Disusun oleh
Dheni Ernawati
NIP : 198806052012122001
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
RSUP Dr. SARDJITO
2019
DAFTAR ISI
Daftar Isi...................................................................................................... i
Kata Pengantar............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
• Latar Belakang ................................................................................ 1
• Tujuan ............................................................................................. 2
• Tujuan Umum...................................................................... 2
• Tujuan Khusus..................................................................... 2
• Manfaat ............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 3
• Tinjauan Teori ................................................................................. 3
• Pengertian.................................................................................... 3
• Etiologi ....................................................................................... 3
• Tanda dan Gejala......................................................................... 5
• Patofisiologi................................................................................. 7
• Penatalaksanaan........................................................................... 10
• Komplikasi.................................................................................. 11
• Tinjauan Asuhan Keperawatan ....................................................... 12
BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................... 26
• Pengkajian Keperawatan ................................................................. 26
• Analisa Data .................................................................................... 31
• Diagnosa Keperawatan.................................................................... 32
• Rencana Keperawatan ..................................................................... 33
• Implementasi ................................................................................... 38
• Evaluasi............................................................................................ 38
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................... 52
• Pengkajian ....................................................................................... 52
• Diagnosa Keperawatan.................................................................... 52
• Intervensi Keperawatan.................................................................... 53
• Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ....................................... 54
BAB V PENUTUP...................................................................................... 56
• Kesimpulan ..................................................................................... 56
• Saran ................................................................................................ 57
Daftar Pustaka ............................................................................................. 58
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia-Nya dan memberi kemudahan, kekuatan serta kelancaran dalam penyusunan laporan
kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. T dengan diagnose medis
Nasopharyngeal Carcinoma (NPC) Di Ruang Dahlia 1 IRNA 1RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta”
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis mendapat bimbingan, dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan banyak ucapan
terima kasih kepada :
• Dr. dr. Darwinto S.H., Sp.B(K).Onk selaku Direktur RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang
telah memberi ijin untuk melaksanakan Ujian Akhir Program di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta.
• dr. Faisal Heryono, Sp.PD beserta staf selaku Kepala Instalasi Rawap Inap I RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta yang telah memberi ijin untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan di
Instalasi tersebut.
• Nanik Sri K, S.Kep.,Ns., M.Kep selaku Kepala Ruang Dahlia 1 yang telah membimbing dan
memberi masukan dalam proses pembuatan asuhan keperawatan.
• Teman – teman perawat Dahlia 1 yang telah banyak membantu semua proses dalam
pengambilan data asuhan keperawatan.
• Keluarga yang telah memberikan dorongan dan semangat dalam menyusun asuhan
keperawatan.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan serta masih
banyak kekurangannya, sehingga kritik dan saran yang membangun sangatlah mendukung demi
kelengkapan dan kesempurnaan laporan kasus ini. Harapan penulis semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan dapat digunakan sebagai wahana tambahan ilmu
pengetahuan.
Yogyakarta, September 2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
• Latar Belakang
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh pada ephitalial pelapis
ruangan di belakang hidung (nasofaring) dan belakang langit-langit rongga mulut dengan
predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan
tumor ganas daerah kepala dan leher yang ditemukan di Indonesia. Hampir 60% tumor ganas
daerah kepala dan leher merupakan kanker nasofaring, kemudian diikuti tumor ganas hidung
dan paranasal (18%), laring (16%), dan tumor ganas rongga mulut, tonsil, hipofaring, dalam
prosentase rendah (Huda Nurarif & Kusuma, 2013)
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker nasofaring di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
khususnya ruangan Dahlia 1.
