Anda di halaman 1dari 20

48

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan di uraikan hasil penelitian, analisa data dan
pembahasan tentang “Pengaruh Pemberian Posisi Kepala 30 Derajat Tehadap
Peningkatan Saturasi Oksigen Pada Pasien Cidera kepala Di RSUD dr Doris
Sylvanus Palangka Raya” pada tanggal 29 Mei 2019 sampai 26 Juni 2019. Hasil
yang diperoleh berupa data demografi responden yang meliputi, usia, jenis
kelamin, jenis grade cidera kepala,dirawat hari ke,dan oksigen yang di gunakan.

4.1 Hasil Penelitian


Hasil penelitian pengaruh pemberian posisi kepala 30 derajat tehadap
peningkatan saturasi oksigen pada pasien cidera kepala di RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya. Respoonden pada penelitian ini berjumlah 23
responden, pengumpulan data dilakukan mulai tanggal 29 Mei 2019 sampai
dengan 26 Juni 2019.

4.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya yang
didirikan pada tanggal 30 Juni 1959. Perkembangan RSUD dr Doris Sylvanus
Palangka Raya di mulai pada tahun 1959 sanpai dengan tahun 1973 Rumah Sakit
Palangka Raya masih di bawah pengelolaan/milik pemerintah daerah tingkat II
kota Madya Palangka Raya dan selanjutnya dialihkan pengelolaannya/menjadi
milik Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah. RSUD dr Doris
Sylvanus Palangka Raya adalah Rumah Sakit milik pemerintah Kalimantan
Tengah berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No. 1443/Mankes/SK/XII/1999
pada tanggal 15 Desember 2000 RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya menjadi
Rumah Sakit kelas Bnon pendidikan dengan luas area 4,5 Ha yang meliputi
ruangan dan bangunan yang pada saat ini rawat inapnya memiliki 210 tempat
tidur, pelayanan 4 (empat) dasar yaitu bidang penyakit dalam, kesehatan anak,
kesehatan dan penyakit kandungan, bedah saat ini sudah mencakup bidang mata,
THT, jantung, neurologi, paru, bedah, mulut, penyakit kulit dan kelamin, anastesi
patologi klinik/laboratorium, kedokteran gigi anak, rehabilitas medic.

448
49

Visi dan misi RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya adalah Visi RSUD
dr Doris Sylvanus adalah menjadi rumah sakit terbaik dan pusat rujukan di
Kalimantan Tengah pada tahun 2010. Misi RSUD dr Doris Sylvanus adalah
meningkatkan pelayanan yang bermutu prima, meningkatkan sumber daya
manusia yang professional dan bermutu tinggi, meningkatkan kualitas dan
kuantitas sarana dan prasarana, meningkatkan manajemen yang efektif dan
efesien.

Gambar 4.1 RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Gambar 4.2 Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Ruang Dahlia merupakan unit pelayanan keperawatan medical bedah yang
terdiri dari petugas kesehaan sebanyak 21 perawat melayani perawatan pasien
post operasi, pasien fraktur, pasien kemoterapi, pasien luka bakar, dan pasien
diabetes mellitus.
50

Gambar 4.3 Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Tahun
2019
1. Profil ruang Nusa Indah
1) Tujuan Keperawatan
“Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan berbagai macam
kasus penyakit saraf, THT, Mata, dan Gigi Mulut, Mengacu pada Standar Asuhan
Keperawatan dan Standar Operational Prosedur dan peraturan yang berlaku”.
2) Motto
Bajenta Bajorah. Memberikan pelayanan dan pertolongan kepada semua
orang dengan ramah tamah, tulus hati dan kasih sayang.
3) Sifat Kekaryaan Ruang
(1) Fokus Telaah
Ruang Nusa Indah merupakan ruang rawat inap dengan kasus penyakit
saraf, THT, Mata dan Gigi mulut. Ruang nusa indah menggunakan Metode
Asuhan Keperawatan yang di adopsi dari SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan
Keperawatan Profesional). Ruangan ini menggunakan pola Modifikasi Tim-
Primer (Moduler) yang mana terbagi atas 2 Tim/Grup. Masing-masing Tim/Grup
diketuai oleh perawat primer dan selanjutnya beranggotakan Perawat Asosiate
atau perawat pelaksana.
51

