Anda di halaman 1dari 10

JIM FKep Volume III No.

3 2018

DIMENSI BUDAYA ORGANISASI DENGAN PERILAKU CARING PERAWAT

CULTURAL DIMENSION ORGANIZATION WITH THE CARING


BEHAVIOR OF NURSES

Yunita Hairina1, Ardia Putra2


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2
Bagian Keilmuan Keperawatan Dasar-Dasar Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
e-mail : yunitahairina88@gmail.com; ardia_psik@yahoo.com

ABSTRAK
Rumah sakit merupakan salah satu organisasi yang bergerak di bidang kesehatan yang mempunyai pengaruh
besar dalam kinerja anggotanya. Salah satu pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit adalah
keperawatan. Pelayanan keperawatan yang prima dan berkualitas, tentunya terwujud dengan adanya peran
perawat melalui pemberian asuhan keperawatan secara komprehensif dengan menunjukkan perilaku caring
kepada pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dimensi budaya organisasi dengan
perilaku caring perawat. Jenis penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif korelatif menggunakan desain
cross sectional. Jumlah sampel penelitian ini 112 orang, menggunakan tenik pengambilan sampel
proportional sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 2-31 Mei 2018, menggunakan alat ukur
kuesioner dan diolah menggunakan Chi-Square Test (X2). Hasil penelitian diketahui ada hubungan
komunikasi (p=0,003) ; pelatihan dan pengembangan (p=0,017) ; reward (p=0,004) ; pengambilan keputusan
(p=0,015) ; pengambilan resiko (p=0,000) ; kerjasama (p=0,003) ; praktik manajemen (p=0,000) ; dan
dimensi budaya organisasi (p=0,002) dengan perilaku caring perawat. Berdasarkan hasil penelitian
disarankan bagi rumah sakit untuk dapat memberikan pelatihan dan update seminar tentang caring sebagai
upaya meningkatkan perilaku caring perawat. Sedangkan pada dimensi budaya organisasi rumah sakit, perlu
adanya pertimbangan serta kebijakan khusus yang meningkatkan penerapan perilaku caring oleh perawat,
terutama dari aspek reward dan pengambilan resiko yang masih berada pada ketegori kurang.

Kata Kunci : Dimensi budaya organisasi, perilaku caring, perawat

ABSTRACT
Hospital is one of the organization operates in health which has great influence in the member performance.
One of the health services in the hospital is nursing. Hospital is one of the organization operates in health
which has great influence in the member performance. One of the health services in the hospital is nursing.
Excellent nursing services and quality, be realized with the role of nurses through the provision of
comprehensive nursing care by showing caring behavior to patients. The aim of this research is to know the
correlation between cultural dimension organization with caring behavior of nurses. The type of this study is
quantitative with descriptive correlative method, using cross sectional design. The samples collecting
technique is proportional sampling method with total sample of 112 respondents. The data collection was
conducted on May 2-31, 2018. The tool in collecting data used is questionnaire. The data is analyzed using
chi-square test (X2). The result of the research showed that there is communication relation (p=0.003);
training and development (p=0.017); reward (p=0.004); decision making (p=0.015); risk taking (p=0.000);
cooperation (p=0.003); management practice (p=0.000), and cultural dimension organization (p=0.002) with
the nurse caring behavior. The results of this study is expected can be the information input for the hospital
about the nurse caring behavior, this is important to helping improve the quality of nurse caring behavior. In
addition, training and seminar updates related to caring behavior can be given to nurses as one of the
management efforts in improving the nurse caring behavior. The cultural dimension organization in the
hospital, it is necessary special considerations and policies to improve the application of caring behavior by
nurses, especially from reward aspect and risk taking that are still in less category.

Keywords : Cultural dimension organization, caring behavior, nurse

PENDAHULUAN adanya peran perawat (Bustami, 2011).


Rumah sakit merupakan salah satu organisasi Besarnya jumlah perawat di rumah sakit (55-
yang bergerak di bidang kesehatan untuk 60%), menjadikan perawat sebagai profesi
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di yang memiliki peran yang dominan dalam
suatu wilayah. Tentunya tidak terlepas dari memberikan pelayanan kepada pasien secara
166
JIM FKep Volume III No. 3 2018