• Tujuan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan sebagai
berikut :
• Tujuan umum
• Tujuan khusus
Tujuan khusus penulisan karya tulis ilmiah ini adalah agar penulis mampu :
• Manfaat
• Bagi penulis
Dapat memberikan masukan pada rumah sakit dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan terutama pada kasus kanker nasofaring.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
• Pengertian
Congestive Heart Failure (CHF) adalah syndrome klinis (sekumpulan tanda dan
gejala), ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat disebabkan
oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel
(disfungsi diastolic) dan/atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik). (Suddarth, dkk
2009 dalam buku Amin, dkk 2016)
• Etiologi
Penyebab gagal jantung menurut Wijaya & Putri (2013) secara umum dapat
dikelompokkan menjadi :
a.Disfungsi Miokard
2)infark Miokard : kondisi terhentinya aliran darah dari arteri koroner pada area
yang terkena yang menyebabkan kekurangan oksigen (iskemia) lalu sel-
sel jantung menjadi mati (nekrosis miokard).
3)Koartasio aorta : penyempitan pada aorta, yang biasanya terjadi pada titik
dimana duktus arteriosus tersambung dengan aorta dan aorta membelok
ke bawah.
2)Transfusi berlebihan
2)Sekunder
• Tanda / Gejala
Batuk
mudah lelah, terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan
dan sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangansisa hasil
katabolisme juga terjadi
epatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadiakibat
pembesaran vena hepar
noreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalamrongga
abdomen
okturia
Kelemahan
• Komplikasi
Metastasis ke kelenjar limfa dan jaringan sekitar merupakan suatu komplikasi yang
selalu terjadi. Pada kanker nasofaring,seringkali terjadi komplikasi kea rah nervus
kranialis yang bermanifestasi dalam bentuk (Pratiwi, 2012) :
• Petrosphenoid syndrome
Tumor tumbuh ke atas tengkorak lewat foramen laserum sampai sinus kavernosus
menekan syaraf N.III, N.IV, N.VI juga menekan N.II yang menekan kelainan :
• Neuralgia trigeminus (N.V) merupakan nyeri pada wajah sesisi yang ditandai
ddengan rasa seperti terkena aliran listrik yang terbatas pada daerah distribusi dari
nervoes trigeminus
• Retropariden sindrom
Tumor tumbuh ke depan kea rah rongga hidung kemudian dapat menginfiltrasi ke
sekitarnya. Tumor ke samping dan belakang mmenuju kea rah daerah rethropharing
dimana ada kelenjar getah bening. Tumor ini menekan saraf N.IX, N.X, N.XI, N.XII
dengan manifestasi gejala :
• N.XI : kelumpuhan/atrofi otot trapezius, otot SCM serta hemiparese palatum mole
Sel-sel kanker dapat mengalir bersama getah benih atau darah, mengenai organ tubuh
yang letaknya jauh dari nasofaring. Yang sering adalah tulang, hati, dan paru. Hal ini
merupakan hasil akhir dan prognosis yang buruk. Dalam penelitian lain ditemukan bahwa
karsinoma nasofaring dapat mengadakan metastase jauh, ke paru-paru dan tulang, masing-
masing 20% sedangkan ke hati 10%, ginjal 0,4%, dan tiroid 0.4%
Pengkajian keperawatan fokus pada pasien ca nasofaring menurut Huda Nurarif &
Kusuma, 2013 adalah sebagai berikut :
• Identitas pasien
• Nama
• Jenis kelamin
Penyakit kanker nasofaring ini lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada
perempuan
• Usia
• Alamat
Lingkungan tempat tinggal dengan udara yang penuh asap dengan ventilasi rumah
yang kurang baik akan meningkatkan resiko terjadinya kanker nasofaringserta
lingkungan yang terpajan oleh gas kimia, asap industry, asap kayu, dan beberapa
ekstrak tumbuh-tumbuhan
• Agama
Tidak mempengaruhi
• Suku bangsa
• Pekerjaan
• Diagnose medis
• Keluhan utama
Merupakan informasi sejak timbulnya keluhan sampai klien dirawat di RS. Kaji
tentang proses perjalanan penyakit sampai timbulnya keluhan, factor apa saja
yang mempeberat dan meringankan keluhan, bagaimana cara klien
menggambarkan apa yang dirasakan, daerah terasanya keluhan, semuanya
dijabarkan dalam bentuk PQRST
Kaji tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya yang ada
hubungannya dengan penyakit keturunan dan kebiasaan atau gaya hidup