(2) Lingkup Garapan


Ruang nusa indah atau ruang rawat inap dengan kasus penyakit saraf, THT,
Mata dan Gigi mulut.Ruang ini diperuntukan bagi pasien dewasa pria ataupun
wanita yang menderita penyakit saraf, THT, Mata dan Gigi mulut. Beberapa
contoh 10 penyakit terbanyak pada bulan Agustus dan September yang sering
ditemukan di Ruang Nusa Indah adalah ODS/ODD, Stroke Hemoragik, Cidera
kepala ringan, Stroke non hemoragik, Hipertensi.
(3) Basis Intervensi
Dalam menerapkan basis intervensi, ruang Nusa indah (Penyakit saraf,
THT, Mata dan Gigi mulutsudah mempunyai Standar Prosedur Operasional (SPO)
dan Standar asuhan keperawatan (SAK) untuk proses tindakan keperawatan.
Standar operasional prosedur yang sudah ada di ruangan Nusa Indah meliputi :
1. SPO pemeriksaan EKG
2. SPO pemasangan Infus
3. SPO pemasangan NGT dan pemberian makanan lewat sonde
4. SPO perawatan luka
5. SPO resusitasi jantung-paru
6. SPO memberikan obat melalui rectum
7. SPO mengambil darah vena
8. SPO memasang kateter
9. SPO pemasangan venflon
10. SPO pemasangan tranfusi darah
11. SPO penatalaksanaan suction
12. SPO terapi oksigen
13. SPO manajemen nyeri
14. SPO pelaksanaan ROM (Range of Motion)
15. SPO pemberian nebulizer
16. SPO perencanaan pasien pulang
Standar asuhan keperawatan (SAK) ruang Nusa Indah (Penyakit saraf, THT,
Mata dan Gigi mulut) diantaranya :
1. SAK Peningkatan Tekanan Intra Kranial
2. SAK nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
52

3. SAK ketidakefektifan pola nafas


4. SAK hipertermia
5. SAK gangguan ADL (Activity Daily Living)
6. SAK perubahan perfusi jaringan perifer/ serebral
7. SAK nyeri
8. SAK (Aktual/Resiko) kelebuhan volume cairan tubuh
9. SAK (Aktual/Resiko) kerusakan integritas kulit/jaringan
10. SAK (Aktual/Resiko) kekurangan volume cairan tubuh
11. SAK kecemasan
12. SAK Intoleransi aktivitas.
3.1.2.4 Model Layanan
Model Asuhan Keperawatan yang digunakan di Ruang Nusa Indah adalah
SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional) berdasarkan SK
Menkes No. 188.4/0146/Kep-KUM/2012 yang merupakan perkembangan dari
MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi
kerjasama professional antara Perawat Primer (PP) dan Perawat Asosiate (PA)
serta tenaga kesehatan lainnya. Metode modifikasi tim-primer yang terdiri dari:
Kepala ruangan, perawat primer dan perawat associate.
4) Kapasitas Unit Ruangan
Ruang Nusa Indah terdiri dari 1 ruang nurse stasion, 1 ruang mahasiswa, 1
ruang bimbingan, 1 ruang Dokter Muda, 1 ruang kepala ruangan, 6 ruang yang
berisi 20 tempat tidur 1 dapur dan 7 WC dan kamar mandi.
53

Gambar 4.4 Ruang Intensive Care Unit RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Tahun 2019
54

4.1.1 Data Umum


Data umum menguraikan karakteristik responden yang meliputi, usia, jenis
kelamin, jenis grade cidera kepala,dirawat hari ke, dan oksigen yang di gunakan.,
serta data khusus yang berkaitan dengan pengaruh pemberian posisi kepala 30
derajat tehadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien cidera kepala di RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Berdasarkan hasil lembar observasi diperoleh
23 responden.
4.1.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia
21-30 Tahun
31-40 Tahun
22% 22% 41-50 Tahun
51-60 Tahun
22%
35%

Diagram 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Di RSUD dr. Doris


Sylvanus Palngka Raya Tahun 2019.