konstan dan terus-menerus dalam 24 jam Menurut Ricardo dan Jolly (2003, dikutip
setiap harinya (Yusuf, 2013). dari Zees, 2011), disebutkan ada 7 (Tujuh)
dimensi budaya organisasi yang dapat
Peran dominan inilah yang menjadikan mempengaruhi perilaku seseorang, dimana
perawat sebagai ujung tombak pelayanan dalam penelitian ini difokuskan pada perilaku
yang berkualitas di rumah sakit dan caring perawat, yaitu mencakup komunikasi,
dituntut untuk dapat menunjukkan pelatihan dan pengembangan, sistem reward,
kemampuan perawatan terbaik saat pengambilan keputusan, pengambilan resiko,
memberikan layanannya kepada pasien. kerjasama, serta praktik manajemen.
Caring sebagai roh bagi profesi keperawatan
merupakan salah satu perilaku yang Berdasarkan latar belakang di atas maka
assistif, suportif dan fasilitatif terhadap peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
atau bagi orang atau kelompok lain tentang hubungan dimensi budaya organisasi
dengan kebutuhan tertentu yang dapat dengan perilaku caring perawat di ruang
dipraktikkan dan didemonstrasikan secara rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah
efektif secara interpersonal (Kozier, et.all., Meuraxa Kota Banda Aceh
2014).
METODE
Menurut Chusnawiyah (2015), caring Penelitian ini merupakan penelitian
merupakan pemberian perawatan secara kuantitatif dengan metode deskriptif korelatif
totalitas dan dengan sepenuh hati, menjadi dengan menggunakan desain cross sectional
kunci mutlak bagi layanan keperawatan yang yang dilaksanakan pada tanggal 2-31 Mei
akan berefek terhadap kualitasnya suatu 2018 di Rumah Sakit Umum Daerah
institusi kesehatan. Menurut Morison dan Meuraxa Kota Banda Aceh. Sampel dalam
Burnand (2009), perilaku caring inilah yang penelitian ini berjumlah 112 perawat yang
menjadi esensi dari keperawatan yang diambil menggunakan teknik proportional
membedakan perawat dengan profesi lain. sampling.

Pada kenyataannya di lapangan, masih Alat pengumpulan data dalam penelitian


banyak rumah sakit pemerintah maupun ini menggunakan kuesioner dengan metode
swasta yang memusatkan diri pada angket. Untuk variabel dimensi budaya
pengobatan klien saja. Keberhasilan ilmu organisasi kuesioner dikembangkan
pengetahuan dan teknologi menyebabkan berdasarkan konsep Ronald dan Jolly (2003),
perawat hanya memberikan perhatian pada sedangkan variabel perilaku caring
tugas-tugas mengobati dari pada merawat. menggunkan Caring Behaviors Inventory
Tidak banyak waktu bagi perawat (CBI) berdasarkan teori Watson (1985)
mendengarkan keluhan pasien, memberi yang dikembangkan oleh Wolf,
dukungan, hal ini disebabkan karena delegasi Giardino, Osborne dan Ambrose (1994).
lebih diberikan untuk tugas-tugas dokter Kuesioner terdiri atas tiga bagian
(Tomey & Alligood, 2006). yaitu, identitas responden, variabel
independen dan variabel dependen.
Terbentuknya perilaku caring sangat Data diolah dengan langkah - langkah :
dipengaruhi oleh sistem nilai bersama yang editing, coding, transfering, dan
dianut oleh para perawat yang tercermin tabulating.
dalam visi, misi, dan tujuan rumah sakit.
Visi, misi, serta tujuan yang ingin dicapai Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan
mencerminkan budaya suatu organisasi. surat lulus etik dari Komite Etik Fakultas
Budaya organisasi yang kuat dapat Keperawatan Universitas Syiah Kuala
menciptakan kesamaan tujuan, motivasi yang bertujuan untuk melindungi dan
karyawan dan struktur pengendalian dalam menjamin kerahasian responden, serta telah
membentuk perilaku untuk meningkatkan melakukan uji kelayakan alat instrumen
prestasi organisasi yang berdampak pada melalui : content validity, uji validitas
kinerja anggota organisasi (Kreitner & dan realibilitas. Pada penelitian ini terdapat
Kinicki, 2010). beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
167
JIM FKep Volume III No. 3 2018

memberikan penjelasan tentang tujuan Tabel 3. Hubungan komunikasi dengan


dan prosedur penelitian, saat responden perilaku caring perawat
bersedia dipersilahkan menandatangani Perilaku caring
informed consent dan berhak untuk Komunikasi Kurang Baik p-value
menolak jika respoden tidak bersedia. f % f %
Analisa data terdiri dari analisa Kurang 32 64 18 36
univariat dan bivariat menggunakan uji 0,003
Baik 21 33.9 41 66.1
Chi Square.