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit tumor nasofaring, jika
ada maka akan meningkatkan factor resiko seseorang terjangkit penyakit ini pula
• Pemeriksaan fisik
• System penglihatan
Terdapat posisi bola mata klien simetris, kelopak mata klien normal, pergerakan
bola mata klien normal namun konjungtiva klien anemis, kornea normal, sclera
anikterik, pupil mata klien isokor, otot mata klien tidak ada kelainan, namun
fungsi penglihatan kabur, tanda-tanda radang tidak ada, reaksi terhadap cahaya
baik. Hal ini terjadi karena pada karsinoma nasofaring hanya bagian tertentu saja
yang mengalami beberapa gejala yang tidak normal seperti konjungtiva klien
anemis disebabkan klien memiliki kekurangan nutrisidan fungsi penglihatan
kabur
• System pendengaran
Terdapat cairan pada rongga telinga, ada nyeri tekan pada telinga. Hal ini terjadi
akibat adanya nyeri saat menelan makanan oleh pasien
• System pernafasan
Pada system ini akan sangat terganggu karena akan mempengaruhi pernafasan,
jika dalam jalan nafas terdapat sputum maka pasien akan kesulitan dalam bernafas
yang bias mengakibatkan pasien mengalami sesak nafas. Gangguan lain muncul
seperti ronkhi karena suara nafas ini menandakan adanya gangguan pada saat
ekspirasi
• System kardiovaskuler
Tumor nasofaring juga bias menyerang saraf otak karena ada lubang penghubung
di rongga tengkorak yang bias menyebabkan beberapa gangguan saraf otak. Jika
terdapat gangguan pada otak tersebut maka pasien akan memiliki prognosis yang
buruk
• System pencernaan
• System endokrin
Pada klien tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas klien tidak berbau keton.
Hal ini terjadi karena tumor tidak menyerang kelenjar tiroid sehingga tidak
mengganggu system endokrin
• System urogenital
• System integument
Turgor kulit klien elastic, temperature kulit klien hangat, warna kulit pucat,
keadaan kulit bik, kondisi kulit daerah pemasangan infuse baik. Warna pucat yang
terlihat pada pasien menunjukkan adanya sumbatan yang ada di dalam
tenggorokan.
• System musculoskeletal
• Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan nasofaring
• CT scan
• Biopsi
• Pemeriksaan darah
• Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada Ca Nasofaring antara lain (Huda Nurarif &
Kusuma, 2013) dan modifikasi penulis sesuai dengan NANDA NIC NOC 2018 dan
sesuai dari tim Keperawatan Medikal Bedah di International Cancer Center (ICC) RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta.
• Nyeri kronis
• Diare
• Konstipasi
• Resiko infeksi
Rencana asuhan keperawatan pada Ca Nasofaring menurut Huda Nurarif & Kusuma
(2013) dan modifikasi penulis sesuai dengan NANDA NIC NOC 2018 dan sesuai dari
tim Keperawatan Medikal Bedah di International Cancer Center (ICC) RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta.
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan/Masalah Tujuan dan Kriteria hasil NOC Intervensi
Kolaborasi NIC
Nyeri kronis (00133) • Kontrol nyeri (1605) • Manajemen nyeri (1400)
• Mengetahui onset nyeri • Lakukan pengkajian
• Menggambarkan factor penyebab (PQRST), observasi
nyeri ketidaknyamanan
• Menggunakan analgesic sesuai yang • Observasi reaksi nonve
disarankan • Gunakan teknik k
• Melaporkan gejala yang tidak dapat mengetahui pengalama
dikontrol kepada petugas • Tentukan dampak nyeri
• Melaporkan nyeri yang terkontrol • Sediakan informasi ten
• Status kenyamanan (2008) onset dan durasi nyeri,
• Kenyamanan fisik • Control factor lingkun
• Control gejala respon klien terhadap k
• Kenyamanan psikologis • Ajarkan teknik nonfarm
• Lingkungan fisik • Kolaborasikan pemberi
• Suhu ruangan • Evaluasi efektivitas inte
• Dukungan social dari keluarga dan
teman
• Perawatan sesuai dengan kebutuhan
• Tingkat nyeri (2102)
• Laporan nyeri
• Rentang episode nyeri
• Menyentuh daerah yang nyeri
• Ekspresi wajah adanya nyeri
• Gelisah
• Agitasi
BAB III
TINJAUAN KASUS
• Pengkajian
Oleh : Rida
Tanggal pengkajian : 10 Agustus 2020
Ruangan : Wisnu Murti Pusat Jantung Terpadu
Sumber data : Pasien, keluarga pasien, tim kesehatan, status
pasien
Metode : Wawancara, observasi, studi dokumentasi,
pemeriksaan fisik.
