Transportasi darat khususnya bidang lalu lintas dan angkutan jalan merupakan komponen yang sangat penting dari sektor Perhubungan. Perananya dalam pembangunan tidak dapat diabaikan. Perpindahan manusia, barang dan jasa dari suatu tempat ke tempat tujuan di seluruh daratan di tanah air memperlihatkan tren kenaikan volume dari tahun ke tahun. Akan tetapi hal ini tidak didukung oleh tersedianya sarana prasana lalu lintas yang memadai. Lebar dan panjang jalan tidak berbanding lurus dengan jumlah kendaraan yang meningkat terus. Angka kecelakaan dari tahun ke tahun terus bertambah. Kemacetan terjadi di mana, terutama di kota besar. Pemandangan yang didominasi menumpuknya kendaraan bermotor sering terjadi. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya tenggang rasa antar pengemudi dan pengendara kendaraan bermotor. Mereka saling serobot tidak mau mengalah antara satu dengan lainnya. Tindakan mereka yang begitu itu disebabkab oleh karena kurang pemahaman etika dan sekaligus implementasinya di jalan raya. Sebagaimana kita ketahui bahwa dari tahun ke tahun permasalahan- permasalahan di bidang transportasi jalan semakin meningkat, seperti semakin tingginya jumlah kendaraan khususnya sepeda motor, tingginya kecelakaan di jalan khususnya yang melibatkan pelajar yang berakibat kerugian yang tidak sedikit bahkan merengut nyawa para pengguna jalan yang terlibat dalam kecelakaaan. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting untuk dimiliki oleh suatu kota, terutama kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak penduduk. Sistem transportasi merupakan hal krusial dalam menentukan keefektifan suatu kota. Pergerakan penduduk dan aktivitas ekonomi yang menggerakkan kota sangat tergantung pada sistem transportasi tersebut. Tanjung Selor merupakan salah satu Ibu kota Provinsi kalimantan utara, oleh karena itu sistem transportasinya merupakan hal yang penting. Salah satu sistem transportasi umum yang ada di tanjung selor adalah Angkutan Kota. Angkutan kota (angkot) sudah menjadi kebutuhan utama dalam mendukung kehidupan sehari- hari bagi sebagian besar masyarakat kota tanjung selor. Posisi angkutan kota yang menjadi kebutuhan utama ini menyebabkan banyaknya jumlah kendaraan angkutan kota di Kota Tanjung Selor. Namun hal tersebut ternyata tidak diiringi dengan adanya sikap tertib dalam berlalu lintas oleh sejumlah kendaraan angkotan kota di Kota Tanjung Selor. Menurut data yang diperoleh dari Satlantas Kepolisian Wilayah Kota Tanjung Selor Tahun 2009, dapat dilihat bahwa jumlah keseluruhan pelanggaran lalu lintas yang terjadi pada tahun 2009 berjumlah 2.846 kasus. Dan 675 kasus diantaranya merupakan pelanggaran yang dilakukan pengemudi angkutan kota. Jenis pelanggaran yang dilakukan meliputi pelanggaran dalam hal marka atau rambu lalu lintas. Hal tersebut didasari dengan kenyataan yang dihadapi di lapangan. Para sopir menunjukan adanya masalah dalam perilaku berlalu lintas. Mereka khususnya sering menerobos lampu lalu lintas dan tidak disiplin dalam berlalu lintas, hal tersebut dapat dilihat dari perilaku para sopir angkutan kota yang dengan menaikan dan menurunkan penumpang seenaknya. Padahal sesuai aturan yang ada para sopir angkot hanya diperbolehkan untuk menghentikan kendaraannya sesuai dengan rambu-rambu lalu lintas yang ada. Namun kadang rambu tersebut justru tidak diindahkan oleh para sopir angkutan kota sehingga menimbulkan kemacetan di ruas jalan utama. Apalagi pada saat jam sekolah baik pada pagi hari maupun siang hari