,10 maka tidak terjadi masalah

multikolinieritas.

2) Nilai VIF lebih kecil (<) 10,00 maka tidak terjadi masalah

multikolinieritas.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual

satu pengamatan yang lain.76 Apabila variance dari nilai residual satu

pengamatan ke pengamatan lain bersifat tetap, maka disebut

homoskedastisitas, namun apabila variance dari nilai residual satu

pengamatan ke pengamatan lain berbeda maka disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi

yang tidak memiliki gejala heteroskedastisitas atau bersifat

homoskedastisitas.

2. Analisis Linier Berganda

Analisis regresi mendeskripsikan pengaruh antar variabel sehingga

digunakan untuk mengestimasi kecenderungan di masa mendatang

berdasarkan data masa lalu dan masa kini. Selain untuk mengestimasi,

analisis regresi juga mengukur tingkat ketergantungan variabel dependen

terhadap variabel independen.

76 Ibid., hlm.139
76

Analisis regresi sederhana dirumuskan sebagai berikut Y=a+bX, di

mana untuk mendapatkan nilai konstanta (a) dan koefisien regresi (b)

menggunakan persamaan yang telah dicantumkan sebelumnya pada uji

linearitas. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk meramalkan

perubahan variabel satu disebabkan oleh dua atau lebih variabel yang

lain. Dalam penelitian ini analisis regresi dilakukan untuk menentukan

perubahan variabel efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory (Y)

yang disebabkan oleh variabel iklim sekolah (X1), dan komitmen mengajar

(X2). Analisis regresi linear berganda untuk 2 variabel bebas

menggunakan persamaan berikut:

Y = a + β1.X1 + b2.X2

Keterangan :

Y : efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory

a, β1, β2 : Koefisien regresi linear berganda

X1 : Variabel iklim sekolah

X2 : Variabel komitmen mengajar

3. Uji Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa

besarnya pengaruh variabel X (iklim sekolah dan komitmen mengajar)

terhadap variabel Y (efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory).

Ini juga dapat berarti mengukur seberapa besar variabel X dapat

menjelaskan variabel Y. Nilai koefisien determinasi ini dinyatakan dalam


77

bentuk persen (%). Nilai koefisien determinasi ini biasanya terletak antara

0 dan 1. Bila nilainya lebih mendekati 0 maka ini artinya pengaruh variabel

bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) lemah. Ini artinya sedikit sekali

variasi variabel terikat (Y) yang mampu dijelaskan oleh variabel bebas (X).

dan apabila nilai koefisien determinasi mendekati 1 maka variabel bebas

berpengaruh kuat terhadap variabel terikat. Jika ini terjadi maka banyak

variasi dari variabel terikat yang mampu dijelaskan oleh variabel bebas.

4. Uji Hipotesis

a. Uji Parsial (Uji t)

Uji parsial bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari

variabel bebas (X) yaitu iklim sekolah (X1) dan komitmen mengajar (X2)

terhadap variabel terikat (Y) yaitu efektivitas pembelajaran berbasis

teaching factory. Hipotesis parsial dijelaskan ke dalam bentuk statistik

sebagai berikut :

1) Ho : ρ1 = 0 : Tidak terdapat pengaruh antara iklim sekolah (X1)

terhadap efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory (Y)

guru PNS di SMKN 26 Jakarta.

Ha : ρ1 ≠ 0 : Terdapat pengaruh antara iklim sekolah (X1)

terhadap efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory (Y)

guru PNS di SMKN 26 Jakarta.


78

2) Ho : ρ2 = 0 : Tidak terdapat pengaruh antara komitmen mengajar

(X2) terhadap efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory

(Y) guru PNS di SMKN 26 Jakarta.

Ha : ρ2 ≠ 0 : Terdapat pengaruh antara komitmen mengajar (X2)

terhadap efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory (Y)

guru PNS di SMKN 26 Jakarta.

Dengan taraf signifikan sebesar 5%, maka ketentuan dalam

pengujian ini adalah sebagai berikut :

1) Ho diterima dan Ha ditolak jika nilai thitung ≤ ttabel atau nilai

signifikansi > 5%

2) Ho ditolak dan Ha diterima jika nilai thitung ≥ ttabel atau nilai

signifikansi < 5%

Apabila Ho diterima maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan, sedangkan apabila Ho ditolak maka tidak

terdapat pengaruh yang signifikan.

b. Uji Simultan (Uji F)

Uji simultan atau uji F ini bertujuan untuk mengetahui apakah

variabel bebas (X) secara bersama-sama mempengaruhi variabel

terikat (Y). Uji F di dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji


79

pengaruh iklim sekolah dan komitmen mengajar terhadap efektivitas

pembelajaran berbasis teaching factory secara simultan.

Hipotesis yang dikemukakan adalah sebagai berikut :

1) Ho : ρ1ρ2 = 0 : Tidak terdapat pengaruh antara iklim

sekolah (X1) dan komitmen mengajar (X2) terhadap

efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory (Y).

2) Ha : ρ1ρ2 ≠ 0 : Terdapat pengaruh antara iklim

sekolah (X1) dan komitmen mengajar (X2) terhadap

efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory (Y).

Kemudian hipotesis itu diuji untuk mengetahui hipotesis mana yang

diterima dan ditolak. Dengan taraf signifikan 5%, maka uji F dilakukan

dengan rumus sebagai berikut :

F=(R^2/K)/(1-R^2 )(n-K-1)

Keterangan :

R2 = Koefisien korelasi ganda yang telah ditentukan

K = Banyaknya variabel bebas

N = Ukuran sampel

F = F hitung yang akan dibandingkan dengan F tabel (n-K-1) = derajat

kebebasan
80

Dari perhitungan tersebut akan diperoleh Fhitung yang akan

dibandingkan dengan Ftabel yang diperoleh dengan menggunakan

tingkat signifikan 5% dan derajat kebebasan (n-K-1) dengan kriteria

sebagai berikut :

1) Ho diterima dan Ha ditolak jika nilai Fhitung < Ftabel atau nilai

signifikan > 5%

2) Ho ditolak dan Ha diterima jika nilai Fhitung > Ftabel atau nilai

signifikan < 5%

G. Hipotesis Statistik

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah dalam suatu

penelitian, di mana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan. Hipotesis yang diajukan sebagai jawaban sementara terhadap

permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ho : ρ1y = 0 Tidak ada pengaruh antara iklim sekolah terhadap efektivitas

pembelajaran berbasis teaching factory di SMKN 26 Jakarta.

2. Ho : ρ1y ≠ 0 Ada pengaruh antara iklim sekolah terhadap efektivitas

pembelajaran berbasis teaching factory di SMKN 26 Jakarta.

3. Ho : ρ2y = 0 Tidak ada pengaruh komitmen mengajar guru terhadap

efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory di SMKN 26 Jakarta.di

4. Ho : ρ1y ≠ 0 Ada pengaruh antara komitmen mengajar guru terhadap

efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory di SMKN 26 Jakarta.


81

5. Ho : ρ12y = 0 Tidak ada pengaruh antara iklim sekolah dan komitmen

mengajar guru terhadap efektivitas pembelajaran berbasis teaching

factory di SMKN 26 Jakarta.

6. Ho : ρ1y ≠ 0 Ada pengaruh antara iklim sekolah dan komitmen mengajar

guru terhadap efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory di

SMKN 26 Jakarta.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Populasi dan Sample

Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru mata pelajaran

produktif di SMK Negeri 26 Jakarta yang berstatus Pegawai Negeri Sipil

(PNS) berjumlah 44 guru. Karena sampel yang digunakan adalah semua

populasi, maka teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh.

B. Deskripsi Data Lapangan

1. Deskripsi Data Efektivitas Pembelajaran Berbasis Teaching Factory

Berdasarkan variabel yang diteliti maka terdapat beberapa indikator

yang dibuat untuk dapat mengukur variabel yang akan diteliti. Indikator

yang telah dibuat dijabarkan menjadi butir-butir pernyataan dalam

instrument penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket

atau kuesioner. Butir pernyataan yang terdapat dalam kuesioner penelitian

berjumlah 33 butir.

Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas 23 butir pernyataan

dinyatakan valid dan reliable untuk mengukur variabel efektivitas

pembelajaran. Berdasarkan hasil perhitungan kuesioner variabel

efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory dari 44 guru sebagai

responden, maka diperoleh data dengan skor tertinggi 115 dan skor

84
85

terendah 75. Perolehan data selengkapnya ditampilkan dalam tabel

sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Variabel Y Efektivitas Pembelajaran


Berbasis Teaching Factory

Kelas Interval Batas Kelas Titik Tengah Frekuensi %

75 - 82 74,5 - 82,5 78,5 2 5%


83 - 90 82,5 - 90,5 86,5 6 14%
91 - 98 90,5 - 98,5 94,5 5 11%
99 - 106 98,5 - 106,5 102,5 17 39%
107 - 114 106,5 - 114,5 110,5 13 30%
115 - 122 114,5 - 122,5 118,5 1 2%

Data tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram pie sebagai

berikut:

Histogram
Variable Y Efektivitas Pembelajaran
18 17

16

14 13

12

10

8
6
6 5

4
2
2 1

0
74,5 82,5 90,5 98,5 106,5 114,5
86

Grafik 4.2 Histogram Variabel Y Efektivitas Pembelajaran Berbasis


Teaching Factory

Berdasarkan grafik histogram di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi

tertinggi pada rentang batas kelas 98.5 – 106.5. Frekuensi terendah pada

rentang batas kelas 115.5 – 122.5. Untuk menentukan tinggi rendahnya

rata-rata efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory dapat

diketahui dengan cara :

1) Untuk menentukan nilai rata-rata dengan kategori sedang diperoleh


dengan cara rata-rata skor dikurangi simpangan baku dengan skor
rata-rata ditambah simpangan baku, maka hasilnya

• 100.80 – 5.89 = 91,99

• 100.80 + 5.89 = 109,605

Jadi, untuk nilai rata-rata dengan kategori sedang rentang nilainya


adalah 101 – 110.

2) Untuk menentukan nilai rata-rata dengan kategori tinggi yaitu skor


yang berbeda di atas 110 atau ≥ 110 sampai dengan skor tertinggi
yaitu 115. Jadi rentang nilai untuk kategori tinggi adalah 111-115.

3) Untuk menentukan nilai rata-rata dengan kategori rendah dapat


diperoleh dengan menentukan skor yang berada di bawah 101 ≤ 101
sampai dengan skor terendah yaitu 75. Jadi, rentang nilai untuk
kategori rendah adalah 75 – 100.
87

2. Deskripsi Data Iklim Sekolah

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas dan reliabilitas yang

dilakukan tersisa 32 butir pernyataan yang valid dan reliable untuk

mengukur variabel kinerja. Berdasarkan hasil perhitungan kuesioner

variabel iklim sekolah dari 44 orang responden para guru maka diperoleh

data dengan skor tertinggi yaitu 159 dan skor terendah 97 dengan

perolehan skor rata-rata 138.75 dan simpangan baku 14.56. Perolehan

data selengkapnya ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Variabel X1 Iklim Sekolah

Titik
Kelas Interval Batas Kelas Frekuensi %
Tengah
101 - 112 100,5 - 112,5 106,5 2 5%
113 - 124 112,5 - 124,5 118,5 1 2%
125 - 136 124,5 - 136,5 130,5 9 20%
137 - 148 136,5 - 148,5 142,5 8 18%
149 - 160 148,5 - 160,5 154,5 17 39%
161 - 172 160,5 - 172,5 166,5 7 16%
88

Data tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram pie sebagai berikut:

Histogram
Variabel X1 Iklim Sekolah
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
96,5 107,5 118,5 129,5 140,5 151,5 162,5

Tabel 4.4 Grafik Histogram X1 Iklim Sekolah

Berdasarkan grafik histogram di atas, dapat diketahui bahwa

frekuensi tertinggi pada rentang batas kelas 148.5 – 160.5. Frekuensi

terendah pada rentang batas kelas 112.5 – 124.5. Untuk menentukan

tinggi rendahnya rata-rata efektivitas pembelajaran berbasis teaching

factory dapat diketahui dengan cara :

1) Untuk menentukan nilai rata-rata dengan kategori sedang


diperoleh dengan cara rata-rata skor dikurangi simpangan baku
dengan skor rata-rata ditambah simpangan baku, maka hasilnya

• 138.75 – 14.56= 124,19

• 138.75 + 14.56 = 153,31

Jadi, untuk nilai rata-rata dengan kategori sedang rentang nilainya


adalah 124 - 153.
89

2) Untuk menentukan nilai rata-rata dengan kategori tinggi yaitu skor


yang berbeda di atas 153 atau ≥ 153 sampai dengan skor tertinggi
yaitu 159. Jadi rentang nilai untuk kategori tinggi adalah 153-159.

3) Untuk menentukan nilai rata-rata dengan kategori rendah dapat


diperoleh dengan menentukan skor yang berada di bawah 124 ≤
124 sampai dengan skor terendah yaitu 97. Jadi, rentang nilai untuk
kategori rendah adalah 97 - 124.