• Data Dasar
• Identifikasi Diri Klien
Nama : Tn. C
Usia : 58 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jengkelingan rt 06 rw 020 Sidoarum Godean Sleman
Suku Bangsa : Sunda
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Diagnosa Medik : CHF EC Cardiomegali
Tanggal masuk : 17 Juli 20200
No CM : 01.93.XX.XX
• Penanggung Jawab
Nama : Tn. N
Usia : 52 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wiraswasta
hubungan dengan klien : Istri
• Riwayat Kesehatan
• Faktor Presipitasi
infeksi saluran pernafasan (pneumonia)
• Factor Predisposisi
Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien ronda malam
(aktivitas berlebih), riwayat merokok sebelum sakit. riwayat sakit DM yang
baru diketahui setelah mondok di RS PKU Yogya.
• Data Fokus
• Alasan Masuk
Sesak nafas memberat, batuk dahak sulit keluar. Pasien rujukan dari RS PKU
Gamping dengan Pnemonia, CHF, CAD1VD PCI 1DES di LAD atas indikasi
STEMI anterior onset 6 jam post succesfull fibrinolisis .
• Keluhan Utama
Sesak nafas, bab sulit, batuk
• Riwayat Kesehatan
Pasien mengeluh sesak nafas,batuk,dahak produktif tetapi sulit keluar, tidak ada
bengkak dikaki bengkak, tidak demam
. Periksa ke IGD RS PKU Gamping . Di diagnosa sebagai , CAP, CHF dan
riwayat CAD1VD post PCI 1 DES di LAD. a/i STEMI anterior Juni pasien
dilakukan intubasi dan di rawat di ICU dari 11/7/20 sampai 17/7?20. Pasien
dilakukan ekstubasi perawtan ICU dilanjutkan sampai 24/72020. Setelah itu
dipindah ke ruanan ke ruang perawatan dirawat dengan DPJP Pulmo dengan
antibiotik Ceftazidim, Levoflixacin, CPG 1x75mg, aspilet 1x80mg, atorvastatin
1x40mg,kerdaron, metformin 3x500mg, novorapid 3x10, ventolin nebulizer k/p.
Pasien sudah dirawat 13 hari dibangsal masih mengeluhkan sesak kemudian di
rujuk RSUP dr. Sardjito untuk pelacakan lebih lanjut.
• Pemeriksaan Fisik
• Status Keadaan Umum
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15 E4V5M6
• Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 97/63 mmHg
Nadi : 95 x/m
Suhu : 36 ºC
Respirasi : 25 x/m
• Status Gizi
Berat badan : 78 kg
Tinggi badan : 180 cm
IMT : 23,46
• Pemeriksaan Fisik
• Kepala
Konjungtiva pucat -/-, sclera ikterik -/-.
• Thorax
I : dada simetris
P : tidak ada nyeri tekan
P : sonor
A : vesikuler
• Jantung
I : dada simetris
P : tidk terada nyeri tekan
P : pekak
A : S1/2 terdengar
• Abdomen
I : tidak ada lesi
P : tympani
P : tidak ada nyeri tekan
A : bising usus 10 x/m
• Ekstremitas
Atas : edema ditangan kanan dan kiri, Terpasang Infus Nacl 0,9 % 41
cc/jam tangan kiri, drip lasix 10mg/jam
Bawah : edema di kaki kiri dan kanan. tidak terdapat luka selulitis.
