3 2018
ABSTRAK
Rumah sakit merupakan salah satu organisasi yang bergerak di bidang kesehatan yang mempunyai pengaruh
besar dalam kinerja anggotanya. Salah satu pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit adalah
keperawatan. Pelayanan keperawatan yang prima dan berkualitas, tentunya terwujud dengan adanya peran
perawat melalui pemberian asuhan keperawatan secara komprehensif dengan menunjukkan perilaku caring
kepada pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dimensi budaya organisasi dengan
perilaku caring perawat. Jenis penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif korelatif menggunakan desain
cross sectional. Jumlah sampel penelitian ini 112 orang, menggunakan tenik pengambilan sampel
proportional sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 2-31 Mei 2018, menggunakan alat ukur
kuesioner dan diolah menggunakan Chi-Square Test (X2). Hasil penelitian diketahui ada hubungan
komunikasi (p=0,003) ; pelatihan dan pengembangan (p=0,017) ; reward (p=0,004) ; pengambilan keputusan
(p=0,015) ; pengambilan resiko (p=0,000) ; kerjasama (p=0,003) ; praktik manajemen (p=0,000) ; dan
dimensi budaya organisasi (p=0,002) dengan perilaku caring perawat. Berdasarkan hasil penelitian
disarankan bagi rumah sakit untuk dapat memberikan pelatihan dan update seminar tentang caring sebagai
upaya meningkatkan perilaku caring perawat. Sedangkan pada dimensi budaya organisasi rumah sakit, perlu
adanya pertimbangan serta kebijakan khusus yang meningkatkan penerapan perilaku caring oleh perawat,
terutama dari aspek reward dan pengambilan resiko yang masih berada pada ketegori kurang.
ABSTRACT
Hospital is one of the organization operates in health which has great influence in the member performance.
One of the health services in the hospital is nursing. Hospital is one of the organization operates in health
which has great influence in the member performance. One of the health services in the hospital is nursing.
Excellent nursing services and quality, be realized with the role of nurses through the provision of
comprehensive nursing care by showing caring behavior to patients. The aim of this research is to know the
correlation between cultural dimension organization with caring behavior of nurses. The type of this study is
quantitative with descriptive correlative method, using cross sectional design. The samples collecting
technique is proportional sampling method with total sample of 112 respondents. The data collection was
conducted on May 2-31, 2018. The tool in collecting data used is questionnaire. The data is analyzed using
chi-square test (X2). The result of the research showed that there is communication relation (p=0.003);
training and development (p=0.017); reward (p=0.004); decision making (p=0.015); risk taking (p=0.000);
cooperation (p=0.003); management practice (p=0.000), and cultural dimension organization (p=0.002) with
the nurse caring behavior. The results of this study is expected can be the information input for the hospital
about the nurse caring behavior, this is important to helping improve the quality of nurse caring behavior. In
addition, training and seminar updates related to caring behavior can be given to nurses as one of the
management efforts in improving the nurse caring behavior. The cultural dimension organization in the
hospital, it is necessary special considerations and policies to improve the application of caring behavior by
nurses, especially from reward aspect and risk taking that are still in less category.
konstan dan terus-menerus dalam 24 jam Menurut Ricardo dan Jolly (2003, dikutip
setiap harinya (Yusuf, 2013). dari Zees, 2011), disebutkan ada 7 (Tujuh)
dimensi budaya organisasi yang dapat
Peran dominan inilah yang menjadikan mempengaruhi perilaku seseorang, dimana
perawat sebagai ujung tombak pelayanan dalam penelitian ini difokuskan pada perilaku
yang berkualitas di rumah sakit dan caring perawat, yaitu mencakup komunikasi,
dituntut untuk dapat menunjukkan pelatihan dan pengembangan, sistem reward,
kemampuan perawatan terbaik saat pengambilan keputusan, pengambilan resiko,
memberikan layanannya kepada pasien. kerjasama, serta praktik manajemen.
Caring sebagai roh bagi profesi keperawatan
merupakan salah satu perilaku yang Berdasarkan latar belakang di atas maka
assistif, suportif dan fasilitatif terhadap peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
atau bagi orang atau kelompok lain tentang hubungan dimensi budaya organisasi
dengan kebutuhan tertentu yang dapat dengan perilaku caring perawat di ruang
dipraktikkan dan didemonstrasikan secara rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah
efektif secara interpersonal (Kozier, et.all., Meuraxa Kota Banda Aceh
2014).