3. Deskripsi Data Komitmen Mengajar

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas dan reliabilitas yang

dilakukan tersisa 33 butir pernyataan yang valid dan reliable untuk

mengukur variabel kinerja. Berdasarkan hasil perhitungan kuesioner

variabel iklim sekolah dari 44 orang responden para guru maka diperoleh

data dengan skor tertinggi yaitu 165 dan skor terendah 101 dengan

perolehan skor rata-rata 147.77 dan simpangan baku 14.99. Perolehan

data selengkapnya ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Variabel X2 Komitmen Mengajar


Titik
Kelas Interval Batas Kelas Frekuensi %
Tengah
101 - 112 100,5 - 112,5 106,5 1 2%
113 - 124 112,5 - 124,5 118,5 2 5%
125 - 136 124,5 - 136,5 130,5 6 14%
137 - 148 136,5 - 148,5 142,5 12 27%
149 - 160 148,5 - 160,5 154,5 13 30%
161 - 172 160,5 - 172,5 166,5 10 23%
90

Data tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram pie sebagai


berikut:

Histogram
Variabel (X2) Komitmen Mengajar
14
12
10
8
6
4
2
0
100,5 112,5 124,5 136,5 148,5 160,5

Grafik 4.6 Histogram Variabel X2 Komitmen Mengajar

Berdasarkan grafik histogram di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi

tertinggi pada rentang batas kelas 148.5 – 160.5. Frekuensi terendah

pada rentang batas kelas 100.5 – 112.5. Untuk menentukan tinggi

rendahnya rata-rata efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory

dapat diketahui dengan cara :

1) Untuk menentukan nilai rata-rata dengan kategori sedang

diperoleh dengan cara rata-rata skor dikurangi simpangan baku

dengan skor rata-rata ditambah simpangan baku, maka

hasilnya

• 147.77 – 14.99= 132,79

• 147.77 + 14.99= 162,76


91

Jadi, untuk nilai rata-rata dengan kategori sedang rentang

nilainya adalah 133 - 162.

2) Untuk menentukan nilai rata-rata dengan kategori tinggi yaitu

skor yang berbeda di atas 162 atau ≥ 162 sampai dengan skor

tertinggi yaitu 165. Jadi rentang nilai untuk kategori tinggi

adalah 163-165.

3) Untuk menentukan nilai rata-rata dengan kategori rendah

dapat diperoleh dengan menentukan skor yang berada di

bawah 133 ≤ 133 sampai dengan skor terendah yaitu 97. Jadi,

rentang nilai untuk kategori rendah adalah 101 - 134.

C. Pengujian Persyaratan Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari tiga

variabel penelitian yang diperoleh berasal dari data yang berdistribusi

normal atau tidak. Pada penelitian ini untuk menguji normalitas data,

peneliti menggunakan normalitas probability plot.

Menurut Imam Ghozali, model regresi dikatakan berdistribusi

normal jika ploting (titik-titik) yang menggambarkan data sesungguhnya

mengikuti garis diagonal. Berikut hasil uji normalitas yang diolah dengan

SPSS.
92

Tabel 4.7 Diagram Pancar


Berdasarkan gambar di atas makan dapat disimpulkan bahwa model
regresi berdistribusi normal.

2. Uji Linieritas

Setelah diketahui ketiga variabel penelitian berdistribusi normal, maka

selanjutnya dilakukan uji linieritas untuk masing-masing variabel bebas

terhadap variabel terikat. Pada penelitian ini, peneliti melakukan uji

linieritas dengan menggunakan bantuan program SPSS. Dasar

pengambilan keputusan dengan melihat angka probabilitas, yaitu :

1) Probabilitas Sig. > 0,05, berarti tidak terdapat perbedaan kelinieran


antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel
dependen (variabel terikat).

2) Probabilitas Sig. < 0,05, berarti terdapat perbedaan kelinieran antara


variabel independen (variabel bebas) dengan variabel dependen
(variabel terikat).
93

Berikut hasil uji linieritas yang dilakukan dengan program SPSS:

Tabel 4.8 Uji Hasil Linieritas


Tabel Uji Linieritas Signifikansi Keterangan
Iklim Sekolah 0,06 Linier
Komitmen
0,725 Linier
Mengajar

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan linier antara iklim

sekolah dengan efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory dengan

taraf signifikan 0,06>0,05 dan terdapat hubungan linier antara komitmen

mengajar dengan efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory dengan

taraf signifikan 0,725 >0,05.

3. Uji Multikolinieritas

Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi dalam sebuah penelitian ditemukan adanya korelasi antara variabel

bebas (X). Jika terjadi korelasi, maka dapat dikatakan telah terjadi masalah

multikolinieritas di dalam model regresi. Model regresi yang baik adalah

model regresi yang tidak terjadi korelasi di antara variabel bebasnya.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya masalah multikolinieritas dalam

sebuah model regresi adalah dengan melihat nilai Tolerance dan nilai

Variance Inflation Factor dengan syarat :

1) Nilai tolerance lebih besar (>) 0,10 maka tidak terjadi masalah
multikolinieritas.
94

2) Nilai VIF lebih kecil (<) 10,00 maka tidak terjadi masalah
multikolinieritas.

Berikut hasil uji multikolineritas yang dilakukan dengan bantuan program


SPSS:

Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolineritas


Variabel Tollerance VIF Keterangan
Iklim Sekolah 0,372 2,69 Tidak ada gejala multikolineritas
Komitmen
Mengajar 0,372 2,69 Tidak ada gejala multikolineritas

Dari Tabel di atas terlihat bahwa semua variabel mempunyai nilai

toleransi di atas 0,1 dan nilai VIF di bawah 10, sehingga dapat disimpulkan

bahwa model regresi pada penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas, hal ini

menunjukkan variabel-variabel independen tidak saling berkorelasi.

4. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah

tidak terjadi heteroskedastisitas dan untuk mengetahui adanya

heteroskedastisitas dengan menggunakan uji scatterplots. Menurut Imama

Ghozali, tidak terjadi heteroskedastisitas jika todak ada pola yang jelas

(menyebar) dan titik-titik di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y.

Berikut pola yang terbentuk setelah melakukan uji scatterplots:


95

Gambar 4.10 Grafik Hasil Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan gambar di atas, maka dapat diketahui bahwa hasil uji

heteroskedastisitas adalah tidak ada gejala heteroskedastisitas.

D. Hasil Analisis Linier Berganda

Analisis regresi pada dasarnya digunakan untuk memperoleh persamaan

regresi dengan cara memasukan perubahan satu per satu, sehingga dapat

diketahui pengaruh yang paling kuat hingga yang paling lemah. Berdasarkan

hasil pengolahan data dengan bantuan SPSS diperoleh hasil analisis regresi

yang disajikan pada:


96

Tabel 4.11 Hasil Uji Analisis Regresi

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) 42,106 10,489 4,014 ,000


Iklim Sekolah ,342 ,115 ,565 2,978 ,005 ,372 2,690
Komitmen ,076 ,111 ,130 ,686 ,496 ,372 2,690
Mengajar
a. Dependent Variable: Efektivitas Pembelajaran Berbasis Teaching Factory

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat koefisien untuk persamaan


regresi dalam penelitian ini, yang disusun dengan persamaan matematis
sebagai berikut :

Y = α + β1(Iklim Sekolah) + β2(Komitmen Mengajar) + ε


Y = 42,106 + 0,342 (Iklim Sekolah) + 0,076 (Komitmen Mengajar) + ε

1. Konstanta (α) = 42,106

Persamaan regresi tersebut memiliki nilai konstanta sebesar 42,106 yang


berarti bahwa nilai koefisien variabel efektivitas pembelajaran yaitu
sebesar 42,106.

2. Koefisien β1(Iklim Sekolah) = 0,342

Persamaan tersebut memiliki nilai positif pada koefisien sebesar 0,342,


yang memiliki arti bahwa setiap kenaikan Iklim Sekolah sebesar 1% maka
efektivitas pembelajaran akan mengalami peningkatan sebesar 0,342.

3. Koefisien β2(Komitmen Mengajar) = 0,076

Persamaan tersebut memiliki nilai positif pada koefisien sebesar 0,076


yang memiliki arti bahwa setiap kenaikan Komitmen Mengajar sebesar 1%
97

maka efektivitas pembelajaran akan mengalami peningkatan sebesar


0,076.

E. Pengujian Hipotesis

1. Uji Simultan (Uji F)

Uji signifikansi simultan (uji statistik F) pada dasarnya digunakan

untuk menguji seluruh variabel independen secara bersama yang memiliki

pengaruh yang signifikan atau tidak signifikan terhadap variabel dependen.

Cara pengujian signifikansi simultan terhadap variabel dependen dalam

penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Jika nilai signifikansi < 0,05, maka disimpulkan variabel independen

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

2. Jika nilai signifikansi > 0,05, maka disimpulkan variabel independen

secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen.

Berikut hasil dari uji signifikansi simultan pada penelitian ini dengan

menggunakan Uji F:

Tabel 4.12 ANOVA Hasil Uji Simultan (F)

ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1508,892 2 754,446 16,919 ,000 b
Residual 1828,268 41 44,592
Total 3337,159 43
a. Dependent Variable: Efektivitas Pembelajaran Berbasis Teaching Factory
b. Predictors: (Constant), Komitmen Mengajar, Iklim Sekolah
98

H1 : ρ1ρ2 ≠ 0: Terdapat pengaruh antara iklim sekolah (X1) dan komitmen

mengajar (X2) terhadap efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory (Y).

Berdasakan tabel di atas diperoleh hasil nilai signifikansi 0,000. Karena

nilai probabilitas < 0,05 yaitu (0,000 < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa

Profitabilitas, Terdapat pengaruh antara iklim sekolah (X1) dan komitmen

mengajar (X2) terhadap efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory (Y).

2. Uji Parsial (Uji t)

Uji signifikansi parameter individual (uji statistik t) digunakan untuk

menguji hipotesis variabel independen terhadap variabel dependen secara

parsial atau individual. Kriteria pengambilan keputusan yaitu :

a. Berdasarkan nilai t hitung dan nilai t tabel :

1. Jika nilai t hitung > nilai t tabel, maka variabel independen

berpengaruh terhadap variabel dependen.

2. Jika nilai t hitung < nilai t tabel, maka variabel independen tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. Berdasarkan nilai signifikansi :

1. Jika nilai Sig. < 0,05, maka variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependen.


99

2. Jika nilai Sig. > 0,05, maka variabel independen tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen.

Tabel 4.13 Koefisien Hasil Uji Simulan (t) dengan SPSS

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) 42,106 10,489 4,014 ,000


Iklim Sekolah ,342 ,115 ,565 2,978 ,005 ,372 2,690
Komitmen ,076 ,111 ,130 ,686 ,496 ,372 2,690
Mengajar
a. Dependent Variable: Efektivitas Pembelajaran Berbasis Teaching Factory

Berdasarkan hasil table di atas, diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Pengaruh iklim sekolah terhadap efektivitas pembelajaran berbasis


teaching factory.

H2 : Diduga iklim sekolah secara parsial berpengaruh terhadap


efektivitas pembelajaran.

Tabel di atas menunjukan bahwa hasil pengujian iklim sekolah


memiliki nilai signifikansi 0,05 < α (0,000). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa iklim sekolah secara parsial berpengaruh
terhadap efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory atau H2
diterima.

2. Tidak terdapat pengaruh komitmen mengajar terhadap efektivitas


pembelajaran berbasis teaching factory

H3 : Terdapat pengaruh antara komitmen mengajar (X2) terhadap


efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory (Y).
100

Tabel di atas menunjukan bahwa hasil pengujian komitmen


mengajar memiliki nilai signifikansi 0,05 < α (0,496). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa komitmen mengajar secara
parsial tidak berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran
berbasis teaching factory (Y) atau H3 ditolak.

F. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa terdapat pengaruh

antara iklim sekolah dan komitmen mengajar terhadap efektivitas

pembelajaran di SMKN 26 Jakarta. Pengujian Hipotesis dilakukan dengan

dengan menggunakan uji simulant (F) dan uji parsial (t) yang sebelumnya

telah dilakukan uji asumsi klasik sebagai syarat dalam uji linier berganda.

Besarnya kontribusi variable iklim sekolah dan komitmen mengajar

terhadap efektibitas pembelajaran dapat dilihat setelah melakukan uji

koefisien determinasi.. Berdasarkan hasil yang ada, dapat diketahui bahwa

bahwa koefisien determinasi yang diajukan dari nilai Adjusted R-Square

sebesar 0,452 hal ini berarti 42,5% variasi variabel dependen efektivitas

pembelajaran berbasis teaching factory dapat dijelaskan oleh variasi dari

kedua variabel independen yaitu iklim sekolah dan komitmen mengajar.

Sedangkan sisanya 57,5% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak

dijelaskan dalam penelitian ini. Dari pengujian hipotesis didapat hasil seperti

berikut ini:

1. Pengaruh Iklim Sekolah Terhadap Efektivitas Pembelajaran Berbasis

Teaching Factory
101

Dengan melakukan uji parsial, maka didapatkan hasil bahwa iklim

sekolah mempengaruhi efektivitas pembelajaran di SMKN 26 jakarta. Hal

ini ditunjukkan dari signifikansi (Sig.) untuk variable iklim sekolah adalah

0,005<0,05 maka HO ditolak dan Ha diterima. Hal ini relevan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Suhesti K, Ghufron Abdullah dan Ngurah Ayu

Nyoman, M.yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan

Iklim Sekolah Terhadap Efektivitas Sekolah Dasar di Kecamatan Slawi”

yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara iklim sekolah

dengan efektivitas pembelajaran.

2. Pengaruh Komitmen Mengajar Terhadap Efektivitas Pembelajaran Berbasis

Teaching Factory

Dengan melakukan uji parsial, maka didapatkan hasil bahwa

komitmen mengajar guru tidak mempengaruhi efektivitas pembelajaran di

SMKN 26 jakarta. Hal ini ditunjukkan dari signifikansi (Sig.) untuk variable

iklim sekolah adalah 0,496>0,05 maka HO diterima dan Ha di tolak. Hal ini

relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian Rosdiana yang berjudul

“Pengaruh Kompetensi Guru dan Komitmen Mengajar Terhadap Efektivitas

Proses Pembelajaran Serta Implikasinya pada Hasil Belajar Peserta didik

dalam Mata Pelajaran Ekonomi” yang menyatakan bahwa tidak terdapat

pengaruh positif antara komitmen mengajar dengan efektivitas

pembelajaran.
102

3. Pengaruh Iklim Sekolah dan Komitmen Mengajar Terhadap Efektivitas

Pembelajaran Berbasis Teaching Factory

Berdasarkan hasil uji hipotesis kedua variable yang menggunakan uji

simulant, didapatkan hasil yang menyatakan bahwa iklim sekolah dan

komitmen mengajar secara bersama-sama berpengaruh terhadap

efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory di SMKN 26 Jakarta.Hal

ini dapat dilihat dari nilai suignifikansi (Sig.) sebesar 0,000>0,05. Maka

dapat diambil kesimpulan bahwa HO ditolak dan Ha diterima.

G. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa besar

variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen model penelitian.

Nilai adjusted R square yang telah disesuaikan adalah antara 0 sampai

dengan 1, nilai adjusted R square yang telah mendekati 1 berarti kemampuan

variabel-variabel independen memberikan informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variabel dependen. Hasil perhitungan adjusted R square dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 ,672 a ,452 ,425 6,678 1,757
a. Predictors: (Constant), Komitmen Mengajar, Iklim Sekolah
b. Dependent Variable: Efektivitas Pembelajaran Berbasis Teaching Factory
103

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa koefisien determinasi

yang diajukan dari nilai Adjusted R-Square sebesar 0,452 hal ini berarti

42,5% variasi variabel dependen efektivitas pembelajaran berbasis teaching

factory dapat dijelaskan oleh variasi dari kedua variabel independen yaitu

iklim sekolah dan komitmen mengajar. Sedangkan sisanya 57,5% dijelaskan

oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

H. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh iklim

sekolah dan komitmen mengajar terhadap efektivitas pembelajaran berbasis

teaching factory. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hipotesis Hα

diterima dan hipotesis Ho ditolak. Oleh karena itu, berdasarkan hasil uji

hipotesis tersebut, maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh iklim sekolah

dan komitmen mengajar terhadap efektivitas pembelajaran berbasis teaching

factory di SMKN 26 Jakarta.

Arah pengaruh dalam penelitian ini adalah positif, yakni semakin besar

iklim sekolah dan komitmen mengajar yang diperoleh maka semakin tinggi

efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory yang dicapai.

Berdasarkan hasil uji F (simultan), dapat diketahui bahwa secara bersama-

sama variable iklim sekolah dan komitmen mengajar berpengaruh terhadap

efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory. Setelah penelitian

dilakukan, hasil yang didapat terkait dengan iklim sekolah di SMKN 26


104

Jakarta, menunjukkan bahwa iklim sekolah yang terbentuk secara

keseluruhan sudah baik. Namun dalam hal pemberian insentif pada prestasi

guru dapat dikatakan belum berjalan secara optimal. Hal ini terlihat dari skor

butir terendah pada variabel iklim sekolah yang terdapat pada butir nomor 20

yaitu sebesar 132. Nomor tersebut memuat penyataan, “Pihak sekolah

memberi insentif pada prestasi yang diperoleh guru”. Rendahnya skor

tersebut menunjukkan bahwa masih kurangnya pemberian insentif terhadap

guru yang berprestasi.

Sedangkan skor butir tertinggi yang diperoleh dari iklim sekolah

terdapat pada butir instrumen nomor 16 yaitu sebesar 207. Butir tersebut

terletak pada pernyataan “Saya dalam mengajar memberikan kebebasan

berpikir secara mandiri pada perserta didik dibarengi pengawasan terkontrol.”

Hal ini menunjukkan bahwa guru mendorong peserta didik untuk terampil

mengembangkan potensi secara mandiri dengan pengawasan guru.

Secara keseluruhan, menurut hasil penelitian tentang iklim sekolah

diperoleh data dengan kategori sedang atau sama dengan rata-rata yaitu

sebagian besar guru mendapatkan skor antara 124-153 yakni sebanyak 34

guru atau 77%. Dari hasil tersebut dapat dipahami bahwa guru secara garis

besar setuju bahwa iklim sekolah yang diberikan terbentuk dalam organisasi

sekolah, pimpinan, dan rekan kerja sudah baik.


105

Hasil dari variabel komitmen mengajar guru di SMKN 26 Jakarta,

menunjukkan bahwa komitmen mengajar guru secara menyeluruh sudah

baik. Namun, dalam hal bekerja ekstra melebihi jam kerja sebagian guru

masih merasa keberatan. Hal ini terlihat dari skor butir nomor 12 yaitu sebesar

169. Butir tersebut memuat pernyataan, “Saya tidak mempersoalkan kegiatan

pembinaan yang diselenggarakan lembaga/sekolah pada hari libur sekolah”.

Rendahnya skor tersebut menunjukkan bahwa sebagian guru merasa

keberatan jika mendapat tugas tambahan di luar jam kerja nya.

Sedangkan skor butir tertinggi yang diperoleh dari variabel komitmen

mengajar terdapat pada butir instrumen nomor 6 yaitu sebesar 213. Butir

tersebut terletak pada pernyataan guru dalam pentingnya menanamkan nilai-

nilai kehiduan pada peserta didik. Hal ini menandakan rasa memiliki

kepedulian guru terhadap perkembangan peserta didik dalam kehidupan

social. Sehingga, guru senantiasa menanamkan nilai-nilai yang penting untuk

diketahui dalam berkehidupan bermasyarakat.

Secara keseluruhan, menurut hasil penelitian tentang komitmen

mengajar diperoleh data dengan kategori sedang atau sama dengan rata-rata

yaitu sebagian besar guru mendapatkan skor antara 133 - 162, yakni

sebanyak 30 guru atau sebesar 68%. Dari hasil tersebut dapat dipahami

bahwa guru secara garis besar memiliki komitmen mengajar yang cukup

tinggi, yaitu rasa menyatu terhadap organisasi sekolah, keinginan guru untuk
106

tetap mempertahankan perannya sebagai seorang pengajar dan bersedia

berusaha keras untuk totalitas dalam menjalankan perannya sebagai guru.

Hasil dari variabel efektivitas pembelajaran di SMKN 26 Jakarta,

menunjukkan bahwa efektivitas pembelajaran secara menyeluruh sudah baik.

Namun, guru kurang variatif dalam memilih metode pembelajaran. Hal ini

terlihat dari skor butir nomor 5 yaitu sebesar 169. Butir tersebut memuat

pernyataan, “Saya menggunakan metode pembelajaran yang variatif”.

Rendahnya skor tersebut menunjukkan bahwa sebagian guru kurang memiliki

keterampilan dalam mengadakan variasi mengajar. Hal ini dapat memicu rasa

bosan atau jenuh pada diri peserta didik terhadap proses pembelajaran.

Sedangkan skor butir tertinggi yang diperoleh dari efektivitas

pembelajaran terdapat pada butir instrumen nomor 4 yaitu sebesar 209. Butir

tersebut terletak pada pernyataan guru yang memberi kesempatan kepada

peserta didik untuk menyampaikan pertanyaan apabila ada yang kurang

dimengerti. Hal ini menandakan bahwa terbentuk komunikasi dua arah antara

guru dan peserta didik yang berlangsung dalam proses pembelajaran.

Sehingga, guru senantiasa menjelaskan kembali materi yang belum dipahami

oleh peserta didik untuk membantu meningkatkan pemahaman peserta didik

atas teori yang diberikan.

Secara keseluruhan, menurut hasil penelitian tentang efektivitas

pembelajaran berbasis teaching factory diperoleh data dengan kategori


107

sedang atau sama dengan rata-rata yaitu sebagian besar guru mendapatkan

skor antara 101-110, yakni sebanyak 26 guru atau sebesar 59%. Dari hasil

tersebut dapat dipahami bahwa guru secara garis besar memiliki komitmen

mengajar yang cukup tinggi, yaitu rasa menyatu terhadap organisasi sekolah,

keinginan guru untuk tetap mempertahankan perannya sebagai seorang

pengajar dan bersedia berusaha keras untuk totalitas dalam menjalankan

perannya sebagai guru.

Dari pembahasan ketiga variabel diatas dan dari uji koefisien

determinasi maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menyatakan

kebenaran adanya pengaruh antara iklim sekolah dan komitmen mengajar

guru terhadap efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory di SMKN 26

Jakarta. Sedangkan kontribusi yang diberikan oleh iklim sekolah dan

komitmen mengajar terhadap efektivitas pembelajaran berbasis teaching

factory adalah sebesar 42,5%. Dari hasil nilai tersebut memberikan gambaran

bahwa iklim sekolah dan komitmen mengajar yang diperoleh akan berdampak

baik bagi efektivitas pembelajaran di SMKN 26 Jakarta.

Selanjutnya, berdasarkan hasil uji parsial (t) untuk variable iklim

sekolah memiliki taraf signifikan 0,005 yang menunjukkan bahwa iklim

sekolah memilki pengaruh terhadap efektivitas pembelajaran di SMKN 26

Jakarta sedangkan variable komitmen mengajar memiliki taraf signifikan

0,496 sehingga menunjukkan bahwa variable komitmen mengajar tidak

berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran.


108

Walaupun secara keseluruhan komitmen mengajar guru yang

termasuk pada kategori cukup tinggi, namun ternyata belum mampu

menciptakan efektivitas proses pembelajaran. Hal ini bertentangan dengan

pendapat seperti dinyatakan Chapman “commitment to teaching played an

important part in determining whether teacher remained in or left the

profession, Komitmen mengajar ini sangat penting, sebab akan

mempengaruhi komitmen profesinya,”. Komitmen mengajar ini, oleh menurut

Kusman dinamakan “commitment to student learning” yang merefleksikan

dedikasi guru dalam membantu siswa untuk belajar. Berdasarkan pemaparan

tersebut dapat menjadi acuan, seharusnya komitmen mengajar dapat

mempengaruhi efektivitas proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan di butir pernyataan pada

variable iklim sekolah menyatakan “Saya dalam mengajar memberikan

kebebasan berpikir secara mandiri pada siswa dibarengi pengawasan

terkontrol.” Menjadi salah satu pernyataan dengan poin tertinggi yaitu dengan

skor 207. Hal ini menunjukkan bahwa guru mendorong peserta didik untuk

terampil mengembangkan potensi secara mandiri dengan pengawasan guru.

Sehingga guru bertugas sebagai fasilitator yang memonitoring

perkembangan peserta didik dalam mengerjakan tugas-tugasnya.

Fakta dilapangan performace guru dalam mengajar tidak sesuai dengan

komitmen mengajar yang dimilikinya sebagai contoh guru dalam

melaksanakan tugasnya hanya menunaikan haknya sebagai pengajar bukan


109

menunaikan kewajibannya sebagai pengajar yang bertanggung jawab dalam

mencerdaskan generasi bangsa. Sehingga dapat ditarik kesimpulan

meskipun komitmen mengajar guru yang tinggi namun belum tentu dapat

menciptakan efektivitas proses pembelajaran.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian karya Dian Rosdiana yang

berjudul “Pengaruh Kompetensi Guru Dan Komitmen Mengajar Terhadap

Efektivitas Proses Pembelajaran Serta Implikasinya Pada Hasil Belajar Siswa

Dalam Mata Pelajaran Ekonomi” yang menyatakan bahwa komitmen

mengajar tidak berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran.

I. Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan dalam hal mencari pengaruh iklim

sekolah dan komitmen mengajar guru terhadap efektivitas pembelajaran

berbasis teaching factory di SMKN 26 Jakarta. Sangat disadari bahwa masih

sangat jauh dari kata sempurna dan masih sangat banyak kekurangan

mengingat penelitian ini merupakan penelitian ilmiah yang pertama dilakukan

oleh peneliti. Selain itu, juga terdapat banyak keterbatasan yang dimiliki

peneliti dalam melaksanakan penelitian ini, antara lain:

1. Penelitian dilakukan saat terjadinya wabah Covid-19 sehingga cukup


sulit untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penyusunan
skripsi.

2. Peneliti tidak dapat menyebar kuesioner secara langsung di sekolah


karena guru bekerja dari rumah, sehingga kuesioner harus di sebar
110

melalui google form. Hal ini membuat peneliti membutuhkan waktu


cukup lama dalam mengumpulkan data karena mengikuti ketersediaan
waktu responden.

3. Ukuran sampel yang diambil peneliti dalam penelitian ini hanya berada
dalam satu sekolah.

4. Peneliti melaksanakan penelitian ini hanya untuk mengetahui pengaruh


antara iklim sekolah (variabel X) dan komitmen mengajar terhadap
efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory (variabel Y) yang
didasarkan pada teori- teori yang tercantum pada buku.
BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Melalui pengolahan data yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya, didapatkan nilai koefisien determinasi yang diperoleh 0,452

hal ini berarti 42,5% variasi variabel dependen efektivitas pembelajaran

berbasis teaching factory dapat dijelaskan oleh variasi dari kedua variabel

independen yaitu iklim sekolah dan komitmen mengajar. Sehingga

hipotesis yang telah diuraikan sebelumnya mampu terjawab yaitu menolak

HO dan menerima Ha. Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik

kesimpulan bahwa:

1. Pada hasil uji parsial (t) ditemukan bahwa variable X1 iklim sekolah

berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran berbasis teaching

factory di SMKN 26 Jakarta dengan taraf signifikan 0,005. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin meningkatnya iklim sekolah yang

kondusif, maka semakin meningkat pula tingkat efektivitas

pembelajaran yang tercapai.

2. Pada hasil uji parsial (t) ditemukan bahwa variable X2 komitmen

mengajar tidak berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran

111
berbasis teaching factory di SMKN 26 Jakarta dengan taraf

signifikan 0,496.

3. Pada hasil uji F (simultan) ditemukan bahwa nilai probabilitas < 0,05

yaitu (0,000 < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh antara iklim sekolah (X1) dan komitmen mengajar (X2)

secara bersama-sama terhadap efektivitas pembelajaran berbasis

teaching factory (Y)

Hal ini membuktikan bahwa jika iklim sekolah dan komitmen mengajar

secara bersama-sama akan berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran

berbasis teaching factory. Apabila iklim sekolah dan komitmen mengajar

meningkat maka akan meningkatkan efektivitas pembelajaran.

