Anda di halaman 1dari 22

Kangkung (Ipomoea sp.

) dapat ditanam di dataran


rendah dan dataran tinggi.. Kangkung merupakan jenis
tanaman sayuran daun, termasuk kedalam famili
Convolvulaceae. Daun kangkung panjang, berwarna
hijau keputih-putihan merupakan sumber vitamin pro
vitamin A. Berdasarkan tempat tumbuh, kangkung
dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1) Kangkung
darat, hidup di tempat yang kering atau tegalan, dan
2) Kangkung air, hidup ditempat yang berair dan
basah.
Petanian Organik adalah sebuah bentuk solusi
baru guna menghadapi kebuntuan yang dihadapi
petani sehubungan dengan maraknya intervensi
barang-barang sintetis atas dunia pertanian sekarang ini. Dapat dilihat, mulai dari pupuk, insektisida,
perangsang tumbuh, semuanya telah dibuat dari bahan-bahan yang disintesis dari senyawa-senyawa murni
(biasanya un organik) di laboratorium. Pertanian organik dapat memberi perlindungan terhadap lingkungan dan
konservasi sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, memperbaiki kualitas hasil pertanian, menjaga pasokan
produk pertanian sehingga harganya relatif stabil, serta  memiliki orientasi dan memenuhi kebutuhan hidup ke
arah permintaan pasar.
Teknologi Budidaya
1. Benih
Kangkung darat dapat diperbanyak dengan biji. Untuk luasan satu hektar diperlukan benih sekitar 10 kg.
Varietas yang dianjurkan adalah varietas Sutra atau varietas lokal yang telah beradaptasi.
2. Persiapan Lahan
Lahan terlebih dahulu dicangkul sedalam 20-30 cm supaya gembur, setelah itu dibuat bedengan membujur
dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya penuh. Lebar bedengan sebaiknya adalah 100 cm, tinggi 30
cm dan panjang sesuai kondisi lahan. Jarak antar bedengan  + 30 cm. Lahan yang asam (pH rendah)
lakukan pengapuran dengan kapur kalsit atau dolomit.
3. Pemupukan
Bedengan diratakan, 3 hari sebelum tanam diberikan pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis 20.000
kg/ha atau pupuk kompos organik hasil fermentasi (kotoran ayam yang telah difermentasi) dengan dosis 4
kg/m2. Sebagai starter ditambahkan pupuk anorganik 150 kg/ha Urea (15 gr/m 2) pada umur 10 hari setelah
tanam. Agar pemberian pupuk lebih merata, pupuk Urea diaduk dengan pupuk organik kemudian diberikan
secara larikan disamping barisan tanaman, jika perlu tambahkan pupuk cair 3 liter/ha (0,3 ml/m 2) pada umur
1 dan 2 minggu setelah tanam.
4. Penanaman
Biji kangkung darat ditanam di bedengan yang telah dipersiapkan. Buat lubang tanam dengan jarak 20 x 20
cm, tiap lubang tanamkan 2 - 5 biji kangkung. Sistem penanaman dilakukan secara zigzag atau system
garitan (baris).
5. Pemeliharaan
Yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan air,  bila  tidak  turun  hujan  harus  dilakukan
penyiraman. Hal lain adalah pengendalian gulma waktu tanaman masih muda dan menjaga tanaman dari
serangan hama dan penyakit.
6. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Hama yang menyerang tanaman kangkung antara lain ulat grayak (Spodoptera litura F), kutu daun (Myzus
persicae Sulz) dan Aphis gossypii. Sedangkan penyakit antara lain penyakit karat putih yang disebabkan
oleh Albugo ipomoea reptans. Untuk pengendalian, gunakan jenis pestisida yang aman mudah terurai
seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut
harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu
aplikasinya.
7. Panen 
Panen dilakukan setelah berumur  + 30 hari setelah tanam, dengan cara mencabut tanaman sampai
akarnya atau memotong pada bagian pangkal tanaman sekitar   2 cm di atas permukaan tanah.
8. Pasca Panen
Pasca panen terutama diarahkan untuk menjaga kesegaran kangkung, yaitu dengan cara menempatkan
kangkung yang baru dipanen di tempat yang teduh atau merendamkan bagian akar dalam air dan
pengiriman produk secepat mungkin.

Sawi atau Caisin (Brassica sinensis L.) termasuk


famili Brassicaceae, daunnya panjang, halus, tidak
berbulu, dan tidak berkrop. Sawi mengandung pro
vitamin A dan asam askorbat yang tinggi. Tumbuh
baik di tempat yang berhawa panas maupun
berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari
dataran rendah sampai dataran tinggi, tapi lebih
baik di dataran tinggi. Biasanya dibudidayakan di
daerah ketinggian 100 - 500 m dpl, dengan kondisi
tanah gembur, banyak mengandung humus, subur
dan drainase baik. Tanaman sawi terdiri dari dua
jenis yaitu sawi putih dan sawi hijau.
Teknologi Budidaya
1. Benih.
Kebutuhan benih 650 gr/ha. Jika benih diperoleh dari tanaman sendiri maka tanaman harus
berumur di atas 70 hari dan penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.
2. Persemaian/Pembibitan.
Sebelum benih disebar, direndam dengan larutan Previcur N dengan konsentrasi  0,1 % selama + 2
jam. Selanjutnya benih disebar merata pada bedengan persemaian, dengan media semai setebal + 7
cm dan disiram. Media semai dibuat dari pupuk kandang dan tapnah yang telah dihaluskan dengan
perbandingan 1 : 1. Benih yang telah disebar ditutup dengan media semai, selanjutnya ditutup
dengan daun pisang atau karung goni selama 2 - 3 hari. Bedengan persemaian tersebut sebaiknya
diberi naungan.
3. Persiapan Lahan.
Lahan terlebih dahulu diolah dengan cangkul sedalam 20 - 30 cm supaya gembur, setelah itu dibuat
bedengan dengan arah membujur dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya penuh. Lebar
bedengan sebaiknya adalah  100 cm, tinggi 30 cm dan panjang sesuai kondisi lahan. Jarak antar
bedengan + 30 cm. Lahan yang asam (pH rendah) lakukan pengapuran dengan kapur kalsit atau
dolomit.
4. Pemupukan.
Pupuk dasar diberikan 3 hari sebelum tanam, berupa pupuk kotoran ayam dengan dosis 20.000
kg/ha atau pupuk kompos organik hasil fermentasi (kotoran ayam yang telah difermentasi) dengan
dosis 4 kg/m2. Pada umur 2 minggu setelah tanam lakukan pemupukan susulan Urea 150 kg/ha (15
gr/m2). Agar pemberian pupuk lebih merata, pupuk Urea diaduk dengan pupuk organik kemudian
diberikan secara larikan di samping barisan tanaman, jika perlu tambahkan pupuk cair 3
liter/ha  (0,3 ml/m2) pada umur 10 dan 20 hari setelah tanam.
5. Penanaman.
Bibit umur 2 - 3 minggu setelah semai, ditanam dalam lubang yang telah disediakan dengan jarak
tanam  20 x 20 cm. Jika ada yang tidak tumbuh atau mati perlu penyulaman, yaitu penggantian
tanaman dengan tanaman baru.
6. Pemeliharaan.
Pada musim kemarau atau di lahan kurang air perlu penyiraman tanaman. Penyiraman ini
dilakukan dari awal sampai panen. Penyiangan dilakukan 2 kali atau disesuaikan dengan kondisi
gulma. Bila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan.
7. Pengendalian Organisme Penggangu Tanaman (OPT)
Untuk mencegah hama dan penyakit yang perlu diperhatikan adalah sanitasi dan drainase lahan.
OPT utama adalah ulat daun kubis (Plutella xylostella). Pengendalian dapat dilakukan dengan cara
pemanfaatan Diadegma semiclausuma sebagai parasitoid hama Plutella xylostella. Jika
menggunakan pestisida, gunakan pestisida yang aman dan mudah terurai seperti pestisida biologi,
pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan
dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi,
interval dan waktu aplikasinya.
8. Panen
Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan dengan memotong
bagian pangkal batang yang berada di atas tanah. Umur panen sawi + 40 hari setelah tanam,
sebaiknya terlebih dahulu dilihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun.
9. Pasca Panen
Tanaman yang baru dipanen, ditempatkan di tempat yang teduh agar tidak cepat layu dengan cara
diperciki air. Selanjutnya lakukan sortasi untuk memisahkan bagian tanaman yang tua, busuk atau
sakit. Penyimpanan bisa menggunakan wadah berupa keranjang bambu, wadah plastik atau karton
yang berlubang-lubang untuk menjaga sirkulasi udara.

