Anda di halaman 1dari 6

Universitas Esa Unggul

BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan uji hipotesis yang ditelah dibahas pada sub-bab sebelumnya


maka pembahasan dari hasil uji hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

5.1 Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Independensi Dewan


Komisaris Terhadap Fee Audit
Hasil Pengujian pada penelitian ini menunjukan bahwa tinggi
rendahnya fee audit yang dikeluarkan sutu perusahaan dipengaruhi oleh
profitabilitas, leverage, dan independensi dewan komisaris, maka H1 diterima.
Profitabilitas yang diproksikan menggunakan return on assets (ROA)
berpengaruh positif signifikan terhadap fee audit. Perusahaan dengan tingkat
ROA yang tinggi menandakan bahwa perusahaan mampu mengoptimalkan
penggunaan aset dalam memperoleh keutungan. Namun, hal tersebut akan
mengakibatkan biaya audit eksternal yang dikeluarkan perusahaan akan ikut
meningkat.
Leverage yang diproksikan menggunakan debt to equity ratio (DER)
tidak memiliki pengaruh terhadap besar kecilnya fee audit yang dibayarkan
pada auditor. Hal ini disebabkan karena perusahaan dapat mengelola
hutangnya dengan baik dan melakukan pinjaman yang sudah disesuaikan
dengan kemampuan perusahaan. Dengan tingginya profitabilitas yang
dimiliki perusahaan manufaktur dapat menutupi utang yang dimiliki
perusahaan.
Independensi dewan komisaris yang dihitung dengan membandingkan
komisaris independen dengan total dewan komisaris yang dimiliki perusahaan
tidak berpengaruh terhadap besar kecilnya fee audit. Hal ini disebabkan
karena ada atau tidaknya komisaris independen dalam perusahaan tidak
memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kualitas laporan keuangan
perusahaan.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
profitabilitas, leverage, dan independensi dewan komisaris secara simultan
berpengaruh terhadap fee audit.

5.2 Pengaruh Prifitabilitas Terhadap Fee audit


Pengujian hipotesis yang kedua menunjukkan bahwa profitabilitas
secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap fee audit. Hal ini
menunjukkan bahwa H2 diterima.
Profitabilitasi merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk
memperoleh laba pada periode tertentu (Huri dan Syofyan, 2019)[4]. Pada
penelitian ini rasio profitabilitas diukur menggunakan return on asset (ROA)
yang dihitung dengan membandingkan laba bersih dengan total aset

50
Universitas Esa Unggul

perusahaan (Azisa, 2018)[12]. Menurut teori agensi bahwa hubungan agensi


adalah suatu pendelegasian wewenang dari principal (investor) kepada agent
(manajer), sehingga manajer memiliki tugas untuk mengelola perusahaan atas
nama investor. Bentuk pertanggungjawaban atas pengelolaan perusahaan
yang dilakukan manajer kepada investor yaitu laporan keuangan. Laporan
keuangan sebuah informasi tertulis mengenai hasil operasi dan kondisi
keuangan perusahaan selama periode tertentu. Selain itu, dalam laporan
keuangan juga berisi informasi mengenai kondisi laba atau tidaknya suatu
perusahaan yang terdapat dalam laporan laba rugi. Menurut Petronila (2007)
dalam Hasan (2017)[19] kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba
secara efektif dan efisien dapat dilihat melalui rasio profitabilitas.
Nilai profitabilitas yang tinggi mengindikasikan kinerja manajemen
yang baik karena hal tersebut mempengaruhi cepat atau lambatnya
manajemen melaporkan kinerjanya. Berdasarkan hal tersebut maka,
perusahan yang memiliki profitabilitas yang tinggi akan menyajikan lebih
banyak informasi untuk diperiksa oleh auditor. Dengan demikian perusahaan
dengan tingkat keuntungan yang tinggi cenderung akan membayar biaya audit
yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena perusahaan dengan tingkat laba
yang tinggi memerlukan pengujian validitas dan pengakuan pendapatan dan
biaya dalam memeriksa laporan keuangannya. Sehingga, waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan proses auditnya akan lebih lama
dibandingkan perusahaan dengan profitabilitas yang rendah sehingga fee
audit yang diberikan juga akan semakin meningkat (Hasan, 2017)[19].
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang ditentukan dalam
penelitian. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan
maka fee audit akan semakin tinggi. Penelitian ini konsisten dengan hasil
penelitian Hafiza (2017)[3] dan Azisa (2018)[12], yang menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap fee audit. Namun, hasil
penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Handoko (2017)[5], yang
menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh tidak signifikan terhadap fee
audit.