HASIL Pada tabel 3, dapat disimpulkan ada


Hasil penelitian yang telah dilakukan pada hubungan yang signifikan antara komunkasi
112 perawat di Rumah Sakit Umum dengan perilaku caring perawat (p-value
Daerah Meuraxa, didapatkan hasil sebagai 0,003).
berikut :
Tabel 4 Hubungan pelatihan dan
Tabel 1. Data demografi responden pengembangan dengan perilaku caring
perawat
Kategori f %
Umur Perilaku caring
Pelatihan dan
Dewasa awal (20-35 tahun) 99 88.4 Kurang Baik p-value
pengembangan
Dewasa akhir (36-65 tahun) 13 11.6 f % f %
Jenis kelamin Kurang 28 62.2 17 37.8
0,017
Laki-laki 27 24.1 Baik 25 37.3 42 62.7
Perempuan 85 75.9
Pendidikan Pada tabel 4, disimpulkan ada hubungan yang
D-III 77 68.8 signifikan antara pelatihan dan
D-IV 7 6.2 pengembangan dengan perilaku caring
S1/Ners 27 24.1 perawat (p-value 0,017).
S2 1 0.9
Masa Kerja Tabel 5. Hubungan reward dengan perilaku
<1 tahun 3 2.7 caring perawat
1-5 tahun 61 54.5 Perilaku caring
>5 tahun 48 42.9 Reward Kurang Baik p-value
f % f %
Berdasarkan tabel 1. dapat disimpulkan Kurang 28 45.2 34 54.8
bahwa perawat di Rumah Sakit 0,004
Baik 25 50 25 50
Umum Daerah Meuraxa berada pada
kelompok umur dewasa awal (88.4%), jenis
kelamin perempuan (75.9%), tingkat Pada tabel 5, dapat disimpulkan ada
pendidikan adalah DIII (Diploma III) hubungan yang signifikan antara reward
(68.8%) dan dengan masa kerja 1-5 tahun dengan perilaku caring perawat (p-value
(54.5%). 0,004).

Tabel 2. Hubungan dimensi budaya Tabel 6. Hubungan pengambilan keputusan


organisasi dengan perilaku caring perawat dengan perilaku caring perawat
Dimensi Perilaku caring Perilaku caring
Pengambilan
budaya Kurang Baik p-value Kurang Baik p-value
keputusan
organisasi f % f % f % f %
Kurang 28 53.8 24 46.2 Kurang 22 66.7 11 33.3
0,002 0,015
Baik 25 41.7 35 58.3 Baik 31 39.2 48 60.8

Pada tabel 2. dapat disimpulkan ada Pada tabel 6, disimpulkan ada hubungan yang
hubungan yang signifikan antara signifikan antara pengambilan keputusan
dimensi budaya organisasi dengan dengan perilaku caring perawat (p-value
perilaku caring perawat (p-value 0,002). 0,015).
168
JIM FKep Volume III No. 3 2018

Tabel 7. Hubungan pengambilan resiko dari Riska dan Usman (2017), yang
dengan perilaku caring perawat menyebutkan organisasi merupakan berbagi
Perilaku caring keyakinan nilai dan asumsi yang telah ada di
Pengambilan organisasi itu sendiri.
Kurang Baik p-value
resiko
f % f %
Kurang 39 52.7 35 47.3 Hal ini senada dengan diungkapkan oleh
0,000 beberapa ahli yang menyebutkan budaya
Baik 14 36.8 24 63.2
organisasi mempunyai peran dalam
membentuk dan mengembangkan perilaku
Pada tabel 7, dapat disimpulkan ada anggotanya. Dalam proses pembentukkannya
hubungan yang signifikan antara organiasi rumah sakit tidak terlepas dari
pengambilan resiko dengan perilaku caring beberapa dimensi budaya organisasi yang
perawat (p-value 0,000). mendukung terbentuknya perilaku caring
perawat yaitu dimensi komunikasi, pelatihan
Tabel 8. Hubungan kerjasama dengan dan pengembanngan, reward, pengambilan
perilaku caring perawat keputusan, pengambilan resiko, kerjasama,
Perilaku caring serta praktik manajemen. Dimana ketujuh
Kerjasama Kurang Baik p-value dimensi tersebut mempunyai peranan
f % f % tersendiri dalam menggiring terbentuknya
Kurang 19 45.2 23 54.8 perilaku caring perawat dalam sebuah
0,003
Baik 34 48.6 36 51.4 organisasi rumah sakit.