dimana volume kendaraan pada saat itu cukup padat. Akibat sikap sopir demikian, kemacetan panjang terjadi, masyarakat pengguna jalan raya lainnya terganggu dan resah melihat prilaku sopir itu. Hal tersebutlah yang membuat sopir angkutan umum seringkali menjadi sasaran tudingan sebagai sumber penyebab kemacetan dan kecelakaan lalu lintas.selain Angkutan kota (Angkot) pengendara roda empat dan roda dua umumnya dikalangan pelajar juga sangat sering kali melanggar peraturan lalu lalu lintas seperti menerobos lampu lalu lintas dan memutar kendaraan di sembarang tempat bahkan sudah jelas ada rambu lalu lintas larangan memutar balik kendaraan namun tetap saja pengendara kendaraan tersebut tidak mematuhi peraturan yang ada. Bukan hanya pengemudi kendaraan namun pengguna jalan yang berjalan kaki juga seing melanggar peraturan dengan tidak berjalan ditempat yang telah disediakn oleh pemerintah, seperti trotoar dll dan para pejalan kaki juga sering kali menyebrang tanpa memperhatikan keselamatan dan keamanan lalu lintas sehingga sering kali menyebkan terjadinya kecelakaaan lalu lintas. Perbedaan tingkat pengetahuan dan atau pemahaman terhadap aturan yang berlaku mengakibatkan suatu kesenjangan yang berpotensi memunculkan permasalahan dalam berlalu lintas, baik antar pengguna jalan itu sendiri maupun antara pengguna jalan dengan aparat yang bertugas untuk melaksanakan penegakkan hukum di jalan raya. Untuk penegakan peraturan lalu lintas, maka masalah ini harus ditinjau dari sudut pola perilaku yang nyata dari penegak hukum peraturan lalu lintas Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian berjudul “ Analisa tingkat pemahaman pengguna jalan (pejalan kaki dan pengemudi kendaraan) terhadap rambu lalu lintas di kota Tanjung Selor” 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut “ Bagaimana cara meningkatkan pemahaman pengguna jalan ( pejalan kaki dan pengemudi kendaraan) terhadap rambu lalu lintas serta penerapkan etika berlalu lintas dijalan yang ada di kota Tanjung Selor kalimantan Utara” 1.3 Tujuan Adapun tujuan penelitian tersebut dilakukan adalah Menanamkan dan membangun kesadaran pengguna jalan (pejalan kaki dan pengemudi kendaraan) untuk berperilaku tertib berlalu lintas dengan tidak melanggar rambu lalu lintas serta bertanggung jawab untuk meningkatkan keselamatan. 1.4 Batasan Masalah Untuk membatasi permasalahan agar penelitian lebih terarah, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian yaitu : 1. Penelitian dilakukan pada jalan / lokasi yang ada di Tanjung Selor, kabupaten bulungan kalimantan utara. 2. Data mengenai lalu lintas harian pengemudi kendaraan diperoleh dari Dinas Perhubungan Kab Bulungan. 1.5 Manfaat Penelitian A. Akademik Sebagai bahan / Dasar untuk mengembangkan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan Analisa tingkat pemahaman pengguna jalan (pejalan kaki dan pengemudi kendaraan) terhadap rambu lalu lintas dikota Tanjung Selor. B. Non Akademik 1. Bagi pengguna jalan Untuk mencegah terjadinya kecelakaan atau tabrak lari dikalangan pengguna jalan serta meningkatkan keselamatan berlalu lintas. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini diklasifikasikan kedalam III (TIGA) bab antara lain sebagai berikut : Bab I berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, manfaat penelitian, lingkup penelitian serta sistematika penulisan. Bab II berisikan tinjauan pustaka atau dasar teori, hipotesis dan definisi konsepsional yang diambil dari beberapa dasar teori yang relevan sebagai landasan teori pemecahan masalah. Bab III Metodelogi Penelitian yang menguraikan tentang definisi operasional, waktu dan tempat penelitian, teknik pengumpulan data serta alat analisis dan pengujian hipotesis yang digunakan dalam memecahkan permasalahan yang diteliti. Bab IV Hasil penelitian berisi tentang hasil-hasil dari data-data yang telah diperoleh dari penelitian serta hasil perbandingan dari beberapa metode yang digunakan untuk penelitian. Bab V penutup merupakan bab terakhir dan pembahasan yang berisi kesimpulan dan hasil penelitian dan juga saran – saran yang diberikan penulis agar penelitian tersebut dapat di kembangkan menjadi penelitian yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-Dasar Teori 2.1.1 Pengertian Lalu Lintas Manusia adalah makhluk sosial dan pasti butuh berhubungan dengan orang lain. Hubungan antar manusia bisa dikemukakan bahwa manusia berinteraksi dengan manusia lain.Didalam berinteraksi manusia tentu berpindah tempat dari satu tempat ke tempat yang lain. Kemudian muncullah istilah “Transportasi” yaitu perpindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan manusia atau mesin. Seiring perkembangan zaman manusia dapat menciptakan kendaraan bermotor untuk memudahkan manusia dalam bertransportasi. Dalam bertransportasi kemudian dikenal istilah “Lalu Lintas”. Di dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Lalu Lintas didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan. Jadi pergerakan kita dari suatu tempat ke tempat tujuan dengan menggunakan alat transportasi melalui ruang jalan bisa dikatakan sebagai lalu lintas.
2.1.2 Hubungan antara etika dengan berkendara di jalan raya.
Dalam penggunaan fasilitas jalan tidak sendirian, namun bersama dengan banyak orang karena kita hidup bermasyarakat. Cakupan masyarakat tentu sangat luas, dan pasti memiliki pemikiran yang berbeda- beda dan cenderung memikirkan kepentingannya masing-masing. Tanpa adanya Etika Berlalu Lintas mungkin kita tidak bisa membayangkan, pasti sering terjadi kecelakaan di jalan raya. Kejadfian ini disebabkan kurangnya tenggang rasa antar pengguna jalan, pengemudi cenderung egois ingin cepat sampai. Jika ini dibiarkan terus-menerus maka angka kecelakaan akan semakin meningkat. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman dan pelaksanaan Etika Berlalu Lintas. Etika Berlalu Lintas yaitu pedoman sikap atau aturan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lain di dalam berlalu lintas. Etika tidak hanya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari saja, namun etika juga sangat penting diterapkan dalan berlalu lintas. Prinsip etika yang diterapkan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan etika berlalu lintas hampir sama yaitu tenggang rasa dan saling menghargai. Dalam berlalu lintas kita harus tenggang rasa dengan pengguna jalan lain dan jangan mementingkan egois. Manfaat dan tujuan dibuat Etika Berlalu Lintas antara lain 1. Dapat mengatur individu dalam menggunakan jalan sehingga tidak seenaknya sendiri. 2. Tercipta kelancaran, keteraturan, keselamatan, serta ketertiban. 