5.3 Pengaruh Leverage Terhadap Fee Audit


Pengujian hipotesis yang ketiga menunjukkan bahwa leverage secara
pasrsial tidak berpengaruh terhadap fee audit. Hal ni menunjukkan bahwa H3
ditolak.
Leverage merupakan rasio yang menunjukkan penggunaan utang yang
dimiliki oleh perusahaan untuk membiayai aktivitas operasionalnya. Pada
penelitian ini leverage diproksikan dengan debt to equty ratio (DER) (Adli
dan Suryani, 2019)[23]. Leverage dalam penelitian ini tidak berpengaruh
terhadap fee audit eksternal, yang mengindikasikan bahwa tinggi atau
rendahnya rasio DER yang dimiliki oleh perusahaan belum bisa
mempengaruhi besarnya fee audit.

51
Universitas Esa Unggul

Hasil penelitian ini dapat terjadi karena audit fee pada praktiknya
sudah ditentukan oleh kantor akuntan publik (KAP) yang sebelumnya sudah
ada kesepakatan dengan pihak klien. Diantara KAP dan klien akan terjadi
tawar menawar tentang besaran fee audit yang akan dibayarkan perusahaan
berdasarkan risiko yang sudah dinilai. Sehingga walaupun kondisi leverage
perusahaan tinggi, tidak akan mempengaruhi besaran fee audit yang sudah
ditetapkan diawal, oleh karena itu perusahaan akan membayarkan fee sesuai
dengan kontrak antara KAP dengan klien. Adapun jika memang terdapat
pekerjaan tambahan yang perlu dilakukan, hal tersebut juga akan sesuai
dengan kesepakatan yang nanti ditentukan berdasarkan prosedur audit yang
akan dilaksanakan. Dengan demikian fee tambahan akan ada ketika klien
meminta untuk melakukan investigasi terhadap temuan yang sudah tercantum
di kertas kerja untuk lebih ditelusuri secara mendalam (Rohmaniyah, 2017)
[32]. Perusahaan dalam hal ini juga walaupun memiliki utang yang tinggi
bukan berarti tidak ingin membayarkan atau meminimalkan fee, tetapi
perusahaan tetap memiliki keiinginan untuk menjalakan audit yang
berkualitas. Karena sudah semestinya laporan keuangan perusahaan di audit
dengan menggunakan jasa auditor sehingga tanpa melihat rasio leverage
perusahaan harus membayar fee audit (Azisa, 2018)[12].
Berdasarkan hasil penelitian, perusahaan manufaktur lebih
menggunakan utangnya dalam memenuhi kebutuhan operasional perusahaan
dibandingkan dengan menggunakan modalnya. Karena adanya utang maka
perusahaan memiliki kewajiban untuk membayarkan pokok dengan
bunganya, namun dengan utang yang tinggi tidak menyebabkan risiko
perusahaan menjadi tinggi. Sehingga tingginya leverage tidak akan
meningkatkan fee audit. Hal ini dikarenakan tingginya profitabilitas yang
dimiliki perusahaan manufaktur dapat digunakan untuk membayar utang yang
dimiliki oleh perusahaan dan membayar fee audit atas audit laporan keuangan
perusahaan. Chandra (2015)[16] juga menyebutkan tujuan utama perusahaan
berutang adalah untuk meningkatkan kegiatan operasional perusahaan yang
nantinya akan mengarah kepada meningkatnya laba perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Yulianti et al. (2019)[1] dan Chandra (2015)[16] yang menyatakan
bahwa risiko perusahaan yang doproksikan dengan leverage berpengaruh
tidak signifikan terhadap fee audit. Namun betolak dengan penelitian, Sanusi
dan Purwanto (2017)[15] yang menyatakan risiko perusahaan yang
diproksikan dengan leverage berpengaruh positif terhadap biaya audit
eksternal.
Penelitian ini bertentangan dengan teorinya yang menyatakan bahwa
tingginya rasio leverage, dapat meningkatkan kesulitan keuangan yang
berdampak pada pelaksanaan auditnya. Sehingga auditor membutuhkan

52
Universitas Esa Unggul

tambahan prosedur yang mengakibatkan waktu penyelesaian audit tersebut


semakin lama dan fee audit akan semakin meningkat (Chandra, 2015)[16].