METODE
Menurut Chusnawiyah (2015), caring Penelitian ini merupakan penelitian
merupakan pemberian perawatan secara kuantitatif dengan metode deskriptif korelatif
totalitas dan dengan sepenuh hati, menjadi dengan menggunakan desain cross sectional
kunci mutlak bagi layanan keperawatan yang yang dilaksanakan pada tanggal 2-31 Mei
akan berefek terhadap kualitasnya suatu 2018 di Rumah Sakit Umum Daerah
institusi kesehatan. Menurut Morison dan Meuraxa Kota Banda Aceh. Sampel dalam
Burnand (2009), perilaku caring inilah yang penelitian ini berjumlah 112 perawat yang
menjadi esensi dari keperawatan yang diambil menggunakan teknik proportional
membedakan perawat dengan profesi lain. sampling.
Pada tabel 2. dapat disimpulkan ada Pada tabel 6, disimpulkan ada hubungan yang
hubungan yang signifikan antara signifikan antara pengambilan keputusan
dimensi budaya organisasi dengan dengan perilaku caring perawat (p-value
perilaku caring perawat (p-value 0,002). 0,015).
168
JIM FKep Volume III No. 3 2018
Tabel 7. Hubungan pengambilan resiko dari Riska dan Usman (2017), yang
dengan perilaku caring perawat menyebutkan organisasi merupakan berbagi
Perilaku caring keyakinan nilai dan asumsi yang telah ada di
Pengambilan organisasi itu sendiri.
Kurang Baik p-value
resiko
f % f %
Kurang 39 52.7 35 47.3 Hal ini senada dengan diungkapkan oleh
0,000 beberapa ahli yang menyebutkan budaya
Baik 14 36.8 24 63.2
organisasi mempunyai peran dalam
membentuk dan mengembangkan perilaku
Pada tabel 7, dapat disimpulkan ada anggotanya. Dalam proses pembentukkannya
hubungan yang signifikan antara organiasi rumah sakit tidak terlepas dari
pengambilan resiko dengan perilaku caring beberapa dimensi budaya organisasi yang
perawat (p-value 0,000). mendukung terbentuknya perilaku caring
perawat yaitu dimensi komunikasi, pelatihan
Tabel 8. Hubungan kerjasama dengan dan pengembanngan, reward, pengambilan
perilaku caring perawat keputusan, pengambilan resiko, kerjasama,
Perilaku caring serta praktik manajemen. Dimana ketujuh
Kerjasama Kurang Baik p-value dimensi tersebut mempunyai peranan
f % f % tersendiri dalam menggiring terbentuknya
Kurang 19 45.2 23 54.8 perilaku caring perawat dalam sebuah
0,003
Baik 34 48.6 36 51.4 organisasi rumah sakit.
Pada tabel 8, dapat disimpulkan ada Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
hubungan yang signifikan antara kerjasama yang telah dilakukan Zees (2011), pada 120
dengan perilaku caring perawat (p-value responden yang menyimpulkan ada
0,003). hubungan yang bermakna antara budaya
organisasi dengan perilaku caring perawat
Tabel 9. Hubungan praktik manajemen dengan p-value 0,036. Dalam penelitian ini
dengan perilaku caring perawat juga disebutkan bahwa perawat yang
Perilaku caring mempunyai persepsi budaya organisasi yang
Praktik baik berpeluang 0,455 kali untuk berperilaku
Kurang Baik p-value
manajemen caring dibandingkan dengan persepsi budaya
f % f %
Kurang 12 48 13 52 organisasi yang kurang (OR=0,455).
0,000
Baik 41 47.1 46 52.9 Pada penelitian ini, dapat diketahui sebagian
besar perilaku caring perawat berada pada
Pada tabel 9, dapat disimpulkan ada kategori baik yaitu sebanyak 52,7% dan hal
hubungan yang signifikan antara praktik ini merupakan modal utama perawat yang
manajemen dengan perilaku caring perawat perlu untuk terus didukung, dikarenakan
(p-value 0,000). caring aspek penting oleh perawat dalam
menjalankan perannya saat memberikan
PEMBAHASAN asuhan keperawatan.
