5 Klasifikasi
Otitis eksterna dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Otitis Eksterna Akut
Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel=Bisul)
Kulit disepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti
folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka pada bagian itu
dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel.1
Kuman penyebab biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus
albus. Gejalanya adalah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan
besar bisul. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung
jaringan longgar dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan
perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan waktu membuka mulut
(sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran, bila
furunkel besar dan menyumbat liang telinga.1
Terapi tergantung pada keadaan furunkel. Jika telah menjadi abses,
diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Terapi topikal diberikan
antibiotik dalam bentuk salep, seperti polymyxin B, basitrasin, atau antiseptik
(asam asetat 2-5% dalam alkohol. Jika dinding furunkelnya tebal, dilakukan
insisi, kemudian dipasang salir (drain) untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya
tidak diperlukan pemberian antibiotik secara sistemik, hanya diberikan obat
simtomatik seperti analgetik dan obat penenang.1
Otitis Eksterna Difus
Biasanya mengenai kulit liang telinga dua per tiga dalam. Tampak kulit
liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman penyebab
biasanya golongan Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai penyebab
ialah Staphylococcus albus, Escherichia coli dan sebagainya.1
Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang
kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat sekret yang
berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang keluar
dari kavum timpani pada otitis media. Pengobatannya dengan membersihkan
liang telinga, memasukkan tampon yang mengandung antibiotika ke liang telinga
supaya terdapat kontak yang baik antara obat degan kulit yang meradang.
Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika sistemik.1
Gambar 1. Liang Telinga Normal (Kiri) dan Otitis Eksterna Difusa Akut
(Kanan)2
2.6 Patofisiologi
Liang telinga berbentuk huruf S dengan panjang sekitar 25mm dengan
sepertiga bagian luar dari liang telinga adalah tulang rawan sedangkan dua pertiga
bagian dalamnya adalah tulang. Folikel-folikel rambut dan kelenjar serumen
menutupi sepertiga bagian luar dari liang telinga. Serumen dari kelenjar serumen
memiliki beberapa fungsi protektif di liang telinga. Pertama, serumen menghasilkan
penghalang/barrier untuk melindungi epitel dari kerusakan oleh karena paparan
kelembaban yang berlebihan. Kedua, serumen memiliki pH yang sedikit asam dan
aktivitas lisozim yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur.3
Faktor predisposisi penyebab terjadinya otitis eksterna antara lain adalah
trauma dari membersihkan telinga dengan kuku jari atau cotton bud, berenang,
penyakit kulit seperti eksim dan dermatitis seboroik, penggunaan alat bantu dengar
ataupun headset, dan sumbatan serumen. Terlalu sering membersihkan telinga
mengakibatkan serumen yang berfungsi sebagai pertahanan kulit meatus akustikus
eksterna hilang, protective lipid layer dan acid mantle juga hilang. Hal ini
menyebabkan kelembaban dan suhu di meatus akustikus eksterna meningkat. Meatus
akustikus ekterna yang lembab, hangat, dan kotor merupakan media pertumbuhan
kuman yang baik. Jaringan yang rusak mengakibatkan dikeluarkannya mediator
kimia (histamine, kinin, dan prostaglandin) yang mengakibatkan vasodilatasi
pembuluh darah dan menyebabkan terjadinya hyperemia local (meningkatnya aliran
darah ke area tersebut) sehingga area tersebut tampak hiperemis dan suhunya lebih
tinggi daripada area sekitar. Selain itu pembentukan mediator kimia dapat
meningkatkan permeabilitas kapiler yang menyebabkan kebocoran cairan kapiler
sehingga terjadi kebocoran protein dalam jumlah banyak di rongga jaringan yang
dapat mengakibatkan edema dan rasa sakit pada area tersebut.4
Pendengaran berkurang (tuli konduktif) dapat terjadi pada otitis eksterna akut
akibat sumbatan lumen kanalis telinga luar oleh edema kulit liang telinga. Rasa sakit
bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh di
dalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut.
Hal ini terjadi karena kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan
periostium dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang
mengakibatkan rasa sakit. Kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung
dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari
daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar dan
mengakibatkan rasa sakit pada penderita otitis eksterna. Apabila tidak segera
ditangani, infeksi akan meluas ke struktur telinga lain dan struktur tengkorak yang
berdekatan sehingga infeksi akan berevolusi menjadi proses infeksi yang mengancam
jiwa.4
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik, minimal dilakukan pemeriksaan otoskopi atau
otomikroskopi pada kanal telinga dan membran timpani (apabila terlihat) serta
pemeriksaan aurikula, kelenjar atau nodus limfe dan kulit di area sekitarnya. Apabila
membran timpani tidak dapat terlihat, maka diutamakan untuk melakukan skrining
berupa pemeriksaan fungsi pendengaran untuk menyingkirkan diagnosis banding
yang melibatkan gangguan pada telinga dalam. Pada saat kanal telinga mengalami
pembengkakan, pemeriksaan garpu tala dan audiogram cenderung memperlihatkan
adanya kehilangan pendengaran konduktif. Temuan yang khas pada otitis eksterna
akut adalah adanya nyeri yang diinduksi oleh tekanan pada tragus dan ketegangan
pada aurikula yang diikuti pula dengan pembengkakan kanal telinga yang bisa jadi
menyebabkan obstruksi telinga total. Kulit pada kanal dapat menunjukkan
penampakan kemerahan atau justru pucat yang disebabkan oleh adanya edema. Pada
sedikit kasus, pembengkakan dapat menyebabkan aurikula menonjol keluar, dan
keadaan ini disebut sebagai pseudomastoiditis.2
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Biasanya pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan, tetapi dapat membantu
jika pasien mengalami gangguan sistem imun, jika tindakan pengobatan biasa
tidak efektif atau jika diduga penyebabnya jamur. Pemeriksaan yang bisa
dilakukan antara lain: pewarnaan gram dan kultur jaringan dari saluran
pendengaran (namun sebanyak 40% dari semua kasus otitis eksterna tidak
menghasilkan pathogen yang dominan), pemeriksaan kadar glukosa darah
atau dipstick urin untuk mengevaluasi diabetes yang tersembunyi pada orang
dewasa dengan otitis eksterna.5
Pemeriksaan Radiologi
Studi pencitraan tidak diperlukan untuk kebanyakan kasus otitis eksterna,
namun pemeriksaan radiologis dapat membantu jika dicurigai infeksi invasif
seperti otitis eksterna maligna atau diagnosis mastoiditis sedang
dipertimbangkan. Pemeriksaan radiologi yang bisa dilakukan antara lain
Computed tomography (CT) untuk melihat gambaran erosi tulang, bone scan,
gallium scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat dipertimbangkan
jika terdapat perluasan jaringan lunak.5
Daftar Pustaka
1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, 2012. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher. 7th ed. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI
2. Wiegand, S., Berner, R., Schneider, A., Lundershausen, E. and Dietz, A., 2019.
Otitis externa: investigation and evidence-based treatment. Deutsches Ärzteblatt
International, 116(13), p.224.
3. Wipperman, J. 2014, ‘Otitis externa’, Prim Care, vol. 41, no. 1, pp. 1-9.
4. Kennedy, FP. 2015. Otitis Externa in 23 Years Old Women. J Agromed Unila
2015; 2(1):43-46
5. Waitzman, AA. 2020. Otitis Externa. [internet]. [cited 2020 August 19].
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/994550-overview.
6. Schaefer, P. and Baugh, R.F., 2012. Acute otitis externa: an update. American
family physician, 86(11), pp.1055-1061.