Pada tabel 8, dapat disimpulkan ada Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
hubungan yang signifikan antara kerjasama yang telah dilakukan Zees (2011), pada 120
dengan perilaku caring perawat (p-value responden yang menyimpulkan ada
0,003). hubungan yang bermakna antara budaya
organisasi dengan perilaku caring perawat
Tabel 9. Hubungan praktik manajemen dengan p-value 0,036. Dalam penelitian ini
dengan perilaku caring perawat juga disebutkan bahwa perawat yang
Perilaku caring mempunyai persepsi budaya organisasi yang
Praktik baik berpeluang 0,455 kali untuk berperilaku
Kurang Baik p-value
manajemen caring dibandingkan dengan persepsi budaya
f % f %
Kurang 12 48 13 52 organisasi yang kurang (OR=0,455).
0,000
Baik 41 47.1 46 52.9 Pada penelitian ini, dapat diketahui sebagian
besar perilaku caring perawat berada pada
Pada tabel 9, dapat disimpulkan ada kategori baik yaitu sebanyak 52,7% dan hal
hubungan yang signifikan antara praktik ini merupakan modal utama perawat yang
manajemen dengan perilaku caring perawat perlu untuk terus didukung, dikarenakan
(p-value 0,000). caring aspek penting oleh perawat dalam
menjalankan perannya saat memberikan
PEMBAHASAN asuhan keperawatan.
Hubungan dimensi budaya organisasi
dengan perilaku caring perawat Perilaku caring, selain dipengaruhi oleh
Berdasarkan hasil uji statistik dapat dimensi budaya organisasi rumah sakit, juga
disimpulkan bahwa ada hubungan dipengaruhi oleh faktor internal perawat,
dimensi budaya organisasi dengan seperti faktor empati dan juga faktor umur
perilakucaring perawat di Rumah perawat. Sebagaimana diketahui, umur
Sakit Umum Daerah Meuraxa Kota perawat dapat berpengaruh terhadap
Banda Aceh. pengalaman perawat dalam berperilaku
Menurut Kreitner dan Knicki (2010), budaya caring. Hal ini dikarenakan umur/usia
organisasi merupakan nilai dan keyakinan seseorang sangat berkaitan dengan tingkat
yang mendasari identitas organisasi. kedewasaan/maturitas seseorang dalam
Pendapat tersebut didukung oleh pernyataan berperilaku. Menurut Siagiaan (2010),
169
JIM FKep Volume III No. 3 2018

menyebutkan semakin tinggi usia semakin perilaku caring. Dalam hal ini, perilaku
mampu menunjukkan kematangan jiwa dan tersebut dapat menunjukkan kapasitas
semakin dapat berpikir rasional, bijaksana, seseorang yang empati dan dapat merasakan
mampu mengendalikan emosi dan terbuka apa yang dialami orang lain.
terhadap pandangan orang lain.
Komunikasi selain dapat membetuk sikap
Hubungan komunikasi dengan perilaku empati dan humanistic altruistic, juga dapat
caring perawat berperan sebagai pengungkapan emosi. Hal
Berdasarkan hasil uji statistik dapat ini sebagaimana yang diungkapkan oleh
disimpulkan bahwa ada hubungan Sopiah (2009), yaitu anggota kelompok dapat
komunikasi dengan perilaku caring perawat menunjukkan rasa kekecewaan atau kepuasan
di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa karyawan melalui komunikasi. Komunikasi
Kota Banda Aceh. juga berperan sebagai pertimbangan dalam
pengambilan keputusan. Informasi yang
Menurut Robbins dan Judge (2013), didapat melalui komunikasi dapat dijadikan
komunikasi memiliki peranan yang penting dasar dalam pengambilan keputusan baik
dalam membentuk organisasi yang efektif secara individu maupun kelompok.
dan efisien. Informasi yang akurat, jujur,
mengenai suatu pekerjaan selama proses Hubungan pelatihan dan pengembangan
perekrutan dan seleksi, memberikan asumsi dengan perilaku caring perawat
dan nilai bagi karyawan, sehingga Berdasarkan hasil uji statistik dapat
berpengaruh terhadap motivasi dan kinerja disimpulkan bahwa ada hubungan pelatihan
karyawan. dan pengembangan dengan perilaku caring
perawat di Rumah Sakit Umum Daerah
Hal ini sebagaimana yang diungkapkan pada Meuraxa Kota Banda Aceh.
penelitian Prihandhani (2015), pada 48
responden dengan menggunakan analisis Menurut Rivai (2009), peningkatan kinerja
statistik Chi Square, diketahui terdapat karyawan diikuti dengan peningkatan
hubungan yang signifikan antara pola pengetahuan dan keterampilan. Pelatihan dan
komunikasi dengan perilaku caring perawat pengembangan merupakan suatu kegiatan
dengan p-value 0,022. Dari hasil penelitian untuk meningkatkan pengetahuan dan
ini juga diketahui pola komunikasi perawat memberikan dividen kepada karyawan dan
yang baik cenderung memiliki perilaku perusahaan berupa keahlian dan keterampilan
caring yang baik pula (72%). yang selanjutnya akan menjadi aset yang
berharga bagi perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
peneliti lakukan, menurut peneliti, Menurut Robins dan Judge (2007), organisasi
komunikasi merupakan salah satu aspek dalam upaya menciptakan budaya tanggap
dasar dalam menciptakan perilaku caring terhadap pelanggan pemberian pelatihan
perawat. Hal ini dikarenakan komunikasi kepada perawat lebih diutamakan daripada
merupakan salah satu penghubung interaksi perekrutan, dikarenakan lebih efesien dan
antar individu dalam menciptakan rasa saling mempunyai dampak jangka panjang terhadap
percaya, yang secara tidak langsung dapat perilaku caring perawat saat memberikan
mendorong terjadi sikap empati yang pelayanan di rumah sakit kepada pasien.
merupakan dasar dari karakteristik caring.
Penelitian terkait dengan pelatihan dan
Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh pengembangan yang pernah dilakukan oleh
Watson (2005), yang menyebutkan Zees (2011), pada 120 responden dengan
komunikasi yang baik antara perawat dengan menggunakan analisis statistik Chi Square,
pasien juga dapat membentuk humanistic terkait dengan hubungan pelatihan dengan
altruistic yaitu sikap yang didasari oleh nilai perilaku caring perawat, diketahui terdapat
kemanusiaan, seperti menghormati otonomi hubungan yang bermakna antara pelatihan
klien terhadap pilihannya sendiri yang dengan perilaku caring perawat dengan p-
merupakan salah satu komponen dari value 0,024.
170
JIM FKep Volume III No. 3 2018