Bayam (Amaranthus spp.) merupakan sayuran yang


banyak mengandung vitamin dan mineral, dapat
tumbuh sepanjang tahun pada ketinggian sampai
dengan 1000 m dpl dengan pengairan secukupnya.
Terdapat 3 jenis sayuran bayam, yaitu:
1. Bayam cabut, batangnya berwarna merah juga ada
berwarna hijau keputih-putihan.
2. Bayam petik, pertumbuhannya lebih tegak serta
berdaun lebar, warna daun hijau tua dan ada yang
berwarna kemerah-merahan.
3. Bayam yang biasa dicabut dan juga dapat dipetik.
Jenis bayam ini tumbuh tegak, berdaun besar
berwarna hijau keabu-abuan.
Teknologi Budidaya
1. Benih
Bayam dikembangkan melalui biji. Biji bayam yang dijadikan benih harus cukup tua ( + 3  bulan).  Benih
yang  muda , daya simpannya tidak lama dan tingkat perkecambahannya rendah. Benih  bayam  yang  tua
dapat disimpan selama satu tahun. Benih bayam tidak memiliki masa dormansi dan kebutuhan benih
adalah sebanyak 5-10 kg tiap hektar atau  0,5  â€“  1 g/m2.  Varietas  yang dianjurkan adalah Giti Hijau, Giti
Merah, Kakap Hijau, Bangkok dan Cimangkok.
2. Persiapan Lahan
Lahan dicangkul sedalam 20-30 cm supaya gembur. Selanjutnya buat bedengan dengan arah membujur
dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya penuh. Lebar bedengan sebaiknya 100 cm, tinggi 30 cm dan
panjang sesuai kondisi lahan. Jarak antar bedengan 30 cm.
3. Pemupukan
Setelah bedengan diratakan, 3 hari sebelum tanam berikan pupuk dasar (pupuk kandang kotoran ayam)
dengan dosis 20.000 kg/ha atau pupuk kompos organik hasil fermentasi (kotoran ayam yang telah
difermentasi) dengan dosis 4 kg/m2. Sebagai starter tambahkan Urea 150 kg/ha (15 g/m 2) diaduk dengan air
dan disiramkan kepada tanaman pada sore hari 10 hari setelah penaburan benih, jika perlu berikan pupuk
cair 3 liter/ha (0,3 ml/m2) pada umur 2 minggu setelah penaburan benih.
4. Penanaman/Penaburan Benih
Dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
a. Ditebar langsung di atas bedengan, yaitu biji dicampur dengan pupuk kandang yang telah dihancurkan
dan ditebar secara merata di atas bedengan.
b. Ditebar pada larikan/barisan dengan jarak 10-15 cm, kemudian ditutup dengan lapisan tanah.
c. Disemai setelah tumbuh (sekitar 10 hari) bibit dibumbun dan dipelihara selama + 3 minggu. Selanjutnya
dipindahkan ke bedengan dengan jarak tanam 50 x 30 cm. Biasanya untuk bayam petik.
5. Pemeliharaan
Bayam yang jarang terserang penyakit (yang ditularkan melalui tanah), adalah bayam cabut. Bayam dapat
berproduksi dengan baik asalkan kesuburan tanahnya selalu dipertahankan, misalnya dengan pemupukan
organik yang teratur dan kecukupan air, untuk tanaman muda (sampai satu minggu setelah tanam)
membutuhkan air 4 l/m2/hari dan menjelang dewasa tanaman ini membutuhkan air sekitar 8 l/m 2/hari.
6. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Jenis hama yang sering menyerang tanaman bayam diantaranya ulat daun, kutu daun, penggorok daun dan
belalang. Penyakit yang sering dijumpai adalah rebah kecambah (Rhizoctonia solani) dan penyakit karat
putih (Albugo sp.). Untuk pengendalian OPT gunakan pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida
biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan
dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.
7. Panen.
Bayam cabut biasanya dipanen apabila tinggi tanaman kira-kira 20 cm, yaitu pada umur 3 sampai dengan 4
minggu setelah tanam. Tanaman ini dapat dicabut dengan akarnya ataupun dipotong pangkalnya.
Sedangkan bayam petik biasanya mulai dapat dipanen pada umur 1 sampai dengan 1,5 bulan dengan
interval pemetikan seminggu sekali. 
8. Pasca Panen
Tempatkan bayam baru panen di tempat yang teduh atau merendamkan bagian akar dalam air dan
pengiriman produk secepat mungkin untuk menjaga kesegarannya.

Bayam
I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Bayam merupakan tanaman sayuran yang dikenal dengan nama ilmiah Amaranthus spp. Kata
"amaranth" dalam bahasa Yunani berarti "everlasting" (abadi). Tanaman bayam berasal dari daerah
Amerika tropik. Tanaman bayam semula dikenal sebagai tumbuhan hias. Dalam perkembangan
selanjutnya. Tanaman bayam dipromosikan sebagai bahan pangan sumber protein, terutama untuk
negara-negara berkembang. Diduga tanaman bayam masuk ke Indonesia pada abad XIX ketika lalu
lintas perdagangan orang luar negeri masuk ke wilayah Indonesia.

1.2. Sentra Penanaman


Pusat penanaman bayam di Indonesia adalah Jawa Barat (4.273 hektar), Jawa Tengah (3.479 hektar),
dan Jawa Timur (3.022 hektar). Propinsi lainnya berada pada kisaran luas panen antara 13.0 - 2.376
hektar. Di Indonesia total luas panen bayam mencapai 31.981 hektar atau menempati urutan ke-11 dari
18 jenis sayuran komersial yang dibudidayakan dan dihasilkan oleh Indonesia. Produk bayam nasional
sebesar 72.369 ton atau rata-rata 22,63 kuintal per hektar.

1.3. Jenis Tanaman


Keluarga Amaranthaceae memiliki sekitar 60 genera, terbagi dalam sekitar 800 spesies bayam
(Grubben, 1976). Dalam kenyataan di lapangan, penggolongan jenis bayam dibedakan atas 2 macam,
yaitu bayam liar dan bayam budidaya. Bayam liar dikenal 2 jenis, yaitu bayam tanah (A. blitum L.)
dan bayam berduri (A. spinosus L.). Ciri utama bayam liar adalah batangnya berwarna merah dan
daunnya kaku (kasap).

Jenis bayam budidaya dibedakan 2 macam, yaitu:

1. Bayam cabut atau bayam sekul alias bayam putih (A. tricolor L.). Ciri - ciri bayam cabut adalah
memiliki batang berwarna kemerah-merahan atau hijau keputih - putihan, dan memilki bunga yang
keluar dari ketiak cabang. Bayam cabut yang batangnya merah disebut bayam merah, sedangkan yang
batangnya putih disebut bayam putih.
2. Bayam tahun, bayam skop atau bayam kakap (A. hybridus L.). Ciri - ciri bayam ini adalah memiliki
daun lebar - lebar, yang dibedakan atas 2 spesies yaitu:
1. A. hybridus caudatus L., memiliki daun agak panjang dengan ujung runcing, berwarna hijau
kemerah - merahan atau merah tua, dan bunganya tersusun dalam rangkaian panjang terkumpul pada
ujung batang.
2. A. hibridus paniculatus L., mempunyai dasar daun yang lebar sekali, berwarna hijau, rangkaian
bunga panjang tersusun secara teratur dan besar - besar pada ketiak daun.

Varietas bayam unggul ada 7 macam yaitu; varietas Giri Hijau, Giti Merah, Maksi, Raja, Betawi,
Skop, dan Hijau. Sedangkan beberapa varietas bayam cabut unggul adalah Cempaka 10 dan Cempaka
20.