• Aktifitas
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas di tempat tidur V
Berpindah V
Ambulansi/ROM V
• Terapi
Obat Dosis
Apilet 80mg/24jam/po
Clopidogrel 75mg/24jam/po
Spironolactone 20mg/24jam/po
Metformin 50mg/12jam/po
Ceftriaxone 20mg/8jam/iv
Kendaron 200mg/12 jam/po
Laxadine 10 cc/24jam/po
Novorapid 10 Unit/ 10-10-10
Alprazolam 0.5mg/25/po
furosemid 5 mg/jam
• Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 10 Agustus 2020
Hematologi Hasil Rujukan
Hemoglobin 11,2 13-18
Hematokrit 33.7 40-0
Eritrosit 4.17 4,6-6,0
Albumin 3,45 3,97-4,94
SGOT 38 <40
SGPT 138 <41
Natrium 142 136-145
Kalium 5.42 3,5-5,1
Klorida 90 98-107
Glukosa sewaktu 141 80-140
Imonologi 0.61 0.50
Sputum Klebsiellla
pneumoniae
• Diagnosa Keperawatan
• Penurunan Curah Jantung
• Intoleransi Aktivitas
• Resiko ketidak stabilan gula Darah
• Resiko Infeksi
• Rencana Tindakan Keperawatan
Catatan Perkembangan Resiko Infeksi
Rencana Tindakan
Diagnosa Keperawatan
Tujua/Kriteria Hasil (NOC) Tindakan (NIC)
nan curah jantung Setelah dilakukan tindakan asuhan • Kontrol infeksi (1860)
sien mengatakan sesak nafas keperawatan 3x24 jam diharapkan curah • Bersihkan lingkungan setelah digunakan
jantung pasien optimal engan criteria • Batasi pengunjung
Terpasang infuse NaCl 0,9 % hari
ke 2 di tangan kiri 41 cc/jam hasil : • Instruksikan pasien dan pengunjung untuk
Terpasang drip lasix 10 mg/ jam Indikator Awal Target • Cuci tangan sebelum dan setelah kontak d
Terpasang O2 3L/mnt Klien terbebas dari 2 4 • Gunakan kewaspadaan universal
n darah: 97/63 mmHg tanda dan gejala • Pastikan teknik perawatan luka yang tepa
infeksi • Dorong intake nutrisi dan cairan yang ade
: 95 x/m • Gunakan antibiotic sesuai ketentuan
: 36 ºC Menunjukkan 2 4 • Ajarkan pasien dan keluarga tentang ta
si : 26 x/m kemampuan untuk dan melaporkannya pada petugas kesehat
mencegah
timbulnya infeksi
Menunjukkan 2 4
perilaku hidup
sehat
Keterangan:
1= berat
2= cukup berat
3= sedang
4= ringan
5= tidak ada
Rida
nsi Aktifitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan • Insersi intravena (4190)
sien mengatakan lemes, untuk selama 3x24jam diharapkan pasien • Pilih vena yang lurus (tangan depan/pung
asi pergantian pasien sesak nafas tidak mengalami trauma vaskuler, • Pilih tipe jarum yang tepat, sesuai de
Terpasang infuse hari ke 2 di dengan criteria hasil : rentang waktu penggunaan
angan kiri Indikator Awal Target • Terapi intravena (4200)
t edema di kedua ektrimitas atas Tidak ada nyeri 3 4 • Periksa jenis, jumlah dan karakter caira
wah Tidak ada bengkak 2 4 non vesikan/non iritan, netral)
Tidak terdapat 2 4 • Berikan agen sitostatika sesuai protocol
ruam • Kontrol kecepatan tetesan dan kepatenan
Aliran infus lancar 2 4 • Cek kepatenan intravena sebelum membe
• Ganti kanul iv setiap 48-72 jam
• Bilas line intravena setelah pemberian ag
• Identifikasi resiko (6610)