Dengan demikian, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara

iklim sekolah dan komitmen mengajar terhadap efektivitas pembelajaran

berbasis teaching factory di SMKN 26 Jakarta

112
112

B. IMPLIKASI

Berdasarkan kesimpulan penelitian dengan memperhatikan fakta-fakta

di lapangan, dapat dikemukakan bahwa ada pengaruh iklim sekolah dan

komitmen mengajar guru terhadap efektivitas pembelajaran berbasis

teaching factory di SMKN 26 Jakarta. Maka implikasi hasil penelitian ini

diarahkan pada:

1. Upaya peningkatan efektivitas pembelajaran dengan peningkatan

kondusifitas iklim sosial dan akademik di sekolah. Iklim sekolah

merupakan salah satu faktor pendukung terbentuknya efektivitas

pembelajaran. Bagi kepala sekolah hendaknya meminimalisir

dilakukannya kegiatan yang berkaitan dengan tugas guru di luar waktu

bekerja/hari libur, menjaga komunikasi dengan para guru, serta

mengadakan kegiatan yang mendorong peningkatan persaingan

akademis bagi para peserta didik.

2. Upaya peningkatan efektivitas pembelajaran dengan peningkatan

komitmen guru dalam mengajar dapat dilakukan dengan pemberian

edukasi mengenai pentingnya meningkatkan kompetensi sebagai

seorang guru, diadakannya kegiatan MGMP, serta dibuatnya peraturan

yang tepat guna meningkatkan kedisiplinan para guru.Upaya

peningkatan efektivitas pembelajaran dapat ditingkatkan dengan

pemilihan metode pembelajaran yang digunakan selama KBM

(Kegiatan Belajar Mengajar). Guru hendaknya menggunakan metode


113

belajar yang variatif sehingga peserta didik tidak merasa jenuh dan

Susana belajar bias lebih menarik dengan memanfaatkan media yang

ada.

Dari hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang positif antara

iklim sekolah dan komitmen mengajar terhadap efektivitas pembelajaran

berbasis teaching factory di SMKN 26 Jakarta. Implikasi yang diperoleh dari

penelitian ini adalah iklim sekolah dan komitmen mengajar secara bersama-

sama memiliki pengaruh terhadap efektivitas pembelajaran berbasis

teaching factory.

C. SARAN

Dari kesimpulan yang telah dilengkapi dengan implikasi hasil penelitian

di atas, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Kepala sekolah, hendaknya:

a. Menjaga komunikasi yang baik dengan guru agar terjalin hubungan


yang selalu harmonis.

b. Mengomptimalkan pemberian insentif kepada guru yang telah


berprestasi.

2. Guru, hendaknya:

a. Antar sesama guru saling menghargai satu sama lain dan menjaga
keharmonisan dalam bekerja sama.
114

b. Berupaya meningkatkan keterampilan variasi dalam mengajar. Hal


tersebut menghindari munculnya rasa jenuh peserta didik karena
mengikuti pembelajaran dengan monoton.

3. Dalam mengoptimalkan efektivitas pembelajaran perlu didukung oleh


berbagai faktor yang berpengaruh positif dan signifikan salah satunya
adalah penciptaan iklim sekolah. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik
untuk meneliti permasalahan efektivitas pembelajaran, hendaknya
mengkaji secara mendalam dan lebih jauh lagi terkait hal-hal yang dapat
mempengaruhi efektivitas pembelajaran sehingga akan didapatkan hasil
penelitian yang lebih signifikan dan komprehensif sehingga sumbangsih
penelitian tentang efektivitas pembelajaran itu akan memberi sumbangan
positif untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S. (2009) Metodelogi Penelitian (edisi revisi). Yogyakarta: Bina Aksara.

Daft, R. L. (2012). Management. Canada: South Western-Cengage Learning.


115

Diana, Deski. (2007). Efektivitas Matematika dengan Pendekatan Problem


Possing pada Pokok Bahasan Lingkaran Peserta didik kelas VIII-A
SMPN 18 Malang. Malang: UNM

Didin, K., & Machali, I. (2013). Manajemen Pendidikan: Konsep dan Prinsip
Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

DPSMK, (2013). Tata kelola Pelaksanaan Teaching factory. Jakarta, kemdikbud.

DPSMK, (2017). Tata kelola Pelaksanaan Teaching factory. Jakarta, kemdikbud.

E. Mulayasa. (2007). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Fahmi, I. (2016). Pengantar Manajemen Sumber Daya Manusia Konsep &


Kinerja. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Fariyatul Fahyuni, Eni. (2016). Inovasi Model Pembelajaran Sesuai Kurikulum


2013, Sidoarjo: Nizamial Learning Center.

Fattah, N. (2001). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Hamalik, O. (2011). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasibuan, Malayu. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi.


117

Jakarta: PT. Bumi Aksara.


Kambuga, Y. (2013). Introduction to Educational Management and School
Administration. Deutschland: LAP LAMBERT Academic Publishing.

Majid, A. (2011). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar


Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Moorhead. Griffin. (2013). Perilaku Organisasi: Manjemen Sumber Daya


Manusia dan Organisasi. Edisi 9. Jakarta: Salemba Empat.

Muhaimin, Suti'ah, & Prabowo, S. L. (2009). Manajemen Pendidikan. Jakarta:


Kencana

Mustari, M. (2014). Manajemen Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Poerwodarminto, W. (2007). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai


Persada.

Putra, S. R. (2013). Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta:


Diva Press.

Rasyid, R., & Syarifudin, A. (2002). Manajemen Pemerintahan Indonesia.


Jakarta: Karya Unipress.

Ricky, G. (2004). Manajemen Pembelajaran Edisi Ketujuh, Jilid 1, Alih Bahasa


Gina Gania. Jakarta: Erlangga.

Rohmah, N., & Fanani, Z. (2017). Pengantar Manajemen Pendidikan (Konsep


dan Aplikasi Fungsi Manajemen Pendidikan Perspektif Islam). Malang:
Madani.

Rusdiana, & Ghazin, A. (2014). Asas Asas Manajemen. Bandung: Pustaka Seta.

Siswanto. (2011). Manajemen Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.


118

Spaulding, D. (2008). Program Evaluation in Practice: Core Concepts and


Examples for Discussion and Analysis. San Fransisco: John Wiley & Sons
Inc.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Afabeta.

Suhardi. (2018). Pengantar Manajemen dan Alokasinya. Yogyakarta: Gava


Media.

Sule, E. T., & Kurniawan, S. (2005). Pengantar Manajemen. Jakarta: Pranamedia


Group.

Sudjana, Nana. (2001). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:


Rosda Karya.

Supriadie, Didi. (2012). Komunikasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Sutikno, M. S. (2012). Manajemen Pendidikan: Langkah Praktis Mewujudkan


Lembaga Pendidikan yang Unggul. Lombok: Holistica.

Sagala, Syaiful. (2016). Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu


Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Syarif Sumantri, Mohammad. (2015). Strategi Pembelajaran. Jakarta:


Rajawali Pers, 2015

Wicaksono, Agung. (2016). Efektivitas Pembelajaran.


(http:agungprudent.research.com)

Yamin, Moh. (2013). Strategi dan Metode dalam Model Pembelajara., Jakarta:
GP Press Group.
LAMPIRAN

117
LAMPIRAN 1
Instrumen Penelitian

INSTRUMEN PENELITIAN

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN KOMITEMEN MENGAJAR GURU TERHADAP


EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS TEACHING FACTORY DI SMKN 26
JAKARTA

IDENTITAS RESPONDEN

Nama : …..........................................................

Usia : …..........................................................

Jenis Kelamin : …..........................................................

Masa Kerja : …..........................................................

Sekolah Tempat Mengajar : …..........................................................

Mata Pelajaran yang diajar : …..........................................................

PETUNJUK PENGISIAN ANGKET

1. Mohon angket diisi oleh Bapak/Ibu guru untuk menjawab seluruh pernyataan
yang telah disediakan.
2. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang Anda pilih sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
3. Dalam menjawab pernyataan-pernyataan ini, tidak ada jawaban yang salah.
Oleh sebab itu, dimohonkan tidak ada jawaban yang dikosongkan.
4. Terima kasih atas partisipasi dan bantuan Bapak/Ibu guna mensukseskan
penelitian ini.

118
Item Peryataan untuk Variabel Efektivitas Pembelajaran Berbasis Teaching Factory (Y)
Petunjuk Pengisian Angket: Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang paling sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya. Ada 5 alternatif jawaban: SS = Sangat Setuju, S = Setuju, N = Netral,
KS = Kurang Setuju, TS = Tidak Setuju.
A. Kualitas Pembelajaran
Pilihan
No. Pernyataan
SS S N KS TS
1 Pada waktu memulai Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) saya selalu
menyampaikan garis besar tentang materi yang akan diberikan
2 Dalam pembelajaran berbasis produksi, peserta didik terlibat langsung
dalam proses produksi baik berupa jasa maupun barang.
3 RPP yang saya susun telah diintegrasikan dengan kurikulum di dunia
usaha/dunia industri (DU/DI)
4 Pada waktu KBM saya menyampaikan materi dengan ceramah tanpa
memberikan kesempatan diskusi dan tanya jawab
5 Pada waktu KBM berakhir, saya selalu memberikan kesimpulan
/ringkasan materi
6 Saya menggunakan metode yang berbeda-beda dalam pembelajaran
untuk menentukan mana yang paling efektif
Metode pembelajaran yang saya gunakan sekarang membantu peserta
7 didik memahami dengan lebih baik dilihat dari hasil (nilai) yang
meningkat secara general
8 metode pembelajaran yang saya gunakan sudah sesuai dengan tujuan
pembelajaran
9 Skenario pembelajaran yang tertera dalam RPP dapat saya laksanakan
sepenuhnya.
10 Suasana kelas yang menegangkan menjadikan proses KBM yang lebih
kondusif
11 Untuk meningkatkan semangat belajar peserta didik saya
menggunakan media yang bervariasi
12 Saya mengkaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari
peserta didik.
13 Terjalinnya kerjasama antara sekolah dan DU/DI secara
berkesinambungan
14 Kegiatan magang membantu peserta didik untuk lebih memahami
tugasnya di DU/DI
15 Untuk menghindari kekeliruan konsep, saya melakukan crosscheck
dengan mengajukan beberapa pertanyaan.
16 Saya memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan
pertanyaan.
17 Saya menkondisikan suasana kelas seperti suasana dilapangan kerja
18 Tugas atau pekerjaan peserta didik saya nilai sebagaimana adanya.
18 Saya selalu memberikan evaluasi pada akhir KBM

119
20 Saya mengembalikan tugas peserta didik setelah diperiksa.
21 Untuk mata pelajaran produksi, saya mengajar di bengkel/ruang
praktik jika diperlukan
22 Sesekali saya mengadakan pembelajaran diluar kelas agar peserta
didik tidak jenuh
23 Peserta didik lebih banyak praktik langsung dibanding hanya
mendengarkan teori dari guru
Disetiap akhir semester, saya membuat tugas praktik untuk peserta
24 didik untuk mengetahui sejauh mana kompetensi yang dimiliki peserta
didik

B. Motivasi Belajar
No. Pilihan
Pernyataan
SS S N KS TS
25 Kelas akan lebih kondusif apabila saya mengajar dengan santai
26 Saya mencari cara agar KBM dikelas menjadi menarik
Dengan metode pembelajaran yang saya gunakan, peserta didik lebih
27 antusias dalam mengerjakan tugas yang saya berikan
Selain materi belajar, saya juga selalu memberi dorongan psikologis
28 kepada peserta didik
Saya selalu memastikan peserta didik telah siap untuk mendapatkan
29 materi pembelajaran, sehingga fokus peserta didik tidak terbagi-bagi

C. Waktu Menyelesaikan Tugas


Pilihan
No. Pernyataan
SS S N KS TS

30 Saya selalu memberikan batas waktu penyelesaian dan pengumpulan


laporan praktik
31 Peserta didik selalu menyelesaikan tugas praktik sesuai waktu yang
ditentukan

D. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Penunjang


Pilihan
No. Pernyataan
SS S N KS TS
32 Saya menggunakan lebih dari satu alat peraga untuk lebih memperjelas
materi pembelajaran praktek
33 Saya membawa alat bantu pengajaran selain yang tersedia disekolah
34 Alat penunjang pembelajaran praktik tersedia dengan lengkap
disekolah
35 Alat penunjang pembelajaran praktik yang tersedia disekolah
berfungsi dengan baik

120
Item Peryataan untuk Variabel Iklim Sekolah (X1)
Petunjuk Pengisian Angket: Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang paling sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya. Ada 5 alternatif jawaban: SS = Sangat Setuju, S = Setuju, N = Netral,
KS = Kurang Setuju, TS = Tidak Setuju.
A. Iklim Fisik di Sekolah
Pilihan
No. Pernyataan
SS S N KS TS
Petugas kebersihan membersihkan setiap ruang yang akan
1
digunakan
2 Petugas kebersihan sekolah melakukan perawatan terhadap seluruh
lingkungan sekolah secara berkala
3 Seluruh komponen disekolah bertanggung jawab untuk memrlihara
sarana dan prasarana yang ada di sekolah
4 Gedung sekolah di pelihara dengan baik oleh petugas sekolah
5 Masing-masing gedung dipergunakan sesuai dengan fungsinya

B. Iklim Sosial di Sekolah


Pilihan
No. Pernyataan
SS S N KS TS
6 Suasana belajar tenang tanpa ada gangguan yang berarti
7 Semua personil sekolah menunjukkan perilaku sopan saat istirahat
sekolah
8 peserta didik menunjukkan perilaku hormat terhadap gurunya
9 Masing-masing warga sekolah berbicara dengan penuh kesopanan
10 Masing-masing personil taat pada tata tertib sekolah
11 Kepala sekolah membimbing personil sekolah untuk taat pada
aturan sekolah
12 Semua personil sekolah bersosialisasi dengan penuh kekeluargaan
13 Semua personil di sekolah memiliki hubungan yang baik
14 Ada personil yang berkelakar sehingga personil lain ikut tertawa
mendengar kelakar tersebut
15 Sekolah memberikan penghargaan terhadap personil yang membuat
prestasi membanggakan
16 Ada warga yang ikut berpartisipasi dalam menyukseskan kegiatan
sekolah
Kepala sekolah menyelesaikan konflik personil yang terjadi di
17
sekolah
18 Pimpinan melakukan upaya peningkatan kerja personil
19 hubungan kerja antara kepala sekolah dan para guru sangat baik dan
harmonis
20 Kepala sekolah menyusun perencanaan sebagai wujud cita-cita
sekolah ke depan
21 Kepala sekolah membina guru dalam peningkatan belajar mengajar
22 guru-guru saling berbagi informasi dengan guru-guru lain