1.4. Manfaat Tanaman

Bayam merupakan bahan sayuran daun yang bergizi tinggi dan digemari oleh semua lapisan
masyarakat. Daun bayam dapat dibuat berbagai sayur mayur, bahkan disajikan sebagai hidangan
mewah (elit). Di beberapa negara berkembang bayam dipromosikan sebagai sumber protein nabati,
karena berfungsi ganda bagi pemenuhan kebutuhan gizi maupun pelayanan kesehatan masyarakat.

Manfaat lainnya adalah sebagai bahan obat tradisional, dan juga untuk kecantikan. Akar bayam merah
dapat digunakan sebagai obat penyembuh sakit disentr. Daun dan bunga bayam duri berkhasiat untuk
mengobati penyakit asma dan eksim. Bahkan sampai batas tertentu, bayam dapat mengatasi berbagai
jenis penyakit dalam. Untuk tujuan pengobatan luar, bayam dapat dijadikan bahan kosmetik
(kecantikan). Biji bayam digunakan untuk bahan makanan dan obat - obatan. Biji bayam dapat
dimanfaatkan sebagai pencampur penyeling terigu dalam pembuatan roti atau dibuat bubur biji bayam.
Ekstrak biji bayam berkhasiat sebagai obat keputihan dan pendarahan yang berlebihan pada wanita
yang sedang haid.

II. SYARAT PERTUMBUHAN

2.1. Iklim

1. Keadaan angin yang terlalu kencang dapat merusak tanaman bayam khususnya untuk bayam yang
sudah tinggi. Kencangnya angin dapat merobohkan tanaman.
2. Karena tanaman bayam cocok ditanam di dataran tinggi maka curah hujannya juga termasuk tinggi
sebagai syarat pertumbuhannya. Curah hujannya bisa mencapai lebih dari 1.500 mm / tahun.
3. Tanaman bayam memerlukan cahaya matahari penuh. Kebutuhan akan sinar matahari untuk
tanaman bayam cukup besar. Pada tempat yang terlindungi (ternaungi), pertumbuhan bayam menjadi
kurus dan meninggi akibat kurang mendapat sinar matahari penuh.
4. Suhu udara yang sesuai untuk tanaman bayam berkisar antara 16 - 20 derajat C.
5. Kelembaban udara yang cocok untuk tanaman bayam antara 40 - 60%.

2.2. Media Tanam

1. Tanaman bayam menghendaki tanah yang gembur dan subur. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman
bayam adalah yang penting kandungan haranya terpenuhi.
2. Tanaman bayam termasuk peka terhadap pH tanah. Bila pH tanah di atas 7 (alkalis), pertumbuhan
daun-daun muda (pucuk) akan memucat putih kekuning - kuningan (klorosis). Sebaliknya pada pH di
bawah 6 (asam), pertumbuhan bayam akan merana akibat kekurangan beberapa unsur. Sehingga pH
tanah yang cocok adalah antara 6 - 7.
3. Tanaman bayam sangat reaktif dengan ketersediaan air di dalam tanah. Bayam termasuk tanaman
yang membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhannnya. Bayam yang kekurangan air akan terlihat
layu dan terganggu pertumbuhannya. Penanaman bayam dianjurkan pada awal musim hujan atau akhir
musim kemarau.
4. Kelerengan lahan untuk budidaya tanaman bayam adalah sekitar 15 - 45 derajat.

2.3. Ketinggian Tempat


Dataran tinggi merupakan tempat yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bayam. Ketinggian tempat
yang baik yaitu ±2000 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan

3.1.1. Persyaratan Benih


Benih / biji yang baik untuk bertanam bayam adalah dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) berasal dari induk yang sehat,
b) bebas dari hama / penyakit,
c) daya kecambah 80 prosen, dan
d) memiliki kemurnian benih yang tinggi.

Disamping persyaratan seperti yang disebutkan diatas, benih / bibit yang digunakan kalau bisa
merupakan benih unggul agar nantinya tahan terhadap hama dan penyakit.

3.1.2. Penyiapan Benih


Benih Bayam sayur yang ditanam petani kebanyakan swadaya dari tanaman terdahulu yang sengaja
dibiarkan tumbuh terus untuk produksi biji. Keperluan benih untuk lahan 1 hektar berkisar antara 5 -
10 kg, atau 0,5 - 1,0 gram per m2 luas lahan. Biji dipanen pada waktu musim kemarau dan hanya
dipilih tandan yang sudah tua (masak). Tandan harus dijemur beberapa hari, kemudian biji dirontokkan
dari tandan dan dipisahkan dari sisa - sisa tanaman. Untuk memproduksi bibit bagi satu hektar kebun
yang berisi 25000 - 40000 tanaman, kemungkinan dibutuhkan sekitar 1 - 2 kg benih.

3.1.3. Teknik Penyemaian Benih


Lahan untuk pembibitan dipilih yang lebih tinggi dari sekitarnya dan bebas dari hama dan penyakit
tanaman maupun gulma. Pembibitan diberi atap plastik atau atap jerami padi. Benih bayam disebar
merata atau berbaris - baris pada tanah persemaian dan ditutup dengan selapis tanah tipis.

3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan / Penyemaian


Dalam pemeliharaan benih / bibit perlu dilakukan penyiraman dengan teratur dan hati-hati. Tanah yang
digunakan juga perlu dipupuk agar kesuburannya tetap terjaga. Pupuk yang digunakan sebaiknya
pupuk kandang. Setelah bibit tumbuh dan ada benih yang terserang hama / penyakit maka perlu
disemprot dengan pestisida dengan dosis rendah.

3.1.5. Pemindahan Bibit


Setelah bibit tumbuh berumur sekitar 7 - 14 hari, bibit dipindah-tanam ke dalam pot-pot yang terbuat
daun pisang atau kantong plastik es mambo yang sebelumnya telah diisi dengan medium tumbuh
campuran tanah dan pupuk organik yang halus (1:1). Bibit dalam pot disiram teratur dan setelah
berumur sekitar 7 - 14 hari setelah dipotkan, bibit tersebut telah siap untuk dipindah-tanam ke
lapangan.

3.2. Pengolahan Media Tanam

3.2.1. Persiapan
Sebelum pengolahan lahan dilakukan perlu diketahui terlebih dahulu pH tanah yang sesuai yaitu antara
6 - 7 sehingga perlu dilakukan pengukuran dengan menggunakan pH-meter. Selanjutnya menganalisis
tanah yang cocok untuk tanaman bayam, apakah perlu dilakukan pemupukan atau tidak. Kapan
tanaman akan ditanam dan sebaiknya pada awal musim hujan atau akhir musim kemarau. Berapa luas
lahan yang akan ditanami dan akan melakukan sistem polikultur atau monokultur. Dan berapa banyak
kebutuhan benih untuk dapat memenuhi produk bayam yang diinginkan.

3.2.2. Pembukaan Lahan


Lahan yang akan ditanami dicangkul / dibajak sedalam 30 - 40 cm, bongkah tanah dipecah gulma dan
seluruh sisa tanaman diangkat dan disingkirkan lalu diratakan. Lahan kemudian dibiarkan selama
beberapa waktu agar tanah matang benar.

3.2.3. Pembentukan Bedengan


Setelah tahap pencangkulan kemudian dibuat bedengan dengan lebar sekitar 120 cm atau 160 cm,
tergantung jumlah populasi tanaman yang akan ditanam nanti. Dibuat parit antar bedengan selebar 20 -
30 cm, kedalaman 30 cm untuk drainase. Pada bedengan dibuat lubang - lubang tanam, jarak antar
barisan 60-80 cm, jarak antar lubang (dalam barisan) 40-50 cm.

3.2.4. Pengapuran
Apabila pH tanah terlalu rendah maka diperlukan pengapuran untuk menaikkannya. Pengapuran dapat
menggunakan kapur pertanian atau Calcit maupun Dolomit. Pada tipe tanah pasir sampai pasir
berlempung yang pH-nya 5,5 diperlukan ± 988 kg kapur pertanian / ha untuk menaikkan pH menjadi
6,5. Kisaran kebutuhan kapur pertanian pada tanah lempung berpasir hingga liat berlempung ialah
antara 1.730 - 4.493 kg / hektar. Sebaliknya, untuk menurunkan pH tanah, dapat digunakan tepung
Belerang (S) atau Gipsum, biasa sekitar 6 ton / hektar. Cara pemberiannya, bahan - bahan tersebut
disebar merata dan dicampur dengan tanah minimal sebulan sebelum tanam.