5.4 Pengaruh Independensi Dewan Komisaris Terhadap Fee Audit


Pengujian hipotesis yang keempat menunjukkan bahwa independensi
dewan komisaris secara parsial memiliki pengaruh negatif tidak signifikan
terhadap fee audit. Hal ini menunjukkan bahwa H4 ditolak.
Komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang
tidak mempunyai hubungan afiliasi dan tidak mempunyai saham baik secara
langsung maupun tidak langsung pada perusahaan publik. Independensi
dewan komisaris diukur dengan membandingkan jumlah komisaris
independen dengan total dewan komisaris perusahaan (Nurmayani, 2018)
[26]. Dewan komisaris independen yang terpisah dari pihak manajemen
memiliki tugas untuk mengawasi kinerja manajemen, termasuk mengawasi
pelaporan laporan keuangan. Adanya pengawasan dari dewan komisaris yang
independen akan berdampak pada pelaporan keuangan yang baik. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan dengan struktur governance yang kuat,
membuat manajemen cenderung akan mencari jasa audit dengan kualitas
yang lebih baik. Hal itu dilakukan karena untuk melindungi kekayaan
pemegang saham dan nama baik perusahaan. Dalam hal ini perusahaan akan
lebih memilih KAP big four untuk memberikan fee audit yang lebih tinggi
dalam memeriksakan laporan keuangan perusahaannya. Karena dilihat dari
independensinya, KAP big four dinilai lebih baik dan berkualitas daripada
KAP non-big four. Sehingga KAP big four dianggap lebih mampu melakukan
pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusahaan (Sinaga dan
Rachmawati, 2018)[28].
Keberadaan komisaris independen memiliki tujuan untuk mewujudkan
objektivitas, independen, kewajaran, serta dapat memberikan keseimbangan
antara kepentingan pemegang saham mayoritas dan juga perlindungan
terhadap kepentingan pemegang saham minoritas. Surat keputusan IAPI
nomor KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang basis penetapan fee audit menyatakan
bahwa dalam menetapkan imbal jasa (fee) audit, Akuntan Publik harus
mempertimbangkan kebutuhan klien, tugas dan tanggung jawab menurut
hukum, independensi, tingkat keahlian, waktu, serta basis penetapan fee audit.
Basis penetapan fee audit ditentukan berdasarkan kesepakatan antara KAP
dengan komite audit perusahaan (Chandra, 2015)[16]. Dengan demikian
semakin banyak dewan komisaris independen yang dimiliki perusahaan
belum tentu akan meningkatkan kualitas laporan keuangan yang akan
menuntut kualitas audit yang baik sehingga akan meningkatkat pembayaran
fee audit kepada auditor. Alasan lainnya, menurut Putri dan Utama, 2014
dalam Suryanto et al. (2018)[17] menyatakan bahwa keberadaan komisaris

53
Universitas Esa Unggul

independen hanya dianggap sebagai pemenuhan persyaratan untuk peraturan


Bursa Efek Jakarta melalui peraturan Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Chandra (2015)[16]
dan Suryanto et al. (2018)[17], yang menyatakan bahwa independensi dewan
komisaris tidak berpengaruh terhadap fee audit. Namun, hasil penelitian ini
bertolak belakang dengan penelitian Sitompul (2019)[2] dan Hafiza (2017)
[3], yang menyatakan bahwa independensi dewan komisaris berpengaruh
positif signifikan terhadap fee audit.
Hasil penelitian ini juga bertentangan dengan teorinya yang
menyatakan bahwa struktur governance yang kuat akan meningkatkan
permintaan terhadap jasa audit eksternal, sehingga meningkatkan fee audit
(Sukaniasih dan Tenaya, 2016)[27].