Berdasarkan diagram pie diatas responden dari 23 responden


didapatkan usia terbanyak yaitu 41-50 tahun berjumlah 8 responden (35%), dan
usia yg sedikit didapatkan yaitu usia 21-30 tahun berjumlah 5 responden (21%).
55

4.1.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

30%
Jenis
Kelamin
70% Laki-Laki
Perempuan

Diagram 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di RSUD dr.


Doris Sylvanus Palngka Raya Tahun 2019.

Berdasarkan diagram pie diatas responden dari 23 responden diketahui


bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, yaitu
responden dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 16 responden (70%)
sedangkan responden perempuan berjumlah 7 responden (30%).

4.1.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Grade Cidera Kepala

30% Jenis Grade cidera kepala


48% Ringan
Sedang
Berat
22%

Diagram 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Di RSUD dr. Doris


Sylvanus Palngka Raya Tahun 2019.

Berdasarkan diagram pie diatas responden dari 23 responden didapatkan


hasil terbanyak yaitu berjumlah 11 responden (48%), dan terendah yaitu
berjumlah 5 orang responden (22%).
56

4.1.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Di Rawat Hari ke.

Di Rawat Hari
13% Ke
1-5 Hari
6-10 Hari

87%

Diagram 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Di Rawat Hari, RSUD dr.


Doris Sylvanus Palngka Raya Tahun 2019.

Berdasarkan diagram pie diatas karakteistik responden dari 23 responden


yang dirawat 1-5 hari sebanyak 20 orang (87%) dan yang dirawat hari ke 6-10
sebanyak 3 orang (13%).

4.1.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Oksigen Yang Digunakan.


57

Oksigen Yang Digunakan


Nasal Kanul
22%
Masker Sungkup
Masker Non Rebreating
52%

26%

Diagram 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Oksigen Yang Digunakan,


RSUD dr. Doris Sylvanus Palngka Raya Tahun 2019.

Berdasarkan diagram pie diatas responden berdasarkan Oksigen Yang


Digunakan, dari 23 responden lebih banyak yang menggunakan Nasal kanul
dengan jumlah responden sebanyak 12 responden (52%) dan yang paling sedikit
menggunakan masker Non Rebreating sebanyak 5 orang (22%).

4.1.2 Data Khusus


58

Pada bagian ini akan diuraikan data dari hasil penelitian pengaruh posisi
kepala 30 derajat terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien cidera kepala
di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Tahun 2019.
1) Hasil identifikasi Observasi SpO2 sebelum diberikan posisi Kepala 30 Derajat
Terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen Di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.

Pre Observasi
Berat
17% Sedang-Berat
Ringan-Sedang
Normal
83%

Diagram 4.6 Karakteristik Responden sebelum diberikan pemberian posisi kepala


30 derajat terhadap peningkatan posisi kepala pada pasien cidera
kepala di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Tahun 2019.

Berdasarkan diagram diatas menunjukan hasil penelitian mengenai


karakteristik responden sebelum diberikan tindakan Perubahan Posisi Kepala 30
Derajat Terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen Pada Pasien Cidera Kepala Di
RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, dari 23 responden didapatkan hasil
terbanyak pada pre observasi sebanyak 19 responden (83%).
59

2) Hasil identifikasi skala nyeri pasien sesudah diberikan Perubahan posisi Kepala
30 Derajat Terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen Pada Pasien Cidera Kepala
Di Ruang Dahlia RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