3.2.5. Pemupukan
Pemupukan awal menggunakan pupuk kandang yang telah masak. Waktu pemupukan dilakukan satu
minggu atau dua minggu sebelum tanam. Cara pemupukan adalah dengan disebarkan merata diatas
bedengan kemudian diaduk dengan tanah lapisan atas. Untuk pemupukan yang diberikan per lubanng
tanam, cara pemberiannya dilakukan dengan memasukkan pupuk ke dalam lubang tanam. Dosis
pemberian pupuk dasar disesuaikan dengan jenis tanaman dan keadaan lahan. Akan tetapi dosis untuk
pupuk kandang sekitar 10 ton per hektar. Pemupukan per lubang tanam biasanya diperlukan sekitar 1 -
2 kg per lubang tanam.
3.2.6. Pemberian Mulsa
Untuk memperoleh hasil produksi yang berkualitas baik maka di dalam penanaman perlu dipasang
palstik perak-hitam sebagai mulsa. Dengan penggunaan plastik ini dapat mengurangi serangan hama
dan penyakit termasuk gangguan gulma dan lainnya.

3.3. Teknik Penanaman

3.3.1. Penentuan Pola Tanam


Jarak tanam untuk tanaman bayam adalah antara 60 cm x 50 cm atau 80 cm x 40 cm. Jarak tanam
tersebut dapat divariasikan sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan jenis bayam sehingga populasi
tanaman per hektar berkisar antara 30.000 - 60.000 tanaman. Pola tanam untuk bayam cabut adalah
monokultur. Dalam satu hamparan lahan biasanya ditanam berbagai jenis tanaman dengan pola mosaik
(perca), yaitu berbagai tanaman ditanam monokultur pada petak - petak tersendiri. Tanaman lainnya
tadi antara lain seperti kakngkung (darat), selada, lobak, paria, kemangi dan sayuran lalapan lainnya.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam


Lubang tanam dapat dibuat dengan menggunakan alat kayu dengan cara di pukul-pukul sehingga
membentuk lubang. Jarak antara barisan adalah 60 - 80 cm dan jarak antar lubang (antar barisan) 40 -
50 cm.

3.3.3. Cara Penanaman


Penanaman dapat langsung di lapangan tanpa penyemaian atau dengan penyemaian terlebih dahulu.
Apabila tanpa penyemaian maka biji bayam dicampur abu disebarkan langsung di atas bedengan
menurut barisan pada jarak antar barisan 20 cm dan arahnya membujur dari Barat ke Timur. Setelah
disebarkan benih segera ditutup dengan tanah halus dan disiram hingga cukup basah. Waktu
penanaman paling baik adalah pada awal musim hujan. Dengan penyemaian maka tanaman dapat
tumbuh dengan lebih baik karena benih diperoleh dengan cara seleksi untuk ditanam.

3.4. Pemeliharaan Tanaman

3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman


Apabila sewaktu menyebar benih secara langsung di lapangan tidak merata maka akan terjadi
pertumbuhan yang mengelompok (rapat) sehingga pertumbuhannya terhambat karena saling bersaing
satu sama lain. Oleh karena itu perlu dilakukan penjarangan sekaligus sebagai panen pertama. Apabila
tanaman bayam dihasilkan dari benih yang disemai maka setelah penanaman di lapangan ada yang
mati / terserang penyakit, maka perlu dilakukan penyulaman dengan mengganti tanaman dengan yang
baru. Caranya dengan mencabut dan apabila terserang penyakit segera dimusnahkan agar tidak
menular ke tanaman lainnya. Penyulaman dapat dilakukan seminggu setelah tanam.

3.4.2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan apabila muncul gulma tanaman Gelang (Portulaca oleracea) dan rumput liar
lainnya. Kehadiran gulma gelang dapat menurunkan produksi bayam antara 30 - 65%. Penyiangan
dilakukan bersamaan dengan penggemburan tanah. Alat yang digunakan dalam penyiangan dapat
berupa cangkul kecil atau sabit. Caranya dengan dicangkul untuk mencabut gulma atau langsung
dicabut dengan tangan. Disamping itu pencangkulan dilakukan untuk menggemburkan tanah.

3.4.3. Pembubunan
Proses pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.

3.4.4. Perempalan
Apabila perawakan tanaman terlalu subur, mungkin perlu dilakukan perempalan tunas - tunas liar dan
pemasangan ajir / turus untuk memperkuat tegaknya tanaman agar tidak rebah.

3.4.5. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik, untuk tiap lubang calon tanaman sekitar
0,4 - 0,8 kg. Dengan demikian kuantum pupuk organik akan berkisar 15 - 30 ton. Untuk pertanaman di
dataran rendah bekas sawah, pupuk organik tidak diberikan, tinggi bedengan perlu ditambah dan
dalamnya parit antar bedengan perlu diperdalam. Pupuk organik yang diberikan adalah pupuk N (Urea
sekitar 250 kg / ha atau ZA 500 kg / ha) cara dilarutkan dalam air ± 25 gram / 10 liter air, TSP 300 kg /
ha dan KCl 200 kg/ha. N diberikan dua kali, setengah takaran pada waktu tanam dan yang setengahnya
lagi pada umur 30 hari setelah tanam. Apabila ternyata nanti pertumbuhan tanaman kurang subur,
dapat dipertimbangkan untuk memberi pupuk N susulan dengan takaran sekitar 125 kg / ha, interval
sekitar 30 hari dan dihentikan 30 hari sebelum panen. Pupuk P diberikan sekali pada waktu tanam,
sedangkan pupuk K diberikan dua kali, setengah takaran pada waktu tanam dan setengah lagi pada
umur 30 hari setelah tanam.

3.4.6. Pengairan dan Penyiraman


Pada fase awal pertumbuhan, sebaiknya penyiraman dilakukan rutin dan intensif 1 - 2 kali sehari,
terutama di musim kemarau. Waktu yang paling baik untuk menyiram tanaman bayam adalah pagi
atau sore hari, dengan menggunakan alat bantu gembor (emrat) agar air siramannya merata.

3.4.7. Waktu Penyemprotan Pestisida


Jenis pestisida yang digunakan untuk tanaman bayam adalah Dithane M - 45 dengan dosis 1,5 - 2 gram
/ liter air, Ambush 2 EC atau Lannate 2 EC dengan konsentrasi 2 gram per liter air. Penyemprotan
dilakukan dengan menggunakan alat penyemprot berupa tangki sprayer. Cara penyemprotan yaitu
jangan dilakukan ketika angin bertiup kencang dan jangan menentang arah datangnya angin. Jangan
melakukan penyemprotan pada saat akan hujan dan sebaiknya dicampurkan bahan perekat. Waktu
penyemprotan dilakukan pada pagi hari benar atau sore hari ketika udara masih tenang. Hal tersebut
untuk menghindari matinya lebah atau serangga lainnya yang menguntungkan.

3.5. Hama dan Penyakit

3.5.1. Hama

1. Serangga ulat daun (Spodoptera Plusia Hymenia)


Gejala: daun berlubang - lubang. Pengendalian: pestisida / cukup dengan menggoyangkan tanaman.

2. Serangga kutu daun (Myzus persicae Thrips sp.)


Gejala: daun rusak, berlubang dan layu. Pengendalian: pestisida / cukup dengan menggoyangkan
tanaman.

3. Serangga tungau (Polyphagotarsonemus latus)


Gejala: daun rusak, berlubang dan layu. Pengendalian: pestisida / cukup dengan menggoyangkan
tanaman.

4. Serangga lalat (Liriomyza sp.)


Gejala: daun rusak, berlubang dan layu. Pengendalian: pestisida / cukup dengan menggoyangkan
tanaman.

3.5.2. Penyakit

1. Rebah kecambah
Penyebab: cendawan Phytium sp. Gejala: menginfeksi batang daun maupun batang daun.
Pengendalian: Fungisida

2. Busuk basah
Penyebab: cendawan Rhizoctonia sp. Gejala: adanya bercak - bercak putih. Pengendalian: sama
dengan pengendalian penyakit rebah kecambah.

3. Karat putih
Penyebab: cendawan Choanephora sp. Gejala: menginfeksi batang daun dan daunnya. Pengendalian:
sama dengan pengendalian penyakit rebah kecambah.