Menurut peneliti, pelatihan da pengembangan Penelitian terkait dengan hubungan reward


terkait dengan perilaku caring sangat dengan perilaku caring perawat telah
diperlukan oleh perawat dalam meningkatkan dilakukan oleh Wahyudi, Sutria, Ashar dan
pengetahuan dan juga kemampuan Syisnawati (2017), pada 31 responden
keterampilannya dalam berperilaku caring. menggunakan analisis statistik Chi Square,
Pelatihan bagi perawat dapat menjadi wadah terkait dengan hubungan reward dengan
dalam meningkatkan informasi mengenai perilaku caring perawat, diketahui terdapat
perilaku caring, sehingga dalam hubungan yang bermakna antara pelatihan
kesehariannya perawat dalam memberikan dengan perilaku caring perawat dengan
asuhan keperawatan dapat selalu p-value 0,020.
berlandaskan sikap caring kepada pasien.
Salah satu upaya dalam meningkatkan Menurut peneliti, reward merupakan salah
kemampuan kognitif adalah dengan cara satu bentuk motivasi bagi perawat dalam
pelatihan. Hasil kognitif yang didapatkan bekerja memberikan pelayanan kepada
seseorang melalui pelatihan adalah proses pasien. Reward yang diterima oleh perawat
pengambilan keputusan yang semakin baik merupakan salah satu bentuk penghargaan
dan kompeten dikarenakan landasan ilmu dari kinerja yang telah dilakukannya. Bentuk
yang semakin baik yang didapatkan secara reward yang diterima tak hanya dalam
continue. bentuk finansial, tetapi juga dalam bentuk
non finansial. Dimana feed back positif yang
Hubungan reward dengan perilaku caring diterima perawat dari reward itu sendiri
perawat dapat menjadi bentuk dari evaluasi kerja
Berdasarkan hasil uji statistik dapat perawat. Sedangkan bagi pihak manajemen,
disimpulkan bahwa ada hubungan reward reward ini sendiri dapat berupa pemacu bagi
dengan perilaku caring perawat di Rumah perawat untuk dapat meningkatkan kualitas
Sakit Umum Daerah Meuraxa Kota Banda kinerjanya di pelayanan.
Aceh.
Berdasarkan dari pendapat di atas dapat
Menurut Riani (2011), reward (imbalan) diketahui betapa pentingnya sistem reward
merupakan suatu sistem balas jasa atas hasil dalam suatu lingkungan organisasi tempat
kerja anggota/ karyawan. Perilaku yang berkerja seseorang. Hal ini dikarenakan
diberi reward secara berkelanjutan akan yang pemberian reward oleh pihak manajemen
menentukan bagaimana sebuah budaya kepada karyawan, merupakan hal yang
organisasi berevolusi. Perusahaan yang penting bagi organisasi itu sendiri karena
memiliki sistem reward yang didasarkan program rewards adalah merupakan
pada intangible performance, menciptakan pencerminan upaya organisasi untuk
budaya organisasi yang berorientasi pada mempertahankan sumber daya manusia. Bila
pada karyawan atau tim. Budaya organisasi organisasi tidak memperhatikan dengan
akan berorientasi pada hasil jika kriteria balas baik tentang kompensasi bagi karyawannya,
jasa berorientasi pada target pencapaian. tidak mustahil organisasi itu lambat laun
akan kehilangan sumber daya manusia yang
Di dalam lingkungan kerja, salah satu yang berkualitas tinggi (Wibowo, 2010).
dapat memotivasi kinerja seorang perawat
adalah pemberian reward oleh pihak Hubungan pengambilan keputusan
perusahaan/Rumah Sakit. Hal ini dengan perilaku caring perawat
sebagaimana yang dinyatakan oleh Robins Berdasarkan hasil uji statistik dapat
dan Judge (2007), menyebutkan bahwa jika disimpulkan bahwa ada hubungan
manajemen menginginkan karyawan pengambilan keputusan dengan perilaku
memberikan layanan yang bagus, karyawan caring perawat di Rumah Sakit Umum
harus diberikan imbalan yang layak. Dimana, Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh.
reward yang diterima oleh perawat
merupakan suatu bentuk penghargaan dari Menurut Daft (2008, p.35), menyebutkan
pihak perusahaan/rumah sakit untuk kinerja bahwa decision making (pengambil
yang telah dilakukannya. keputusan) merupakan proses identifikasi
171
JIM FKep Volume III No. 3 2018