dheni • Cek adanya tanda ekstravasasi : bengkak
terbakar, nyeri pada akses intravena
• Lakukan tindakan penanganan ekstravas
protocol
• Libatkan keluarga dalam monitoring
intravena
kronis berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan • Manajemen nyeri (1400)
an jaringan selam 3x24 jam diharapkan kerusakan • Lakukan pengkajian komprehensif
integritas jaringan teratasi dengan (PQRST), observasi tanda non
Pasien mengatakan nyeri di luka criteria hasil : ketidaknyamanan
eher kiri skala 2 • Observasi reaksi nonverbal dari ketidakny
Indikator Awal Target • Gunakan teknik komunikasi terapetik u
Klien tampak lemah Ketidaknyaman 2 4 pengalaman nyeri
Ulkus kanker di leher sebelah kiri Gangguan pada 3 4 • Tentukan dampak nyeri terhadap kualitas
ertutup kasa, tampak bersih, tidak aktifitas hidup • Sediakan informasi tentang nyeri, mi
rembes sehari-hari onset dan durasi nyeri, antisipasi ketidakn
n darah: 140/80 mmHg Interupsi pada 2 4 • Kontrol factor lingkungan yang dapa
: 78 x/m saat tidur respon klien terhadap ketidaknyamanan
: 36,2 ºC • Ajarkan teknik nonfarmakologi
si : 20 x/m • Kolaborasikan pemberian analgetik
• Evaluasi efektivitas intervensi
dheni
Klien
terbebas dar
tanda dan
gejala infeks
Menunjukka
kemampuan
untuk
mencegah
timbulnya
infeksi
Menunjukka
perilaku
hidup sehat
A : resiko infeksi
P : Lanjutkan interve
• Monitor tand
• Dressing infu
Catatan Perkembangan Resiko Trauma Vaskuler
Hari/tgl Diagnosa Keperawatan Implementasi Eva
Kamis, Resiko trauma vaskuler Jam 16.00 Jam 20.30
berhubungan dengan larutan S:-
19/09/2019 mengiritasi • Ganti lokasi insersi iv cath O:
Jam 15.00 DS: - Jam 17.00 • Keadaan umu
• Terpasang in
DO: • Monitor area insersi IV cath hare ke 3
• Terpasang infuse • Monitor aliran dan • Tidak ada tan
kemoterapi 5FU hari • Aliran infuse
ke 2 di tangan kiri kecepatan infus A :Resiko trauma va
P : Intervensi dilanju
• Monitor tand
dheni • Monitor alira
insersi intrav
BAB IV
PEMBAHASAN
• Pengkajian
• Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan responaktual atau
potensial klien terhadap masalah kesehatan yang mempunyai lisensi dan kompeten untuk
mengatasinya. Diagnose keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi untuk
mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat (Potter & Perry, 2010).
• Diagnosa keperawatan yang ada dalam teori dan ada dalam kasus
• Resiko infeksi
Dalah diagnosa keperawatan ini penulis mengambil diagosa resiko infeksi
berhubungan dengan tindakan invasive karena pada saat dilakukan pengkajian pasien
terpasang infuse kemoterapi 5FU
• Nyeri kronis
Pada saat pengkajian wawancara dapatkan data bahwa pasien mengatakan nyeri di
luka leher kiri dengan skala nyeri 2, sehingga penulis mengambil diadnosa keperawatan
nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan jaringan. Dari hasil pemeriksaan fisik juga
terdapat ulkus kanker di leher sebelah kiri.