3.5.3. Gulma

Jenis gulma: rumput - rumputan, alang-alang. Ciri - ciri: tumbuh mengganggu tanaman budidaya.
Gejala: lahan banyak ditumbuhi pemila liar. Pencegahan: herbisida
3.6. Panen

3.6.1. Ciri dan Umur Panen


Ciri-ciri bayam cabut siap panen adalah umur tanaman antara 25 - 35 hari setelah tanam. Tinggi
tanaman antara 15 - 20 cm dan belum berbunga. Waktu panen yang paling baik adalah pagi atau sore
hari, saat suhu udara tidak terlalu tinggi.

3.6.2. Cara Panen


Cara panennya adalah dengan mencabut seluruh bagian tanaman dengan memilih tanaman yang sudah
optimal. Tanaman yang masih kecil diberi kesempatan untuk tumbuh membesar, sehingga panen
bayam identik dengan penjarangan.

3.6.3. Periode Panen


Panen pertama dilakukan mulai umur 25 - 30 hari setelah tanam, kemudian panen berikutnya adalah 3-
5 hari sekali. Tanaman yang sudah berumur 35 hari harus dipanen seluruhnya, karena bila melampaui
umur tersebut kualitasnya menurun atau rendah; daun - daunnya menjadi kasar dan tanaman telah
berbunga.

3.6.4. Prakiraan Produksi


Produksi bayam per hektar dapat mencapai sekitar 22.630 kg.

3.7. Pascapanen

3.7.1. Pengumpulan
Pengumpulan dilakukan setelah panen dengan cara meletakkan di suatu tempat yang teduh agar tidak
terkena sinar matahari langsung, karena dapat membuat daun layu.

3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan


Penyortiran dilakukan dengan memisahkan bayam yang busuk dan rusak dengan bayam yang baik dan
segar. Disamping itu juga penggolongan terhadap bayam yang daunnya besar dan yang daunnya kecil.
Setelah itu diikat besar - besar maupun langsung degan ukuran ibu jari.

3.7.3. Penyimpanan
Penyimpanan untuk menjaga kesegaran bayam dapat diperpanjang dari 12 jam tempat terbuka (suhu
kamar) menjadi 12 - 14 hari dengan perlakuan suhu dingin mendekati 0 derajat C, misalnya dengan
remukan es.

3.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan


Pengemasan (pewadahan) dalam telombong atau dedaunan yang digulungkan menyelimuti seluruh
bagian bayam, sehingga terhindar dari pengaruh langsung sinar matahari. Pengangkutan ke pasar
dengan cara dipikul maupun angkutan lainnya, seperti mobil atau gerobak.

3.7.5. Pencucian
Pencucian hasil panen pada air yang mengalir dan bersih, atau air yang disemprotkan melalui selang
maupun pancuran.

3.7.6. Penanganan Lain


Bayam dapat diolah menjadi berbagai jenis masakan. Sewaktu memasak bayam ialah tidak boleh
terlalu lama. Bayam cukup hanya direbus selama ± 5 menit. Memasak bayam terlalu lama akan
menyebabkan daun-daunnya menjadi hancur (lonyoh), rasanya tidak enak, dan kandungan vitamin C-
nya menguap (menghilang).

sawi
A. LATAR BELAKANG.

Jagad Indonesia ini memungkinkan dikembangkan tanaman sayur-sayuran yang banyak bermanfaat
bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Sehingga ditinjau dari aspek klimatologis
Indonesia sangat tepat untuk dikembangkan untuk bisnis sayuran.
Di antara tanaman sayur-sayuran yang mudah dibudidayakan adalah caisim. Karena caisim ini sangat
mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang menyukai dan memanfaatkannya. Selain itu juga
sangat potensial untuk komersial dan prospek sangat baik..
Ditinjau dari aspek klimatologis, aspek teknis, aspek ekonomis dan aspek sosialnya sangat
mendukung, sehingga memiliki kelayakan untuk diusahakan di Indonesia.
Sebutan sawi orang asing adalah mustard. Perdagangan internasional dengan sebutan green mustard,
chinese mustard, indian mustard ataupun sarepta mustard. Orang Jawa, Madura menyebutnya dengan
sawi, sedang orang Sunda menyebut sasawi.

B. MANFAAT.

Manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk.
Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki
dan memperlancar pencernaan.
Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin
A, Vitamin B, dan Vitamin C.

JENIS SAWI

A. KLASIFIKASI BOTANI.

Divisi : Spermatophyta.
Subdivisi : Angiospermae.
Kelas : Dicotyledonae.
Ordo : Rhoeadales (Brassicales).
Famili : Cruciferae (Brassicaceae).
Genus : Brassica.
Spesies : Brassica Juncea.

B. JENIS-JENIS SAWI.

Secara umum tanaman sawi biasanya mempunyai daun panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak
berkrop. Petani kita hanya mengenal 3 macam sawi yang biasa dibudidayakan yaitu : sawi putih (sawi
jabung), sawi hijau, dan sawi huma. Sekarang ini masyarakat lebih mengenal caisim alias sawi bakso.
Selain itu juga ada pula jenis sawi keriting dan sawi sawi monumen.
Caisim alias sawi bakso ada juga yang menyebutnya sawi cina., merupakan jenis sawi yang paling
banyak dijajakan di pasar-pasae dewasa ini. Tangkai daunnya panjang, langsing, berwarna putih
kehijauan. Daunnya lebar memanjang, tipis dan berwarna hijau. Rasanya yang renyah, segar, dengan
sedikit sekali rasa pahit. Selain enak ditumis atau dioseng, juga untuk pedangan mie bakso, mie ayam,
atau restoran cina.

SYARAT TUMBUH
Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena Indonesia mempunyai kecocokan
terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di Indonesia ini.
Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga
dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya
hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi.
Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di
atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100
meter sampai 500 meter dpl.
Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim
kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya
tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana
lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian,
tanaman ini cocok bils di tanam pada akhir musim penghujan.
Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta
pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah
antara pH 6 sampai pH 7.

BUDIDAYA TANAMAN SAWI

Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada umumnya.
Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan, penyiapan benih, teknik
penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta pemeliharaan tanaman.
Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun tunmpang sari. Tanaman yang dapat ditumpangsarikan
antara lain : bawang dau, wortel, bayam, kangkung darat. Sedangkan menanam benih sawi ada yang
secara langsung tetapi ada juga melalui pembibitan terlebih dahulu.
Berikut ini akan dibahas mengenai teknik budidaya sawi secara konvensional di lahan.

A. BENIH.

Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan
menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan
tanam sebesar 750 gram.
Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit
benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik,
seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat
menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik
adalah dengan alumunium foil.
Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu,
misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman
sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan proses yang
akan dilakukan mesilnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan diharapkan lama penggunaan
benih tidak lebih dari 3 tahun.

B. PENGOLAHAN TANAH.

Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-tahap
pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian
pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang
akan kita gunakan.
Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan
yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara
langsung.
Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik
sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10
ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah
yang akan kita gunakan.
Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran
ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum
penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam
melakukan penggemburan tanah yaitu 2 - 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang
digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2).

C. PEMBIBITAN.

Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman. Karena lebih
efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedang ukuran bedengan
pembibitan yaitu lebar 80 - 120 cm dan panjangnya 1 - 3 meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan,
tinggi bedengan 20 - 30 cm.
Dua minggu sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di
tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl.
Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1 - 2 cm,
lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 - 5 hari benih akan tumbuh setelah berumur 3 - 4
minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan.

D. PENANAMAN.

Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng
20 - 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan
terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam
dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan 20 x 20 cm.
Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4 - 8 x
6 - 10 cm.

E. PEMELIHARAAN.

Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan
didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini tergantung pada
musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada,
tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi
yang kita tanam. Bila tidak terlalu panaspenyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari.
Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya
dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat.
Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian
tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang
hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru.
Penyiangan biasanya dilakukan 2 - 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi
keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah
penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan.
Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga
dengan satu sendok the sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m
bedengan.