Mengidentifikasi pasien diberikan posisi kepala 30 derajat terhadap


penigkatan saturasi oksigen pada pasien cidera kepala di RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya :

Berat
Sedang-Berat
Ringan-Sedang
Normal
100%

Diagram 4.7 Karakteristik Responden sesudah diberikan perubahan posisi kepala


30 derajat terhadap penigkatan saturasi oksigen pada pasien
cidera kepala di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

Berdasarkan diagram diatas menunjukan hasil penelitian mengenai


karakteristik responden sesudah diberikan diberikan posisi kepala 30 derajat
terhadap penigkatan saturasi oksigen pada pasien cidera kepala di RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya, dari 23 responden didapatkan hasil terbanyak
pada peningkatan saturasi oksigen sebanyak 23 responden (100%).
60

3) Hasil identifikasi posisi kepala responden sebelum diberikan posisi Kepala 30


Derajat Terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen Di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.

Posisi
Supinasi
Semi Fowler
48% 52% Fowler

Diagram 4.8 Karakteristik posisi kepala responden sebelum diberikan perubahan


posisi kepala 30 derajat terhadap peningkatan saturasi oksigen
pada pasien cidera kepala di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya

Berdasarkan diagram diatas menunjukan hasil penelitian mengenai


karakteristik posisi kepala responden sebelum diberikan diberikan posisi kepala
30 derajat terhadap penigkatan saturasi oksigen pada pasien cidera kepala di
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, dari 23 responden didapatkan hasil
terbanyak 12 responden dan hasil paling sedikit 11 responden (48%) .
61

4) Hasil identifikasi Post posisi kepala pasien sesudah diberikan posisi Kepala 30
Derajat Terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen Di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.

Posisi
Supinasi
Semi
Fowler
Fowler
100%

Diagram 4.9 Karakteristik posisi kepala responden sesudah diberikan perubahan


posisi kepala 30 derajat terhadap penigkatan saturasi oksigen
pada pasien cidera kepala di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya.

Berdasarkan diagram diatas menunjukan hasil penelitian mengenai


karakteristik posisi kepala responden sesudah diberikan posisi kepala 30 derajat
terhadap penigkatan saturasi oksigen pada pasien cidera kepala di RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya, 23 responden (100%) menggunakan posisi semi
fowler.
62

4.1.3.1 Analisis Pengaruh Pemberian Posisi Kepala 30 Derajat Terhadap


Penigkatan Saturasi Oksigen Pada Pasien Cidera Kepala Sebelum
Dan Sesudah Dilakukan
Tabel 4.1 Analisis Pengaruh Pemberian Posisi 30 Derajat Terhadap Penigkatan
Saturasi Oksigen Pada Pasien Cidera Kepala RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya Tahun 2019.

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
a
Post2_spO2 - Negative 0 .00 .00
Pre_spO2 Ranks
Positive Ranks 4b 2.50 10.00
Ties 19c
Total 23
a. Post2_spO2 < Pre_spO2
b. Post2_spO2 > Pre_spO2
c. Post2_spO2 = Pre_spO2

Test Statisticsb
Post2_spO2 - Pre_spO2
Z -2.000a
Asymp. Sig. (2-tailed) .046
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Berdasarkan hasil uji analisis uji statistik Wilcoxon pengaruh Analisis


Pengaruh Pemberian Posisi 30 Derajat Terhadap Penigkatan Saturasi Oksigen
Pada Pasien Cidera Kepala RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Tahun 2019
menunjukan bahwa Dari uji Wilcoxon yaitu dengan menggunakan taraf signifikan
nilai asymp sig = .046 dengan nilai α ≤0,05 dan Z -2,000a (banyaknya data yang
berubah setelah perlakuan) maka artinya H1 diterima ada pengaruh Pemberian
Posisi 30 Derajat Terhadap Penigkatan Saturasi Oksigen Pada Pasien Cidera
Kepala RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Tahun 2019.
63

4.2 Pembahasan
4.2.1 Mengidentifikasi saturasi oksigen sebelum di berikan posisi kepala 30
derajat pada pasien cedera kepala di RSUD dr.Doris Sylvanus
Palangka Raya.