• Resiko trauma vaskuler
Penulis mengambil diagnosa keperawatan resiko trauma vaskuler berhubungan
dengan larutan mengiritasi karena pada saat pengkajian, pasien sedang menjalankan
kemoterapi hari ke 2, terpasang infuse kemoterapi 5FU hari ke 2
• Diagnosa keperawatan yang ada dalam teori dan tidak ada dalam kasus
Pada saat penulis melakukan pengkajian kepada pasien Tn.” T”, tidak didapatkan
data yang mendukung beberapa diagnose yang ada dalam teori. Diagnose keperawatan
yang ada dalam teori dan tidak ada dalam kasus adalah :
• Gangguan persepsi sensori (pendengaran)
• Diare
• Konstipasi
• Diagnosa keperawatan yang ada dalam kasus dan tidak ada dalam teori
• Kerusakan integritas jaringan
Diagnosa keperawaatan ini muncul karena didapatkan data pada saat wawancara
pasien mengatakan ada luka di leher kirinya, dan dibuktikan dengan pemeriksaan fisik di
leher terdapat luka yang tertutup kasa dan tidak rembes.
• Intervensi Keperawatan
Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan kepada klien sesuai
dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhanpasien dapat terpenuhi (Wilkinson,
2011). Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat
pada klien dan hasil yang dipekirakan dan di intervensi kepeawatan dipilih untuk mencapai
tujuan tersebut (Potter & Perry, 2010).
Dari ketiga diagnosa keperawatan selanjutnya dibuat rencana keperawatan sebagai
tindakan pemecahan masalah keperawatan dimana penulis membua trencana keperawatan
berdasarkan diagnosa keperawatan kemudian menetapkan tujuan dan kriteria hasil,
selanjutnya menetapkan tindakan yang tepat.
Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan pada diagnosa keperawatan resiko infeksi,
nyeri kronis, dan resiko trauma vaskuler sudah sesuai dengan teori. Sedangkan rencana
tindakan pada diagnosa keperawatan kerusakan integritas jaringan disesuaikan dengan teori
NANDA NIC NOC karena diagnosa ini tidak ada dalam teori.
• Implementasi Keperawatan
Setelah melakukan intervensi keperawatan, tahap selanjutnya adalahmencatat intervensi
yang telah dilakukan dan evaluasi respons klien. Hal inidilakukan karena pencatatan akan
lebih akurat bila dilakukan saat intervensimasih segar dalam ingatan. Tulislah apa yang
diobservasi dan apa yangdilakukan (Deswani, 2009). Implementasi yang merupakan
kategori dari proseskeperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan
yangdiperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhankeperawatan
dilakukan dan diselesaikan. (Potter & Perry, 2010).
Implementasi yang telah dilakukan pada ketiga diagnosa keperawatan mengacu dalam
perencanaan dalam teori. Dalam pelaksanaannya, tidak semua perencanaan dapat dikerjakan.
Rencana tindakan yang belum optimal untuk dilaksanakan adalah batasi pengunjung dan
pelibatan keluarga dalam tindakan. Uuntuk kendala dalam pembatasan pengunjung adalah
karena pada saat jam besuk tidak bisa mengontrol pengunjung untuk masuk ke ruangan
pasien. Kendala lainnya adalah tindakan yang melibatkan keluarga tidak bisa optimal karena
pasien jarang ditunggu oleh keluarganya.
• Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien terhadap standar atau kriteria yang
ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai. Penulisan pada tahap evaluasi proses keperawatan
yaitu terdapat jam melakukan tindakan, data perkembangan pasien yang mengacu pada
tujuan, keputusan apakah tujuan tercapai atau tidak, serta ada tanda tangan atau paraf.
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi disini menyediakan nilai
informasi yang mengenai pengaruh dalam hal perencanaan (intervensi) yang telah
direncanakan secara seksama dan merupakan hasil dari perbandingan yang diamati dengan
cara melihat hasil dari kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan tersebut
(Hidayat, 2010)
Dalam kasus ini, dari ketiga diagnose keperawatan yang diangkat belum dapat teratasi
karena pada saat hari ke 3 evaluasi pasien masih menjalani kemoterapi hari ke 5 sehingga
masih dibutuhkan observasi lebih lanjut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
• Kesimpulan
Peningkatan mutu asuhan keperawatan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan. Hal ini terkait dengan
kepuasan masyarakat terhadap hasil pelayanan yang diberikan.