PENANAMAN VERTIKULTUR

Langkah - angkah penanaman secara vertikultur adalah sebagai berikut :

1. Benih disemaikan pada kotak persemaian denagn media pasir. Bibit dirawat hingga siap ditanaman
pada umur 14 hari sejak benih disemaikan.
2. Sediakan media tanam berupa tanah top soil, pupuk kandang, pasir dan kompos dengan
perbandingan 2:1:1:1 yang dicampur secara merata.
3. Masukkan campuran media tanam tersebut ke dalam polibag yang berukuran 20 x 30 cm.
4. Pindahkan bibit tanaman yang sudah siap tanam ke dalam polibag yang tersedia. Tanaman yang
dipindahkan biasanya telah berdaun 3 - 5 helai.
5. Polibag yang sudah ditanami disusun pada rak-rak yang tersedia pada Lath House.

PENANAMAN HIDROPONIK.
Langkah-langkah penanaman secara hidroponik adalah sebagai berikut :

1. Siapkan wadah persemaian . Masukkan media berupa pasir halus yang disterilkan setebal 3 - 4 cm.
Taburkan benih sawi di atasnya selanjutnya tutupi kembali dengan lapisan pasir setebal 0,5 cm.
2. Setelah bibit tumbuh dan berdaun 3 - 5 helai (umur 3 - 4 minggu0, bibit dicabut dengan hati-hati,
selanjutnya bagian akarnya dicuci dengan air hingga bersih, akar yang terlalu panjang dapat digunting.
3. Bak penanaman diisi bagian bawahnya dengan kerikil steril setebal 7 - 10 cm, selanjutnya di sebelah
atas ditambahkan lapisan pasir kasar yang juga sudah steril setebal 20 cm.
4. Buat lubang penanaman dengan jarak sekitar 25 x 25 cm, masukkan bibit ke lubang tersebut, tutupi
bagian akar bibit dengan media hingga melewati leher akar, usahakan posisi bibit tegak lurus dengan
media.
5. Berikan larutan hidroponik lewat penyiraman, dapat pula pemberian dilakukan dengan sistem drip
irigation atau sistem lainnya, tanaman baru selanjutnya dipelihara hingga tumbuh besar.

HAMA DAN PENYAKIT

A. HAMA.

1. Ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.).


2. Ulat tritip (Plutella maculipennis).
3. Siput (Agriolimas sp.).
4. Ulat Thepa javanica.
5. Cacing bulu (cut worm).

B. PENYAKIT.

1. Penyakit akar pekuk.


2. Bercak daun alternaria.
3. Busuk basah (soft root).
4. Penyakit embun tepung (downy mildew).
5. Penyakit rebah semai (dumping off).
6. Busuk daun.
7. busuk Rhizoctonia (bottom root).
8. Bercak daun.
9. Virus mosaik.

PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN.

Dalam hal pemanenan penting sekali diperhatikan umur panen dan cara panennya. Umur panen sawi
paling lama 70 hari. Paling pendek umur 40 hari. Terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti warna,
bentuk dan ukuran daun. Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya
dan dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah dengan pisau tajam.

Pasca panen sawi yang perlu diperhatikan adalah :


1. Pencucian dan pembuangan kotoran.
2. Sortasi.
3. Pengemasan.
4. Penympanan.
5. Pengolahan.

Teknik budidaya sayuran secara hidroponik


A. Media

Media hidroponik yang baik memiliki pH yang netral atau antara 5.5 - 6.5. Selain itu media harus
porous dan dapat mempertahankan kelembaban. Media yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua
berdasarkan tahap pertumbuhan tanaman :
Media untuk persemaian atau pembibitan
Untuk persemaian dapat digunkan media berupa pasir halus, arang sekam atau rockwool. Pasir halus
sering digunakan karena mudah diperoleh dan harganya murah, namun kurang dapat menahan air dan
tidak terdapat nutrisi di dalamnya. Media yang biasa digunakan adalah campuran arang sekam dan
serbuk gergaji atau serbuk sabut kelapa.

Media untuk tanaman dewasa


Media untuk tanaman dewasa hampir sama dengan media semai, yaitu pasir agak kasar, arang sekam,
rockwool dan lain - lain. Media yang ideal adalah arang sekam. Keuntungannya adalah kebersihan dan
sterilitas media lebih terjamin bebas dari kotoran maupun organisme yang dapat mengganggu seperti
cacing, kutu dan sebagainya yang dapt hidup dalam pasir. Media arang sekam bersifat lebih ringan
namun lebih mudah hancur, penggunaannya hanya dapat untuk dua kali pemakaian. Arang sekam
dapat dibeli di toko - toko pertanian atau membuat sendiri.

B. Benih

Pemilihan benih sangat penting karena produktivitas tanaman teranganutng dari keunggulan benih
yang dipilih. Periksa label kemasan benih, yaitu tanggal kadaluarsa, persentase tumbuh dan kemurnian
benih. Pemilihan komoditas yang akan ditanam diperhitungkan masak-masak mengenai harga dan
pemasarannya. Contoh sayuran eksklusif yang mempunyai nilai jual di atas rat - rata adalah tomat
Recento, ketimun Jepang, Melon, parika, selada, kailan, melon dan lain - lain.

C. Peralatan Budidaya Hidroponik

Peralatan yang diperlukan adalah :

Wadah semai, bisa menggunakan pot plastik, polybag kecil, bak plastik, nampan semai, atau kotak
kayu.

Wadah tanaman dewasa, umumnya digunakan polybag berukuran 30 - 40 cm dengan lobang


secukupnya untuk mengalirkan kelebihan air saat penyiraman.

Kertas tissu / koran basah untuk menjaga kelembaban

Ayakan pasir untuk mengayak media semai

Handsprayer untuk penyiraman

Centong pengaduk media

Pinset untuk mengambil bibit dari wadah semai

Polybag ukuran 5 kg untuk penanaman transplant

Benang rami (seperti yang sering digunakan tukang bangunan) untuk mengikat tanaman

Ember penyiram

D. Pelaksanaan

Persiapan media semai


Sebelum melakukan persemaian, sempuran media semai diaduk dahulu secara merata.

Persemaian tanaman

Persemaian benih besar

Untuk benih yang berukuran besar seperti benih melon dan ketimun, sebaiknya dilakukan perendaman
di dala air hangat kuku selama 2 - 3 jam dan langsung ditanamkan dalam wadah semai yang berisi
media dan telah disiram dengan air. Benih diletakkan dengan pinset secara horisontal 4 - 5 mm
dibawah permukaan media.

Transplanting bibit dari wadah semai ke wadah yang lebih besar dapat dilakukan ketika tinggi bibit
sekitar 12 - 15 cm (28 - 30 hari setelah semai).

Persemaian benih kecil

Untuk benih berukuran kecil seperti tomat, cabai, terong dan sebagainya cara persemaiannya berbeda
dengan benih besar. Pertama siapkan wadah semai dengan media setebal 5 - 7 cm. Di tempat terpisah
tuangkan benih yang dicampurkan dengan pasir kering steril secukupnya dan diaduk merata. Benih
yang telah tercampur dengan pasir ditebarkan di atas permukaan media semai secara merata, kemudian
ditutup dengan media semai tipis - tipis (3 - 5 mm). Setelah itu permukaan wadah semai ditutup
dengan kertas tisu yang telah dibasahi dengan handsprayer kemudian simpan di tempat gelap dan
aman.Wadah semai sebaiknya dikenakan sinar matahari tip pagi selama 1 - 2 jam agar perkecambahan
tumbuh dengan baik dan sehat. Setelah benih mulai berkecambah, kertas tisu dibuang.

Setelah bibit mencapai tinggi 2 - 3 cm dipindahkan ke dalam pot / polybag pembibitan.

Perlakuan semai
Bibit kecil yang telah berkecambah di dalam wadah semai perlu disirami dengan air biasa. Penyiraman
jangan berlebih, karena dapat menyebabkan serangan penyakit busuk.

Pembibitan
Setalah bibit berumur 15 - 17 hari (bibit yang berasal dari benih kecil) perlu dipindahkan dari wadah
semai ke pot / polybag pembibitan agar dapat tumbuh dengan baik. Caranya adalah dengan mencabut
kecambah di wadah semai (umur 3 - 4 minggu setelah semai) secara hati - hati dengan tangan agar akar
tidak rusak kemudian tanam pada lubang tanam yang telah dibuat pada pot / polybag pembibitan.