Berdasarkan hasil penelitian sebelum diberikan perubahan posisi kepala 30


derajat pada pasien cidera kepala sebanyak 23 Responden (100%) yang memiliki
saturasi normal berjumlah 19 responden (83%), dan yang mengalami saturasi
ringan-sedang 4 responden (17%). Berdasarkan data umum responden yang paling
banyak berusia 41-50 tahun berjumlah 8 responden (35%), jenis kelamin
terbanyak yang berjenis kelamin Laki-laki sebanyak 16 responden (70%), jenis
cidera kepala yang terbanyak didapatkan hasil cidera kepala berat yaitu berjumlah
11 responden (48%), hasil yang di dapatkan saat dirawat yang terbanyak adalah 1-
5 hari berjumlah 30 responden (87%), Oksigen yang di gunakan yang terbanyak
yaitu nasal kanul berjumlah 12 orang responden (52%), dan pemberian posisi
kepala yang paling banyak adalah posisi supinasi 12 responden (52%).
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti
terputusnya kontinuitas otak. Cedera kepala ( terbuka & tertutup) terdiri dari
fraktur tengkorak cranio serebri, kontusio/laserasi dan perdarahan serebral
(subarachnoid, subdural, epidural, intraserebral batang otak). Trauma primer
terjadi karena benturan langsung atau tidak langsung. Trauma sekunder akibat
trauma syaraf yang meluas hipertensi intrakranial, hipoksia, hiperkapnea, atau
hipertensi sistemik (Doengoes, 1993 dalam Andra Saferi Wijaya dan Yessie
Mariza Putri, 2013). Berdasarkan berbagai posisi yang terbagi 3 posisi yaitu,
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien. Posisi
telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar dasar tubuh sama
dengan kesejajaran berdiri yang baik serta untuk meningkatkan kenyamanan
pasien dan memfasilitasi penyembuhan terutama pada pasien pembedahan atau
dalam proses anestesi tertentu dan posisi semi fowler adalah sikap dalam posisi
setengah duduk 15-60o dengan tujuan mobilisasi, memerikan perasaan lega pada
64

klien sesak nafas dan memudahkan perawatan misalnya memberikan makan.


(Buku ajar keperawatan Fundamental Of nursing edisi7). Pada penelitian jurnal
yang berjudul Posisi Head Up 300 Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Saturasi
Oksigen Pada Pasien Stroke Hemoragik Dan Non Hemoragik didapatkan hasil
bahwa terdapat peningkatan nilai rata-rata saturasi oksigen setelah intervensi
(sebelum pemberian posisi 97.07% dan setelah pemberian posisi 98.33%). Hasil
uji statistik wilcoxon didapatkan p value = 0.009 (< 0.05) yang artinya ada
pengaruh pada saturasi oksigen setelah dilakukan pemberian posisi head up 300.
Berdasarkan fakta dan teori di atas terdapat kesamaan antara hasil fakta
dan teori yang menyatakan bahwa hasil dari peningkatan saturasi oksigen pada
cidera kepala pada posisi 30 derajat, memiliki peningkatan setelah diberikan
intervensi tentang teknik posisi kepala 30 derajat dan responden yang mengalami
peningkatan saturasi oksigen pada cidera kepala dengan kategori normal. Hal ini
karena sudah pernah dilakukan teknik semi fowler dan cara ini untuk
meningkatakan kesadaran dan pencapaian saturasi oksigen pada pasien cidera
kepala dengan posisi kepala 30 derajat.

4.2.2 Mengidentifikasi saturasi oksigen sesudah pemberian posisi kepala 30


derajat pada pasien cedera kepala di RSUD dr.Doris Sylvanus
Palangka Raya Tahun 2019.