Hubungan dimensi budaya organisasi
dengan perilaku caring perawat Perilaku caring, selain dipengaruhi oleh
Berdasarkan hasil uji statistik dapat dimensi budaya organisasi rumah sakit, juga
disimpulkan bahwa ada hubungan dipengaruhi oleh faktor internal perawat,
dimensi budaya organisasi dengan seperti faktor empati dan juga faktor umur
perilakucaring perawat di Rumah perawat. Sebagaimana diketahui, umur
Sakit Umum Daerah Meuraxa Kota perawat dapat berpengaruh terhadap
Banda Aceh. pengalaman perawat dalam berperilaku
Menurut Kreitner dan Knicki (2010), budaya caring. Hal ini dikarenakan umur/usia
organisasi merupakan nilai dan keyakinan seseorang sangat berkaitan dengan tingkat
yang mendasari identitas organisasi. kedewasaan/maturitas seseorang dalam
Pendapat tersebut didukung oleh pernyataan berperilaku. Menurut Siagiaan (2010),
169
JIM FKep Volume III No. 3 2018
menyebutkan semakin tinggi usia semakin perilaku caring. Dalam hal ini, perilaku
mampu menunjukkan kematangan jiwa dan tersebut dapat menunjukkan kapasitas
semakin dapat berpikir rasional, bijaksana, seseorang yang empati dan dapat merasakan
mampu mengendalikan emosi dan terbuka apa yang dialami orang lain.
terhadap pandangan orang lain.
Komunikasi selain dapat membetuk sikap
Hubungan komunikasi dengan perilaku empati dan humanistic altruistic, juga dapat
caring perawat berperan sebagai pengungkapan emosi. Hal
Berdasarkan hasil uji statistik dapat ini sebagaimana yang diungkapkan oleh
disimpulkan bahwa ada hubungan Sopiah (2009), yaitu anggota kelompok dapat
komunikasi dengan perilaku caring perawat menunjukkan rasa kekecewaan atau kepuasan
di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa karyawan melalui komunikasi. Komunikasi
Kota Banda Aceh. juga berperan sebagai pertimbangan dalam
pengambilan keputusan. Informasi yang
Menurut Robbins dan Judge (2013), didapat melalui komunikasi dapat dijadikan
komunikasi memiliki peranan yang penting dasar dalam pengambilan keputusan baik
dalam membentuk organisasi yang efektif secara individu maupun kelompok.
dan efisien. Informasi yang akurat, jujur,
mengenai suatu pekerjaan selama proses Hubungan pelatihan dan pengembangan
perekrutan dan seleksi, memberikan asumsi dengan perilaku caring perawat
dan nilai bagi karyawan, sehingga Berdasarkan hasil uji statistik dapat
berpengaruh terhadap motivasi dan kinerja disimpulkan bahwa ada hubungan pelatihan
karyawan. dan pengembangan dengan perilaku caring
perawat di Rumah Sakit Umum Daerah
Hal ini sebagaimana yang diungkapkan pada Meuraxa Kota Banda Aceh.
penelitian Prihandhani (2015), pada 48
responden dengan menggunakan analisis Menurut Rivai (2009), peningkatan kinerja
statistik Chi Square, diketahui terdapat karyawan diikuti dengan peningkatan
hubungan yang signifikan antara pola pengetahuan dan keterampilan. Pelatihan dan
komunikasi dengan perilaku caring perawat pengembangan merupakan suatu kegiatan
dengan p-value 0,022. Dari hasil penelitian untuk meningkatkan pengetahuan dan
ini juga diketahui pola komunikasi perawat memberikan dividen kepada karyawan dan
yang baik cenderung memiliki perilaku perusahaan berupa keahlian dan keterampilan
caring yang baik pula (72%). yang selanjutnya akan menjadi aset yang
berharga bagi perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
peneliti lakukan, menurut peneliti, Menurut Robins dan Judge (2007), organisasi
komunikasi merupakan salah satu aspek dalam upaya menciptakan budaya tanggap
dasar dalam menciptakan perilaku caring terhadap pelanggan pemberian pelatihan
perawat. Hal ini dikarenakan komunikasi kepada perawat lebih diutamakan daripada
merupakan salah satu penghubung interaksi perekrutan, dikarenakan lebih efesien dan
antar individu dalam menciptakan rasa saling mempunyai dampak jangka panjang terhadap
percaya, yang secara tidak langsung dapat perilaku caring perawat saat memberikan
mendorong terjadi sikap empati yang pelayanan di rumah sakit kepada pasien.
merupakan dasar dari karakteristik caring.
Penelitian terkait dengan pelatihan dan
Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh pengembangan yang pernah dilakukan oleh
Watson (2005), yang menyebutkan Zees (2011), pada 120 responden dengan
komunikasi yang baik antara perawat dengan menggunakan analisis statistik Chi Square,
pasien juga dapat membentuk humanistic terkait dengan hubungan pelatihan dengan
altruistic yaitu sikap yang didasari oleh nilai perilaku caring perawat, diketahui terdapat
kemanusiaan, seperti menghormati otonomi hubungan yang bermakna antara pelatihan
klien terhadap pilihannya sendiri yang dengan perilaku caring perawat dengan p-
merupakan salah satu komponen dari value 0,024.