Transplanting/pindah tanam

Sebelum dilakukan pindah tanam, perlu dilakukan persiapan media tanam, yaitu dengan mengisikan
media tanam ke polybag. Sebaiknya pengisian dilakukan di dekat lokasi penanaman di dalam green
house agar sterilitas media tetap terjaga.

Setelah wadah tanam siap dan dibuatkan lubang tanam, maka transplanting siap dilakukan.
Transplanting dilakukan dengan membalikkan pot pembibitan secara perlahan - lahan dan menahan
permukaannya dengan jemari tangan (bibit dijepit diantara jari telunjuk dan jari tengah). Jika pada
pembibitan digunakan polybag, maka cara transplanting bisa dilakukan dengan memotong /
menggunting dasar polybag secara horisontal.

Penyiraman
Penyiraman dilakukan secara kontinu, dengan indikator apabila media tumbuh dipegang dengan tangan
terasa kering. Meida tanam hidroponik bersifat kering sehingga penyiraman tanaman jangan sampai
terlambat. Jenis dan cara penyiraman adalah sebagai berikut:

Penyiraman manual
Penyiraman dilakukan dengan handsprayer, gembor / emprat atau gayung. Cara penyiramannya adalah
sebagai berikut :

Pada masa persemaian


Cara penyiraman untuk benih berukuran kecil cukup dengan handsprayer 4 - 5 kali sehari untuk
menjaga kelembaban media. Untuk benih berukuran besar digunakan gembor/emprat berlubang halus
atau tree sprayer.

Pada masa pembibitan


Penyiraman dilakukan dengan gembor dilakukan sebanyak 5 - 6 kali sehari dan ditambahkan larutan
encer hara.
Pada masa pertumbuhan dan produksi
Penyiraman dilakukan dengan memeberikan 1.5 - 2.5 l larutan encer hara setiap harinya.

Penyiraman otomatis
Penyiraman dapat dilakukan dengan Sprinkle Irrigation System dan Drip Irrigation System, yaitu
sistem penyiraman semprot dan tetes . Sumber tenaga berasal dari pompa.

Perawatan Tanaman. Perawatan tanaman yang perlu dilakukan antara lain adalah :

Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan untuk membuang cabang yang tidak dikehendaki, tunas air, atau cabang yang
terkena serangan penyakit. Pemangkasan dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman. Misal pada tomat recento hanya dipelihara satu batang utama untuk produksi.

Pengikatan
Tanaman yang telah berada di wadah tanam selama 7 hari memerlukan penopang agar dapat berdiri
tegak sehingga tanaman dapat tumbuh rapi dan teratur. Penopang tersebut diberikan dengan cara
mengikat tanaman dengan tali (benang rami).

Penjarangan bunga (pada sayuran buah)


Penjarangan bunga perlu dilakukan agar pertumbuhan buah sama besar. Namun hasil penelitian
penjarangan bunga pada ketimun Gherkin tidak menunjukkan hasil yang berbeda dengan perlakuan
tanpa penjarangan bunga.

Pengendalian hama dan penyakit


Pengendalian dapat dilakukan baik secara manual maupun dengan pestisida.

Panen dan Pasca panen

Pemanenan

Dalam pemanenan perlu diperhatikan cara pengambilan buah / hasil panen agar diperoleh mutu yang
baik, misalnya dengan menggunakan alat bantu pisau atau gunting panen. Cara panen yang benar dan
hati-hati akan mencegah kerusakan tanaman yang dapat mengganggu produksi berikutnya.

Kriteria panen masing-masing jenis sayuran berlainan satu sama lainnya dan tergantung dari pasar.
Makin besar buah belum tentu makin mahal / laku, malah termasuk kriteria buah afkir sehingga waktu
panen yang tepat dan pengawasan pada proses produksi perlu diperhatikan.

Penanganan pasca panen

Pemasaran produk hasil budidaya hidroponik sangat dipengaruhi oleh perlakuan pasca panen. Standar
harga penjualan produksi tergantung dari menarik atau tidaknya produk yang dihasilkan, terutama
dilihat dari penampilan produk (bentuk, warna, dan ukuran). Perlakuan pasca panen sangat penting
karena kualitas produk tidak semata-mata dari hasil produksi saja, melainkan sangat tegantung dan
ditentukan oleh penanganan pasca panen, kemasan, sistem penyusunan, metode pengangkutam
maupun selektivitas produk. Kerusakan produk dapat dikurangai dengan penanganan pasca panen yang
tepat sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah pada produk

seledri
Family APIACEAE

Deskripsi

Terna tegak, tahunan, tinggi 25-100 cm. Batang bersegi dan beralur membujur. Bunga banyak, kecil-
kecil, berwarna putih atau putih kehijauan. Dapat dibudidayakan di mana-mana dari dataran rendah
sampai dataran tinggi, menyukai tempat yang lembab dan subur. Sering ditanam dalam pot.

Manfaat

Daun-daunnya digunakan sebagai penambah aroma/rasa pada masakan, juga sebagai sayuran atau
sebagai salad. Selain itu, tanaman ini banyak mengandung vitamin A, C, dan zat besi., dan berkhasiat
sebagai obat rematik.

Syarat Tumbuh

Seledri merupakan tanaman dataran tinggi yang dapat tumbuh baik pada kisaran suhu 7-16° C. Tanah
yang baik untuk areal penanamannya adalah yang subur dan gembur dengan pH 5,5-6,8.

Pedoman Budidaya

PERSEMAIAN Seledri dikembangbiakkan dengan biji. Oleh karena itu, untuk mendapat pertumbuhan
dan produksi yang baik, maka harus ditunjang dengan benih yang baik pula. Beberapa jenis seledri
seperti parsley dan celery, bibitnya umumnya didatangkan dari luar negeri. Sebelum disemaikan,
sebaiknya biji seledri direndam dalam air dengan suhu 50° C selama 15 menit untuk merangsang
perkecambahan. Benih-benih ini kemudian ditaburkan pada alur-alur dalam kotak atau bedeng
persemaian. Jarak antaralur 2 cm dan dalamnya 1 cm. Alur lalu ditutup setipis mungkin dengan tanah
agar mudah berkecambah. PENGOLAHAN TANAH Pengolahan tanah dilakukan sebelum tanaman di
persemaian dipindahkan ke lahan. Tanah dibajak atau dicangkul, diberi pupuk kandang sebanyak 15
ton/ha, digemburkan, serta dibuat bedengan-bedengan. Lebar bedengan lm dan panjangnya disesuaikan
dengan keadaan lahan. Bedengan-bedengan itu kemudian disiram dengan air secukupnya, lalu
didiamkan selama seminggu sehingga reaksi-reaksi di dalam tanah menjadi stabil. PENANAMAN
Setelah berumur 2 minggu, bibit seledri sudah dapat dipindahkan ke bedengan yang telah disiapkan.
Jarak tanam yang digunakan tergantung jenisnya, tetapi umumnya digunakan jarak tanam (40 x 40)
cm.

Pemeliharaan

PEMUPUKAN Selain penggunaan pupuk kandang sebagai pupuk dasar, tanah juga perlu diberi pupuk
susulan berupa pupuk buatan, yaitu urea 435 kg/ha, TSP 400 kg/ha, dan KCl 300 kg/ha.

Hama dan Penyakit

Hama yang sering menyerang pertanaman seledri adalah sebagai berikut. NEMATODA Bagian
tanaman yang diserang adalah akar sehingga tampak berbintil-bintil besar atau kecil. Keadaan ini akan
mengganggu aktivitas akar dalam penyerapan air dan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman.
Serangan yang berat pada saat tanaman muda dapat menyebabkan tanaman tumbuh kerdil. Hama ini
dapat dikendalikan dengan insektisida Curacron dengan dosis 1,3 cc/liter air. KUTU DAUN (APHID)
Hama ini menimbulkan kerusakan pada daun. Daun muda yang terserang menjadi kuning dan akhirnya
mengering. Akibatnya, pertumbuhan tanaman terhambat. Hama ini dapat diberantas dengan insektisida
Basudin 60 EC dengan dosis 2 cc/1 air. PENYAKIT Penyakit pada seledri berupa bercak-bercak
klorosis dan nekrosis yang bisa meluas pada daun dan tangkai daun. Pada bagian yang mengalami
nekrosis tampak bintik-bintik hitam. Sedangkan pada tangkai daun bercak cokelat tampak memanjang.
Penyakit ini dinamakan late night yang disebabkan oleh cendawan Septoria sp. Penyakit lain yang juga
sering menyerang adalah bakterial soft rot yang disebabkan oleh Erwinia carotovora. Penyakit ini
dapat dikendalikan dengan penyemprotan Dhitane dengan dosis 1,5 g/1 air. Namun, jika tanaman telah
terserang, sebaiknya dicabut dan dimusnahkan.