5.5 Temuan Penelitian


Berdasarkan hasil penelitian ini menemukan beberapa kenyataan yang
dianggap perlu untuk dinyatakan agar mampu mendukung hasil penelitian ini
dan membantu penelitian untuk dimasa yang akan datang. Temuan-temuan
dalam penelitian ini adalah profitabilitas yang diproksikan dengan return on
asset (ROA) dalam penelitian ini berpengaruh positif secara signifikan
terhadap fee audit. Hal ini semakin tinggi profitabilitas, perusahaan cenderung
akan membayarkan fee audit lebih tinggi kepada auditor dalam melaksanakan
tugasnya. Hal ini disebabkan waktu audit yang akan bertambah lama karena
perusahaan dengan laba yang tinggi, membutuhkan pengakuan pendapatan
biaya dan uji validitas terhadap laporan keuangan yang akan diaudit.
Debt to equity ratio (DER) pada penelitian ini tidak memiliki
pengaruh terhadap fee audit. Berbeda dengan hipotesisnya yang menyatakan
bahwa leverage berpengaruh secara positif terhadap fee audit. Hal ini
dikarenakan karena audit fee pada praktiknya sudah ditentukan oleh kantor
akuntan publik (KAP) yang sebelumnya sudah ada kesepakatan dengan pihak
klien. Serta perusahaan tetap memiliki keinginan menggunakan jasa audit
yang berkualitas sehingga tanpa melihat rasio leverage perusahaan akan tetap
membayarkan fee audit.
Indipendensi dewan komisaris pada penelitian ini tidak memiliki
pengaruh terhadap fee audit. Berbeda dengan hipotesisnya yang menyatakan
bahwa komisaris independen berpengaruh secara positif terhadap fee audit.
Dengan demikian ada atau tidaknya komisaris independen dalam perusahaan
tidak akan mempengaruhi biaya audit ekternal. Hal ini dikarenakan
terdapatnya surat keputusan yang dikeluarkan IAPI nomor
KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang basis penetapan fee audit. Surat tersebut
menyatakan bahwa dalam menetapkan imbal jasa (fee) audit, Akuntan Publik
harus mempertimbangkan kebutuhan klien, tugas dan tanggung jawab
menurut hukum, independensi, tingkat keahlian, waktu, serta basis penetapan

54
Universitas Esa Unggul

fee audit. Basis penetapan fee audit ditentukan berdasarkan kesepakatan


antara KAP dengan komite audit perusahaan.
Pada penelitian ini nilai koefisien determinasi Adjusted R2 sebesar
0,026 yang berarti bahwa pengaruh dari variabel profitabilitas, leverage, dan
independensi dewan komisaris sebesar 2,6% sedangkan sisanya sebesar
97,4% terhadap fee audit. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada variabel lain
yang bisa menambah kontribusi dalam mempengaruhi fee audit yang tidak
dimasukkan pada penelitian ini.

5.6 Keterbatasan Penelitian


Dalam melaksanakan penelitian ini, terdapat beberapa hal yang
membatasi pelaksanaan penelitian yang mampu mempengaruhi hasil
penelitian ini. Adapun keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Fee audit di Indonesia masih berupa voluntary disclousures yang
menyebabkan tidak semua perusahaan mencantumkan data tersebut
dalam laporan keuangannya. Oleh karena itu, penelitian ini
menggunakan Professional Fees untuk menggambarkan fee audit.
2. Penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3. Tahun penelitian yang digunakan hanya 5 tahun, sehingga jumlah
sampel terbatas.
4. Variabel independen yang digunakan hanya tiga variabel yaitu
profitabilitas yang diukur menggunakan ROA, leverage yang diukur
menggunakan DER, dan independensi dewan komisaris yang diukur
dengan membandingkan jumlah komisaris independen terhadap
dewan komisaris perusahaan, sehingga terdapat faktor-faktor lain
yang lebih berpengaruh terhadap fee audit.

55

Anda mungkin juga menyukai