Berdasarkan hasil penelitian sesudah diberikan teknik posisi 30 derajat


terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien cidera kepala terjadi
peningkatan kategori normal, dari ringan-sedang menjadi normal. Berdasarkan
hasil penelitian di dapatkan 23 responden (100%) pada kategori normal.
Berdasarkan data umum responden pada kategori normal paling banyak berusia
41-50 tahun berjumlah 8 responden (35%), jenis kelamin terbanyak yang berjenis
kelamin Laki-laki sebanyak 16 responden (70%), jenis cidera kepala yang
terbanyak didapatkan hasil cidera kepala berat yaitu berjumlah 11 responden
(48%), hasil yang di dapatkan saat dirawat yang terbanyak adalah 1-5 hari
berjumlah 30 responden (87%), Oksigen yang di gunakan yang terbanyak yaitu
nasal kanul berjumlah 12 orang responden (52%), dan pemberian posisi kepala
yang paling banyak adalah posisi supinasi 12 responden (52%).
65

Pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang


ditemukan dalam atmosfir lingkungan. Pada ketinggian air laut konsentrasi
oksigen dalam ruangan adalah 21 %, ( Hidayat, 2007 ). Terapi oksigen adalah
memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui saluran pernafasan
dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan (Standar Pelayanan Keperawatan di
ICU, Dep.Kes. RI, 2005). Terapi oksigen adalah memberikan aliran gas lebih dari
20 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam
darah (Andarmoyo, 2012). Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
terapi oksigen adalah memberikan oksigen melalui saluran pernafasan dengan alat
agar kebutuhan oksigen dalam tubuh terpenuhi yang ditandai dengan peningkatan
saturasi oksigen. Dari hasil penelitian bahwa posisi semi fowler dapat
memperbaiki dari parameter hemodinamik, seperti tekanan darah sistolik kembali
ke kisaran normal, tekanan nadi menurun normal dibandingkan sebelum
diberikan posisi semi fowler, tingkat kesadaran meningkat di ukur dengan
Glasgow Coma Scale (GCS), dan tekanan darah diastolik dapat dipertahankan
dalam batas normal dapat disimpulkan bahwa posisi semi fowler lebih efektif
dari posisi supine atau telentang dalam stabilitas hemodinamik pasien dengan
cedera kepala (Mir, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesamaan antara fakta dan teori.
Hal ini dikarenakan setelah mendapatkan intervensi teknik pemberian posisi
kepala 30 derajat terhadap penigkatan saturasi oksigen pada pasien cidera kepala
membuat saturasi oksigen pada responden meningkat. Berdasarkan hasil
penelitian yang diperoleh setelah diberikan saturasi oksigen pada pasien cidera
kepala tampak ada peningkatan saturasi oksigen dengan nilai asymp sig = .046
dengan nilai α ≤0,05 dan Z -2,000a (banyaknya data yang berubah setelah
perlakuan) maka artinya H1 diterima ada pengaruh Pemberian Posisi 30 Derajat
Terhadap Penigkatan Saturasi Oksigen Pada Pasien Cidera Kepala RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya Tahun 2019. Hasil analisis bivariat penelitian yang
telah dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon signed rank test diperoleh
hasil (.046) <α (0,05) yang berarti H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan rata-rata skala nyeri setelah diberikan saturasi oksigen pada
pasien cidera kepala.
66