121
23 Kepala sekolah memberikan perhatian tentang kesulitan yang
dialami guru
24 kepala sekolah mendengarkan masalah dan keluhan yang
berhubungan dengan tugas guru
25 kepala sekolah memotivasi guru untuk melakukan tugasnya dengan
baik
26 kepala sekolah mengkritisi kinerja guru
27 kepala sekolah bersikap otoriter
28 guru-guru saling menghargai satu sama lain
29 persaingan guru sangat tinggi
30 guru tidak saling mensupport satu sama lain
31 guru memiliki hubungan kerjasama yang erat
32 guru dapat menjalin keakraban dengan pihak-pihak yang ada
dilingkungan sekolah
33 tuntutan orang tua terhadap guru terlalu tinggi
34 orang tua respect terhadap guru anak-anak mereka
35 saya merasa orang tua peserta didik ikut mendukung kegiatan
pembelajaran guru
36 Lingkungan sekolah mendorong saya untuk menciptakan potensi
saya untuk menghasilkan kinerja yang tinggi
37 situasi lingkungan kerja di tempat saya mengajar sangat baik dan
kondusif
38 saya merasakan bahwa suasana yang ada di sekolah ini sudah sesuai
dengan harapan saya

C. Akademik Sekolah
Pilihan
No. Pernyataan
SS S N KS TS
39 Sekolah melakukan pembinaan terhadap peserta didik yang
berprestasi baik dalam lomba atau kejuaraan antar sekolah
40 Sekolah melakukan pembinaan terhadap peserta didik berprestasi di
tengah-tengah masyarakat
41 Sekolah membina peserta didik agar dapat mandiri di tengah-tengah
masyarakat
42 Alumni sekolah dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang
berikutnya
43 Terjadi persaingan tinggi antar peserta didik

122
Item Peryataan untuk Variabel Komitmen Mengajar Guru (X2)
Petunjuk Pengisian Angket: Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang paling sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya. Ada 5 alternatif jawaban: SS = Sangat Setuju, S = Setuju,
N = Netral, KS = Kurang Setuju, TS = Tidak Setuju.
A. Komitmen Afektif
Pilihan
No. Pernyataan
SS S N KS TS
Menjaga nama baik sekolah merupakan prioritas saya yang
1
utama.
2 Saya tidak mengalami kesulitan dalam menerapkan visi misi
lembaga/sekolah.
3 Nilai-nilai yang diperjuangkan oleh sekolah sejalan dengan
nilai-nilai yang saya miliki.
4 Perasaan saya selalu senang saat mengajar di kelas
Saya memiliki keterikatan emosional dengan profesi saya
5
sebagai guru
Bagi saya, mengajar bukan sekedar memberikan materi didalam
6 kelas, tapi juga menanamkan nilai-nilai dalam kehidupan yang
penting kepada peserta didik
7 Saya menemukan jati diri saya sebagai pengajar
8 Menjadi seorang pengajar merupakan salah satu pengalaman
terbaik yang saya miliki
9 Saya meyakini bahwa mengajar menggunakan hati yang tulus
sangat berpengaruh dengan hasil pembelajaran
10 Saya bangga dengan profesi saya sebagai guru

B. Komitmen Normatif
Pilihan
No. Pernyataan
SS S N KS TS
11 Saya membimbing peserta didik belajar di luar jam pelajaran
tanpa menerima imbalan.
12 Saya tidak mempersoalkan kegiatan pembinaan yang
diselenggarakan lembaga/sekolah pada hari libur sekolah.
Saya jauh lebih berkembang dengan menjalani profesi sebagai
13
guru
14 Saya memiliki tanggung jawab moral untuk menghantarkan
peserta didik menuju kehidupan yang lebih baik lewat belajar
15 Saya merasa ada yang kurang jika saya berhenti mengajar dan
beralih ke profesi lain
16 Saya merasa berhutang budi pada profesi mengajar
17 Saya yakin dengan kemampuan yang saya miliki sebagai
pengajar untuk membantu mewujudkan cita-cita sekolah
Saya selalu berusaha memperdalam bidang keilmuan yang saya
18
geluti

123
19 Saya melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab
20 Bagi saya imbalan bukan menjadi halangan untuk berprestasi.
21 Saya menghindari untuk melakukan pekerjaan pribadi pada saat
jam kerja.
22 Saya turut prihatin ketika ada peserta didik yang gagal dalam
mengerjakan tugas atau mengalami penurunan nilai
23 Saya tidak mempermasalahkan untuk bekerja lebih membantu
peserta didik dalam memahami materi yang saya berikan
24 Saya tidak mempersoalkan ketika saya diminta untuk berada di
sekolah diluar waktu yang semestinya.
Sebelum mengembangkan materi pembelajaran saya terlebih
25 dahulu mengidentifikasikan kebutuhan kemampuan belajar
peserta didik.
26 Pengembangkan materi ajar saya rancang mengacu pada buku-
buku terbaru sesuai kurikulum yang berlaku.
27 Peristiwa yang terjadi pada saat proses pembelajaran saya
tuliskan dalam jurnal.
28 Saya menyediakan waktu khusus membimbing peserta didik
yang belum tuntas KKM
29 Saya membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.

C. Komitmen Kontinuitas
Pilihan
No. Pernyataan
SS S N KS TS
30 Saya menolak tawaran pekerjaan di tempat lain.
31 Saya mempertahankan untuk tetap bekerja di sekolah ini
meskipun ada tawaran di tempat lain.
32 Bekerja sebagai guru pada sekolah saya saat ini adalah
keputusan yang tepat.
33 Banyak hal yang dapat saya peroleh dengan tetap bertahan pada
profesi saya sebagai guru
34 Saya sangat yakin dapat menghabiskan sisa karir saya sebagai
seorang guru

124
LAMPIRAN 2
Instrumen Penelitian Setelah Uji Coba

INSTRUMEN PENELITIAN

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN KOMITEMEN MENGAJAR GURU TERHADAP


EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS TEACHING FACTORY DI SMKN 26
JAKARTA

IDENTITAS RESPONDEN

Nama : …..........................................................

Usia : …..........................................................

Jenis Kelamin : …..........................................................

Masa Kerja : …..........................................................

Sekolah Tempat Mengajar : …..........................................................

Mata Pelajaran yang diajar : …..........................................................

PETUNJUK PENGISIAN ANGKET

1. Mohon angket diisi oleh Bapak/Ibu guru untuk menjawab seluruh pernyataan
yang telah disediakan
2. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang Anda pilih sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya
3. Dalam menjawab pernyataan-pernyataan ini, tidak ada jawaban yang salah.
Oleh sebab itu, dimohonkan tidak ada jawaban yang dikosongkan.
4. Terima kasih atas partisipasi dan bantuan Bapak/Ibu guna mensukseskan
penelitian ini

125
Item Peryataan untuk Variabel Efektivitas Pembelajaran Berbasis Teaching Factory (Y)
Petunjuk Pengisian Angket: Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang paling sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya. Ada 5 alternatif jawaban: SS = Sangat Setuju, S = Setuju, N = Netral,
KS = Kurang Setuju, TS = Tidak Setuju.
A. Kualitas Pembelajaran
Pilihan
No. Pernyataan
SS S N KS TS
1 Saya menggunakan metode yang yang bervariatif dalam pembelajaran
untuk menentukan mana yang paling efektif.

2 Metode pembelajaran yang saya gunakan sudah sesuai dengan tujuan


pembelajaran.

3 Untuk menghindari kekeliruan konsep, saya melakukan crosscheck


dengan mengajukan beberapa pertanyaan.

4 Saya memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan


pertanyaan.

5 Kegiatan magang membantu peserta didik untuk lebih memahami


tugasnya di DU/DI ..
Terjalinnya kerjasama antara sekolah dan DU/DI secara
6
berkesinambungan.
7 Saya mengajar di bengkel/ruang praktik jika diperlukan.

8 Sesekali saya mengadakan pembelajaran diluar kelas agar peserta didik


tidak jenuh.
Dalam pembelajaran berbasis produksi, peserta didik terlibat langsung
9
dalam proses produksi baik berupa jasa maupun barang.

10 Peserta didik lebih banyak praktik langsung dibanding hanya


mendengarkan teori dari guru.
11 Saya menkondisikan suasana kelas seperti suasana dilapangan kerja.
12 Saya menggunakan media yang bervariasi.
13 Saya menilai tugas peserta didik sebagaimana adanya.
14 Saya selalu memberikan evaluasi pada akhir KBM.

B. Motivasi Belajar
Pilihan
No. Pernyataan
SS S N KS TS
1 Saya lebih suka mengajar dengan santai.
2 Saya mencari cara agar KBM dikelas menjadi menarik.
3 Peserta didik antusias dalam mengerjakan tugas yang saya berikan.

4 Selain materi belajar, saya juga selalu memberi dorongan psikologis


kepada peserta didik.

5 Saya selalu memastikan peserta didik telah siap untuk mendapatkan


materi pembelajaran.

C. Waktu Penyelesaian Tugas


No. Pernyataan Pilihan

126
SS S N KS TS
Saya memberikan batas waktu penyelesaian dan pengumpulan laporan
1 praktisi
2 Peserta didik menyeles aikan tugas praktik sesuai waktu yang ditentukan

D. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Penunjang KBM


Pilihan
No. Pernyataan
SS S N KS TS
1 Saya membawa alat bantu pengajaran selain yang tersedia disekolah.

2 Alat penunjang pembelajaran praktik yang tersedia disekolah berfungsi


dengan baik.

127
Item Peryataan untuk Variabel Iklim Sekolah (X1)
Petunjuk Pengisian Angket: Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang paling sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya. Ada 5 alternatif jawaban: SS = Sangat Setuju, S = Setuju, N = Netral,
KS = Kurang Setuju, TS = Tidak Setuju.

A. Kondisi Sosial di Sekolah


Pilihan
No. Pernyataan
SS S N KS TS
1 Kepala sekolah menekankan hubungan antar pribadi kepada guru.
Kepala sekolah dapat menggerakan bawahan untuk mencapai tujuan
2
sekolah

3 Kepala sekolah mampu memberikan saran dan kritik yang


membangun ketika mengadakan pengawasan kepada bawahan.

4 Kepala sekolah memberi motivasi pada guru untuk lebih giat dalam
mengembangkan diri sebagai seorang pendidik.
5 Kepala sekolah terbuka untuk berdialog dengan guru.

6 Kepala sekolah melibatkan semua guru dalam pembagian rencana


kerja dan kegiatan di sekolah.
Pendekatan disiplin kepala sekolah menghindari penekanan yang
7
kaku.
8 Kepala sekolah meminta masukan pada guru tentang kinerjanya.
9 Kepala sekolah bersikap ramah dan santun dengan guru.

10 Kepala sekolah melibatkan semua guru dalam setiap pengambilan


keputusan pada setiap permasalahan di sekolah.
11 Kepala sekolah disiplin dalam penekanan kerja sama tim di sekolah.

12 Kepala sekolah aktif berdialog dengan guru sebelum memberikan


tugas kepada guru.

13 Para guru merasa tak terbebani dengan setiap keputusan terkait


pembagian tugas oleh kepala sekolah.
14 Warga sekolah taat pada tata tertib sekolah.
15 Saya berbicara jujur kepada semua warga di lingkungan sekolah.

16 Saya dalam mengajar memberikan kebebasan berpikir secaramandiri


pada peserta didik dibarengi pengawasan terkontrol.
17 Pihak sekolah memberi insentif pada prestasi yang diperoleh g uru.

18 Rekan-rekan guru menyatakan secara terbuka dukungannya pada


guru yang berprestasi.
19 guru-guru saling menghargai satu sama lain.
20 persaingan guru sangat tinggi.
21 guru saling mensupport satu sama lain.
22 guru memiliki hubungan kerjasama yang erat.
23 Terjalin hubungan yang baik dengan pihak instansi yang bekerjasama.

24 guru dapat menjalin keakraban dengan pihak-pihak yang ada


dilingkungan sekolah.
25 Saya menjalin hubungan yang baik dengan orang tua peserta didik.

26 Lingkungan sekolah mendorong saya untuk menciptakan potensikerja


yang lebih tinggi.

128
27 saya merasakan bahwa suasana yang ada di sekolah ini sudahsesuai
dengan harapan saya.

28 Kepala sekolah memberikan apresiasi pada hasil kerja guru dalam


memenuhi target kelulusan UN.
Sekolah melakukan pembinaan terhadap peserta didik yang
29 berprestasi.

30 Pihak sekolah meningkatkan prestasi akademik dan non -akademik


dengan menjalin kemitraan dengan masyarakat.

31 Sekolah membina peserta didik agar dapat mandiri di tengah -tengah


masyarakat.
32 Suasana sekolah dibentuk menyerupai suasana di lapangan kerja.

B. Kondisi Akademik di Sekolah


Pilihan
No. Pernyataan
SS S N KS TS
1 Sekolah melakukan pembinaan terhadap peserta didik yang
berprestasi baik dalam lomba atau kejuaraan antar sekolah.

2 Sekolah melakukan pembinaan terhadap peserta didik berprestasi di


tengah-tengah masyarakat.

3 Sekolah membina peserta didik agar dapat mandiri di tengah -tengah


masyarakat.
Alumni sekolah dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang
4 berikutnya.
5 Terjadi persaingan tinggi antar peserta didik.

129
Item Peryataan untuk Variabel Komitmen Mengajar Guru (X2)
Petunjuk Pengisian Angket: Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang paling sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya. Ada 5 alternatif jawaban: SS = Sangat Setuju, S = Setuju,
N = Netral, KS = Kurang Setuju, TS = Tidak Setuju.