3. Dapat mengurangi angka kecelakaan. Menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 dikatakan tertib, lancar, aman dan terpadu apabila dalam berlalu lintas berlangsung secara teratur sesuai dengan hak dan kewajiban pengguna jalan serta bebas dari hambatan dan kemacetan jalan. Tanpa adanya Etika Berlalu Lintas, maka pengemudi akan mengemudi seenaknya sendiri tanpa mempedulikan keselamatan orang lain, lalu tidak akan berjalan dengan baik, sehingga rawan terjadi kecelakaan, sarta akan terjadi kemacetan parah. Pelanggaran lalu lintas adalah masalah penyebab sebagian besar kecelakaan lalu lintas. Terutama karena faktor manusia pengguna jalan yang tidak patuh terhadap peraturan lalu lintas. Namun dapat juga ditemukan penyebab di luar faktor manusia seperti ban pecah, rem blong, jalan berlubang, dan lain-lain. Demikian juga masalah kemacetan lalu lintas, data menunjukkan bahwa kemacetan itu diakibatkan oleh pelanggaran yang dilakukan oleh pemakai atau pengguna jalan. Adapun faktor lain yang menjadi penyebab kemacetan selain pelanggaran lalu lintas seperti volume kendaraan yang tinggi melalui ruas jalan tertentu, kondisi jalan, dan infrastruktur jalan yang kurang memadai. Perbedaan tingkat pengetahuan dan pemahaman terhadap aturan yang berlaku mengakibatkan suatu kesenjangan yang berpotensi memunculkan permasalahan dalam berlalu lintas, baik antar pengguna jalan itu sendiri maupun antar pengguna jalan dengan aparat yang bertugas untuk melaksanakan penegakan hukum di jalan raya. pemberlakuan tilang terasa belum efektif sampai saat ini sebagai alat dalam menegakkan peraturan perundang-undangan dan sarana dalam meningkatkan disiplin masyarakat pemakai atau pengguna jalan, sehingga angka pelanggaran lalu lintas belum dapat ditekan. Upaya lain dalam mengurangi pelanggaran dengan cara persuasif tampaknya sangat komplek dan tidak dapat ditangani secara baik dan benar oleh satu instansi saja yaitu kepolisian, maka diperlukan koordinasi yang baik antar instansi untuk mengoptimalkan penegakan hukum lalu lintas yang bersifat represif. Kendala-kendala yang dihadapi kepolisian untuk menegakkan hokum terhadap pelanggaran lalu lintas, antara lain adalah : Kurangnya kesadaran hukum pada masyarakat Kurangnya kemampuan oleh Polisi Kewenangan perundang-undangan bermasalah Kurangnya sarana prasarana yang mendukung
2.1.3 Kendala dalam Mewujudkan Budaya Tertib Lalu Lintas di Jalan
Mengemudi motor bagi pelajar saat ini merupakan suatu kebutuhan. Karena mereka memerlukan alat transportasi untuk bisa berangkat ke sekolah. Sehingga sebagian besar pemakai jalan yaitu dari kalangan pelajar. Diantara mereka sangat sedikit yang memiliki budaya tertib lalu lintas di jalan. Karena mereka tidak mengerti apa itu budaya tertib lalu lintas. Mereka lebih memprioritaskan dalam mengikuti perkembangan teknologi di era globalisasi kali ini. Mereka berusaha agar tidak gagap teknologi karena mereka malu untuk bergaul apanbila mereka ketinggalan dalam perkembangan teknologi. Anggapan mereka itu tidak salah karena kita harus selalu mengikuti perkembangan jaman. Tidak kalah penting dari itu adalah budaya tertib lalu lintas yang seharusnya dimiliki oleh kalangan pelajar. Karena bisa kita amati di jalan sebagian besar pemakai jalan adalah pelajar, sehingga tidak bisa dipungkiri kalau budaya tertib lalu lintas sangatlah penting untuk dimiliki oleh pelajar. Tetapi untuk menumbuhkan ataupun mewujudkan budaya tertib lalu lintas pada kalangan pelajar sangatlah sulit. Karena mereka lebih menyukai hal-hal yang bisa membuat mereka senang. Mereka lebih menyukai hal-hal baru yang lebih menarik. Adapun beberapa kendala dalam mewujudkan budaya tertib lalu lintas di jalan pada kalangan pelajar yaitu: 1. Pengawasan yang kurang dari pihak kepolisian Sebagian besar pelajar saat ini tidak mematuhi peraturan berlalu lintas di jalan raya jika tidak ada pengawasan dari pihak kepolisisan, meskipun peraturan tersebut dibuat oleh pemerintah. Pelajar saat ini, tidak akan berubah apabila belum merasa jerah atas perbuatan yang melanggar peraturan. Dan juga mereka menganggap apa yang mereka lakukan tidak akan diberikan sanksi karena tidak ada pengawasan dari pihak kepolisian. Sehingga mereka dapat melakukan apapun sesuai keinginan mereka. 