permasalahan dan peluang, serta pemilihan pengambilan resiko dengan perilaku caring
alternatif pemecahan masalah. Pelibatan perawat di Rumah Sakit Umum Daerah
pihak lain dalam pengambilan keputusan Meuraxa Kota Banda Aceh.
berperan dalam pembelajaran individu dan
organisasi. Individu merasa perusahaan Menurut Robbins dan Judge (2013), risk
membutuhkan dirinya, dan nilai ini taking (pengambilan risiko) merupakan suatu
memotivasi karyawan tersebut untuk tingkatan memotivasi karyawan dalam
meningkatkan kinerjanya. pengambilan keputusan yang inovatif,
kreatif, dan berani mengambil risiko.
Hal ini sebagaimana penelitian yang telah Penghargaan dan penilaian terhadap
dilakukan oleh Zees (2011), pada 120 ide-ide kreatif karyawan, memacu karyawan
responden dengan menggunakan analisis untuk berkompetisi menemukan hal-hal
statistik Chi Square, terkait dengan hubungan baru untuk kemajuan perusahaan.
pengambilan keputusan dengan perilaku Inovasi mencakup lebih dari sekedar
caring perawat, diketahui terdapat hubungan perbaikan, mencari dan mengambil
yang bermakna antara pengambilan risiko yang besar tentang gagasan dan
keputusan dengan perilaku caring perawat perubahan.
dengan p-value 0,002.
Menurut peneliti, pengambilan resiko
Menurut peneliti, proses pengambilan merupakan salah bagian dari resiko
keputusan oleh perawat pada saat pengambilan keputusan seorang individu
memberikan pelayanan keperawatan kepada terhadap suatu permasalahan. Dalam hal ini,
pasien, sangat tergantung dengan tentunya sangat diketahui bahwa setiap
pengetahuan dan informasi yang ada pada keputusan yang diambil mempunyai
perawat itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan resikonya masing-masing, baik itu resiko
pengambilan keputusan dalam konsepnya yang bersifat positif maupun negatif. Untuk
merupakan salah satu proses indentifikasi itu perlu kreativitas dan juga hal inovatif dari
masalah, peluang penyelesaian masalah, serta seorang perawat untuk dapat membuat
pilihan alternatif pemecahan masalah, setelah keputusan yang tepat dari setiap
masalah tersebut diidentifikasi. permasalahan yang terjadi.

Ketiga tahapan proses tersebut tentu sangat Adapun selain pengetahuan yang baik,
tergantung dengan pengetahuan yang dimiliki pengalaman seseorang dalam menyelesaikan
perawat. Pengetahuan perawat yang baik, masalah sangat diperlukan dalam
tentunya tidak dapat dipisahkan dari tingkat mengidentifikasi resiko yang akan terjadi dari
pendidikan dan masa kerja perawat. Dimana setiap keputusan yang dibuat oleh seseorang.
pengatahuan dari hasil pendidikan dan juga Sehingga pengkajian yang tepat, identifikasi
pengalaman kerja yang didapat dari lamanya masalah yang akurat dapat meminimalisir
masa kerja seorang perawat mempunyai resiko negatif yang dapat terjadi, dengan cara
dampak yang signifikan terhadap cara membuat beberapa pilihan alternatif dalam
perawat membentuk dan melakukan memecahkan suatu masalah.
pengambilan keputusan terhadap suatu
permsalahan. Semakin tinggi pendidikan Hubungan kerjasama dengan perilaku
seseorang semakin baik pula pengetahuan caring perawat
yang dimilikinya, demikian juga dengan Berdasarkan hasil uji statistik dapat
semakin lama masa kerja seseorang, disimpulkan bahwa ada hubungan kerjasama
maka semakin banyak pula pengalaman dengan perilaku caring perawat di Rumah
kerja yang dimilikinya oleh individu Sakit Umum Daerah Meuraxa Kota Banda
tersebut. Aceh.

Hubungan pengambilan resiko dengan Menurut Daft (2008), dimensi kerjasama ini
perilaku caring perawat berhubungan dengan jumlah, tipe dan
Berdasarkan hasil uji statistik dapat keefektifan tim dalam organisasi. Jumlah
disimpulkan bahwa ada hubungan tim dalam organisasi yang dibatasi atau
172
JIM FKep Volume III No. 3 2018