170
JIM FKep Volume III No. 3 2018
permasalahan dan peluang, serta pemilihan pengambilan resiko dengan perilaku caring
alternatif pemecahan masalah. Pelibatan perawat di Rumah Sakit Umum Daerah
pihak lain dalam pengambilan keputusan Meuraxa Kota Banda Aceh.
berperan dalam pembelajaran individu dan
organisasi. Individu merasa perusahaan Menurut Robbins dan Judge (2013), risk
membutuhkan dirinya, dan nilai ini taking (pengambilan risiko) merupakan suatu
memotivasi karyawan tersebut untuk tingkatan memotivasi karyawan dalam
meningkatkan kinerjanya. pengambilan keputusan yang inovatif,
kreatif, dan berani mengambil risiko.
Hal ini sebagaimana penelitian yang telah Penghargaan dan penilaian terhadap
dilakukan oleh Zees (2011), pada 120 ide-ide kreatif karyawan, memacu karyawan
responden dengan menggunakan analisis untuk berkompetisi menemukan hal-hal
statistik Chi Square, terkait dengan hubungan baru untuk kemajuan perusahaan.
pengambilan keputusan dengan perilaku Inovasi mencakup lebih dari sekedar
caring perawat, diketahui terdapat hubungan perbaikan, mencari dan mengambil
yang bermakna antara pengambilan risiko yang besar tentang gagasan dan
keputusan dengan perilaku caring perawat perubahan.
dengan p-value 0,002.
Menurut peneliti, pengambilan resiko
Menurut peneliti, proses pengambilan merupakan salah bagian dari resiko
keputusan oleh perawat pada saat pengambilan keputusan seorang individu
memberikan pelayanan keperawatan kepada terhadap suatu permasalahan. Dalam hal ini,
pasien, sangat tergantung dengan tentunya sangat diketahui bahwa setiap
pengetahuan dan informasi yang ada pada keputusan yang diambil mempunyai
perawat itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan resikonya masing-masing, baik itu resiko
pengambilan keputusan dalam konsepnya yang bersifat positif maupun negatif. Untuk
merupakan salah satu proses indentifikasi itu perlu kreativitas dan juga hal inovatif dari
masalah, peluang penyelesaian masalah, serta seorang perawat untuk dapat membuat
pilihan alternatif pemecahan masalah, setelah keputusan yang tepat dari setiap
masalah tersebut diidentifikasi. permasalahan yang terjadi.
Ketiga tahapan proses tersebut tentu sangat Adapun selain pengetahuan yang baik,
tergantung dengan pengetahuan yang dimiliki pengalaman seseorang dalam menyelesaikan
perawat. Pengetahuan perawat yang baik, masalah sangat diperlukan dalam
tentunya tidak dapat dipisahkan dari tingkat mengidentifikasi resiko yang akan terjadi dari
pendidikan dan masa kerja perawat. Dimana setiap keputusan yang dibuat oleh seseorang.
pengatahuan dari hasil pendidikan dan juga Sehingga pengkajian yang tepat, identifikasi
pengalaman kerja yang didapat dari lamanya masalah yang akurat dapat meminimalisir
masa kerja seorang perawat mempunyai resiko negatif yang dapat terjadi, dengan cara
dampak yang signifikan terhadap cara membuat beberapa pilihan alternatif dalam
perawat membentuk dan melakukan memecahkan suatu masalah.
pengambilan keputusan terhadap suatu
permsalahan. Semakin tinggi pendidikan Hubungan kerjasama dengan perilaku
seseorang semakin baik pula pengetahuan caring perawat
yang dimilikinya, demikian juga dengan Berdasarkan hasil uji statistik dapat
semakin lama masa kerja seseorang, disimpulkan bahwa ada hubungan kerjasama
maka semakin banyak pula pengalaman dengan perilaku caring perawat di Rumah
kerja yang dimilikinya oleh individu Sakit Umum Daerah Meuraxa Kota Banda
tersebut. Aceh.