2. Kebijakan pemerintah yang belum tegas Pemerintah memang telah membuat peraturan tentang tertib lalu lintas. Tetapi tindak lanjut dari pemerintah sangatlah kurang. Meskipun dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 293 ayat 1 yang berbunyi setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan tanpa menyalakan lampu utama pada malam hari dan kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah). Tetapi tidak ada tindak lanjut dari kebijakan tersebut. Sehingga pelajar tidak takut jika mereka melanggar peraturan yang dibuat pemerintah. Bahkan dari mereka meremehkan fungsi lampu utama. Contohnya saja pada keadaan tertentu seperti waktu terjadi kabut seharusnya kita menyalakan lampu utama. Tetapi mereka tidak menghiraukan itu, mereka menganggap itu tidak penting untuk keselamatan mereka. 3. Budaya pelajar dalam berangkat sekolah 4. Hal ini disebabkan karena mayoritas dari pelajar membudayakan berangkat sekolah yang mepet dengan waktu masuk sekolah mereka. Dengan dibayangi sanksi yang akan mereka terima di sekolah, para pelajar menjadi kurang memperhatikan rambu-rambu di jalan. Sehingga keselamatan pelajar itu sendiri dan pengguna jalan lain terancam.
2.1.4 Pentingnya Budaya Tertib Lalu Lintas di Jalan
Budaya tertib lalu lintas sangatlah bermanfaat bagi kita. Rambu-rambu lalu lintas dibuat untuk memberitahukan sesuatu hal baik yang bersifat peringatan, larangan, perintah dan petunjuk bagi pemakai jalan. Sehingga rambu-rambu tersebut dibuat untuk ditaati sekaligus dapat memberikan informasi tentang kondisi jalan yang ada saat itu. Beberapa manfaat akan kita dapatkan ketika kita memiliki budaya tertib lalu lintas, antara lain : 1. Sampai tujuan dengan selamat Jika semua orang terutama kalangan pelajar memiliki budaya tertib lalu lintas maka keselamatanpun terjamin. Budaya tertib lalu lintas antara lain menjadi pengguna jalan yang baik, menaati rambu-rambu lalu lintas, serta peraturan yang mengenai lalu lintas. Sehingga mereka sampai tujuan dengan selamat. 2. Mengurangi tingkat pelanggaran lalu lintas Dengan adanya budaya lalu lintas di jalan pada kalangan pengguna jalan, maka tingkat pelanggaran lalu lintas pun akan berkurang. Sehingga kedamaian pemakai jalan akan lebih meningkat. 2.2 upaya- upaya yang harus di lakukan dalam mengatasi pelanggaran lalu lintas Berikut ini adalah cara yang harus dilakukan dalam mengatasi pelanggaran lalu lintas di Indonesia yang setiap harinya sering terjadi dan tidak sedikit yang merenggut korban jiwa 1. Pemerintah harus lebih bersosialisasi kemasyarakat dalam peraturan- peraturan lalu lintas. Jadi masyarakat bisa tahu apa saja peraturan- peraturan lalu lintas yang berlaku atau yang baru diterapkan. 2. Pemerintah harus menindak lanjuti petugas-petugas yang tidak mendukungnya hukum pidana atau petugas yang menyelesaikan masalah pelanggaran lalu lintas di tempat dalam kata lain jalur “damai”. 3. Pendidikan bagi pengemudi. Sekolah pengemudi merupakan suatu lembaga yang bertujuan untuk mengahasilkan pengemudi pengendara bermotor cakap dan terampil dalam mencegah kecelakaan maupun pelanggaran lalu lintas 4. Menambah atau memperbaiki rambu-rambu lalu lintas yang ada dijalan.