Panen dan Pasca Panen

Seledri mulai dapat dipanen pada umur 6-8 minggu setelah tanam. Yang dipanen adalah daun yang
tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Parsley dapat dipanen beberapa kali hingga mencapai umur
maksimum 5 bulan, biasanya satu tanaman dapat dipanen 6-8.helai daun. Sedangkan celery dipanen
dengan cara dipotong pangkal batangnya tepat di atas akar.

Pedoman Singkat BUDIDAYA TANAMAN BAYAM


(Amaranthus sp)
Ditulis oleh Administrator   
Sabtu, 06 Maret 2010 12:21
BUDIDAYA TANMAN BAYAM
(Amaranthus sp)

I.    Pendahuluan

Bayam (Amaranthus sp) adalah salah satu jenis sayuran daun dari famili Amaranthaceae yang digemari
oleh seluruh lapisan masyarakat, karena rasanya  enak,lunak, dapat memberikan rasa dingin dalam
perut dan dapat memperlancar pencernaan. Cara memasak bayam sangat mudah, cukup memasukkan
daun-daun bayam ke dalam air yang sedang mendidih selama kira-kira 3-5 menit.

Bayam dapat direbus sebagai bahan pecal, gado-gado,bahkan dibuat keripik bayam, yaitu bayam
dicelupkan kedalam adonan  tepung encer kemudian digoreng kering. Bayam banyak mengandung
Vitamin dan garam-garam mineral penting yang diperlukan tubuh seperti ; kalori 36 kal, Protein 3,5 gr,
Lemak 0,5 gr, Karbohidrat 6,5 gr, Kalsium 267 mg. Fosfor 67 mg, Besi 3,9 mg, Vitamin A 6.090 SI,
Vitamin B1 0,08 mg, Vitamin C 80 mg, Air 86,9 gr dan bagian yang dapat dimakan 71 %.

II.    Varietas / Kultivar

Varietas / kultivar bayam yang biasa diusahakan oleh para petani seperti :

a.    Bayam cabut (Amaranthus tricolor)


Batangnya ada yang berwarna kemerah-merahan (bayam merah) dan ada yang berwarna keputih-
putihan.

Varietas yang banyak dibudidayakan baru 2 varietas yaitu Giti Hijau dan Giti Merah (bayam cabut).

b.    Bayam tahun/sikap/kakap (Amaranthus hybridus).

Varietas/kultivar ini biasanya mempunyai daun lebar, yang dipanen daun dan berikut cabangnya.

III.    Tanah dan Iklim

Bayam biasannya tumbuh sepanjang tahun baik didtaran rendah maupun dataran tinggi, suhu udara
yang dikehendaki + 20 C - 32 C, derajat keasaman tanah (pH) 6-7. Tanaman ini memerlukan cukup
banyak air, sehingga paling tepat ditanam pada awal musim penghujan  dan dapat ditanam pada awal
musim kemarau yaitu pada tanah yang gembur dan cukup subur. Namun dapat juga tumbuh ditanah
dengan tekstur liat, liat berpasir dan sebagainya dengan syarat harus diberi pupuk kandang yang cukup
banyak.

IV.    Pembibitan dan Penanaman    

1.     Pembibitan
Bayam diperbanyak dengan biji, tanpa persemaian. Kebutuhan benih bayam untuk 10 M2 bedengan =
10 gram yang berisi kira-kira 10.000 butir biji dengan takaran + 3 sendok the atau 1 kotak korek api.
Benih dapat diperoleh dengan jalan memilih sejumlah tanaman yang pertumbuhannya sehat, kuat, tidak
terserang hama dan penyakit. Benih yang telah dipanen dijemur sampai kering kemudian dirontokkan,
Dibersihkan dan disimpan dalam kaleng lalu dibungkus kantong plastik kedap udara.

2.    Pengolahan tanah    


Penggemburan tanah untuk bayam cabut dilakukan dengan mencangkul sedalam 20 cm sedang untuk
bayam tahunan dicangkul lebih dalam lagi + 30 cm. Setelah tanah diratakan kamudian diberi pupuk
kandang sebanyak + 10 ton/Ha atau 1 kg/m2.
Bedengan dibuat 1 x 5 meter baik untuk bayam cabut maupun bayam tahun, diantara bedengan dibuat
parit selebar + 30 cm untuk memudahkan penyiraman dan sekaligus berfungsi sebagai saluran drainase.

3.    Pemupukan
Pupuk kandang diberikan 1 minggu sebelum tanam, pupuk buatan perlu juga diberikan sebagai pupuk
dasar. Jenisnya Urea, TSP/SP 36 dan KCI. Pemberian pupuk disebarkan dalam garitan + 5 cm di
sebelah kanan dan kiri barisan. Pemupukan diberikan sesuai dengan anjuran seperti dibawah ini :

HST : Hari Setelah Tanam

4.     Penanaman
Sebelum benih disebar pada bedengan yang basah biji bayam harus

Dicampur dengan abu dapur yang kering dengan takaran 1 : 1. Benih disebarkan atau dideretkan dalam
garitan, diatas suatu bedengan yang telah diberi cukup pupuk kandang. Jarak antar garitan 15-20 cm.
Setelah benih dtebar ditutup dengan tanah tipis merata kemudian dilakukan penyiraman secara hati-
hati. Benih mulai berkecambah pada hari ke 5.

V.    Pemeliharaan

1.    Penyiangan

Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur + 2 minggu, rumput  tanaman penggangu dicabut
dan dibuang, lalu tanah disekitar batang tanaman digemburkan. Penyiangan berikutnya dilakukan setiap
2 minggu.

2.    Penyiraman

Penyiraman dilakukan dengan hati-hati dengan menggunkan gembor berlubang halus. Tanah dijaga
agar tetap lembab tetapi tidak becek. Hal ini dilakukan terus-menerus hingga tanaman siap panen.

3.    Penjarangan

Penjarangan untuk bayam cabut dilakukan pada saat tanaman berumur 20, 25 dan 30 hari dengan
mencabut tanaman yang sudah besar dan terlalu rapat. Penjarangan ini sekaligus merupakan
pemanenan bayam tersebut. Proses penjarangan + 5 hari sekali, dilakukan dengan hati-hati

Agar tidak merusak tanaman yang tinggal.

4.    Pengendalian organisme penggangu  tanaman

Gangguan hama penyakit tidak banyak dijumpai, kecuali adanya kerusakan daun yang ditimbulkan
oleh ulat daun. Gangguan serangan hama diatur dengan insektisida yang ada dipasaran dengan dosis
sesuai aturan yang diberikan apabila dianggap sangat perlu. Hindarkan pemberian obat-obatan secara
berlebihan. Pemberian obat-obatan ini dihentikan minimal 1 minggu menjelang pemanenan. Gangguan
lain seperti rumput-rumput terutama rumput teki, lempuyangan dan gulma diberantas dengan dicabut.

5.    Panen

Proses penjarangan pada bayam cabut sekaligus merupakan pelaksanaan pemanenan hasil. Pemanenan
dapat dilakukan berturut-turut pada umur 20,25 dan 30 hari dengan menyisakan beberapa tanaman yang
tumbuhnya subur untuk menghasilkan benih.    
Untuk bayam petik (bayam tahun) pemungutan hasil dilakukan dengan jalan  memetik pucuk-pucuk
daun. Pemungutan hasil hasil dilakukan pada umur 3 minggu setelah tanam. Hasil yang diperoleh
dengan cara cabutan sebanyak + 7kg/m2 atau 35 kg per bedengan (5 m2), sedangkan untuk yang
dipanen daunnya (bayam tahun) hasil yang diperoleh diperkirakan 15 kg/ 5 m2.

Anda mungkin juga menyukai