4.2.3 Pengaruh Pemberian Posisi Kepala 30 Derajat Terhadap Penigkatan


Saturasi Oksigen Pada Pasien Cidera Kepala Di RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya Tahun 2019.
Hasil analisa uji statistik Wilcoxon pada tabel 4.1 didapatkan hasil H1
diterima. H1 diterima terbukti melalui perbedaan intensitas posisi kepala 30 derajat
terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien cidera kepala saat pre test –
post test. Saat pre test didapatkan 19 responden (83%) pada kategori normal, hal
ini di buktikan juga dengan adanya 4 responden yang saturasinya 94% setelah di
berikan pemberian posisi kepala 30 derajat mengalami perubahan saturasi yang
signifikan dan berangsur-angsur naik ke batas normal. Kemudian H1 diterima juga
di buktikan dengan nilai ρ ≤ 0,05 dan nilai asymp sig .046, maka secara statistik
terdapat pengaruh dan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh teknik
pemberian posisi kepala 30 derajat terhadap penigkatan saturasi oksigen pada
pasien cidera kepala di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Pengaturan posisi pasien adalah tindakan keperawatan dasar. Pada posisi ini
perawat mempunyai peran yang penting. Peran perawat dengan memberikan
posisi terapi kepada pasien untuk mencegah komplikasi dan imobilitas,
memonitor hemodinamik, kenyamanan serta perubahan patologis selama reposisi
sangat penting guna memperoleh hasil terbaik untuk pasien, posisi yang
digunakan di ruuang intensive pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik
cenderung tidur dengan psisi terlentang dimana semua pasien seharusnya posisi
dengan evalasi 30 derajat (Mahvar et al., 2012). Peneliti melakukan penelitian di
ruang ICU RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso dan mengidentifikasi sampel
sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kemudian peneliti memperkenalkan
diri, menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dan memberikan lembar
persetujuan. Selanjutnya peneliti menilai saturasi oksigen sebelum dilakukan
intervensi posisi head up 300 lalu dicatat dalam lembar observasi. Kemudian
peneliti memberikan intervensi dengan memposisikan head up 300 yaitu posisi
kepala ditinggikan 300 dengan menaikkan kepala tempat tidur atau menggunakan
ekstra bantal sesuai dengan kenyamanan pasien selama 30 menit lalu peneliti
menilai kembali saturasi oksigen pada pasien dengan cidera kepala. Data yang
67

terkumpul dilakukan uji normalitas dengan uji shapiro wilk dan didapatkan
kesimpulan bahwa data berdistribusi tidak normal (p value sebelum
intervensi=0.000 dan p value setelah intervensi 0.001) sehingga analisis bivariat
menggunakan uji wilcoxon.
Hasil penelitian di dapatkan kesamaan antara fakta dan teori. Hal ini
dikarenakan terjadi peningkatan saturasi oksigen pada pasien yang berjumlah 4
orang yang di dapatkan saturasi oksigenya 94% dan setelah di berikan posisi
kepala 30 derajat, saturasi pasien tersebut berangsur-angsur naik ke batas normal.
Menurut peneliti posisi kepala 30 derajat yang terjadi pada pasien cidera kepala
merupakan masalah aktual yang dapat menimbulkan gangguan pemenuhan
saturasi oksigen pada pasien cidera kepala dan apabila tidak tertangani secara
adekuat dapat menggangu proses peningkatan saturasi oksigen. Pemberian posisi
30 derajat dapat memperbaiki parameter hemodinamik, seperti tekanan darah
sistolik kembali ke kisaran normal dilakukan dengan cara minimal dua jam
pemberian posisi kepala 30 derajat. Disini perawat ditutut untuk mampu
memberikan penanganan dan pengembangan tehnik posisi kepala 30 derajat
dalam peningkatan saturasi oksigen pada pasien cidera kepala. Dan perawat dapat
menggunakan teknik ini sebagai sarana penigkatan saturasi oksigen pada pasien
cidera kepala di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

4.2 Keterbatasan Penelitian


Adapun keterbatasan yang ditemukan pada saat melakukan penelitian yaitu
sebagai berikut :
1) Terdapat pasien/keluarga pasien yang kurang kooperatif, dimana pada saat
meminta persetujuan pasien/keluarga pasien tidak bersedia jadi responden.
2) Terdapat Pasien dengan cidera kepala yang tidak boleh dilakukan tindakan
pemberian posisi 30 derajat
3) Terdapat pasien cidera kepala dengan kondisi tidak stabil/komplikasi
sehingga tidak bisa diambil sebagai responden

Anda mungkin juga menyukai