tidak dibatasi, kerja sama dengan departemen perawat dan juga tenaga medis lainnya dalam
yang berbeda, dan sejumlah menerapkan budaya caring yang ditunjukkan
kepercayaan diantara beberapa fungsi atau dengan perilaku caring pada saat
unit yang berbeda dan dukungan terhadap memberikan pelayanan dapat memberikan
proses kerja. dampak yang signifikan dalam pelayanan di
rumah sakit. Hal ini dikeranakan, perilaku
Menurut Sopiah (2009), menyebutkan bahwa caring yang diterima pasien tidak hanya
para manajer dan ketua tim mempunyai didapatkan dari beberapa perawat saja, tetapi
dampak yang besar terhadap iklim juga oleh seluruh perawat dan tenaga
kepercayaan tim. Cara manajer dan ketua tim kesehetan lainnya.
membina kepercayaan meliputi menunjukkan
cara bekerja yang baik untuk kepentingan Kerjasama dalam membentuk perilaku caring
sendiri dan orang lain, mendukung dan ini, tentunya tidak terlepas dari dukungan
membela tim baik dengan kata-kata maupun pihak rumah sakit dalam mengupayakan
tindakan. Cara yang lain adalah keterbukaan terciptanya suasana caring dalam setiap
terhadap masalah dan seluruh informasi yang pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
relevan, berlaku adil, berbagi perasaan pasien. Dimana bentuk dukungan tersebut
dengan bawahan. dapat diberikan rumah sakit dalam bentuk
pelatihan yang dapat membantu perawat
Konsistensi dalam nilai-nilai dasar yang untuk mendapatkan informasi terkait dengan
memandu pengambilan keputusan, perilaku caring, membentuk peraturan baku
memelihara keyakinan orang akan terkait dengan perilaku caring yang dapat
manajemen, serta menunjukkan kompetensi dicantumkan dalam visi dan misi rumah
yang dimiliki juga termasuk dalam cara sakit, dan juga melakukan feed back secara
membangun kepercayaan terhadap tim. Tim berkala tentang bagaimana penerapan
memberikan sarana yang wajar bagi perilaku caring yang telah dijalankan oleh
karyawan untuk berbagi gagasan dan perawat beserta tenaga kesehatan lainnya.
melaksanakan perbaikan. Perbaikan proses
dan pelibatan karyawan merupakan bagian Hubungan praktik manajemen dengan
vital dari perbaikan proses yang tergambar perilaku caring perawat
dalam hakikat Total Quality management Berdasarkan hasil uji statistik dapat
(TQM) (Sopiah, 2009). disimpulkan bahwa ada hubungan praktik
manajemen dengan perilaku caring perawat
Kerjasama yang baik di dalam tim kerja tidak di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa
terlepas dari peranan pemimpin tim. dimana Kota Banda Aceh.
gaya kepemimpinan seseorang dalam
mempengaruhi aktivitas seseorang akan Menurut Wibowo (2010), praktik manajemen
memberikan dampak yang siginifikan merupakan dukungan dan gaya manajemen
terhadap kerjasama tim. Dalam suatu tim yang terbentuk berdasarkan etika dan nilai-
kerjasama yang baik dapat terjadi jika nilai dengan standar yang tinggi. Manajemen
pemimpin dapat mempengaruhi dan harus menunjukkan sikap dan loyalitas positif
membagi kinerja anggotanya dengan baik terhadap pekerja dan organisasi. Manajer
sehingga suatu tujuan kerja dapat tercapai. memberikan orang lain perasaan bahwa hasil
pekerjaaan yang karyawan lakukan dihargai
Pada penelitian oleh Supriatin (2009), pada betapapun sederhananya. Keadilan dan
43 responden dengan menggunakan analisis konsistensi, penyedia kerja lingkungan yang
uji t-independen, diketahui hubungan yang aman, serta bagaimana manajemen
bermakna antara kepemimpinan dengan mendukung adanya perubahan.
perilaku caring perawat dengan p-value
0,005. Hal ini sebagaimana penelitian yang telah
dilakukan oleh Prihandhani (2015), pada 48
Menurut peneliti, kerjasama yang baik dapat responden dengan menggunakan analisis
menciptakan lingkungan kerja yang baik dan statistik Chi Square, diketahui terdapat
juga kondusif. Kerjasama yang baik antar hubungan yang signifikan antara dukungan
173
JIM FKep Volume III No. 3 2018

manajemen dengan perilaku caring perawat kebijakan yang mendukung perilaku caring
dengan p-value 0,007. oleh tenaga kesehatan khususnya perawat.