A. Komitmen Afektif Mengajar


Pilihan
No. Pernyataan
SS S N KS TS
1 Menjaga nama baik sekolah merupakan prioritas saya yang utama.

2 Saya tidak mengalami kesulitan dalam menerapkan visi misi


lembaga/sekolah.

3 Nilai-nilai yang diperjuangkan oleh sekolah sejalan dengan nilai -nilai


yang saya miliki.
4 Perasaan saya selalu senang saat mengajar di kelas.
Saya memiliki keterikatan emosional dengan profesi saya sebagai
5
guru.
Bagi saya, mengajar bukan sekedar memberikan materi didalam kelas,
6 tapi juga menanamkan nilai-nilai dalam kehidupan yang penting
kepada peserta didik.
7 Saya menemukan jati diri saya sebagai pengajar

8 Menjadi seorang pengajar merupakan salah satu pengalaman terbaik


yang saya miliki.

9 Saya meyakini bahwa mengajar menggunakan hati yang tulus sangat


berpengaruh dengan hasil pembelajaran.
10 Saya bangga dengan profesi saya sebagai guru.

B. Komitmen Normatif Mengajar


Pilihan
No. Pernyataan
SS S N KS TS
1 Saya membimbing peserta didik belajar di luar jam pelajaran tanpa
menerima imbalan.

2 Saya tidak mempersoalkan kegiatan pembinaan yang


diselenggarakan lembaga/sekolah pada hari libur sekolah.
3 Saya jauh lebih berkembang dengan menjalani profesi seb agai guru.

4 Saya memiliki tanggung jawab moral untuk menghantarkan peserta


didik menuju kehidupan yang lebih baik lewat belajar.

5 Saya merasa ada yang kurang jika saya berhenti mengajar dan beralih
ke profesi lain.
6 Saya merasa berhutang budi pada profesi mengajar.

7 Saya yakin dengan kemampuan yang saya miliki sebagai pengajar


untuk membantu mewujudkan cita-cita sekolah.
Saya selalu berusaha memperdalam bidang keilmuan yang saya
8 geluti.
9 Saya melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab.
10 Bagi saya imbalan bukan menjadi halangan untuk berprestasi.

130
Saya menghindari untuk melakukan pekerjaan pribadi pada saat jam
11
kerja.

12 Saya tidak mempermasalahkan untuk bekerja lebih membantupeserta


didik dalam memahami materi yang saya berikan.

13 Saya tidak mempersoalkan ketika saya diminta untuk berada di


sekolah diluar waktu yang semestinya.

14 Sebelum mengembangkan materi pembelajaran saya terlebih dahulu


mengidentifikasikan kebutuhan kemampuan belajar peserta didik.

15 Pengembangkan materi ajar saya rancang mengacu pada buku -buku


terbaru sesuai kurikulum yang berlaku.

16 Peristiwa yang terjadi pada s aat proses pembelajaran saya tuliskan


dalam jurnal.

17 Saya menyediakan waktu khusus membimbing peserta didik yang


belum tuntas KKM.
18 Saya membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.

C. Komitmen Kontinuitas Mengajar


Pilihan
No. Pernyataan
SS S N KS TS
1 Saya menolak tawaran pekerjaan di tempat lain.

2 Saya mempertahankan untuk tetap bekerja di sekolah ini meskipun


ada tawaran di tempat lain.
Bekerja sebagai guru pada sekolah saya saat ini adalah keputusan
3
yang tepat.

4 Banyak hal yang dapat saya peroleh dengan tetap bertahan pada
profesi saya sebagai guru.
Saya sangat yakin dapat menghabiskan sisa karir saya sebagai
5 seorang guru.

131
LAMPIRAN 3
Uji Validitas Variabel Y Efektivitas Pembelajaran Berbasis Teaching Factory

Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5
2 5 1 5 2 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5
3 4 1 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5
4 5 2 5 2 5 5 5 5 2 4 5 5 4 4 4 5
5 4 2 4 2 3 3 4 4 2 5 5 5 3 3 3 4
6 5 3 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 3 5 5
7 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4
8 5 3 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5
9 2 4 4 3 4 2 3 5 4 4 5 5 3 5 5 5
10 5 1 5 1 5 4 5 5 1 5 5 5 4 5 5 4
11 4 2 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4
12 5 2 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 3 3 5 5
13 3 3 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 5 5 3
14 5 2 4 4 4 4 3 5 4 4 4 3 2 2 2 4
15 5 1 5 3 3 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5
16 4 2 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 4
17 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 4 3
18 5 3 4 1 4 5 5 5 1 4 5 4 5 5 5 4
19 5 2 4 2 5 5 5 5 1 5 5 5 4 5 5 4
20 5 3 4 4 3 4 4 5 4 3 5 4 4 3 4 5
n 20
Jumlah 90 43 89 67 84 86 88 96 71 85 95 92 79 83 89 88
rhitung 0,3503 -0,2147 0,8588 0,2633 0,7607 0,4380 0,7969 0,6860 0,2941 0,3034 0,4732 0,6209 0,7437 0,5861 0,5782 0,4992
rtabel 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444
Status DROP DROP VALID DROP VALID DROP VALID VALID DROP DROP VALID VALID VALID VALID VALID VALID

Dengan n = 20 dan taraf signifikasi 0,05 maka r tabel = 0,444


Responden 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
1 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 3 4 4
2 5 5 3 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4
3 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4
4 4 5 4 5 4 5 3 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 3 4 4
6 5 4 4 4 4 3 1 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5
7 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4
8 4 5 5 5 5 5 1 5 4 5 5 5 4 5 4 4 4
9 3 4 5 5 5 5 4 3 5 5 4 5 5 5 5 3 3
10 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
11 3 3 2 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3
12 5 5 5 3 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
13 4 5 1 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 3 4
14 4 4 4 3 5 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
15 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5
16 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 3 4
17 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
18 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4
19 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4
20 4 4 5 4 4 5 4 4 3 5 4 5 4 5 5 5 5
n 20
Jumlah 84 88 82 87 90 89 68 92 89 95 92 94 89 92 84 82 84
rhitung 0,6479 0,7331 0,5236 0,6031 0,3515 0,6512 0,0767 0,6671 0,8317 0,8921 0,9165 0,8179 0,5563 0,4190 0,6207 0,2504 0,5005
rtabel 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444
Status VALID VALID VALID VALID DROP VALID DROP VALID VALID VALID VALID VALID VALID DROP VALID DROP VALID

132
LAMPIRAN 4
Uji Validitas Variabel X1 IklimSekolah

BUTIR PERNYATAAN
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 5 5 5
2 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4
3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 4
5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 3 3 4
6 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5
7 5 5 5 5 5 5 4 5 4 3 4 4 4 4 5 5 5
8 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5 3 5
9 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 4 5 4 3 5
10 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
11 3 3 3 4 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3
12 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 4
13 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 5 3 4 4
14 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3
15 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4
16 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4
17 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
18 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 1 4 4
19 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 4 4 5
20 3 4 4 5 4 4 3 3 4 3 4 3 3 5 5 4 5
Jumlah 82 84 86 88 85 84 80 77 84 74 84 81 80 89 79 81 87
rhitung 0,705889 0,756078 0,848432 0,685902 0,874387 0,865398 0,754213 0,753756 0,723439 0,567465 0,843447 0,865181 0,756706 0,65499 0,443621 0,319139 0,699363
rtabel 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444
Status VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID DROP DROP VALID

Dengan n = 20 dan taraf signifikasi 0,05 maka r tabel = 0,444


BUTIR PERNYATAAN
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5
2 5 4 4 4 3 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4
3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5
4 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4
5 4 3 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5
6 5 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5
7 5 4 5 4 3 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5
8 5 4 4 5 3 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4
9 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4
10 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
11 3 2 3 3 1 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3
12 5 3 5 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3
13 5 3 3 5 1 5 5 5 5 5 5 4 3 4 3 4 3
14 4 2 2 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3
15 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4
16 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4
17 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
18 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
19 5 3 5 5 3 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 3
20 5 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 5 4
Jumlah 93 72 84 85 66 87 86 91 89 89 88 82 85 90 87 90 81
rhitung 0,617761 0,717214 0,621664 0,764391 0,491995 0,757391 0,793445 0,729389 0,675395 0,721291 0,839591 0,778115 0,857684 0,821376 0,704768 0,838334 0,693792
rtabel 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444
Status VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID

133
LAMPIRAN 5
Uji Validitas Variabel (X2) Komitmen Mengajar
Butir Pernyataan
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4
2 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5
3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5
6 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
7 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 2 5 4 4 4
8 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5
9 5 5 5 5 5 4 3 5 3 5 5 5 3 4 5 5 5
10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
12 4 4 3 3 5 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3
13 4 4 3 3 5 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 5
15 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 3 4 5 5 5
16 4 5 3 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5
17 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
18 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4
19 5 5 5 3 4 5 5 5 5 5 4 5 3 5 5 5 5
20 4 4 4 4 5 5 4 4 5 3 4 4 3 3 3 3 3
Jumlah 89 93 85 85 90 89 87 89 88 84 85 88 75 85 87 87 89

Dengan n = 20 dan taraf signifikasi 0,05 maka r tabel = 0,444


Butir Pernyataan
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4
2 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5
3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5
5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5
6 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
7 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 3 3 4
8 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 5 4 5 5
9 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 3 5 5
10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
11 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3
13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
14 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 3 4
15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
17 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 3 4 4 4 4 4
18 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 3 3 4
19 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 3 3 5
20 5 5 5 5 4 5 3 4 5 5 5 5 4 5 4 3 5
Jumlah 94 90 92 93 90 95 88 89 93 95 91 84 88 92 80 81 89
rhitung 0,864326 0,743066 0,713398 0,89811 0,798623 0,826251 0,794448 0,852367 0,721025 0,826251 0,845698 0,556961 0,897676 0,890606 0,569294 0,484858 0,84564
rtabel 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444 0,4444
Status VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID

134
LAMPIRAN 6

Uji Reabilitas Variabel Y, X1 dan X2

Efektivitas Pembelajaran Iklim Sekolah (X1) Komitmen Mengajar (X2)


Berbasis Teaching Factory (Y)

Respon Ganjil Genap Respo Ganjil Genap Respo Ganjil Genap


den X1 X2 n den X1 X2 nden X1 X2
1 79 74 1 73 77 1 81 79
2 78 70 2 75 71 2 80 81
3 78 72 3 84 85 3 85 85
4 74 72 4 80 83 4 85 82
5 64 62 5 72 72 5 82 81
6 76 69 6 74 77 6 84 82
7 81 73 7 77 79 7 77 76
8 74 75 8 83 73 8 81 78
9 69 68 9 83 74 9 81 77
10 76 70 10 84 84 10 85 85
11 54 56 11 51 51 11 52 52
12 79 69 12 53 56 12 58 60
13 68 68 13 68 64 13 60 61
14 62 59 14 59 56 14 67 69
15 76 71 15 75 77 15 82 83
16 74 64 16 65 62 16 70 71
17 66 62 17 68 65 17 70 68
18 74 65 18 70 75 18 74 74
19 74 72 19 73 72 19 81 78
20 71 68 20 66 64 20 70 72

0,85218
r11/22 5 r11/22 0,911958 r11/22 0,984067

135
LAMPIRAN 7

Tabel Hasil Analisis Butir Instrumen Validitas Variabel (Y) Efektivitas Pembelajaran
Berbasis Teaching Factory

Perhitungan Rata-Rata dan Simpangan Baku


Variabel (Y) Efektivitas Pembelajaran Berbasis
Teaching Factory
Skor tertinggi 115
No X (X-X) ( X - X )²
Skor Terendah 75
n 44
1 99 -1.80 3.22
2 89 -11.80 139.13
3 87 -13.80 190.31
4 89 -11.80 139.13
5 101 0.20 0.04
6 107 6.20 38.50
7 99 -1.80 3.22
8 102 1.20 1.45
9 109 8.20 67.31
10 104 3.20 10.27
11 106 5.20 27.09 = 4435
12 107 6.20 38.50
13 105 4.20 17.68
44
14 93 -7.80 60.77 = 100.7955
15 90 -10.80 116.54
16 104 3.20 10.27
17 115 14.20 201.77
18 102 1.20 1.45
19 107 6.20 38.50
20 89 -11.80 139.13
21 95 -5.80 33.59
22 110 9.20 84.72
23 104 3.20 10.27
24 96 -4.80 23.00 S² = 3337.16
25 102 1.20 1.45 43
26 107 6.20 38.50
= 77.608
27 114 13.20 174.36
28 109 8.20 67.31
29 108 7.20 51.91
30 110 9.20 84.72
31 107 6.20 38.50
32 91 -9.80 95.95
33 103 2.20 4.86
34 108 7.20 51.91
35 105 4.20 17.68
36 100 -0.80 0.63 S = 8.80956
37 109 8.20 67.31
38 75 -25.80 665.41
39 105 4.20 17.68 MO = 107
40 97 -3.80 14.41
41 81 -19.80 391.86
MED = 103.5
42 105 4.20 17.68
43 101 0.20 0.04
44 89 -11.80 139.13
∑ 4435 4334.205 3337.16