Hubungan pengambilan resiko dengan Menurut Daft (2008), dimensi kerjasama ini
perilaku caring perawat berhubungan dengan jumlah, tipe dan
Berdasarkan hasil uji statistik dapat keefektifan tim dalam organisasi. Jumlah
disimpulkan bahwa ada hubungan tim dalam organisasi yang dibatasi atau
172
JIM FKep Volume III No. 3 2018
tidak dibatasi, kerja sama dengan departemen perawat dan juga tenaga medis lainnya dalam
yang berbeda, dan sejumlah menerapkan budaya caring yang ditunjukkan
kepercayaan diantara beberapa fungsi atau dengan perilaku caring pada saat
unit yang berbeda dan dukungan terhadap memberikan pelayanan dapat memberikan
proses kerja. dampak yang signifikan dalam pelayanan di
rumah sakit. Hal ini dikeranakan, perilaku
Menurut Sopiah (2009), menyebutkan bahwa caring yang diterima pasien tidak hanya
para manajer dan ketua tim mempunyai didapatkan dari beberapa perawat saja, tetapi
dampak yang besar terhadap iklim juga oleh seluruh perawat dan tenaga
kepercayaan tim. Cara manajer dan ketua tim kesehetan lainnya.
membina kepercayaan meliputi menunjukkan
cara bekerja yang baik untuk kepentingan Kerjasama dalam membentuk perilaku caring
sendiri dan orang lain, mendukung dan ini, tentunya tidak terlepas dari dukungan
membela tim baik dengan kata-kata maupun pihak rumah sakit dalam mengupayakan
tindakan. Cara yang lain adalah keterbukaan terciptanya suasana caring dalam setiap
terhadap masalah dan seluruh informasi yang pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
relevan, berlaku adil, berbagi perasaan pasien. Dimana bentuk dukungan tersebut
dengan bawahan. dapat diberikan rumah sakit dalam bentuk
pelatihan yang dapat membantu perawat
Konsistensi dalam nilai-nilai dasar yang untuk mendapatkan informasi terkait dengan
memandu pengambilan keputusan, perilaku caring, membentuk peraturan baku
memelihara keyakinan orang akan terkait dengan perilaku caring yang dapat
manajemen, serta menunjukkan kompetensi dicantumkan dalam visi dan misi rumah
yang dimiliki juga termasuk dalam cara sakit, dan juga melakukan feed back secara
membangun kepercayaan terhadap tim. Tim berkala tentang bagaimana penerapan
memberikan sarana yang wajar bagi perilaku caring yang telah dijalankan oleh
karyawan untuk berbagi gagasan dan perawat beserta tenaga kesehatan lainnya.
melaksanakan perbaikan. Perbaikan proses
dan pelibatan karyawan merupakan bagian Hubungan praktik manajemen dengan
vital dari perbaikan proses yang tergambar perilaku caring perawat
dalam hakikat Total Quality management Berdasarkan hasil uji statistik dapat
(TQM) (Sopiah, 2009). disimpulkan bahwa ada hubungan praktik
manajemen dengan perilaku caring perawat
Kerjasama yang baik di dalam tim kerja tidak di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa
terlepas dari peranan pemimpin tim. dimana Kota Banda Aceh.
gaya kepemimpinan seseorang dalam
mempengaruhi aktivitas seseorang akan Menurut Wibowo (2010), praktik manajemen
memberikan dampak yang siginifikan merupakan dukungan dan gaya manajemen
terhadap kerjasama tim. Dalam suatu tim yang terbentuk berdasarkan etika dan nilai-
kerjasama yang baik dapat terjadi jika nilai dengan standar yang tinggi. Manajemen
pemimpin dapat mempengaruhi dan harus menunjukkan sikap dan loyalitas positif
membagi kinerja anggotanya dengan baik terhadap pekerja dan organisasi. Manajer
sehingga suatu tujuan kerja dapat tercapai. memberikan orang lain perasaan bahwa hasil
pekerjaaan yang karyawan lakukan dihargai
Pada penelitian oleh Supriatin (2009), pada betapapun sederhananya. Keadilan dan
43 responden dengan menggunakan analisis konsistensi, penyedia kerja lingkungan yang
uji t-independen, diketahui hubungan yang aman, serta bagaimana manajemen
bermakna antara kepemimpinan dengan mendukung adanya perubahan.
perilaku caring perawat dengan p-value
0,005. Hal ini sebagaimana penelitian yang telah
dilakukan oleh Prihandhani (2015), pada 48
Menurut peneliti, kerjasama yang baik dapat responden dengan menggunakan analisis
menciptakan lingkungan kerja yang baik dan statistik Chi Square, diketahui terdapat
juga kondusif. Kerjasama yang baik antar hubungan yang signifikan antara dukungan
173
JIM FKep Volume III No. 3 2018
manajemen dengan perilaku caring perawat kebijakan yang mendukung perilaku caring
dengan p-value 0,007. oleh tenaga kesehatan khususnya perawat.
174
JIM FKep Volume III No. 3 2018