Menurut peneliti, praktik manajemen yang DAFTAR PUSTAKA


baik akan memberikan dampak yang positif Bustami. (2011). Penjaminan mutu
terhadap kualitas dan juga loyalitas perawat pelayanan kesehatan. Erlangga :
dalam berkerja. Hal ini dikarenakan praktik Jakarta
manajemen yang baik dimulai dari proses
seleksi, sosialisasi, pemberdayaan, sistem Chusnawiyah. (2015). Hubungan beban
imbalan dan juga evaluasi. kesemua kegiatan kerja dengan perilaku caring
tersebut diharapkan dapat membentuk perawat di ruang rawat inap
perilaku yang bertujuan untuk mendapatkan kelas 3 RSD Balung. Program
perawat yang dapat berkerja dengan sesuai Studi Keperawatan Fakultas
dengan bidang kompetensi, kemampuan dan Ilmu Kesehatan Universitas
juga memiliki keterampilan kerja yang baik. Muhammadiyah Jember. Diakses
dari http://digilib.unmuhjember.ac.id
Dalam suatu organisasi kerja, sistem (1 Desember 2017)
manajemen yang baik merupakan pondasi
dasar yang dapat menciptakan budaya kerja Daft, R. (2008). Manajemen. Edisi 1. Jakarta:
yang baik, selain membentuk pola perilaku Salemba Empat.
perawat untuk dapat berperilaku caring,
pembenahan dan juga dukungan manajemen Kozier, B., Erb, L.G., Berman, A., &
sangat berpengaruh dalam memberntuk Snyder, S.J. (2014). Kozier’s and
karakter perawat. Sebagaimana yang telah Erb’s fundamental of nursing:
dijelaskan sebelumnya budaya organisasi Australian Edition. Melbourne :
merupakan tata nilai dan norma yang Pearson Australia
menuntun perilaku anggota organisasi, yang
didalam prosesnya tidak terlepas dari praktik Kreitner, R. & Kinicki. (2010).
manajemen itu sendiri, sehingga dapat Organizational Behavior. New York:
menciptakan budaya organisasi yang optimal Mc Graw-Hill Higher education.
dan juga kondusif untuk meningkat kualitas
kerja tiap anggotanya. Prihandini, I. S. (2015). Hubungan faktor
individu dan budaya organisasi
KESIMPULAN dengan perilaku caring perawat
Berdasarkan hasil uji statistik dapat di ruang rawat inap RSU
disimpulkan bahwa ada hubungan dimensi Ganesha Gianyar. Tesis.
budaya organisasi dengan perilaku caring Program Pasca Sarjana Universitas
perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Udayana. Denpasar. Diakses
Umum Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh dari http://ojs.unud.ac.id (27 Mei
2018)
Meningkatkan kualitas perilaku caring oleh
perawat di lingkungan rumah sakit, dengan Riska & Usman, S. (2017). Budaya
cara memberikan pelatihan dan update organisasi dengan kepatuhan
seminar terkait dengan perilaku caring perawat menerapkan patient
kepada perawat, untuk mendapatkan persepsi safety. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
yang sama tentang caring sebagai bagian Fakultas Keperawatan Universitas
dari asuhan keperawatan. Selain itu, Syiah Kuala. Diakses dari
menjadikan caring sebagai salah satu http://jim.unsyiah.ac.id (04 Juni
bagian dari filosofi rumah sakit, diharapkan 2018)
dapat menjadi fondasi yang kuat bagi rumah
sakit untuk dapat menerapkan perilaku caring Robbins, S. & Judge, Y. (2013). Perilaku
secara menyeluruh dalam memberikan organisasi. Edisi 12. Salemba Empat :
pelayanannya kepada pasien sebagai bentuk Jakarta

174
JIM FKep Volume III No. 3 2018

Riani, A. (2011). Budaya Organisasi. Indonesia. Depok. Diakses


Yogyakarta: Graha Ilham. pada http://www.digilib.ui.ac.id
(24 Desember 2017)
Rivai, V. (2009). Manajemen sumber daya
manusia untuk perusahaan dari teori
ke praktik. Jakarta: Rajawali Pers.

Supriatin, I. (2009). Hubungan faktor


individu dan faktor organisasi dengan
perilaku caring perawat di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Bandung. Tesis. Program
Magister Ilmu Keperawatan
Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan. Fakultas Keperawatan
Universitas Indonesia. Depok. Diakses
dari http://lib.ui.ac.id (27 Mei 2018)

Siagian, S.( 2010). Kiat meningkatkan


produktivitas kerja. Jakarta: Rineka
Cipta.

Sopiah. (2009). Perilaku Organisasional. CV


Andi Offset. Yogyakarta.

Tomey & alligood, AM, & Alligood, MR.


(2006). Nursing theorists and their
work. Six edition. Missouri: Mosby
Elsevier.

Watson, J. (2005). Caring science as secret


science. Philadelphia: Davis Company.

Wibowo. (2010). Manajemen kinerja.


Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Yusuf, M. (2013). Hubungan manajemen


waktu perawat pelaksana dengan
pendokumentasian asuhan
keperawatan di ruang rawat inap kelas
III Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal.
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
Kuala : Banda Aceh. Diakses pada
http://www.fkep.unsyiah.ac.id (28
Februari 2018)

Zees, R. F. (2011). Analisis budaya


organisasi yang berhubungan dengan
perilaku caring perawat pelaksana
di Ruang Rawat Inap RSUD Prof. DR.
H. Aloei saboe, Kota Gorontalo.
Fakultas Keperawatan Universitas
175

Anda mungkin juga menyukai