136
LAMPIRAN 8
Tabel Hasil Analisis Butir Instrumen Validitas Variabel (X1) Iklim Sekolah

Perhitungan Rata-Rata dan Simpangan Baku


Variabel (X1) Iklim Sekolah

No X ( X - X ) ( X - X )²

1 129 -9.75 95.0625


2 129 -9.75 95.0625 Skor tertinggi 159
3 139 0.25 0.0625 Skor Terendah 97
4 125 -13.75 189.0625 n 44
5 147 8.25 68.0625
6 144 5.25 27.5625
7 142 3.25 10.5625
8 126 -12.75 162.5625
9 141 2.25 5.0625
10 144 5.25 27.5625
11 144 5.25 27.5625
12 158 19.25 370.5625
= 6105
13 147 8.25 68.0625 44
14 127 -11.75 138.0625 = 138.75
15 128 -10.75 115.5625
16 133 -5.75 33.0625
17 154 15.25 232.5625
18 147 8.25 68.0625
19 149 10.25 105.0625
20 130 -8.75 76.5625
21 157 18.25 333.0625
22 151 12.25 150.0625
23 151 12.25 150.0625 S² = 9120.25
24 135 -3.75 14.0625 43
25 135 -3.75 14.0625 = 212.0988
26 152 13.25 175.5625
27 149 10.25 105.0625
28 140 1.25 1.5625
29 137 -1.75 3.0625
30 159 20.25 410.0625
31 156 17.25 297.5625
32 138 -0.75 0.5625
33 141 2.25 5.0625
34 146 7.25 52.5625 S = 14.56361
35 148 9.25 85.5625
36 150 11.25 126.5625
37 158 19.25 370.5625
MO = 144
38 97 -41.75 1743.063
39 101 -37.75 1425.063 MED = 141.5
40 125 -13.75 189.0625
41 108 -30.75 945.5625
42 144 5.25 27.5625
43 119 -19.75 390.0625
44 125 -13.75 189.0625
∑ 6105 5966.25 9120.25

137
LAMPIRAN 9

Tabel Hasil Analisis Butir Instrumen Validitas Variabel (X2) Komitmen Mengajar

Perhitungan Rata-Rata dan Simpangan Baku


Variabel (X2) Komitmen Mengajar

No X ( X - X ) ( X - X )²

1 147 -0.77 0.60


2 131 -16.77 281.32 Skor tertinggi 165
3 143 -4.77 22.78 Skor Terendah 101
4 137 -10.77 116.05 n 44
5 161 13.23 174.96
6 158 10.23 104.60
7 163 15.23 231.87
8 147 -0.77 0.60
9 151 3.23 10.42
10 153 5.23 27.32
11 159 11.23 126.05
12 165 17.23 296.78
13 163 15.23 231.87
14 141 -6.77 45.87 = 6502
15 131 -16.77 281.32 44
16 145 -2.77 7.69 = 147.77
17 134 -13.77 189.69
18 157 9.23 85.14
19 150 2.23 4.96
20 139 -8.77 76.96
21 158 10.23 104.60
22 165 17.23 296.78
23 132 -15.77 248.78
24 146 -1.77 3.14
25 143 -4.77 22.78 S² = 9655.73
26 147 -0.77 0.60 43
27 162 14.23 202.42 = 224.5518
28 155 7.23 52.23
29 157 9.23 85.14
30 165 17.23 296.78
31 163 15.23 231.87
32 158 10.23 104.60
33 162 14.23 202.42
34 148 0.23 0.05
35 155 7.23 52.23
36 153 5.23 27.32 S = 14.98505
37 165 17.23 296.78
38 101 -46.77 2187.69 MO = 165
39 113 -34.77 1209.14
40 116 -31.77 1009.51
41 132 -15.77 248.78 MED = 150.5
42 160 12.23 149.51
43 137 -10.77 116.05
44 134 -13.77 189.69
∑ 6502 6354.23 9655.73
138
LAMPIRAN 10
No Skor X Frekuensi Fkum
Distribusi Frekuensi Variabel X1
1 97 1 1
2 101 1 1
Perhitungan Distribusi Frekuensi
3 108 1 1
Variabel (X1) Iklim Sekolah
4 119 1 1
Range = Nilai Tertinggi - Nilai Terendah
5 125 1
159 97 6 125 1
62 7 125 1 3
8 126 1 1
Banyaknya Kelas = 1 + 3.3 log n
9 127 1 1
= 1 + 3.3 log 44
= 1 + 5.423393832 10 128 1 1
= 6.423393832 11 129 1
= 6 12 129 1 2
13 130 1 1
Interval Kelas = range/banyaknya kelas
14 133 1 1
= 10.33333333
= 10 15 135 1
16 135 1 2
Kelas Interval Batas Kelas
Titik
Frekuensi %
17 137 1 1
Tengah 18 138 1 1
97 - 107 96.5 - 107.5 102 2 5%
19 139 1 1
108 - 118 107.5 - 118.5 113 1 2%
119 - 129 118.5 - 129.5 124 9 20% 20 140 1 1
130 - 140 129.5 - 140.5 135 8 18% 21 141 1
141 - 151 140.5 - 151.5 146 17 39% 22 141 1 2
152 - 162 151.5 - 162.5 157 7 16% 23 142 1 1
44
24 144 1
25 144 1
96.5 107.5 118.5 129.5 140.5 151.5 162.5 26 144 1
2 1 9 8 17 7 27 144 1 4
30
28 146 1 1
31
29 147 1 3
32
30 147 1 3
33
Histogram 31
34 147 1 3
Variabel X1 Iklim Sekolah 32
35 148 1 1
18 33
36 149 1
16 37
34 149 1 2
14 38
35 150 1 1
12 39
36
40 151 1
10
8 37
41 151 1 2
6 38
42 152 1 1
4 43
39 154 1 1
2 44
40 156 1 1
0
96.5 107.5 118.5 129.5 140.5 151.5 162.5 41 157 1 1
42 158 1
43 158 1 2
139 44 159 1 1
LAMPIRAN 11
Distribusi Frekuensi X2

Perhitungan Distribusi Frekuensi


Variabel (X2) Komitmen Mengajar

Range = Nilai Tertinggi - Nilai Terendah No Skor X Frekuensi Fkum


165 - 101 1 101 1 1
64 2 113 1 1
3 116 1 1
Banyaknya Kelas = 1 + 3.3 log n 4 131 1
= 1 + 3.3 log 44 5 131 1 2
6 132 1
= 1 + 5.423393832
7 132 1 2
= 6.423393832
8 134 1
= 6 9 134 1 2
10 137 1
Interval Kelas = range/banyaknya kelas 11 137 1 2
= 10.66666667 12 139 1 1
= 11 13 141 1 1
14 143 1
15 143 1 2
Titik
Kelas Interval Batas Kelas Frekuensi % 16 145 1 1
Tengah
17 146 1 1
101 - 112 100.5 - 112.5 106.5 1 2%
18 147 1
113 - 124 112.5 - 124.5 118.5 2 5% 19 147 1
125 - 136 124.5 - 136.5 130.5 6 14% 20 147 1 3
137 - 148 136.5 - 148.5 142.5 12 27% 21 148 1 1
149 - 160 148.5 - 160.5 154.5 13 30% 22 150 1 1
161 - 172 160.5 - 172.5 166.5 10 23% 23 151 1 1
24 153 1
44
25 153 1 2
26 155 1
100.5 112.5 124.5 136.5 148.5 160.5 172.5 27 155 1 2
1 2 6 12 13 10 28 157 1
29 157 1 2
27
30 158 1
31
28 158 1
32
29 158 1 3
Histogram 33 159 1 1
30
Variabel (X2) Komitmen Mengajar 34 160 1 1
31
14 35 161 1 1
32
12 36 162 1
33
37 162 1 2
10
34
38 163 1
8
35
39 163 1
6 36
40 163 1 3
4 41
37 165 1
2 42
38 165 1
0 43 165 1
39
100.5 112.5 124.5 136.5 148.5 160.5
140 44
40
165 1 4
LAMPIRAN 12
No Skor X Frekuensi Fkum
1 75 1 1
Distribusi Frekuensi Variabel Y 2 81 1 1
3 87 1 1
4 89 1
Perhitungan Distribusi Frekuensi
Variabel (Y) Efektivitas Pembelajaran Berbasis Teaching Factory 5 89 1
6 89 1
Range = Nilai Tertinggi - Nilai Terendah 7 89 1 3
115 - 75 8 90 1 1
40 9 91 1 1
10 93 1 1
Banyaknya Kelas = 1 + 3.3 log n 11 95 1 1
= 1 + 3.3 log 44 12 96 1 1
= 1 + 5.423393832
13 97 1 1
= 6.423393832
14 99 1 2
= 6
15 99 1
16 100 1 1
Interval Kelas = range/banyaknya kelas
17 101 1
= 6.666666667
18 101 1 2
= 7
19 102 1
Titik
20 102 1
Kelas Interval Batas Kelas Frekuensi % 21 102 1 3
Tengah
75 - 82 74.5 - 82.5 78.5 2 5% 22 103 1 1
83 - 90 82.5 - 90.5 86.5 6 14% 23 104 1
91 - 98 90.5 - 98.5 94.5 5 11% 24 104 1
99 - 106 98.5 - 106.5 102.5 17 39% 25 104 1 3
107 - 114 106.5 - 114.5 110.5 13 30% 26 105 1
115 - 122 114.5 - 122.5 118.5 1 2% 27 105 1
44 28 105 1
74.5 82.5 90.5 98.5 106.5 114.5 122.5 29 105 1 4
2 6 5 17 13 1
30 106 1 1
Histogram 31 107 1
Variable Y Efektivitas Pembelajaran 27 32 107 1
18 17 28 33 107 1
16 29 34 107 1
30 35 107 1 5
14 13
31 36 108 1
12 32 37 108 1 2
10 33 38 109 1
8 34 39 109 1
6 35 40 109 1 3
6 5
36
41 110 1
4 37
2 42 110 1 2
2 1 38
39
43 114 1 1
0 44 115 1 1
74.5 82.5 90.5 98.5 106.5 114.5 40
41
141
LAMPIRAN 13 Skor Variabel X1

No. Variabel X1 (Iklim Sekolah) Jumlah


Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Skor
1 4 5 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 5 3 5 4 3 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 129
2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 129
3 4 5 5 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 3 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 139
4 3 4 4 5 4 4 4 3 5 3 4 4 3 5 4 4 2 5 5 2 5 5 4 4 5 4 4 2 3 4 4 4 125
5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 3 4 5 2 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 4 147
6 4 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 2 5 2 2 5 3 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 144
7 4 5 5 5 5 4 4 3 5 3 5 4 5 5 5 5 3 5 5 1 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 3 142
8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 5 5 5 1 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 3 5 4 5 4 126
9 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 5 3 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 141
10 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 144
11 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 5 5 144
12 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 158
13 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 2 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 147
14 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 127
15 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 3 4 5 4 3 4 2 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 128
16 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 1 4 5 1 4 4 4 4 5 5 5 1 3 5 4 4 133
17 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 154
18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 1 4 5 5 1 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 147
19 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 3 5 5 4 5 5 5 5 4 5 3 5 3 149
20 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 1 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 130
21 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 157
22 1 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 151
23 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 151
24 3 4 4 5 5 4 5 4 4 3 4 4 4 5 4 5 3 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 135
25 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 5 1 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 4 2 135
26 2 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 152
27 5 5 5 5 5 5 5 3 5 4 5 5 5 5 5 5 3 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 149
28 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 140
29 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 3 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 137
30 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 159
31 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 156
32 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 3 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 138
33 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 141
34 5 5 5 5 5 5 4 5 4 3 4 4 4 4 5 5 4 5 4 3 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 146
35 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 5 3 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 148
36 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 4 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 150
37 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 158
38 3 3 3 4 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 97
39 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 5 3 5 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 101
40 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 5 4 5 3 3 5 1 5 5 5 5 5 5 4 3 4 3 4 3 125
41 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 2 2 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 108
42 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 144
43 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 119
44 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 125

142
LAMPIRAN 14 Skor Variabel X2
No. Total
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
1 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 3 99
2 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 2 5 89
3 3 3 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 1 4 4 4 5 4 4 4 4 87
4 4 3 4 4 4 4 4 2 5 5 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 89
5 5 5 5 5 5 5 1 4 5 4 4 5 4 4 3 4 5 5 5 4 5 4 5 101
6 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 107
7 5 5 3 5 5 5 5 3 4 4 4 5 4 4 1 5 5 5 5 4 4 4 5 99
8 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 102
9 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 3 5 5 5 5 5 5 5 4 109
10 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 104
11 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 2 5 5 5 5 5 4 5 4 106
12 5 3 2 5 5 5 4 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 107
13 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 1 5 5 5 5 5 4 4 4 105
14 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 3 4 93
15 4 5 3 4 5 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 5 4 4 5 4 3 4 90
16 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 1 5 5 5 5 5 4 1 5 104
17 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 115
18 5 4 5 5 3 5 3 5 5 5 5 5 5 4 1 5 4 5 5 5 4 4 5 102
19 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 3 5 5 5 5 5 5 4 4 107
20 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 3 4 1 4 4 4 4 4 4 3 4 89
21 4 3 4 5 5 5 4 3 5 4 5 4 4 2 1 4 4 5 5 5 5 4 5 95
22 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 110
23 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 1 5 1 5 4 5 5 5 5 5 5 104
24 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 2 5 4 4 4 4 4 4 4 96
25 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 1 4 4 5 2 5 5 5 5 4 5 5 5 102
26 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 3 4 3 5 5 5 5 5 4 5 5 107
27 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 114
28 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 3 4 109
29 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 3 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 108
30 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 110
31 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 3 5 5 5 5 5 5 4 5 107
32 4 3 4 4 5 5 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 3 4 91
33 4 5 5 5 5 5 4 3 5 5 5 4 4 4 1 5 5 5 5 5 5 4 5 103
34 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 108
35 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 1 5 4 5 5 5 4 4 4 105
36 4 4 3 5 5 5 3 5 5 5 3 4 5 5 4 3 5 5 4 5 5 5 3 100
37 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 109
38 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 75
39 5 4 4 5 4 4 3 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 105
40 5 4 4 4 4 4 3 5 5 3 4 5 1 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 97
41 4 4 3 5 4 3 2 2 2 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 3 4 81
42 5 3 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 105
43 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 101
44 4 4 4 4 5 5 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 89
n 44
∑X 203 194 186 209 209 208 175 183 202 198 181 194 178 191 128 203 203 208 205 207 198 180 192 4435 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Skor tertinggi 115
Skor Terendah 75

143
LAMPIRAN 15 Skor Variabel Y

No. Variabel Y (Efektivitas Pembelajaran Berbasis Teaching Factory )