Adapun hasil asuhan keperawatan kepada klien yang didapatkan dari pengkajian,
penegakkan diagnosa keperawatan, menentukan rencana keperawatan, melakukan
implementasi dan evaluasi, yaitu :
• Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, penulis tidak menemukan hambatan
yang bearti karena pasien dan keluarga sangat kooperatif.
• Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil data pengkajian yang telah dilakukan, dirumuskan diagnosa
keperawatan pada Tn. T dengan Nasopharyngeal Carcinoma yang sesuai dengan teori
yaitu resiko infeksi, nyeri kronis, dan resiko trauma vaskuler. Sedangkan yang tidak
ada dalam teori adalah kerusakan integritas jaringan.
• Rencana Keperawatan
Dalam membuat rencana keperawatan disesuaikan dengan diagnosa yang ditegakkan
sehingga mendapatkan tujuan yang diinginkan. Tidak ada kesenjangan rencana
keperawatan antara teori dan kasus untuk setiap diagnosa yang sama.
• Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan pada pasien dilakukan sesuai rencana pada teori. Tidak semua
tindakan yang direncanakan dilakukan karena disesuaikan dengan kondisi pasien dan
kondisi petugas. Penulis dalam melakukan tindakan lebih mengutamakan tindakan
prioritas dalam proses pengobatan dan penyembuhan pasien dan juga disesuaikan
dengan kondisi,situasi, dan perubahan yang dialami pasien.
• Evaluasi Keperawatan
Pada tahap evaluasi yang dilakukan metode SOAP dilakukan evaluasi selama 3 hari,
evaluasi pertama sampai hari ketiga masalah belum teratasi karena pada saat hari ke 3
evaluasi pasien masih menjalani kemoterapi hari ke 5 sehingga intervensi di lanjutkan
kembali,
• Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah ada maka penulis memberi beberapa saran,
antara lain :
• Bagi Instansi Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dapat memberikan
pelayanan secara optimal dan mempertahankan hubungan kerja sama yang baik antara
tim kesehatan maupun pasien serta keluarga pasien. Penulis berharap akan ada
pelatihan khusus untuk pengelolaan pasien kemoterapi. Lebih sering diadakan Diskusi
Refleksi Kasus (DRK) tentang kanker dan kemoterapi. Diberikan sarana dan prasarana
yang optimal dalam pelaksanaan kemoterapi, misalnya alat pelindung diri yang
seharusnya digunakan oleh petugas saat melakukan kemoterapi, dan lingkungan
dengan suhu ruangan yang susuai dengan toleransi obat kemoterapi.
• Bagi penulis
Hendaknya perawat memiliki tanggung jawab dan ketrampilan yang lebih dan
selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien kanker nasofaring dan melakukan perawatan sesuai dengan standar
operasional prosedur (SOP). Petugas khususnya perawat memiliki kompetensi yang
sesuai dengan tindakan yang dilaksanakannya, sehingga diharapkan lebih aktif
mengikuti pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas kerja sehingga tujuan
pelayan prima dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat A.A., (2010). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif, Jakarta: Heath
Books
Huda Nurarif, A., & Kusuma, H. 2013. Aplikasi asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda Nic-Noc, Jilid 1. Yogyakarta : Mediaction Publishing.
Internasional, NANDA, (2018). Diagnosis Keperawatan Difinisi dan Klasifikasi(2018-2020).
Jakarta : EGC
Intervensi NIC, Kriteria Hasil / NOC. Alih bahasa : Esty Wahyuningsih, editoredisi bahasa
Indonesia: Dwi Widiarti. Edisi 9. Jakarta: EGC.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Perawatan Luka Kanker. Diakses pada 25
September 2019 melalui http://yankes.kemkes.go.id/read-perawatan-luka-kanker-
4230.html
Mangan, Y. 2009. Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi Kanker. Jakarta : Agromedia Pustaka.
Potter & Perry. 2010. Konsep, Proses, Dan Praktik. Jakarta : EGC.