Total
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
1 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 3 99
2 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 2 5 89
3 3 3 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 1 4 4 4 5 4 4 4 4 87
4 4 3 4 4 4 4 4 2 5 5 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 89
5 5 5 5 5 5 5 1 4 5 4 4 5 4 4 3 4 5 5 5 4 5 4 5 101
6 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 107
7 5 5 3 5 5 5 5 3 4 4 4 5 4 4 1 5 5 5 5 4 4 4 5 99
8 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 102
9 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 3 5 5 5 5 5 5 5 4 109
10 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 104
11 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 2 5 5 5 5 5 4 5 4 106
12 5 3 2 5 5 5 4 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 107
13 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 1 5 5 5 5 5 4 4 4 105
14 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 3 4 93
15 4 5 3 4 5 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 5 4 4 5 4 3 4 90
16 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 1 5 5 5 5 5 4 1 5 104
17 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 115
18 5 4 5 5 3 5 3 5 5 5 5 5 5 4 1 5 4 5 5 5 4 4 5 102
19 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 3 5 5 5 5 5 5 4 4 107
20 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 3 4 1 4 4 4 4 4 4 3 4 89
21 4 3 4 5 5 5 4 3 5 4 5 4 4 2 1 4 4 5 5 5 5 4 5 95
22 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 110
23 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 1 5 1 5 4 5 5 5 5 5 5 104
24 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 2 5 4 4 4 4 4 4 4 96
25 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 1 4 4 5 2 5 5 5 5 4 5 5 5 102
26 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 3 4 3 5 5 5 5 5 4 5 5 107
27 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 114
28 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 3 4 109
29 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 3 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 108
30 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 110
31 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 3 5 5 5 5 5 5 4 5 107
32 4 3 4 4 5 5 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 3 4 91
33 4 5 5 5 5 5 4 3 5 5 5 4 4 4 1 5 5 5 5 5 5 4 5 103
34 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 108
35 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 1 5 4 5 5 5 4 4 4 105
36 4 4 3 5 5 5 3 5 5 5 3 4 5 5 4 3 5 5 4 5 5 5 3 100
37 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 109
38 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 75
39 5 4 4 5 4 4 3 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 105
40 5 4 4 4 4 4 3 5 5 3 4 5 1 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 97
41 4 4 3 5 4 3 2 2 2 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 3 4 81
42 5 3 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 105
43 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 101
44 4 4 4 4 5 5 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 89
n 44
∑X 203 194 186 209 209 208 175 183 202 198 181 194 178 191 128 203 203 208 205 207 198 180 192 4435 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Skor tertinggi 115
Skor Terendah 75

144
LAMPIRAN 16
Grafik Hasil Uji Heteroskedastisitas dan Linieritas

Menurut Imam Ghozali, model regresi dikatakan


berdistribusi normal jika ploting (titik-titik) yang
menggambarkan data sesungguhnya mengikuti garis
diagonal. Berdasarkan gambar di atas, maka dapat
diketahuo bahwa hasil uji heteroskedastisitas adalah
tidak ada gejala heteroskedastisitas.

Tabel Uji Linieritas Signifikansi Keterangan


Iklim Sekolah 0,06 Linier
Komitmen
0,725 Linier
Mengajar

Hubungan linier antara iklim sekolah dengan efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory dengan taraf signifikan
0,06>0,05 dan terdapat hubungan linier antara komitmen mengajar dengan efektivitas pembelajaran berbasis teaching
factory dengan taraf signifikan 0,725 >0,05.

145
LAMPIRAN 17
Hasil Uji MUltikolineritas

Variabel Tollerance VIF Keterangan


Iklim Sekolah 0,372 2,69 Tidak ada gejala multikolineritas
Komitmen
Mengajar 0,372 2,69 Tidak ada gejala multikolineritas

Dari Tabel di atas terlihat bahwa semua variabel mempunyai nilai toleransi di atas 0,1 dan nilai VIF di bawah 10,
sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi pada penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas, hal ini
menunjukkan variabel-variabel independen tidak saling berkorelasi.

146
LAMPIRAN 18
Tabel Hasil Uji Analisis Regresi

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) 42,106 10,489 4,014 ,000


Iklim Sekolah ,342 ,115 ,565 2,978 ,005 ,372 2,690
Komitmen ,076 ,111 ,130 ,686 ,496 ,372 2,690
Mengajar
a. Dependent Variable: Efektivitas Pembelajaran Berbasis Teaching Factory

Y = α + β1(Iklim Sekolah) + β2(Komitmen Mengajar) + ε


Y = 42,106 + 0,342 (Iklim Sekolah) + 0,076 (Komitmen Mengajar) + ε

1. Konstanta (α) = 42,106


Persamaan regresi tersebut memiliki nilai konstanta sebesar 42,106 yang berarti bahwa nilai koefisien variabel
efektivitas pembelajaran yaitu sebesar 42,106.
2. Koefisien β1(Iklim Sekolah) = 0,342
Persamaan tersebut memiliki nilai positif pada koefisien sebesar 0,342, yang memiliki arti bahwa setiap kenaikan
Iklim Sekolah sebesar 1% maka efektivitas pembelajaran akan mengalami peningkatan sebesar 0,342.
3. Koefisien β2(Komitmen Mengajar) = 0,076
Persamaan tersebut memiliki nilai positif pada koefisien sebesar 0,076 yang memiliki arti bahwa setiap kenaikan
Komitmen Mengajar sebesar 1% maka efektivitas pembelajaran akan mengalami peningkatan sebesar 0,076.

147
LAMPIRAN 19
Hasil Uji F (Simultan)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1508,892 2 754,446 16,919 ,000b
Residual 1828,268 41 44,592
Total 3337,159 43
a. Dependent Variable: Efektivitas Pembelajaran Berbasis Teaching Factory
b. Predictors: (Constant), Komitmen Mengajar, Iklim Sekolah

1. Jika nilai signifikansi < 0,05, maka disimpulkan variabel independen secara simultan berpengaruh sig nifikan

terhadap variabel dependen.

2. Jika nilai signifikansi > 0,05, maka disimpulkan variabel independen secara simultan tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

Maka hasilnya:

H1 : ρ1ρ2 ≠ 0: Terdapat pengaruh antara iklim sekolah (X1) dan komitmen mengajar (X2) terhadap efektivitas

pembelajaran berbasis teaching factory (Y).

148
LAMPIRAN 20
Hasil Uji T (Parsial)

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) 42,106 10,489 4,014 ,000


Iklim Sekolah ,342 ,115 ,565 2,978 ,005 ,372 2,690
Komitmen ,076 ,111 ,130 ,686 ,496 ,372 2,690
Mengajar
a. Dependent Variable: Efektivitas Pembelajaran Berbasis Teaching Factory

1. Pengaruh iklim sekolah terhadap efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory.


H2 : Diduga iklim sekolah secara parsial berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran.
hasil pengujian iklim sekolah memiliki nilai signifikansi 0,05 < α (0,005). Dengan demikian dapat klim sekolah secara
parsial berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory atau H2 diterima.
2. Pengaruh pengaruh antara komitmen mengajar terhadap efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory
H3 : Terdapat pengaruh antara komitmen mengajar (X2) terhadap efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory
(Y). Tabel di atas menunjukan bahwa hasil pengujian komitmen mengajar memiliki ni lai signifikansi 0,05 < α (0,496).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komitmen mengajar secara parsial tidak berpengaruh terhadap
efektivitas pembelajaran berbasis teaching factory (Y) atau H3 ditolak.

149
LAMPIRAN 21
Tabel Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 ,672 a ,452 ,425 6,678 1,757
a. Predictors: (Constant), Komitmen Mengajar, Iklim Sekolah
b. Dependent Variable: Efektivitas Pembelajaran Berbasis Teaching Fa ctory

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa koefisien determinasi yang diajukan dari nilai Adjusted R-
Square sebesar 0,452 hal ini berarti 42,5% variasi variabel dependen efektivitas pembelajaran berbasis teaching
factory dapat dijelaskan oleh variasi dari kedua variabel independen yaitu iklim sekolah dan komitmen mengajar.
Sedangkan sisanya 57,5% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

150
LAMPIRAN 22
Data Guru Berdasarkan Usia
DATA GURU MATA PNS MATA
PELAJARAN PRODUKTIF DI
SMKN 26 JAKARTA
BERDASARKAN USIA
No. Frekue
Usia Fkum
Resp nsi
1 25 1 1
2 26 1 1
3 29 1 1 Tertua 59
4 32 1 1
5 36 1 1
Termuda 25
6 37 1 1
7 38 1 1 Range = Nilai Tertinggi - Nilai Terendah
8 39 1
9 39 1
2 59 - 25
10 40 1
2
= 34
11 40 1
12 41 1
2 Banyaknya Kelas = 1 + 3,3 log n
13 41 1
14 42 1 1 = 1 + 3,3 log 44
15 43 1 1
= 1 + 5,423
16 44 1 1
17 45 1 1 = 6,4234
18 47 1
2
= 6
19 47 1
20 48 1 1
Interval Kelas = Range/Banyaknya Kelas
21
22
49
50
1
1
1
1
FREKUENSI
= 5,293152014 25 - 30
23 51 1
24 51 1
2 = 5 7% 31 - 36
55 - 60
25 53 1 20% 5%
26 53 1
No Usia (Thn) Frekuensi Presentase
27 53 1
28 53 1 7 1 25 - 30 3 7%
29 53 1 2 31 - 36 2 5%
30 53 1 37 - 42
3 37 - 42 9 20%
31 53 1 20%
32 54 1 4 43 - 48 6 14%
33 54 1
4 5 49 - 54 15 34%
34 54 1
6 55 - 60 9 20%
35 54 1
36 55 1 ∑ 44 100%
37 55 1
4
38 55 1
39 55 1 49 - 54 43 - 48
40 56 1 1 34% 14%
41 57 1 1
42 58 1
2
43 58 1
44 59 1 1

151
LAMPIRAN 23
Data Guru Berdasarkan Jenis Kelamin
DATA GURU MATA PNS MATA PELAJARAN
PRODUKTIF DI SMKN 26 JAKARTA
BERDASARKAN JENIS KELAMIN

No. Resp Jenis Kelamin P L No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase


1 Perempuan 1 1 Perempuan 11 25%
2 Perempuan 1 2 Laki-laki 33 75%
3 Laki-laki 1 ∑ 44 100%
4 Perempuan 1
5 Laki-laki 1
6 Perempuan 1
7 Perempuan 1 Berdasarkan Jenis Kelamin
8 Laki-laki 1
9 Perempuan 1
10 Laki-laki 1
11 Laki-laki 1
25%
12 Perempuan 1 Laki-laki
13 Laki-laki 1
14 Laki-laki 1
15 Laki-laki 1 75%
16 Laki-laki 1
17 Laki-laki 1
18 Perempuan 1
19 Laki-laki 1
20 Laki-laki 1
21 Laki-laki 1
22 Laki-laki 1
23 Laki-laki 1
24 Laki-laki 1
25 Laki-laki 1
26 Laki-laki 1
27 Laki-laki 1
28 Laki-laki 1
29 Perempuan 1
30 Perempuan 1
31 Laki-laki 1
32 Laki-laki 1
33 Perempuan 1
34 Laki-laki 1
35 Laki-laki 1
36 Laki-laki 1
37 Laki-laki 1
38 Laki-laki 1
39 Laki-laki 1
40 Laki-laki 1
41 Laki-laki 1
42 Laki-laki 1
43 Laki-laki 1
44 Laki-laki 1
∑ 11 33
I

152
LAMPIRAN 24
Data Berdasarkan Masa Bekerja

No. Resp PENDIDIKAN TERAKHIR FREKUENSI1-10 th 11-20 th 21-30 th ≥ 31 th No. Masa Kerja Frekuensi Presentase
1 2 1 1 1-10 th 8 18%
2 3 2 11-20 th 13 30%
3 3 3 21-30 th 19 43%
4 3 3 4 ≥ 31 th 4 9%
5 4 1 44 100%
6 8 1
7 9 1
8 10 1 8 Berdasarkan Masa Kerja
9 11 1
10 12 1
11 13 1
12 15 9%
18%
13 15 1-10 th
14 15 3 11-20 th
15 16
21-30 th
16 16 2 43%
30% ≥ 31 th
17 17
18 17 2
19 19 1
20 20
21 20 2 13
22 21 1
23 23 1
24 24
25 24 2
26 25 1
27 26
28 26
29 26
30 26 4
31 28 1
32 29
33 29
34 29
35 29 4
36 30
37 30
38 30
39 30
40 30 5 19
41 31
42 31 2
43 33
44 33 2 4

153
118

LAMPIRAN 25 Surat Izin Penelitian


119

LAMPIRAN 26 Surat Penelitian dari Sekolah


120

LAMPIRAN 27 Surat Penelitian dari Sekolah


121

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nabilah Salsabila, lahir di Jakarta 9 Agustus 1998.


Anak ke tiga dari empat bersaudara. Putri dari
pasangan Alm. Bapak Sukisworo dan Ibu Elis Herry
Irawati. Bertempat tinggal di Perum. Vila Indah
Permai Kota Bekasi Utara. Pendidikan formal yang
pernah ditempuh yaitu, TK Islam Al-Manar di tahun
2004. Kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan
Sekolah Dasar, yaitu SDIT Al-Manar lulus pada tahun
2010. Setelah itu, melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan Sekolah
Menengah Pertama, yaitu SMPIT Al- Kahfi lulus pada tahun 2013. Lalu,
melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas, yaitu SMA KORPRI Bekasi pada
tahun 2016. Setelah itu, melanjutkan pendidikan Strata Satu di Program Studi
Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta lulus pada tahun 2020.
Pengalaman organisasi dan kepanitiaan yang pernah diikuti yaitu bergabung di
OSIS 19 pada tahun 2014/2015, menjadi ketua ekstrakurikuler jurnalistik pada
tahun 2014/2015, staf biro kemahasiswaan departemen advokasi sosial tahun
2016/2017 dan menjadi Kepala Biro kemahasiswaan departemen advokasi
sosial HIMA MP UNJ tahun 2017/2018

Anda mungkin juga menyukai